Anda di halaman 1dari 42

PENGANTAR PERENCANAAN SISTEM PENYALURAN

Sebuah sistem tenaga listrik terdiri dari pembangkit, saluran transmisi dan distribusi serta
trafo yang dihubungkan bersama untuk membentuk sistem yang besar, kompleks, yang
mampu menghasilkan energi listrik, menyalurkan dan mendistribusikannnya ke wilayah
geografis yang lebih luas. Sistem-sistem yang semula masih isolated akan berkembang
menjadi sistem yang lebih besar dan kompleks seiring dengan pertumbuhan beban dan
konsumsi energi listrik. Sebagai contoh pada gambar berikut adalah pertumbuhan beban
puncak Sistem Jawa – Bali dari Tahun 2006 s.d. 2015 (sumber: Rencana Operasi Tahun
2015 Sistem Jawa – Bali). Terlihat bahwa dari Tahun 2006 s.d. 2015, beban puncak Sistem
Jawa – Bali tumbuh sebesar 40%.

Gambar 1. 1 Grafik Pertumbuhan Beban Puncak Sistem Jawa – Bali Tahun 2006 – 2015

Peranan beban khususnya industri makin membesar. Jenis beban industri yang dihadapi
sistem PLN antara lain tanur busur listrik, mesin canai (rolling mill), motor-motor listrik
dengan kapasitas besar, penyearah (rectifier) pada industri kimia. Sedang dari sektor
angkutan misalnya kereta listrik. Semua contoh beban tersebut. mempunyai karakteristik
yang berbeda dan berpotensi sebagai “sumber pencemaran listrik” bagi sistem maupun
konsumen yang tersambung ke sistem. Pencemaran tersebut antara lain berbentuk fluktuasi
daya yang mengakibatkan fluktuasi frekuensi, fluktuasi tegangan, harmonik dan ketidak
keseimbangan tegangan. Keadaan dan perkembangan sistem tenaga listrik maupun beban-
beban yang tersambung akan mempengaruhi spesifikasi desain peralatan dan operasi
sistem tenaga listriknya.

Oleh karena itu PLN perlu mempunyai rencana pengembangan sistem kelistrikan jangka
panjang juga didorong oleh keinginan PLN untuk mempunyai rencana investasi yang efisien,
dalam arti PLN tidak melaksanakan sebuah proyek kelistrikan tanpa didasarkan pada
perencanaan yang baik. Hal ini penting dilakukan karena keputusan investasi di industri
kelistrikan akan dituntut manfaatnya dalam jangka panjang.
Pengembangan saluran transmisi secara umum diarahkan kepada tercapainya
keseimbangan antara kapasitas pembangkitan di sisi hulu dan permintaan daya di sisi hilir
secara efisien dengan memenuhi kriteria keandalan tertentu. Disamping itu pengembangan
saluran transmisi juga dimaksudkan sebagai usaha untuk mengatasi bottleneck penyaluran,
perbaikan tegangan pelayanan dan fleksibilitas operasi.

Proyek transmisi pada dasarnya dilaksanakan oleh PLN, kecuali beberapa transmisi terkait
dengan pembangkit milik IPP yang sesuai kontrak PPA dilaksanakan oleh pengembang IPP.
Namun demikian, terbuka opsi proyek transmisi untuk juga dapat dilaksanakan oleh swasta
dengan skema bisnis tertentu, misalnya build lease transfer (BLT) dan power wheeling.

Perencanaan transmisi dibuat dengan menggunakan kriteria keandalan N-1, baik statis
maupun dinamis. Kriteria N-1 statis mensyaratkan apabila suatu sirkit transmisi padam, baik
karena mengalami gangguan maupun dalam pemeliharaan, maka sirkit-sirkit transmisi yang
tersisa harus mampu menyalurkan keseluruhan arus beban, sehingga kontinuitas
penyaluran tenaga listrik terjaga. Kriteria N-1 dinamis mensyaratkan apabila terjadi
gangguan hubung singkat 3 fasa yang diikuti oleh hilangnya satu sirkit transmisi, maka tidak
boleh menyebabkan kehilangan ikatan sinkron antara suatu kelompok generator dan
kelompok generator lainnya.

Penambahan kapasitas transmisi direncanakan untuk memperoleh keseimbangan antara


kapasitas pembangkitan dan kebutuhan beban, disamping untuk mengatasi bottleneck,
meningkatkan keandalan sistem, dan memenuhi kriteria mutu tegangan tertentu. Kriteria
yang pada umumnya diterapkan dalam RUPTL ini adalah kebutuhan penambahan kapasitas
trafo di suatu GI ditentukan pada saat pembebanan trafo mencapai 70% - 80%.

Jumlah unit trafo yang dapat dipasang pada suatu GI dibatasi oleh ketersediaan lahan,
kapasitas transmisi dan jumlah penyulang keluar yang dapat ditampung oleh GI tersebut.
Dengan kriteria tersebut suatu GI dapat mempunyai 3 atau lebih unit trafo. Sebuah GI baru
diperlukan jika GI-GI terdekat yang ada tidak dapat menampung pertumbuhan beban lagi
karena keterbatasan tersebut. Pengembangan GI baru juga dimaksudkan untuk
mendapatkan tegangan yang baik di ujung jaringan tegangan menengah. Ke depan,
pengembangan GI direncanakan pembangunan GI minimalis, yaitu sebuah GI dengan
spesifikasi yang paling minimal (single busbar atau bahkan tanpa busbar; peralatan proteksi
dan kontrol, supply AC/DC dan battery dikemas dalam kontainer; tanpa operator) dan
konfigurasi GI taping (single pi atau T) namun dapat terus dikembangkan hingga menjadi
sebuah GI yang lengkap/sempurna. Penerapan GI minimalis hanya dilakukan pada daerah
yang sudah dilalui transmisi 150 kV eksisting. Tujuan pembangunan GI minimalis ini adalah
untuk dapat mengambil alih beban sistem isolated secara lebih cepat dari timing normal
kebutuhan GI, pada sistem yang selama ini masih dioperasikan dengan PLTD. GI minimalis
juga dapat diterapkan untuk memasok lokasi yang sebelumya dipasok dari jaringan 20 kV
yang sangat panjang dan mengalami drop tegangan yang besar.
1. Tujuan Perencanaan Sistem Penyaluran

Tujuan penyaluran tenaga listrik adalah sebagai berikut:

1) Untuk menghubungkan pusat pembangkit baru dengan sistem yang ada


(evakuasi daya dari pembangkit)
2) Untuk mengantisipasi tumbuhnya beban baru
3) Untuk mengatasi berbeban lebihnya bagian dari sitem
4) Untuk menjamin pengaturan tegangan dll

Tujuan perencanaan sistem penyaluran adalah untuk menyediakan kapasitas transmisi yang
memadai dalam jangka panjang dengan memperhatikan faktor keandalan, keamanan dan
ekonomis. Perencanaan sistem penyaluran harus bisa mengantisipasi pertumbuhan beban
dan pengembangan pembangkit sehingga tidak mengakibatkan terjadinya bottleneck.

Perencanaan sistem penyaluran merupakan bagian yang sangat penting dalam


perencanaan sistem tenaga listrik, hal ini disebabkan perencanaan sistem penyaluran
mempunyai peranan sebagai berikut:

1) Perencanaan transmisi merupakan bagian sangat penting dari perencanaan


sistem.
2) Bertujuan menentukan konfigurasi jaringan transmisi yang optimal sejalan
dengan pertumbuhan demand dan rencana pembangkit.
3) Perencanaan transmisi sangat erat kaitannya dengan perencanaan pembangkit:
perencanaan transmisi berdasar pada perencanaan pembangkit, tetapi seringkali
perencanaan transmisi mempengaruhi juga perencanaan pembangkit.
4) Seperti dijelaskan sebelumnya, perencanaan pembangkit tidak memperhitungkan
lokasi geografis dan biaya transmisi, jadi perencanaan transmisi dapat
mengoreksi perencanaan awal pembangkit.
5) Karena itu perencanaan pembangkit dan perencanaan transmisi harus
dikoordinasikan untuk mengoptimalkan perencanaan sistem secara keseluruhan.

2. Karakteristik Sistem yang Terencana dengan Baik

Karakteristik sistem tenaga listrik yang terencana dengan baik dapat dilihat dari beberapa
paramater berikut:

a) Kecukupan kapasitas transmisi pada kondisi normal maupun kontingensi


Sistem yang terencana dengan baik akan terpenuhi kapasitas transmisinya
baik pada kondisi normal maupun kontingensi akibat gangguan atau
pemeliharaan instalasi.
b) Keseimbangan diantara instalasi/elemen sistem tenaga listrik
Sistem yang baik adalah sistem yang tidak ada konsentrasi instalasi
pembangkit maupun transmisi di satu lokasi atau area tertentu saja.
c) Konfigurasi sistem yang fleksibel sehingga pemeliharaan dapat dilakukan secara
efektif dan efisien
Konfigurasi sistem yang fleksibel akan memudahkan dalam hal
pengoperasian dan pemeliharaan sehingga potensi pemadaman akibat
pemeliharaan dapat diminimumkan.
d) Sistem proteksi yang diskrimininatif (meminimkan resiko terhadap sekuriti)
e) Proses recovery/restorasi dapat dilakukan dengan cepat (tersedianya fasilitas
switching dan kontrol yang cukup)

3. Overview Aturan Jaringan Sistem Tenaga Listrik

3.1. Pengertian Aturan Jaringan Sistem Tenaga Listrik

Aturan jaringan sistem tenaga listrik merupakan seperangkat aturan, standard dan
merupakan seperangkat peraturan, persyaratan dan standar untuk menjamin keamanan,
keandalan serta pengoperasian dan pengembangan sistem yang efisien dalam memenuhi
peningkatan kebutuhan tenaga listrik pada sistem tersebut.

Aturan jaringan diberlakukan kepada semua pelaku usaha pada suatu sistem
ketenagalistrikan, yaitu pengelola jaringan transmisi, pengoperasi sistem, perusahaan
pembangkit, perusahaan proyek induk pembangkit dan jaringan, perusahaan pembangkit
listrik swasta (IPP), perusahaan distribusi serta konsumen besar yang instalasinya secara
langsung terhubung ke jaringan transmisi di sistem tersebut.

3.2. Struktur Aturan Jaringan Sistem Tenaga Listrik

Struktur aturan jaringan berbeda-beda tergantung pada kebutuhan perusahaan transmisi.


Biasanya aturan jaringan akan menentukan perilaku yang diperlukan dari generator yang
terhubung selama gangguan sistem. Ini termasuk pengaturan tegangan, batas faktor daya
dan pasokan daya reaktif, respon terhadap gangguan sistem (short-circuit) dan menanggapi
perubahan frekuensi di grid.

Sebagai contoh, Aturan Jaringan Sistem Tenaga Listrik Jawa – Bali dan Aturan Jaringan
Sistem Tenaga Listrik Sumatera memuat aturan-aturan sebagaimana berikut:

3.2.1. Aturan Manajemen Jaringan (Grid Management Code/GMC)

Aturan ini menerangkan prosedur umum mengenai perubahan/revisi Aturan Jaringan (Grid
Code), penyelesaian perselisihan, dan penilaian kembali secara periodik pengoperasian dan
manajemen jaringan transmisi (grid).

Komite Manajemen Aturan Jaringan (the Grid Code Management Committee – GCMC),
selanjutnya disebut Komite Manajemen, adalah komite yang dibentuk untuk menjalankan
prosedur-prosedur yang digariskan dalam Aturan Manajemen Jaringan ini.
3.2.2. Aturan Penyambungan (Connection Code/CC)

Aturan Penyambungan bertujuan untuk memastikan:

- Persyaratan teknis dan operasional yang harus dipenuhi oleh Pemakai Jaringan
dalam rangka penyambungan dengan jaringan transmisi dinyatakan secara jelas.
- Pemakai Jaringan dihubungkan dengan jaringan transmisi hanya apabila
persyaratan teknis dan operasional yang dinyatakan dalam Aturan
Penyambungan ini dipenuhi.

3.2.3. Aturan Operasi (Operating Code/OC)

Aturan yang menjelaskan tentang peraturan dan prosedur yang berlaku untuk menjamin
agar keandalan dan efisiensi operasi Sistem dapat dipertahankan pada suatu tingkat
tertentu.

3.2.4. Aturan Perencanaan dan Pelaksanaan Operasi (Scheduling & Dispatch Code/
SDC)

Menjelaskan peraturan dan prosedur untuk perencanaan transaksi dan alokasi pembangkit
untuk penyusunan:

- Rencana Tahunan & Semesteran


- Rencana Bulanan
- Rencana Mingguan
- Rencana Harian
- Operasi Real time

3.2.5. Aturan Setelment (Settlement Code/SC)

Menjelaskan peraturan dan prosedur yang berkaitan dengan perhitungan penagihan dan
pembayaran atas penjualan dan pelayanan energi, yang meliputi:

- Penagihan dan Pembayaran


- Penyelesaian Perselisihan Transaksi
- Pemrosesan Data Meter
- Perangkat Proses Setelmen
- Prosedur Audit Proses Setelmen
- Ketersediaan Data Meter untuk Pihak Lain
- Ketentuan Lainnya

3.2.6. Aturan Pengukuran (Metering Code/MC)

Menjelaskan persyaratan minimum teknis dan operasional untuk meter Transaksi yaitu
meter utama dan meter pembanding yang harus dipasang oleh P3B Sumatera dan Pemakai
Jaringan transmisi pada titik-titik sambungan. Aturan Pengukuran ini meliputi:

- Kriteria Pengukuran
- Persyaratan Peralatan Meter
- Komisioning (Commissioning)
- Pengujian Setelah Komisioning
- Segel dan Programming Ulang
- Pemeriksaan Data Meter dan Peralatan
- Keamanan Instalasi Meter dan Data
- Pengecualian dan Tenggang Waktu
- Hal-hal lain

3.2.7. Aturan Kebutuhan Data (Data Requirement Code/DRC)

Aturan yang mengatur kebutuhan data spesifik terkait:

- Data Desain Unit Generator


- Data Setting Unit Generator
- Parameter Respons Unit Generator.
- Data Instalasi Pemakai Jaringan
- Data Setting Instalasi Pemakai Jaringan
- Karakteristik Beban di Titik Sambungan

3.2.8. Aturan Tambahan (Additional Code/AC)

Mengatur pengecualian instalasi-instalasi Pemakai Jaringan (Grid) yang tersambung ke


Sistem Tenaga Listrik Sumatera berdasarkan kontrak kesepakatan Power Purchase
Agreement (PPA) and Energy Sales Contract (ESC) yang telah ditandatangani sebelum
Aturan Jaringan (Grid Code) berlaku.

3.3. Aturan Penyambungan

Aturan penyambungan merupakan aturan yang menyatakan persyaratan minimum teknis


dan operasional untuk setiap Pemakai Jaringan, baik yang sudah maupun akan tersambung
ke jaringan transmisi, serta persyaratan minimum teknis dan operasional yang harus
dipenuhi oleh operator Sistem (P3B) di titik-titik sambungan dengan para Pemakai Jaringan.

Aturan penyambungan ini diberlakukan untuk operator sistem (P3B) dan semua pemakai
jaringan yaitu:

a) Perusahaan pembangkit yang terhubung langsung dengan jaringan


b) Unit-unit distribusi pada titik-titik sambungan dengan jaringan
c) Konsumen besar yang terhubung langsung ke jaringan
d) Agen/Perusahaan yang bekerja untuk para pemakai jaringan tersebut di atas,
seperti kontraktor pembangunan, kontraktor pemeliharaan dan lain-lain
e) Pemakai jaringan lain yang terhubung ke jaringan berdasarkan perjanjian
khusus, hanya berlaku pada titik sambung
Beberapa karakteristik unjuk kerja jaringan yang dipersyaratkan dalam aturan
penyambungan ini meliputi:

a) Frekuensi
Uraian Rentang Frekuensi

Normal 50,0 ± 0,2 Hz

Darurat/Emergency 49,5 – 50,5 Hz

Stop Unit Pembangkit f < 47,5 Hz atau f > 52,0 Hz

b) Tegangan

Tegangan Nominal Kondisi Normal

500 kV +5%, -5%

275 kV +5%, -10%

150 kV +5%, -10%

66 kV +5%, -10%

20 kV +5%, -10%

c) Distorsi harmonik

Tegangan Nominal Distorsi Total

500 kV 3%

275 kV 3%

150 kV 3%

66 kV 3%

20 kV 3%

d) Komponen urutan negatif maksimum


• Kondisi Normal/PO (<1%)
• Kondisi tegangan impuls sesaat (<2%)
e) Variasi Tegangan
• Perubahan Step tap changer (2%)
• Ekskursi Tegangan (3%)
• Voltage dip (5%)
• Flicker jangka-pendek 1,0 unit dan jangka-panjang 0,8 unit
f) Faktor Daya Minimum: 0.85 lag
g) Kewajiban pemasangan PQ meter oleh kedua pihak

3.3. Aturan Operasi

Aturan operais menjelaskan tentang peraturan dan prosedur yang berlaku untuk menjamin
agar keandalan dan efisiensi operasi di Sistem dapat dipertahankan pada suatu tingkat
tertentu. Aturan ini juga merupakan aturan jaringan yang merangkum prinsip-prinsip operasi
sistem yang aman dan andal yang harus diikuti. Aturan operasi juga menetapkan kewajiban
yang mendasar dari semua Pemakai Jaringan dalam rangka berkontribusi terhadap operasi
yang aman dan andal. Aturan operasi antara lain menjelaskan lebih lanjut tentang:

a) Keadaan Operasi yang Berhasil/Memuaskan


• frekuensi &tegangan dalam rentang sebagaimana CC 2.0
• tingkat pembebanan jaringan transmisi dipertahankan dalam batas-batas
yang ditetapkan melalui studi analisis stabilitas steady state dan transient
• tingkat pembebanan arus di semua peralatan jaringan transmisi dan
gardu induk (transformator dan switchgear) berada dalam batas rating
normal untuk semua single contingency gangguan peralatan
• PMT mampu memutus arus gangguan yang mungkin terjadi dan
mengisolir peralatan yang terganggu
b) Klasifikasi Contingency
• credible contingency
• non-credible contingency
c) Keadaan Operasi yang Aman
• Keadaan Operasi yang Berhasil/Memuaskan, atau
• Sistem dapat dikembalikan ke keadaan operasi yang memuaskan setelah
terjadinya suatu credible contingency, tanpa pemutusan beban
d) Keadaan Operasi yang andal
• Sistem berada dalam keadaan operasi yang aman
• tingkat cadangan kapasitas jangka pendek dan menengah sekurang-
kurangnya sama dengan tingkat minimum yang ditetapkan dalam OC 2.2
• Tidak ada kondisi abnormal (badai, kebakaran) yang sedang atau
diperkirakan akan terjadi, yang mungkin akan mengakibatkan kejadian
non-credible contingency
e) Marjin cadangan operasi
• Cadangan putar (pembangkit dapat diasut & sinkron <10 menit & beban
interruptible)
• Cadangan dingin (pembangkit dapat diasut & sinkron <4 jam)
• Cadangan jangka panjang (4 jam > pembangkit dapat diasut & sinkron >
2 hari)
f) Cadangan operasi minimum
• Cadangan putar: 1 unit terbesar
• Cadangan putar + cadangan dingin: 2 x unit terbesar
• Cadangan putar + cadangan dingin + cadangan jangka panjang: 2 x unit
terbesar + marjin keandalan
g) Pengendalian Frekuensi
• Regulasi Frekuensi
- Regulasi primer (governor)
- Regulasi sekunder (AGC)
- Perintah Dispatcher P3BS
- Regulasi tegangan
- Manual Load Shedding (MLS)
- Under Frequency Load Shedding (UFLS)
- Over frequency plant shedding
- Governor droop: 5%
- Regulasi Minimum AGC: 2,5% beban Sistem
- Regulasi tegangan (f<49,7 Hz & kekurangan marjin cadangan)
- MLS (f<49,5 Hz & kekurangan marjin cadangan/tegangan kurang)
• Under Frequency Load Shedding (UFLS)
- Beban sistem minimum 50% dapat dikontrol
- Bukan beban sensitif yang ditetapkan PLN Wilayah
- Maksimum 10 tahap
Contoh regulasi pengendalian frekuensi di Sistem Tenaga Listrik Jawa – Bali
seperti terlihat pada gambar berikut.

Gambar 1.2 Regulasi Pengendalian Frekuensi di Sistem Jawa – Bali dengan


UFLS
h) Pengendalian Tegangan
• AVR & PSS
• Synchronous condenser
• Static VAR compensator
• Shunt capacitor
• Shunt reactor
• Tap changer
i) Proteksi Jaringan
j) Stabilitas Sistem
• Transient stability
• Dynamic stability
• Voltage stability
4. Klasifikasi Sistem Penyaluran

4.1. Pemilihan Teknologi Penyaluran

Teknologi Penyaluran yang banyak digunakan di antaranya adalah :

4.1.1. Sistem Tegangan AC

Tujuan utama penggunaan sistem AC pada suatu sistem daya adalah untuk mengakomodir
peningkatan dan penurunan tegangan melalui penggunaan transformator. Ini disebabkan
transformator tidak dapat dioperasikan pada sistem tegangan DC. Tegangan pada sistem
DC sebenarnya masih dapat diubah namun hal ini memerlukan peralatan yang rumit dan
mahal dan belum ditemukan pada awal-awal perkembangan teknologi sistem daya listrik.
Pada suatu sistem DC, polaritas selalu sama yaitu polaritas positif pada satu sisi dan
polaritas negatif pada sisi yang lainnnya dan arus pun selalu mengalir pada satu
arah.Sedangkan pada sistem AC polaritas berbolak balik secara cepat.

Setelah mempertimbangkan perbedaan tipe dari peralatan yang digunakan dan


kemungkinan untuk mengadaptasi desain baru, maka dipilih nilai frekuensi 60 Hz untuk di
wilayah Amerika dan 50 Hz untuk di wilayah Eropa termasuk di Indonesia. Frekuensi 50 Hz
berarti ada 50 putaran per detik dimana arah dari tegangan dan arus akan terbalik dan
kemudian berbalik kembali 50 kali setiap detiknya.

Secara perhitungan sistem AC ini dapat dianalogikan dengan suatu gelombang sinusoidal.
Suatu gelombang sinusoidal ini menggambarkan peningkatan dan penurunan suatu
kuantitas tertentu secara siklis (berputar) pada jangka waktu tertentu. Osilasi dari tegangan
dan arus pada suatu sistem AC dimodelkan oleh suatu kurva sinusoidal, yang berarti bahwa
secara matematis digambarkan oleh fungsi trigonometri dari sinus dan kosinus.

Beberapa peralatan yang dipakai pada suatu sistem daya AC diantaranya adalah :

- Transformator daya

Trafo merupakan peralatan statis dimana rangkaian magnetik dan belitan


yang terdiri dari 2 atau lebih belitan, secara induksi elektromagnetik,
mentransformasikan daya (arus dan tegangan) sistem AC ke sistem arus dan
tegangan lain pada frekuensi yang sama (IEC 60076 -1 tahun 2011).

- Generator daya

Generator daya merupakan peralatan yang dapat mengubah energi dari


bentuk energi mekanik menjadi bentuk energi listrik. Proses ini dikenal
sebagai konversi energi elektromekanikal yang melibatkan medan magnet
sebagai media penengah.

- Kapasitor Bank
Bank kapasitor (capacitor banks) adalah peralatan yang digunakan untuk
memperbaiki kualitas pasokan energi listrik antara lain memperbaiki mutu
tegangan di sisi beban, memperbaiki faktor daya (cos φ) dan mengurangi
rugi-rugi transmisi.

- Sirkit Transmisi

Sirkit transmisi meruapakan peralatan yang digunakan untuk mengalirkan


daya dari satu gardu induk ke gardu induk lain yang terdiri dari komponen
Current Carrying / Pembawa Arus, Insulation / Isolasi, Structure / Struktur,
dan Junctions / Penghubung.

- Sistem kontrol dan switching termasuk pengatur tegangan, peralatan proteksi,


dan peralatan isolasi gangguan.

Gambar 4.1 Transformator dan Generator

Jalur pengiriman daya listrik ke konsumen dimulai dari pembangkit yang kemudian
tegangannya dinaikan oleh transformator penaik tegangan (step up transformer) ke
tegangan yang lebih tinggi (misalnya 150 kV atau 500 kV) untuk ditransmisikan melalui
saluran transmisi. Selanjutnya diturunkan kembali oleh transformator penurun tegangan
(step down transformer) ke tegangan yang sesuai untuk distribusi lokal sehingga dapat
dipergunakan oleh konsumen.

4.1.2. Sistem Tegangan DC

Sistem Transmisi DC tegangan tinggi (HVDC) memiliki beberapa keuntungan daripada


sistem AC terutama untuk transmisi daya jarak jauh dan interkoneksi antara dua sistem ac
yang tidak serempak, termasuk kemampuan untuk mengontrol aliran daya secara tepat.

Sistem transmisi dc pada dasarnya terdiri atas saluran transmisi yang menghubungkan dua
sistem ac. Sebuah converter pada salah satu sisi mengubah daya ac kedalam daya dc
sedangkan di sisi lainnya mengubah daya dc kedalam daya ac. Salah satu converter
sebagai rectifier, yang lain sebagai inverter.
Converter 1 Converter 2

+ +
K R A
E1 1 3 5 Id 2 6 4 E2
Ed1 Ed2
Line 1 4 6 2 5 3 1 Line 2

A K

Gambar 4.2 Prinsip Kerja dan Contoh Sistem Transmisi DC

Converter 1 adalah rectifier 3 fasa 6 pulse yang berfungsi mengubah arus bolak balik pada
line 1 kedalam arus searah. Daya arus searah disalurkan melalui 2 konduktor saluran
transmisi dan diubah kembali menjadi arus bolak-balik oleh converter 2 yang berfungsi
sebagai inverter. Rectifier dan inverter keduanya dikomutasikan oleh sistem ac dimana dia
tersambung, sehingga sistem dc ini dapat dioperasikan pada sistem yang berbeda
frekuensinya.

Komponen utama transmisi daya arus searah adalah :

- Rectifier. Converter untuk mengubah arus bolak-balik menjadi arus searah.


- Inverter. Converter untuk mengubah arus searah menjadi arus bolak-balik.
- Sirkit Transmisi
- Smoothing reactor. Reaktor induktif diantara dc output converter dan beban.
Reaktor ini digunakan untuk mengahaluskan ripple pada arus searah,
mengurangi harmonik dan membatasi arus gangguan
- Thyristor (SCR). Peralatan semikonduktor dengan terminal anode, katode dan
gate untuk mengendalikan pengapian.

Sistem transmisi HVDC dapat dikategorikan menjadi 3 kategori utama, yaitu :

1. Sistem Back to Back

Pada sistem back to back, baik rectifier ataupun inverter berlokasi di stasion
yang sama dan biasanya terletak pada satu bangunan. Rectifier dan inverter
biasanya terintegrasi dengan sebuah reactor. Sistem Back to back digunakan
untuk menghubungkan dua sistem ac yang tidak sinkron. Kedua sistem ac
tersebut dapat berbeda frekuensi operasinya, misalnya yang satu
berfrekuensi 50 Hz dan yang satunya lagi 60 Hz. Sistem Back to back juga
dapat digunakan untuk menghubungkan dua sistem ac yang sama
frekuensinya namun tidak beroperasi secara sinkron.
Gambar 4.3 Sistem Back to Backdari Suatu Transmisi DC

2. Sistem DC Dua Terminal

Sistem DC Dua Terminal dapat didesain bipolar atau monopolar. Konfigurasi


bipolar merupakan susunan yang biasa dipakai untuk sistem dengan saluran
udara. Pada konfigurasi ini ada 2 konduktor, satu konduktor untuk satu jenis
polaritas (positif dan negatif). Setiap konduktor mengalirkan arus yang
relative sama besar. Perbedaan arus antar konduktor ini biasanya kecil dan
akan mengalir kembali ke tanah. Konfigurasi monopolar memiliki satu
konduktor, baik digunakan untuk polaritas positif ataupun negative, yang
mana arusnya akan mengalir kembali ke tanah (ground return) atau
konduktor metal (metallic return). Konfigurasi monopolar ground return ini
digunakan biasanya untuk sistem kabel bawah laut, dimana arus balikannya
akan melalui laut. Konfigurasi monopolar ini juga dapat digunakan untuk
operasi emergency pada waktu yang singkat untuk Sistem DC Dua Terminal
(bipolar) ketika terjadi gangguan satu pole. Namun, karena alasan terjadinya
interference dengan telepon atau utilitas lain, akan membatasi operasi ini.
Untuk mengatasi keterbatasan operasi ini maka dipilih lah jenis monopolar
metallic return.

Gambar 4.4 Sistem Transmisi DC Dua Terminal Jenis Bipolar


Gambar 4.5 Sistem Transmisi Dc Dua Terminal Jenis Monopolar Ground Return

Gambar 4.6 Sistem Transmisi Dc Dua Terminal Jenis Monopolar Metalic Return

3. Sistem Multiterminal

Ada dua konfigurasi dasar untuk sistem multiterminal ini yaitu konfigurasi
paralel dan konfigurasi serial.

Konfigurasi paralel dapat terhubung radial ataupun terhubung secara jaring.


Pada sistem dc multiterminal ini, seluruh converter dioperasikan pada
tegangan dc yang sama, mirip seperti interkoneksi pada sistem ac. Pada
model operasi ini, satu converter menentukan tegangan operasi dan seluruh
terminal yang lain beroperasi pada mode kontrol arus.
Gambar 4.7 Sistem Transmisi Dc Multi Terminal :
(A) Terkoneksi Secara Paralel - Radial; (B) Terkoneksi Secara Paralel – Jaring

Pada sistem dc multiterminal yang terhubung seri, seluruh converter beroperasi pada nilai
arus yang sama. Satu converter mennetukan nilai arus yang akan dipakai bersama oleh
seluruh converter. Selain converter yang bertugas menentukan nilai arus, converter yang
lain beroperasi pada mode kontrol tegangan.

Gambar 4.8 Sistem Transmisi Dc Multi Terminal Terkoneksi Secara Serial

4.1.3. Perbandingan Keekonomisan Transmisi AC dan DC

Pada kasus dimana sistem HVDC dipilih berdasarkan pertimbangan teknik, mungkin hanya
ada satu pilihan kegunaan yaitu untuk menghubungkan sistem yang tidak sinkron. Namun
demikian untuk transmisi daya jarak jauh, dimana baik ac ataupun HVDC memungkinkan
untuk digunakan, keputusan akhir bergantung pada biaya total dari setiap alternatif.

Total biaya dari suatu sistem transmisi terdiri dari biaya saluran (konduktor, isolator, dan
tower) ditambah biaya Right-of-Way (RoW). Suatu saluran dc dengan dua konduktor dapat
mengalirkan jumlah daya yang hampir sama seperti saluran ac tiga fasa dengan memakai
saluran konduktor yang ukurannya sama. Namun demikian, tower dc dengan dua konduktor
lebih sederhana dan lebih murah daripada tower ac tiga fasa.Oleh karena itu, biaya per mil
dari saluran dan RoW akan lebih rendah untuk saluran dc. Rugi-rugi daya pada saluran dc
juga lebih rendah daripada saluran ac untuk penyaluran daya yang sama. Namun demikian,
sistem HVDC memerlukan converter pada setiap akhir saluran, Oleh sebab itu, biaya
terminal untuk sistem dc lebih mahal daripada ac.

Variasi dari biaya total untuk ac dan dc sebagai fungsi dari panjang saluran ditunjukan pada
gambar di bawah. Sebagai ilustrasi, disana ada suatu titik jarak break-event yang mana total
biaya untuk sistem dc akan lebih murah daripada sistem ac. Titik ini berada di sekitar jarak
500 sampai 800 km untuk saluran udara, 20 sampai 50 km untuk kabel bawah laut, dan 40
sampai 100 km untuk kabel bawah tanah.
Gambar 4.9 Biaya sistem transmisi sebagai fungsi dari panjang saluran untuk
sistem ac dan dc
4.2. Pemilihan Level Tegangan pada sistem transmisi tenaga listrik

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No. 01.P/47/MPE/1992 tanggal


07 Februari 1992 Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) adalah saluran tenaga listrik yang
menggunakan kawat telanjang (penghantar) di udara bertegangan di atas 35 s/d 245 kV
sesuai standar dibidang ketenagalistrikan (Pasal 1 Ayat 3), dan dan Saluran Udara
Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) adalah saluran tenaga listrik yang menggunakan kawat
telanjang (penghantar) diudara bertegangan di atas 245 kV sesuai standar di bidang
ketenagalistrikan (Pasal 1 ayat 4).

Berdasarkan SPLN No. T6.001:2013, beberapa istilah yang perlu diketahui mengenai
tegangan-tegangan standar diantaranya adalah :

- Tegangan Nominal / Pengenal Sistem :

Tegangan nominal suatu sistem adalah nilai tegangan yang disandang suatu
sistem atau perlengkapan dan kepadanya karakteristik kerja tertentu dan
sistem dan perlengkapan itu dirujuk.

- Tegangan Rendah :

Tegangan sistem antara 100 V sampai dengan 1 000 V.

- Tegangan Menengah :

Tegangan sistem di atas 1 000 V sampai dengan 35 000 V.

- Tegangan Tinggi :

Tegangan sistem di atas 35.000 V sampai dengan 245 000 V.

- Tegangan Ekstra Tinggi :

Tegangan sistem di atas 245 000 V.

- Tegangan Tertinggi Suatu Sistem :


Tegangan tertinggi yang terjadi dalam keadaan kerja normal pada setiap saat
dan di setiap titik pada sistem itu. Hal ini tidak mencakup transien tegangan,
misalnya karena variasi switching sistem dan variasi tegangan temporer.

- Tegangan Terendah Suatu Sistem :

Tegangan terendah yang terjadi pada kondisi operasi normal disetiap saat
dan di setiap titik pada sistem itu. Hal ini tidak mencakup transien tegangan,
misalnya karena variasi switching sistem dan variasi tegangan temporer.

- Tegangan Standar :

Tegangan standar yang dipakai di Indonesia untuk sistem tegangan tinggi


adalah :

Tabel 4.1 Sistem Fase Tiga a.b. Yang Bertegangan Nominal Diatas 35 kV
Sampai Dengan 230 kV dan Perlengkapan Terkait

Tabel 4.2 Sistem Fase Tiga a.b. Yang Bertegangan Tertinggi


Untuk Perlengkapan Melebihi 245 kV

Dari data di atas dapat dilihat bahwa level tegangan yang ada pada sistem penyaluran yang
dipakai di Indonesia diantaranya adalah 66 kV dan 150 kV untuk Saluran udara tegangan
tinggi / SUTT dan 275 kV dan 500 kV untuk Saluran udara tegangan ekstra tinggi / SUTET.

4.3. Pemilihan Metode Pemasangan


Metode pemasangan yang banyak digunakan di antaranya adalah saluran udara dan
saluran kabel.

4.3.1. Saluran Udara

Berdasarkan fungsi dari tiap-tiap komponennya, sistem transmisi SUTT / SUTET


dikelompokkan sebagai berikut:

1. Current Carrying / Pembawa Arus


2. Insulation / Isolasi
3. Structure / Struktur
4. Junctions / Penghubung

1. Current Carrying (Pembawa Arus)


Komponen yang termasuk dalam fungsi pembawa arus adalah komponen
SUTT/ SUTET yang berfungsi dalam proses penyaluran arus listrik dari
Pembangkit ke GI/ GITET atau dari GI/ GITET ke GI/ GITET lainnya.

Bahan konduktor yang dipergunakan untuk saluran energi listrik perlu


memiliki sifat sifat sebagai berikut:

a. Konduktivitas tinggi
b. Kekuatan tarik mekanik tinggi
c. Berat jenis yang rendah
d. Ekonomis
e. Lentur/ tidak mudah patah

Ada banyak tipe dari konduktor yang digunakan untuk saluran udara. Tipe-
tipe tersebut bervariasi baik ukuran ataupun jumlahnya, bergantung pada
level tegangan dan tipe sirkitnya. Tembaga, alumunium, dan baja merupakan
material yang banyak digunakan untuk saluran udara ini.

Tembaga yang digunakan ada tiga jenis yaitu hard drawn, medium-hard
drawn, dan soft drawn atau annealed. Tembaga hard drawn memiliki
kekuatan yang paling tinggi dan digunakan untuk sirkit dengan span yang
paling panjang. Namun, jenis ini tidak fleksible pada saat pengerjaannya.
Tembaga medium-hard drawn banyak ditemukan pada sirkit distribusi dengan
jarak menengah. Tembaga soft drawn merupakan konduktor tembaga yang
paling lemah dan digunakan untuk span yang pendek.

Kawat baja kualitas konduktor nya hanya satu per sepuluh dari tembaga,
sehingga kawat baja ini jarang digunakan sendiri. Namun demikian, kawat
baja ini memiliki keuntungan ekonomis melebihi jenis konduktor yang lain.
Selain itu, kawat baja lebih kuat dibandingkan tembaga sehingga dapat
digunakan untuk span yang panjang dan hanya memerlukan support yang
lebih sedikit.

Alumunium memiliki kualitas 60 sampai 80 persen dari kualitas konduktor


tembaga dan kekuatannya 50 persen konduktor tembaga. Namun demikian
alumunium lebih ringan jika dibandingkan dengan tembaga dan baja,
alumunium juga relatif menguntungkan untuk mentransmisikan daya ac
karena dapat mengurangi skin effect, sehingga cocok untuk saluran udara.
Biasanya, kawat alumunium dipilin mengelilingi inti kawat baja untuk
membentuk konduktor yang diistilahkan dengan konduktor alumunium
conductor steel reinforced (ACSR). Semakin banyak pilinan pada konduktor
ACSR, maka akan semakin fleksible.
Komponen utama yang termasuk fungsi pembawa arus adalah Bare
Conductor OHL seperti : Bare Copper, ACSR, TACSR dan HTLSC).

a) Konduktor Jenis Tembaga (BC: Bare Copper)

Konduktor ini merupakan penghantar yang baik karena memiliki


konduktivitas tinggi dan kekuatan mekanik yang cukup baik.

b) Konduktor jenis aluminium

Konduktor dengan bahan aluminium lebih ringan daripada konduktor jenis


tembaga, konduktivitas dan kekuatan mekaniknya lebih rendah. Jenis-
jenis konduktor alumunium antara lain:

- Konduktor ACSR (Alumunium Conductor Steel Reinforced)

Konduktor jenis ini, bagian dalamnya berupa steel yang mempunyai


kuat mekanik tinggi, sedangkan bagian luarnya berupa aluminium
yang mempunyai konduktivitas tinggi. Karena sifat elektron lebih
menyukai bagian luar konduktor daripada bagian sebelah dalam
konduktor, maka pada sebagian besar SUTT maupun SUTET
menggunakan konduktor jenis ACSR.

Untuk daerah yang udaranya mengandung kadar belerang tinggi


dipakai jenis ACSR/AS, yaitu konduktor jenis ACSR yang konduktor
steelnya dilapisi dengan aluminium.

Gambar 4.10 Konduktor ACSR

- Konduktor jenis TACSR (Thermal Aluminium Conductor Steel


Reinforced)

Pada saluran transmisi yang mempunyai kapasitas penyaluran /


beban sistem tinggi maka dipasang konduktor jenis TACSR.Konduktor
jenis ini mempunyai kapasitas lebih besar tetapi berat konduktor tidak
mengalami perubahan yang banyak, tapi berpengaruh terhadap
sagging.
Gambar 4.11 Konduktor TACSR

- Konduktor jenis HTLSC (contoh ACCC)

Konduktor jenis ini, bagian dalamnya berupa composite yang


mempunyai kuat mekanik tinggi, dikarenakan tidak dari bahan
konduktif, maka bahan ini tidak mengalami pemuaian saat dibebani
arus maupun tegangan.Untuk konduktor jenis ini tidak mengalami
korosi cocok untuk daerah pinggir pantai, sedangkan bagian luarnya
berupa aluminium yang mempunyai konduktivitas tinggi. Konduktor
jenis ini dipilih karena memiliki karakteristik high conductivity & low
sag conductor.

Gambar 4.12 Konduktor HTLSC (jenis ACCC)

Keunggulan Konduktor ACCC:

1. Daya Hantar:

Konduktor ACCC dapat menyalurkan arus dua kali lipat dibanding


Konduktor biasa/konvensional.

Core/Inti yang lebih ringan memungkinkan penambahan luas


aluminium sampai 28 % tanpa penambahan berat.

2. Mengurangi Losses

Pada kondisi beban sama mengurangi losses 30 sampai 40%


dibanding konduktor dengan diamater dan berat yang sama.

3. Kekuatan Berat

Hybrid Carbon Composite Core lebih kuat dan lebih ringan dari
steel core/ inti Baja.
4. Bentang lebih Panjang

Lebih kuat dan dimensi yang stabil memungkinkan span lebih


panjang atau tower yg lebih rendah.

2. Insulator / Isolasi
Insulator / Isolasi berfungsi untuk mengisolasi bagian yang bertegangan
dengan bagian yang tidak bertegangan/ ground, baik saat normal continous
operation dan saat terjadi surja (termasuk petir) di dalam saluran transmisi.

Sesuai fungsinya, insulator yang baik harus memenuhi sifat :

a) Karakteristik elektrik

Insulator mempunyai ketahanan tegangan impuls petir pengenal dan


tegangan kerja, tegangan tembus minimum sesuai tegangan kerja dan
merupakan bahan isolasi yang diapit oleh logam sehingga merupakan
kapasitor.Kapasitansinya diperbesar oleh polutan maupun kelembaban
udara di permukaannya. Apabila nilai isolasi menurun akibat dari polutan
maupun kerusakan pada insulator, maka akan terjadi kegagalan isolasi
yang akhirnya dapat menimbulkan gangguan.

b) Karakteristik mekanik

Insulator harus mempunyai kuat mekanik guna menanggung beban tarik


konduktor penghantar maupun beban berat insulator dan konduktor
penghantar.

Insulation pada SUTT/ SUTET dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:

1) Ceramic Insulator (Insulator Keramik)


2) Non – Ceramic Insulator
Insulator gelas/ kaca
Insulator Polymer
3) Isolasi Udara ( Ground Clearance ) di sekitar kawat penghantar

Gambar 4.13 Komponen Insulator Piring

3. Structure (Struktur)
Komponen utama dari Fungsi structure pada sistem transmisi SUTT /
SUTET adalah Tiang (Tower).Tiang adalah konstruksi bangunan yang kokoh
untuk menyangga / merentang konduktor penghantar dengan ketinggian dan
jarak yang aman bagi manusia dan lingkungan sekitarnya dengan sekat
insulator. Structure terbagi dalam 3 bagian, yaitu:

a. Bracing Tower (Besi Siku Tower)

Rangkaian Bracing tower membentuk struktur tower yang berfungsi


menjaga dan mempertahankan kawat penghantar pada jarak ground
clearance tertentu sehingga proses transmisi daya berlangsung kontinyu

b. Mur dan Baut Tower

Mur dan baut tower berfungsi menyatukan bracing sehingga membentuk


konstruksi tower.

c. Pondasi Tower

Pondasi adalah konstruksi beton bertulang untuk mengikat kaki tower


(stub) dengan bumi.Jenis pondasi tower beragam menurut kondisi tanah
tempat tapak tower berada dan beban yang akan ditanggung oleh tower.
Pondasi tower yang menanggung beban tarik (tension) dirancang lebih
kuat / besar daripada tower tipe suspension.

Gambar 4.14 Tiang Tower

4. Junction (Penghubung)
Berfungsi menghubungkan sub sistem Current carrying (pembawa arus), sub
sistem insulation (isolasi) dan subsistem structure (struktur). Junction pada
sistem transmisi SUTT/ SUTET adalah semua komponen pendukung fungsi
pembawa arus, isolasi dan struktur. Berdasarkan perannya sebagai
komponen pendukung, junction terbagi atas:

a. Menghubungkan subsistem Current carrying (pembawa arus) dengan


subsistem insulation (isolasi), terdiri atas :

- Suspension Clamp
- Strain Clamp
- Dead End Compression
- Socket clevis
- Bolt clevis
- Triangle plate
- Dan lain-lain

Gambar 4.15 Strain Clamp

b. Menghubungkan subsistem insulation (isolasi) dengan subsistem


structure (struktur), terdiri atas:

- Triangle plate
- Link bolt socket
- Extension link
- Shackle
- Dan lain-lain

4.3.2. Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) Dan Saluran Kabel Laut (SKLT)

Konstruksi saluran kabel bawah tanah didesain kebanyakan untuk area perkotaan yang
sangat dipengaruhi oleh faktor ekonomi, keramaian, dan kepadatan populasi. Walaupun
saluran udara dianggap lebih murah dan lebih mudah untuk dipelihara, pengembangan
kabel bawah tanah dan teknologi konstruksinya menjadikan selisih biaya menjadi lebih
kompetitif pada instalasi di daerah perkotaan.

Konduktor yang digunakan untuk kabel bawah tanah berbeda dengan yang digunakan pada
saluran udara. Konduktor kabel bawah tanah terisolasi disepanjang konduktornya dan
sebagian dilengkapi dengan lapisan pelindung. Kabel ini dapat secara langsung ditanam di
dalam tanah atau dipasang pada saluran yang ada di dalam tanah. Konduktor pada kabel ini
biasanya terbuat dari tembaga atau alumunium yang biasanya terpilin. Kebanyakan dibuat
dari tembaga soft-drawn karena tidak harus menahan beban yang berat. Kabel ini dapat
berbentuk single konduktor atau multiple konduktor yang terbungkus pada satu bungkusan
kabel untuk keekonomisan.

Berdasar material dielektriknya, kabel tegangan tinggi dapat dibedakan ke dalam 2 jenis,
yaitu :

1. Kabel Minyak
2. Kabel Kering (XLPE)
1. Sistem SKTT & SKLT Kabel Minyak
Minyak digunakan sebagai media dielekrik pada kabel jenis ini, selain itu
minyak juga merupakan material penyalur panas. Komponen utama dari
suatu sistem SKTT & SKLT kabel minyak adalah Current Carrying /
Pembawa Arus.

Sistem SKTT dan SKLT kabel minyak dapat dibagi ke dalam sub-sub sistem
sebagai berikut:

1. Penyalur Arus
2. Isolasi
3. Pelindung Mekanik (Outer Case)
4. Pelindung Elektrik
5. Pendingin
6. Pengaman Kabel
7. Sarana Pendukung

Gambar 4.16 Kabel XLPE

1) Penyalur Arus

- Konduktor

Konduktor merupakan media dimana arus mengalir. Konduktor yang


digunakan yaitu tembaga atau aluminium, logam tersebut dipilih
dengan pertimbangan beberapa hal yaitu arus beban dan
keekonomisan.

Untuk menyalurkan energi listrik pada tegangan tinggi biasanya


digunakan konduktor jenis Milliken. Konduktor tersebut umumnya
dibuat “Six Stranded Segmen” dan terisolisasi antara segmen satu
dengan yang lain, tersusun disekeliling kanal yang berisi spiral
penyangga dan diikat bersama dengan pita Bronze.

- Terminasi
Komponen terminasi merupakan sambungan kabel menuju peralatan
lain (GIS, Cable Head). Terminasi/Sealing End dilengkapi dengan seal
yang tertutup rapat, dan terpisah secara fisik antara ujung konduktor
dan selubung logam (sheath).

Isolasi bagian luar umumnya terbuat dari porselin yang tahan cuaca.
Sealing end dirancang tahan terhadap tegangan uji kabel, tetapi harus
mempunyai tegangan impulse yang tinggi. Terminasi kabel three core
spliter box digunakan untuk memisahkan dari single core menjadi
three core, dipasang pada sealing end. Sealing end jenis minyak
didesian mampu menahan tekanan minyak yang tinggi. Susunan
seperti ini untuk memudahkan saat pemeliharaan tanpa harus
melepas kabel dan memudahkan pemeriksaan minyak pada box
kabel.

Gambar 4.17 Sealing atau Cable Head (Terminal Out Door)

- Sambungan (Jointing)

Joint digunakan untuk menyambung 2 buah ujung kabel. Berdasakan


kondisi hubungan isolasi minyak pada kedua ujung, jointing dibedakan
menjadi 2 jenis yaitu:

a) Sambungan Lurus (Straight Joint)

Pada sambungan lurus, minyak pada kedua ujung kabel


terhubung. Straight Joint yang memiliki bending area dikenal
sebagai Flexible Joint. Pada Straight joint, konduktor aluminium
disambung dengan mengelas/ mengecor dan pada saat
menyambung tekanan minyak dijaga pada tekanan yang rendah
pada sisi ujung kabel. Masing-masing ujung kabel mempunyai
boks tekanan minyak yang mempunyai katup-katup untuk
mengatur sehingga minyak dapat terus-menerus meresapi isolasi
kertas pada saat pekerjaan penyambungan. Pada kabel jenis yang
lain, pendingin dan isolasi menggunakan kanal minyak steel spiral
yang dipasang pada kanal pusat konduktor dengan tujuan agar
minyak terus mengalir menekan isolasi kertas (Impregnated
paper).
b) Sambungan Henti (Stop Joint)

Pada stop joint, minyak pada kedua ujung kabel tidak terhubung,
terpisah oleh insulated joint. Pada Oil Filled Cable (OFC), Stop
joint digunakan untuk membagi sirkit kedalam seksi-seksi tekanan
minyak yang terpisah, masing-masing dilengkapi dengan
peralatan untuk ekspansi minyak. Pemisahan ini dimaksudkan
untuk membatasi tekanan minyak tidak melebihi batasan
keamanan tekanan (Over Pressure) dan membagi beberapa
bagian panjang kabel menjadi beberapa seksi tekanan minyak
untuk memudahkan pemeliharaan.

2) Isolasi

Pada umumnya bagian-bagian konduktif dari suatu peralatan listrik


haruslah aman bagi pengguna atau pemakainya, untuk itu pada bagian ini
umumnya dilapisi dengan bahan isolasi. Dikarenakan bahan isolasi
digunakan untuk memisahkan bagian-bagian yang bertegangan, maka
sifat kelistrikan dari bahan tersebut memegang peranan yang sangat
penting, disamping sifat mekanis, sifat termal, ketahanan terhadap bahan
kimia serta sifat-sifat lainnya juga perlu diperhatikan dari bahan isolasi
tersebut. Pada instalasi Saluran Kabel Tegangan Tinggi dikenal dua jenis
bahan isolasi, yaitu Isolasi Padat dan Isolasi Cair

- Isolasi Padat

Isolasi padat terdiri atas beberapa komponen yaitu :

a) Kertas

Isolasi kabel ini terbuat dari jenis isolasi padat terdiri dari kertas
yang dilapiskan pada konduktor yang diresapi dengan Viscose
Compound dan dilakukan treatment untuk membuang kelembaban
serta udara.

b) Bushing (Keramik / Komposit)

Untuk menjaga nilai isolasi kertas maka diberi tekanan 1 s/d 5


atm. Isolasi jenis ini digunakan untuk instalasi kabel dengan
tegangan tinggi supaya menaikkan Dielektrik Strength Isolasi.

c) Heat Shrink

Isolasi ini merupakan pengaman pada terminasi joint maupun


sealing end terhadap karat atau berfungsi sebagai Anti Corrosion
Protection yang menggunakan “Adhering Layer Covered” atau
PVC, bergantung pada jenis kabel. Isolasi ini digunakan pada
terminasi dengan cara dipanaskan (ciut panas). Dipasang pada
bagian terluar kabel.
d) Compound

Merupakan suatu bahan sejenis aspal yang dipakai pada setiap


tabung sambungan (joint), yang berfungsi untuk mengisolasi
sambungan dengan metal case joint atau terhadap ground.

- Minyak Isolasi Kabel

Bahan minyak isolasi kabel pada umumnya digunakan sebagai


pendingin kabel dan isolasi. Karena itu persyaratan untuk bahan
isolasi kabel dapat digunakan untuk isolasi yaitu mempunyai tegangan
tembus dan daya serap panas yang tinggi.

3) Pelindung Mekanik (Outer Case)

Oleh karena penempatan kabel ditanam dibawah tanah/laut yang


menimbulkan getaran, maka dibutuhkan perlindungan mekanik SKTT
maupun SKLT dari gangguan eksternal yang bersifat memberikan stress
mekanik pada kabel. Guna mengantisipasi hal tersebut, maka Kabel
tenaga dilengkapi dengan beragam pelindung yang akan dijelaskan pada
sub bab berikut ini :

- Lead Sheat

Suatu selubung logam dari timah atau aluminium dipasang sesudah


isolasi. Jika digunakan timah harus dilengkapi dengan suatu penguat
untuk menahan ekspansi radial. Material ini umumnya berupa suatu
tembaga tipis atau pita alloy yang sangat ketat dillitkan secara
berlapis pada selubung guna membentuk suatu penutup. Fungsi
selubung aluminium adalah untuk menaikkan fleksibility, dimana
ketebalan selubung aluminium tergantung pada diameter dan variasi
tekanan operasi yaitu dengan range 1,5 mm sampai dengan 5,5 mm.

- Bedding

Pelindung ini berfungsi mencegah masuknya air kedalam permukaan


Lead sheat agar terhindar dari corosive. Material bedding ini
umumnya terbuat dari karet atau tape yang elastis.

- Armour Rod

Terbuat dari Galvanis steel wire atau tembaga (CU) yang dipasang
sesudah lead sheat dan heat srink isolasi. Armour rod suatu penguat
untuk menahan ekspansi tekanan termis dari luar atau dalam. Material
ini umumnya berupa suatu galvanis steel wire yang berukaran
diameter 8mm sampai dengan 10 mm yang dililitkan sepanjang kabel.
- Black PE (Poly Ethelene) dan Inner Sheath

Penutup kabel bagian luar adalah dari extruded black PVC dan
tambahan bahan kimia lead naphtenate seperti pada anti termite,
nominal ketebalannya 3,0 mm. Penutup pengaman anti corrosion dan
sebagai lapisan bedding untuk lapisan anti termite pita kuningan
extruded black polyethilene compound digunakan dengan tebal
nominal 2,0 mm.

- Flange Sealing End (untuk Ventilasi)

Flange sealing end ini berfungsi untuk melakukan pernapasan atau


pembuangan udara yang terjebak didalam top sealing end setelah
dilakukan pengisian minyak isolasi. Material flange sealing end ini
terbuat dari tembaga (Cu) atau sejenis dengan material yang
digunakan pada top connector.

- Mechanical Structure Pada Sealing End

Mechanical structure merupakan struktur dudukan atau penyangga


sealing end yang terbuat dari galvanis steel.

- Outer Case

Penampung Compound pada sambungan untuk melindungi


komponen joint.

- Joint Box

Pada sambungan (joint) yang bersekat, selubung logam diikat (bond)


dan langsung ditanahkan, namun pemasangan seperti ini instalasi
tidak dapat dilakukan pengujian. Dengan alasan ini maka pada tiap
sambungan, kabel penghubung crossbonding ditarik kedalam box
khusus atau disebut box culvert.

- Cable Duct

Sebagai media saluran kabel tanah berbentuk terowongan yang


melintasi jalan raya, rel kereta atau yang melalui sungai kecil biasanya
menggunakan cable duct. Cable duct terbuat dari beton atau baja
yang mempunyai kekuatan mekanis untuk melindung tekanan dari
beban yang melintas diatas cable duct.

- Jembatan Kabel

Jembatan kabel berfungsi untuk sarana penopang kabel yang


melintasi sungai atau jembatan, Jembatan kabel ini terbuat dari beton
atau baja dimana pada kedua ujungnya diberi rambu-rambu
pengaman.

4) Pelindung Elektrik
Kabel mengalami stress elektrik yang ditimbulkan oleh tegangan induksi
konduktor ke komponen logam pada kabel. Tegangan induksi ini dapat
menimbulkan arus induksi yang menyebabkan panas, baik pemanasan
lokal maupun rugi panas dalam proses transfer daya.

Komponen-komponen yang termasuk pelindung elektrik adalah sebagai


berikut:

- Electrostatic Screen

Electrostatic screen dipasang pada konduktor dan isolasi kabel


minyak tegangan tinggi. Screen ini berguna untuk mendistribusikan
stress electric pada kabel secara radial, hal ini untuk menghindari
timbulnya stress secara longitudinal dan terkonsentrasi
padapermukaan yang dapat menyebabkan kegagalan isolasi.

Bahan screen untuk isolasi pita kertas pada umumnya terbuat dari
pita kertas yang diapisi aluminium atau pita kertas yang terbuat dari
semi conducting carbon atau carbon paper. Untuk jenis isolasi XLPE,
screen terbuat dari campuran semi-conducting extruded. Screen ini
dilengkapi dengan elektroda pentanahan yang berfungsi melewatkan
jalur balik untuk arus gangguan sehingga harus didesain untuk
mampu dilalui sejumlah arus saat terjadi hubung singkat tanpa
menyebabkan kerusakan pada isolasi. Selubung penutup metal yang
hampa sering kali diperlukan dan ini menyediakan fungsi tambahan
untuk menahan tekanan pada selubung, misal untuk kabel minyak
dan juga berfungsi sebagai penahan kelembaban.

- Sistem Pentanahan

Sistem pentanahan memiliki fungsi utama menghilangkan arus


selubung logam yang diakibatkan oleh induksi pada konduktor yang
dapat menimbulkan rugi panas. Komponen – komponen pada sistem
pentanahan meliputi:

a) Selubung Logam
b) Pisau pentanahan
c) Compound
d) Isolator Support
e) Arrester Pentanahan

- Kabel Coaxial

Kabel Coaxial berfungsi sebagai minor section yang terangkai menjadi


major section, diperlukan kabel penghubung yang didesain khusus.
Kabel penghubung ini harus mempunyai impedansi serendah
mungkin. Pada kondisi normal kabel penghubung tidak dialiri arus,
tetapi pada waktu terjadi gangguan akan mengalir arus selubung
logam sehingga kabel penghubung tersebut harus mempunyai
penampang paling tidak sama dengan kemampuan selubung logam
yaitu dengan penampang 240 mm2 atau 300 mm2 dan berfungsi
untuk megetahui kekuatan isolasi lead seat yang menuju joint didepan
dan belakangnya.

- Pendingin

Subsistem pendingin berfungsi sebagai pendingin konduktor dalam


mentransfer daya. Minyak yang bersirkulasi melalui pipa minyak,
dalam hal ini digunakan sebagai media penyerap panas. Adapun
komponen pendingin selengkapnya adalah sebagai berikut:

a) Minyak

Selain sebagai komponen dielektrik, minyak juga memiliki fungsi


dalam mentransfer panas yang timbul dalam proses aliran daya.
Minyak yang digunakan sama seperti minyak yang digunakan
pada transformator yang memiliki daya hantar panas yang tinggi.

b) Kanal Minyak/Oil Duct

Pada kabel minyak dilengkapi dengan kanal minyak (oil duct) yang
terbuat dari Steel Strip Spiral bulat terbuka yang menggunakan
kawat konduktor stranded. Untuk jenis Segmental Self Supporting
Conductor tidak perlu menggunakan Steel Spiral. Diameter kanal
minyak disesuaikan dengan persyaratan sistem hidrolik, dan
umumnya dengan batas 12 s.d 25 mm. Pada sistem instalasi
kabel, dilengkapi dengan tangki-tangki ekspansi baik ujung yang
satu maupun ujung yang lainnya, bergantung pada sirkitnya, atau
juga dapat dipasang tangki ditengah-tengah instalasi kabel.

c) Tangki Minyak

Untuk mengantisipasi pemuaian minyak akibat panas maka


dibutuhkan ruang untuk fleksibilitas perubahan volume minyak
maka dibutuhkan tangki minyak. Fungsi lain tangki minyak yang
sangat penting adalah untuk reservoar cadangan minyak yang
dapat dipasok kedalam kabel apabila ada kebocoran pada kabel.
Gambar 4.18 Tangki Minyak

d) Pipa Minyak

Pipa minyak berfungsi sebagai sarana penghubung minyak dari


sealing end atau stop joint menuju tangki minyak sebagai
pengaman terjadinya perubahan tekanan atau volume minyak
yang disebabkan oleh temperatur minyak kabel.

- Pengaman Kabel

Sub Sistem Pengaman Kabel terdiri dari rangkaian proteksi yang


digabung dengan alat penunjuk tekanan minyak kabel. Selain itu, juga
diindungi dengan arrester yang mengamankan dari tegangan surja.
Beberapa komponen pengaman kabel diantaranya :

a) Manometer

Manometer berfungsi sebagai alat ukur/monitor tekanan media


isolasi juga sebagai backup proteksi mekanik di luar proteksi-
proteksi secara elektris yang telah ada.

Gambar 4.19 Manometer Tekanan Minyak Kabel

b) Pilot Kabel

Pada instalasi kabel tanah tegangan tinggi selain kabel power


yang tertanam dibawah tanah, juga memerlukan kabel lain dalam
satu saluran, yaitu kabel pilot.

Kabel tersebut tertanam dekat dengan kabel power sehingga


memungkinkan terkena induksi, untuk itu memerlukan desain yang
khusus. Desain khusus dimaksud adalah kabel pilot dilengkapi
dengan isolasi yang mampu terhadap tegangan tinggi lebih dari 15
kV.

c) SVL/ Arrester Sistem

Tingkat isolasi selubung logam dibuat tahan terhadap tegangan


surja yang disebakan oleh adanya gangguan. Hal ini agar dapat
dibatasi harga maksimum tegangan impulse yang masuk ke kabel
sehingga isolasi selubung logam akan aman. Peralatan ini
mempunyai tahanan tidak linier atau sela percik (Spark Gap).
Kotak hubung digunakan tahanan tidak linier yang mempunyai
tahanan dalam tinggi pada kondisi normal dan mengalirkan arus
yang kecil. Tahanan akan menurun secara cepat pada waktu
tegangan naik dan menyalurkan arus yang besar pada waktu
terjadi pukulan impulse serta mencegah tegangan surja diatas
tingkat isolasi selubung logam.

d) Tank Chamber

Instalasi kabel tanah tegangan tinggi jenis ini menggunakan


minyak dilengkapi dengan instalasi pemasok minyak yang
berfungsi menjaga kondisi tekanan didalam kabel selalu positip.
Pemasok minyak menggunakan tangki-tangki yang bertekanan,
yang akan memberikan tekanan pada kondisi kabel bebannya
rendah dan tangki juga berfungsi untuk menampung kelebihan
tekanan pada waktu kabel tersebut dibebani.

- Sarana Pendukung

Sub sistem sarana pendukung merupakan sub sistem yang terdiri dari
asesories dan sarana K3 yang mendukung Sistem Kabel Tenaga.

a) Pagar

Pada umumnya pagar ini terbuat dari besi, yang dipasang pada
ujung-ujung saluran kabel yang melintasi sungai atau jembatan.

b) Patok Dan Rambu

Untuk mengetahui/menandai jalur kabel tanah biasanya digunakan


Patok beton, sedangkan pada kabel laut digunakan rambu-rambu
berupa pelampung.

c) Rumah Tangki

Berfungsi untuk menaruh/ mengamankan tangki minyak dari faktor


eksternal.
2. Sistem SKTT & SKLT Kabel XLPE
Pada kabel tenaga tipe XLPE, secara umum memiliki sub sistem dan
komponen yang sama dengan kabel minyak, hanya berbeda pada Material
Dielektrik (Isolasi) dimana digunakan XLPE.

Pada saat ini kabel tenaga banyak digunakan pada kota metropolitan karena
kabel tenaga berada dibawah tanah sehingga tidak mengganggu keindahan
tata kota, disamping itu kabel tanah mempunyai kekuatan dielektrik yang baik
serta mudah untuk penginstalasian, pemeriksaan dan pemeliharaannya.
Kabel yang menggunakan cross-link polyethylene dengan teknik pembuatan
teknologi tinggi memungkinkan untuk digunakan pada tegangan yang lebih
tinggi. Pembuatan kabel XLPE ini berkembang terus sehingga kabel minyak
tegangan 275 kV akan diganti dengan kabel isolasi cross-link polyethylene.

Kabel XLPE baru-baru ini mempunyai berat yang sangat ringan, mempunyai
kemampuan termal yang lebih baik dan biaya instalasinya juga lebih murah
dibandingkan kabel minyak. Apabila kabel XLPE terjadi kerusakan maka
perbaikannya akan lebih mudah dan lebih murah dibandingkan dengan kabel
isolasi minyak.

Gambar 4.20 Kabel XLPE

1) Karakteristis Thermal XLPE

Oleh karena menggunakan cross-linking, kabel XLPE adalah material


yang tahan panas. XLPE tidak dapat meleleh seperti polyethylene tetapi
terurai, dan membentuk karbon jika terbuka pada waktu yang lama diatas
suhu 300°C. Suhu konduktor yang diijinkan pada waktu terjadi hubung
singkat selama 1 detik adalah 250° C, pada beban kontinyu suhunya 90°
C.

2) Karakteristik Elektris XLPE


Sifat listrik yang baik dari PE adalah tidak berubah selama proses cross-
linking, oleh karena itu XLPE seperti PE mempunyai dissipasi faktor yang
sangat kecil dan hanya tergantung pada suhu faktor dissipasi (tan delta)
dan konstanta dielektrik (ε). Oleh karena itu rugi dielektrik dari kabel
XLPE lebih kecil dibandingkan dengan PVC dan kabel isi minyak. Kabel
XLPE cocok untuk rute kabel yang panjang dengan tegangan tinggi dan
bila rugi –rugi listrik menjadi bahan pertimbangan.

3) Karakteristik Mekanis XLPE

Polyethylene mempunyai sifat mekanik yang baik. Hal ini menarik karena
pada suhu normal PE dapat menahan lokal stress lebih baik dari PVC.
Dalam hal ini XLPE mempunyai keuntungan yang sama seperti PE dan
pada tingkat tertentu misalnya isolasi XLPE juga tahan terhadap abrasi
yang lebih baik dari pada polyethylene. Karena sifat mekaniknya yang
baik, diwaktu yang akan datang kabel XLPE akan lebih banyak digunakan
dari pada kabel konvensional.

4) Karakteristik Kimia XLPE

Tahanan Cross-linking dari molekul XLPE lebih baik dari pada PE, dari
aspek lingkungan PVC maupun kabel minyak mempunyai kerugian yang
jelas, jika kabel PVC terbakar akan memberikan gas-gas yang korosi dan
kabel minyak jika bocor akan merusak suplai air. Penggunaan XLPE pada
kabel tegangan rendah dapat dibuat tahan terhadap rambatan api dan
kompon tidak menghasilkan halogen.

4.4. Pemilihan Jenis Transmisi

Jenis Transmisi yang banyak digunakan di antaranya adalah :

4.4.1. Konduktor Udara

Konduktor termasuk salah satu komponen utama dalam sistem penyaluran tenaga listrik.
Bahan konduktor yang paling banyak digunakan adalah aluminium dengan inti baja atau
lebih dikenal dengan sebutan ACSR (aluminium conductor steel-reinforced). Keuntungan
penggunaan aluminium dibanding dengan jenis bahan yang lain misalnya tembaga adalah
lebih ringan untuk ukuran yang sama dan lebih ekonomis.

Konduktor alumunium terdiri dari beberapa kawat konduktor alumunium yang dipilin menjadi
satu, membentuk konduktor yang lebih besar dimaksudkan untuk menghantarkan arus listrik
sedangkan inti baja digunakan untuk memperkuat kekuatan tarik mekanis dari suatu
konduktor.

Luas penampang konduktor alumunium yang ada dalam acuan normatif adalah : 16, 25, 40,
63, 100, 125, 160, 200, 250, 315, 400, 450, 500, 560, 630, 710, 800, 900, 100 dan 1120
dalam satuan mm2. Jumlah kawat alumunium dalam satu berkas sesuai acuan normatif
adalah : 6, 22, 26, 45, 54, 64, 72, 84. Jumlah kawat baja dalam satu berkas sesuai acuan
normatif adalah : 1, 7, 19.

1. Jenis dan ukuran konduktor yang dipilih


Konduktor aluminium berinti baja untuk saluran udara tegangan tinggi dan
tegangan ekstra tinggi pada jaringan PLN ditetapkan dengan area sebagai
berikut :

- Pemilihan luas penampang niominal alumunium

Luas penampang alumunium yang dipilih adalah : 100, 125, 160, 200,
250, 315, 400, 450, 500, 560, dan 630 dalam mm2 dengan pertimbangan
konduktor lebih kecil dari 100 mm2 tidak efisien diguakan dalan SUTT,
sedangkan konduktor yang lebih besar dari pada 630 mm2 memerlukan
tower dengan desain khusus.

- Pemilihan jenis kawat alumunium

Kawat alumunium yang dipilih adalah jenis A1 (61% alumunium,


homogen dengan resistivity 28,264 nΩm) dengan pertimbangan resistivity
yang lebih rendah dengan harga yang lebih rendah.

- Pemilihan kawat baja

Dengan pertimbangan untuk mengurangi keragaman konduktor, jenis


kawat baja yang dipilih adalah :

a) S1B, untuk kawat baja biasa, dengan jenis galvanis kelas B (atau 2)
b) S2B, untuk kawat baja kekuatan tinggi, dengan jenis galvanis kelas B
(atau 2)
c) SA1A, untuk kawat baja diungkus alumunium kelas 20 jenis A

2. Tabel Hasil Pemilihan


Tabel 4.3 Karakteristik Konduktor

Sejalan dengan pertumbuhan kebutuhan energi listrik yang terus meningkat mengakibatkan
daya listrik yang disalurkan semakin besar. Dengan daya listrik yang besar berarti pada
pengoperasian jaringan tersebut akan terjadi kenaikan temperatur yang cukup tinggi
sehingga jenis konduktor yang diperlukan harus dibuat dari bahan tahan panas. Contoh
konduktor yang terbuat dari bahan tahan panas adalah TACSR (Thermally Aluminium
Conductior Steel-Reinforced) merupakan konduktor jenis ACSR ditambah dengan bahan
aluminium tahan panas yang dikenal dengan sebutan TAL (Thermal Resistant Aluminium
Alloy) yang kemampuan hantar arus sekitar 1.5 kali kemampuan hantar arus ACSR.

Selain ACSR dan TACSR, ada juga jenis konduktor AAC, AAAC atau TAAAC yang biasanya
dipakai sebagai konduktor Busbar dan Crossbar di Gardu Induk atau jenis HTLSC yang
biasanya dipakai untuk pekerjaan rekonduktoring transmisi.

Contoh spesifikasi konduktor tersebut di atas dapat terlihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.4 Karakteristik Konduktor ACSR
Tabel 4.5 Karakteristik Konduktor AAAC
Tabel 4.6 Karakteristik Konduktor HTLSC
4.4.2. Kabel
1. Kabel Minyak
Penggunaan kabel minyak pada perkembangannya jarang digunakan. Salah
satu penyebab berkurangnya penggunaan kabel minyak adalah
pemeliharaan yang cukup sulit dan perkembangan teknologi isolasi kabel
yang memungkinkan kabel diisolasi oleh material yang lebih baik secara
teknis dan ekonomis.

2. Kabel XLPE
Saluran transmisi dengan menggunakan kabel XLPE dapat diklasifikasikan
berdasarkan letaknya yaitu (1) underground atau kabel bawah tanah dan (2)
submarine atau kabel bawah laut.

Kabel bawah tanah biasanya terdiri atas satu atau lebih konduktor dengan
lapisan pelindung berupa material isolasi. Material isolasi yang biasa
digunakan antara lain :

- Rubber atau rubberlike compound


- Varnished cambric dan
- Oil-impragnated paper

Rubber biasanya digunakan pada kabel dengan rating 600 V – 35 kV,


sedangkan polyethylene (PE) dan polyvinyl chloride (PVC) untuk kabel
dengan rating 600 V – 138 kV.

Varnished cambric digunakan pada kabel dengan rating 600 V – 28 kV.

Oil-impragnated paper digunakan pada kabel type solid dengan sampai


dengan 69 kV dan apabila dengan kabel bertekanan sampai dengan 345 kV.
Kabel dengan tekanan tinggi (bisa > 200 psi) digunakan pada saluran
transmisi yang menggunakan tegangan > 69 kV.

Saluran kabel tegangan tinggi (SKTT) 150 kV milik PLN dalam kondisi normal
menggunakan tekanan antara 130 – 140 psi.

Ukuran kabel XLPE tegangan tinggi yang biasa digunakan diantaranya


adalah : 400 mm2, 500 mm2,630 mm2,800 mm2,1000 mm2,1200 mm2,1600
mm2,2000 mm2. Setiap ukuran kabel tersebut memiliki batasan karakteristik
sebagai berikut :
Tabel 4.7 Karakteristik Kabel XLPE

Anda mungkin juga menyukai