Sebuah sistem tenaga listrik terdiri dari pembangkit, saluran transmisi dan distribusi serta
trafo yang dihubungkan bersama untuk membentuk sistem yang besar, kompleks, yang
mampu menghasilkan energi listrik, menyalurkan dan mendistribusikannnya ke wilayah
geografis yang lebih luas. Sistem-sistem yang semula masih isolated akan berkembang
menjadi sistem yang lebih besar dan kompleks seiring dengan pertumbuhan beban dan
konsumsi energi listrik. Sebagai contoh pada gambar berikut adalah pertumbuhan beban
puncak Sistem Jawa – Bali dari Tahun 2006 s.d. 2015 (sumber: Rencana Operasi Tahun
2015 Sistem Jawa – Bali). Terlihat bahwa dari Tahun 2006 s.d. 2015, beban puncak Sistem
Jawa – Bali tumbuh sebesar 40%.
Gambar 1. 1 Grafik Pertumbuhan Beban Puncak Sistem Jawa – Bali Tahun 2006 – 2015
Peranan beban khususnya industri makin membesar. Jenis beban industri yang dihadapi
sistem PLN antara lain tanur busur listrik, mesin canai (rolling mill), motor-motor listrik
dengan kapasitas besar, penyearah (rectifier) pada industri kimia. Sedang dari sektor
angkutan misalnya kereta listrik. Semua contoh beban tersebut. mempunyai karakteristik
yang berbeda dan berpotensi sebagai “sumber pencemaran listrik” bagi sistem maupun
konsumen yang tersambung ke sistem. Pencemaran tersebut antara lain berbentuk fluktuasi
daya yang mengakibatkan fluktuasi frekuensi, fluktuasi tegangan, harmonik dan ketidak
keseimbangan tegangan. Keadaan dan perkembangan sistem tenaga listrik maupun beban-
beban yang tersambung akan mempengaruhi spesifikasi desain peralatan dan operasi
sistem tenaga listriknya.
Oleh karena itu PLN perlu mempunyai rencana pengembangan sistem kelistrikan jangka
panjang juga didorong oleh keinginan PLN untuk mempunyai rencana investasi yang efisien,
dalam arti PLN tidak melaksanakan sebuah proyek kelistrikan tanpa didasarkan pada
perencanaan yang baik. Hal ini penting dilakukan karena keputusan investasi di industri
kelistrikan akan dituntut manfaatnya dalam jangka panjang.
Pengembangan saluran transmisi secara umum diarahkan kepada tercapainya
keseimbangan antara kapasitas pembangkitan di sisi hulu dan permintaan daya di sisi hilir
secara efisien dengan memenuhi kriteria keandalan tertentu. Disamping itu pengembangan
saluran transmisi juga dimaksudkan sebagai usaha untuk mengatasi bottleneck penyaluran,
perbaikan tegangan pelayanan dan fleksibilitas operasi.
Proyek transmisi pada dasarnya dilaksanakan oleh PLN, kecuali beberapa transmisi terkait
dengan pembangkit milik IPP yang sesuai kontrak PPA dilaksanakan oleh pengembang IPP.
Namun demikian, terbuka opsi proyek transmisi untuk juga dapat dilaksanakan oleh swasta
dengan skema bisnis tertentu, misalnya build lease transfer (BLT) dan power wheeling.
Perencanaan transmisi dibuat dengan menggunakan kriteria keandalan N-1, baik statis
maupun dinamis. Kriteria N-1 statis mensyaratkan apabila suatu sirkit transmisi padam, baik
karena mengalami gangguan maupun dalam pemeliharaan, maka sirkit-sirkit transmisi yang
tersisa harus mampu menyalurkan keseluruhan arus beban, sehingga kontinuitas
penyaluran tenaga listrik terjaga. Kriteria N-1 dinamis mensyaratkan apabila terjadi
gangguan hubung singkat 3 fasa yang diikuti oleh hilangnya satu sirkit transmisi, maka tidak
boleh menyebabkan kehilangan ikatan sinkron antara suatu kelompok generator dan
kelompok generator lainnya.
Jumlah unit trafo yang dapat dipasang pada suatu GI dibatasi oleh ketersediaan lahan,
kapasitas transmisi dan jumlah penyulang keluar yang dapat ditampung oleh GI tersebut.
Dengan kriteria tersebut suatu GI dapat mempunyai 3 atau lebih unit trafo. Sebuah GI baru
diperlukan jika GI-GI terdekat yang ada tidak dapat menampung pertumbuhan beban lagi
karena keterbatasan tersebut. Pengembangan GI baru juga dimaksudkan untuk
mendapatkan tegangan yang baik di ujung jaringan tegangan menengah. Ke depan,
pengembangan GI direncanakan pembangunan GI minimalis, yaitu sebuah GI dengan
spesifikasi yang paling minimal (single busbar atau bahkan tanpa busbar; peralatan proteksi
dan kontrol, supply AC/DC dan battery dikemas dalam kontainer; tanpa operator) dan
konfigurasi GI taping (single pi atau T) namun dapat terus dikembangkan hingga menjadi
sebuah GI yang lengkap/sempurna. Penerapan GI minimalis hanya dilakukan pada daerah
yang sudah dilalui transmisi 150 kV eksisting. Tujuan pembangunan GI minimalis ini adalah
untuk dapat mengambil alih beban sistem isolated secara lebih cepat dari timing normal
kebutuhan GI, pada sistem yang selama ini masih dioperasikan dengan PLTD. GI minimalis
juga dapat diterapkan untuk memasok lokasi yang sebelumya dipasok dari jaringan 20 kV
yang sangat panjang dan mengalami drop tegangan yang besar.
1. Tujuan Perencanaan Sistem Penyaluran
Tujuan perencanaan sistem penyaluran adalah untuk menyediakan kapasitas transmisi yang
memadai dalam jangka panjang dengan memperhatikan faktor keandalan, keamanan dan
ekonomis. Perencanaan sistem penyaluran harus bisa mengantisipasi pertumbuhan beban
dan pengembangan pembangkit sehingga tidak mengakibatkan terjadinya bottleneck.
Karakteristik sistem tenaga listrik yang terencana dengan baik dapat dilihat dari beberapa
paramater berikut:
Aturan jaringan sistem tenaga listrik merupakan seperangkat aturan, standard dan
merupakan seperangkat peraturan, persyaratan dan standar untuk menjamin keamanan,
keandalan serta pengoperasian dan pengembangan sistem yang efisien dalam memenuhi
peningkatan kebutuhan tenaga listrik pada sistem tersebut.
Aturan jaringan diberlakukan kepada semua pelaku usaha pada suatu sistem
ketenagalistrikan, yaitu pengelola jaringan transmisi, pengoperasi sistem, perusahaan
pembangkit, perusahaan proyek induk pembangkit dan jaringan, perusahaan pembangkit
listrik swasta (IPP), perusahaan distribusi serta konsumen besar yang instalasinya secara
langsung terhubung ke jaringan transmisi di sistem tersebut.
Sebagai contoh, Aturan Jaringan Sistem Tenaga Listrik Jawa – Bali dan Aturan Jaringan
Sistem Tenaga Listrik Sumatera memuat aturan-aturan sebagaimana berikut:
Aturan ini menerangkan prosedur umum mengenai perubahan/revisi Aturan Jaringan (Grid
Code), penyelesaian perselisihan, dan penilaian kembali secara periodik pengoperasian dan
manajemen jaringan transmisi (grid).
Komite Manajemen Aturan Jaringan (the Grid Code Management Committee – GCMC),
selanjutnya disebut Komite Manajemen, adalah komite yang dibentuk untuk menjalankan
prosedur-prosedur yang digariskan dalam Aturan Manajemen Jaringan ini.
3.2.2. Aturan Penyambungan (Connection Code/CC)
- Persyaratan teknis dan operasional yang harus dipenuhi oleh Pemakai Jaringan
dalam rangka penyambungan dengan jaringan transmisi dinyatakan secara jelas.
- Pemakai Jaringan dihubungkan dengan jaringan transmisi hanya apabila
persyaratan teknis dan operasional yang dinyatakan dalam Aturan
Penyambungan ini dipenuhi.
Aturan yang menjelaskan tentang peraturan dan prosedur yang berlaku untuk menjamin
agar keandalan dan efisiensi operasi Sistem dapat dipertahankan pada suatu tingkat
tertentu.
3.2.4. Aturan Perencanaan dan Pelaksanaan Operasi (Scheduling & Dispatch Code/
SDC)
Menjelaskan peraturan dan prosedur untuk perencanaan transaksi dan alokasi pembangkit
untuk penyusunan:
Menjelaskan peraturan dan prosedur yang berkaitan dengan perhitungan penagihan dan
pembayaran atas penjualan dan pelayanan energi, yang meliputi:
Menjelaskan persyaratan minimum teknis dan operasional untuk meter Transaksi yaitu
meter utama dan meter pembanding yang harus dipasang oleh P3B Sumatera dan Pemakai
Jaringan transmisi pada titik-titik sambungan. Aturan Pengukuran ini meliputi:
- Kriteria Pengukuran
- Persyaratan Peralatan Meter
- Komisioning (Commissioning)
- Pengujian Setelah Komisioning
- Segel dan Programming Ulang
- Pemeriksaan Data Meter dan Peralatan
- Keamanan Instalasi Meter dan Data
- Pengecualian dan Tenggang Waktu
- Hal-hal lain
Aturan penyambungan ini diberlakukan untuk operator sistem (P3B) dan semua pemakai
jaringan yaitu:
a) Frekuensi
Uraian Rentang Frekuensi
b) Tegangan
66 kV +5%, -10%
20 kV +5%, -10%
c) Distorsi harmonik
500 kV 3%
275 kV 3%
150 kV 3%
66 kV 3%
20 kV 3%
Aturan operais menjelaskan tentang peraturan dan prosedur yang berlaku untuk menjamin
agar keandalan dan efisiensi operasi di Sistem dapat dipertahankan pada suatu tingkat
tertentu. Aturan ini juga merupakan aturan jaringan yang merangkum prinsip-prinsip operasi
sistem yang aman dan andal yang harus diikuti. Aturan operasi juga menetapkan kewajiban
yang mendasar dari semua Pemakai Jaringan dalam rangka berkontribusi terhadap operasi
yang aman dan andal. Aturan operasi antara lain menjelaskan lebih lanjut tentang:
Tujuan utama penggunaan sistem AC pada suatu sistem daya adalah untuk mengakomodir
peningkatan dan penurunan tegangan melalui penggunaan transformator. Ini disebabkan
transformator tidak dapat dioperasikan pada sistem tegangan DC. Tegangan pada sistem
DC sebenarnya masih dapat diubah namun hal ini memerlukan peralatan yang rumit dan
mahal dan belum ditemukan pada awal-awal perkembangan teknologi sistem daya listrik.
Pada suatu sistem DC, polaritas selalu sama yaitu polaritas positif pada satu sisi dan
polaritas negatif pada sisi yang lainnnya dan arus pun selalu mengalir pada satu
arah.Sedangkan pada sistem AC polaritas berbolak balik secara cepat.
Secara perhitungan sistem AC ini dapat dianalogikan dengan suatu gelombang sinusoidal.
Suatu gelombang sinusoidal ini menggambarkan peningkatan dan penurunan suatu
kuantitas tertentu secara siklis (berputar) pada jangka waktu tertentu. Osilasi dari tegangan
dan arus pada suatu sistem AC dimodelkan oleh suatu kurva sinusoidal, yang berarti bahwa
secara matematis digambarkan oleh fungsi trigonometri dari sinus dan kosinus.
Beberapa peralatan yang dipakai pada suatu sistem daya AC diantaranya adalah :
- Transformator daya
- Generator daya
- Kapasitor Bank
Bank kapasitor (capacitor banks) adalah peralatan yang digunakan untuk
memperbaiki kualitas pasokan energi listrik antara lain memperbaiki mutu
tegangan di sisi beban, memperbaiki faktor daya (cos φ) dan mengurangi
rugi-rugi transmisi.
- Sirkit Transmisi
Jalur pengiriman daya listrik ke konsumen dimulai dari pembangkit yang kemudian
tegangannya dinaikan oleh transformator penaik tegangan (step up transformer) ke
tegangan yang lebih tinggi (misalnya 150 kV atau 500 kV) untuk ditransmisikan melalui
saluran transmisi. Selanjutnya diturunkan kembali oleh transformator penurun tegangan
(step down transformer) ke tegangan yang sesuai untuk distribusi lokal sehingga dapat
dipergunakan oleh konsumen.
Sistem transmisi dc pada dasarnya terdiri atas saluran transmisi yang menghubungkan dua
sistem ac. Sebuah converter pada salah satu sisi mengubah daya ac kedalam daya dc
sedangkan di sisi lainnya mengubah daya dc kedalam daya ac. Salah satu converter
sebagai rectifier, yang lain sebagai inverter.
Converter 1 Converter 2
+ +
K R A
E1 1 3 5 Id 2 6 4 E2
Ed1 Ed2
Line 1 4 6 2 5 3 1 Line 2
A K
Converter 1 adalah rectifier 3 fasa 6 pulse yang berfungsi mengubah arus bolak balik pada
line 1 kedalam arus searah. Daya arus searah disalurkan melalui 2 konduktor saluran
transmisi dan diubah kembali menjadi arus bolak-balik oleh converter 2 yang berfungsi
sebagai inverter. Rectifier dan inverter keduanya dikomutasikan oleh sistem ac dimana dia
tersambung, sehingga sistem dc ini dapat dioperasikan pada sistem yang berbeda
frekuensinya.
Pada sistem back to back, baik rectifier ataupun inverter berlokasi di stasion
yang sama dan biasanya terletak pada satu bangunan. Rectifier dan inverter
biasanya terintegrasi dengan sebuah reactor. Sistem Back to back digunakan
untuk menghubungkan dua sistem ac yang tidak sinkron. Kedua sistem ac
tersebut dapat berbeda frekuensi operasinya, misalnya yang satu
berfrekuensi 50 Hz dan yang satunya lagi 60 Hz. Sistem Back to back juga
dapat digunakan untuk menghubungkan dua sistem ac yang sama
frekuensinya namun tidak beroperasi secara sinkron.
Gambar 4.3 Sistem Back to Backdari Suatu Transmisi DC
Gambar 4.6 Sistem Transmisi Dc Dua Terminal Jenis Monopolar Metalic Return
3. Sistem Multiterminal
Ada dua konfigurasi dasar untuk sistem multiterminal ini yaitu konfigurasi
paralel dan konfigurasi serial.
Pada sistem dc multiterminal yang terhubung seri, seluruh converter beroperasi pada nilai
arus yang sama. Satu converter mennetukan nilai arus yang akan dipakai bersama oleh
seluruh converter. Selain converter yang bertugas menentukan nilai arus, converter yang
lain beroperasi pada mode kontrol tegangan.
Pada kasus dimana sistem HVDC dipilih berdasarkan pertimbangan teknik, mungkin hanya
ada satu pilihan kegunaan yaitu untuk menghubungkan sistem yang tidak sinkron. Namun
demikian untuk transmisi daya jarak jauh, dimana baik ac ataupun HVDC memungkinkan
untuk digunakan, keputusan akhir bergantung pada biaya total dari setiap alternatif.
Total biaya dari suatu sistem transmisi terdiri dari biaya saluran (konduktor, isolator, dan
tower) ditambah biaya Right-of-Way (RoW). Suatu saluran dc dengan dua konduktor dapat
mengalirkan jumlah daya yang hampir sama seperti saluran ac tiga fasa dengan memakai
saluran konduktor yang ukurannya sama. Namun demikian, tower dc dengan dua konduktor
lebih sederhana dan lebih murah daripada tower ac tiga fasa.Oleh karena itu, biaya per mil
dari saluran dan RoW akan lebih rendah untuk saluran dc. Rugi-rugi daya pada saluran dc
juga lebih rendah daripada saluran ac untuk penyaluran daya yang sama. Namun demikian,
sistem HVDC memerlukan converter pada setiap akhir saluran, Oleh sebab itu, biaya
terminal untuk sistem dc lebih mahal daripada ac.
Variasi dari biaya total untuk ac dan dc sebagai fungsi dari panjang saluran ditunjukan pada
gambar di bawah. Sebagai ilustrasi, disana ada suatu titik jarak break-event yang mana total
biaya untuk sistem dc akan lebih murah daripada sistem ac. Titik ini berada di sekitar jarak
500 sampai 800 km untuk saluran udara, 20 sampai 50 km untuk kabel bawah laut, dan 40
sampai 100 km untuk kabel bawah tanah.
Gambar 4.9 Biaya sistem transmisi sebagai fungsi dari panjang saluran untuk
sistem ac dan dc
4.2. Pemilihan Level Tegangan pada sistem transmisi tenaga listrik
Berdasarkan SPLN No. T6.001:2013, beberapa istilah yang perlu diketahui mengenai
tegangan-tegangan standar diantaranya adalah :
Tegangan nominal suatu sistem adalah nilai tegangan yang disandang suatu
sistem atau perlengkapan dan kepadanya karakteristik kerja tertentu dan
sistem dan perlengkapan itu dirujuk.
- Tegangan Rendah :
- Tegangan Menengah :
- Tegangan Tinggi :
Tegangan terendah yang terjadi pada kondisi operasi normal disetiap saat
dan di setiap titik pada sistem itu. Hal ini tidak mencakup transien tegangan,
misalnya karena variasi switching sistem dan variasi tegangan temporer.
- Tegangan Standar :
Tabel 4.1 Sistem Fase Tiga a.b. Yang Bertegangan Nominal Diatas 35 kV
Sampai Dengan 230 kV dan Perlengkapan Terkait
Dari data di atas dapat dilihat bahwa level tegangan yang ada pada sistem penyaluran yang
dipakai di Indonesia diantaranya adalah 66 kV dan 150 kV untuk Saluran udara tegangan
tinggi / SUTT dan 275 kV dan 500 kV untuk Saluran udara tegangan ekstra tinggi / SUTET.
a. Konduktivitas tinggi
b. Kekuatan tarik mekanik tinggi
c. Berat jenis yang rendah
d. Ekonomis
e. Lentur/ tidak mudah patah
Ada banyak tipe dari konduktor yang digunakan untuk saluran udara. Tipe-
tipe tersebut bervariasi baik ukuran ataupun jumlahnya, bergantung pada
level tegangan dan tipe sirkitnya. Tembaga, alumunium, dan baja merupakan
material yang banyak digunakan untuk saluran udara ini.
Tembaga yang digunakan ada tiga jenis yaitu hard drawn, medium-hard
drawn, dan soft drawn atau annealed. Tembaga hard drawn memiliki
kekuatan yang paling tinggi dan digunakan untuk sirkit dengan span yang
paling panjang. Namun, jenis ini tidak fleksible pada saat pengerjaannya.
Tembaga medium-hard drawn banyak ditemukan pada sirkit distribusi dengan
jarak menengah. Tembaga soft drawn merupakan konduktor tembaga yang
paling lemah dan digunakan untuk span yang pendek.
Kawat baja kualitas konduktor nya hanya satu per sepuluh dari tembaga,
sehingga kawat baja ini jarang digunakan sendiri. Namun demikian, kawat
baja ini memiliki keuntungan ekonomis melebihi jenis konduktor yang lain.
Selain itu, kawat baja lebih kuat dibandingkan tembaga sehingga dapat
digunakan untuk span yang panjang dan hanya memerlukan support yang
lebih sedikit.
1. Daya Hantar:
2. Mengurangi Losses
3. Kekuatan Berat
Hybrid Carbon Composite Core lebih kuat dan lebih ringan dari
steel core/ inti Baja.
4. Bentang lebih Panjang
2. Insulator / Isolasi
Insulator / Isolasi berfungsi untuk mengisolasi bagian yang bertegangan
dengan bagian yang tidak bertegangan/ ground, baik saat normal continous
operation dan saat terjadi surja (termasuk petir) di dalam saluran transmisi.
a) Karakteristik elektrik
b) Karakteristik mekanik
3. Structure (Struktur)
Komponen utama dari Fungsi structure pada sistem transmisi SUTT /
SUTET adalah Tiang (Tower).Tiang adalah konstruksi bangunan yang kokoh
untuk menyangga / merentang konduktor penghantar dengan ketinggian dan
jarak yang aman bagi manusia dan lingkungan sekitarnya dengan sekat
insulator. Structure terbagi dalam 3 bagian, yaitu:
c. Pondasi Tower
4. Junction (Penghubung)
Berfungsi menghubungkan sub sistem Current carrying (pembawa arus), sub
sistem insulation (isolasi) dan subsistem structure (struktur). Junction pada
sistem transmisi SUTT/ SUTET adalah semua komponen pendukung fungsi
pembawa arus, isolasi dan struktur. Berdasarkan perannya sebagai
komponen pendukung, junction terbagi atas:
- Suspension Clamp
- Strain Clamp
- Dead End Compression
- Socket clevis
- Bolt clevis
- Triangle plate
- Dan lain-lain
- Triangle plate
- Link bolt socket
- Extension link
- Shackle
- Dan lain-lain
4.3.2. Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) Dan Saluran Kabel Laut (SKLT)
Konstruksi saluran kabel bawah tanah didesain kebanyakan untuk area perkotaan yang
sangat dipengaruhi oleh faktor ekonomi, keramaian, dan kepadatan populasi. Walaupun
saluran udara dianggap lebih murah dan lebih mudah untuk dipelihara, pengembangan
kabel bawah tanah dan teknologi konstruksinya menjadikan selisih biaya menjadi lebih
kompetitif pada instalasi di daerah perkotaan.
Konduktor yang digunakan untuk kabel bawah tanah berbeda dengan yang digunakan pada
saluran udara. Konduktor kabel bawah tanah terisolasi disepanjang konduktornya dan
sebagian dilengkapi dengan lapisan pelindung. Kabel ini dapat secara langsung ditanam di
dalam tanah atau dipasang pada saluran yang ada di dalam tanah. Konduktor pada kabel ini
biasanya terbuat dari tembaga atau alumunium yang biasanya terpilin. Kebanyakan dibuat
dari tembaga soft-drawn karena tidak harus menahan beban yang berat. Kabel ini dapat
berbentuk single konduktor atau multiple konduktor yang terbungkus pada satu bungkusan
kabel untuk keekonomisan.
Berdasar material dielektriknya, kabel tegangan tinggi dapat dibedakan ke dalam 2 jenis,
yaitu :
1. Kabel Minyak
2. Kabel Kering (XLPE)
1. Sistem SKTT & SKLT Kabel Minyak
Minyak digunakan sebagai media dielekrik pada kabel jenis ini, selain itu
minyak juga merupakan material penyalur panas. Komponen utama dari
suatu sistem SKTT & SKLT kabel minyak adalah Current Carrying /
Pembawa Arus.
Sistem SKTT dan SKLT kabel minyak dapat dibagi ke dalam sub-sub sistem
sebagai berikut:
1. Penyalur Arus
2. Isolasi
3. Pelindung Mekanik (Outer Case)
4. Pelindung Elektrik
5. Pendingin
6. Pengaman Kabel
7. Sarana Pendukung
1) Penyalur Arus
- Konduktor
- Terminasi
Komponen terminasi merupakan sambungan kabel menuju peralatan
lain (GIS, Cable Head). Terminasi/Sealing End dilengkapi dengan seal
yang tertutup rapat, dan terpisah secara fisik antara ujung konduktor
dan selubung logam (sheath).
Isolasi bagian luar umumnya terbuat dari porselin yang tahan cuaca.
Sealing end dirancang tahan terhadap tegangan uji kabel, tetapi harus
mempunyai tegangan impulse yang tinggi. Terminasi kabel three core
spliter box digunakan untuk memisahkan dari single core menjadi
three core, dipasang pada sealing end. Sealing end jenis minyak
didesian mampu menahan tekanan minyak yang tinggi. Susunan
seperti ini untuk memudahkan saat pemeliharaan tanpa harus
melepas kabel dan memudahkan pemeriksaan minyak pada box
kabel.
- Sambungan (Jointing)
Pada stop joint, minyak pada kedua ujung kabel tidak terhubung,
terpisah oleh insulated joint. Pada Oil Filled Cable (OFC), Stop
joint digunakan untuk membagi sirkit kedalam seksi-seksi tekanan
minyak yang terpisah, masing-masing dilengkapi dengan
peralatan untuk ekspansi minyak. Pemisahan ini dimaksudkan
untuk membatasi tekanan minyak tidak melebihi batasan
keamanan tekanan (Over Pressure) dan membagi beberapa
bagian panjang kabel menjadi beberapa seksi tekanan minyak
untuk memudahkan pemeliharaan.
2) Isolasi
- Isolasi Padat
a) Kertas
Isolasi kabel ini terbuat dari jenis isolasi padat terdiri dari kertas
yang dilapiskan pada konduktor yang diresapi dengan Viscose
Compound dan dilakukan treatment untuk membuang kelembaban
serta udara.
c) Heat Shrink
- Lead Sheat
- Bedding
- Armour Rod
Terbuat dari Galvanis steel wire atau tembaga (CU) yang dipasang
sesudah lead sheat dan heat srink isolasi. Armour rod suatu penguat
untuk menahan ekspansi tekanan termis dari luar atau dalam. Material
ini umumnya berupa suatu galvanis steel wire yang berukaran
diameter 8mm sampai dengan 10 mm yang dililitkan sepanjang kabel.
- Black PE (Poly Ethelene) dan Inner Sheath
Penutup kabel bagian luar adalah dari extruded black PVC dan
tambahan bahan kimia lead naphtenate seperti pada anti termite,
nominal ketebalannya 3,0 mm. Penutup pengaman anti corrosion dan
sebagai lapisan bedding untuk lapisan anti termite pita kuningan
extruded black polyethilene compound digunakan dengan tebal
nominal 2,0 mm.
- Outer Case
- Joint Box
- Cable Duct
- Jembatan Kabel
4) Pelindung Elektrik
Kabel mengalami stress elektrik yang ditimbulkan oleh tegangan induksi
konduktor ke komponen logam pada kabel. Tegangan induksi ini dapat
menimbulkan arus induksi yang menyebabkan panas, baik pemanasan
lokal maupun rugi panas dalam proses transfer daya.
- Electrostatic Screen
Bahan screen untuk isolasi pita kertas pada umumnya terbuat dari
pita kertas yang diapisi aluminium atau pita kertas yang terbuat dari
semi conducting carbon atau carbon paper. Untuk jenis isolasi XLPE,
screen terbuat dari campuran semi-conducting extruded. Screen ini
dilengkapi dengan elektroda pentanahan yang berfungsi melewatkan
jalur balik untuk arus gangguan sehingga harus didesain untuk
mampu dilalui sejumlah arus saat terjadi hubung singkat tanpa
menyebabkan kerusakan pada isolasi. Selubung penutup metal yang
hampa sering kali diperlukan dan ini menyediakan fungsi tambahan
untuk menahan tekanan pada selubung, misal untuk kabel minyak
dan juga berfungsi sebagai penahan kelembaban.
- Sistem Pentanahan
a) Selubung Logam
b) Pisau pentanahan
c) Compound
d) Isolator Support
e) Arrester Pentanahan
- Kabel Coaxial
- Pendingin
a) Minyak
Pada kabel minyak dilengkapi dengan kanal minyak (oil duct) yang
terbuat dari Steel Strip Spiral bulat terbuka yang menggunakan
kawat konduktor stranded. Untuk jenis Segmental Self Supporting
Conductor tidak perlu menggunakan Steel Spiral. Diameter kanal
minyak disesuaikan dengan persyaratan sistem hidrolik, dan
umumnya dengan batas 12 s.d 25 mm. Pada sistem instalasi
kabel, dilengkapi dengan tangki-tangki ekspansi baik ujung yang
satu maupun ujung yang lainnya, bergantung pada sirkitnya, atau
juga dapat dipasang tangki ditengah-tengah instalasi kabel.
c) Tangki Minyak
d) Pipa Minyak
- Pengaman Kabel
a) Manometer
b) Pilot Kabel
d) Tank Chamber
- Sarana Pendukung
Sub sistem sarana pendukung merupakan sub sistem yang terdiri dari
asesories dan sarana K3 yang mendukung Sistem Kabel Tenaga.
a) Pagar
Pada umumnya pagar ini terbuat dari besi, yang dipasang pada
ujung-ujung saluran kabel yang melintasi sungai atau jembatan.
c) Rumah Tangki
Pada saat ini kabel tenaga banyak digunakan pada kota metropolitan karena
kabel tenaga berada dibawah tanah sehingga tidak mengganggu keindahan
tata kota, disamping itu kabel tanah mempunyai kekuatan dielektrik yang baik
serta mudah untuk penginstalasian, pemeriksaan dan pemeliharaannya.
Kabel yang menggunakan cross-link polyethylene dengan teknik pembuatan
teknologi tinggi memungkinkan untuk digunakan pada tegangan yang lebih
tinggi. Pembuatan kabel XLPE ini berkembang terus sehingga kabel minyak
tegangan 275 kV akan diganti dengan kabel isolasi cross-link polyethylene.
Kabel XLPE baru-baru ini mempunyai berat yang sangat ringan, mempunyai
kemampuan termal yang lebih baik dan biaya instalasinya juga lebih murah
dibandingkan kabel minyak. Apabila kabel XLPE terjadi kerusakan maka
perbaikannya akan lebih mudah dan lebih murah dibandingkan dengan kabel
isolasi minyak.
Polyethylene mempunyai sifat mekanik yang baik. Hal ini menarik karena
pada suhu normal PE dapat menahan lokal stress lebih baik dari PVC.
Dalam hal ini XLPE mempunyai keuntungan yang sama seperti PE dan
pada tingkat tertentu misalnya isolasi XLPE juga tahan terhadap abrasi
yang lebih baik dari pada polyethylene. Karena sifat mekaniknya yang
baik, diwaktu yang akan datang kabel XLPE akan lebih banyak digunakan
dari pada kabel konvensional.
Tahanan Cross-linking dari molekul XLPE lebih baik dari pada PE, dari
aspek lingkungan PVC maupun kabel minyak mempunyai kerugian yang
jelas, jika kabel PVC terbakar akan memberikan gas-gas yang korosi dan
kabel minyak jika bocor akan merusak suplai air. Penggunaan XLPE pada
kabel tegangan rendah dapat dibuat tahan terhadap rambatan api dan
kompon tidak menghasilkan halogen.
Konduktor termasuk salah satu komponen utama dalam sistem penyaluran tenaga listrik.
Bahan konduktor yang paling banyak digunakan adalah aluminium dengan inti baja atau
lebih dikenal dengan sebutan ACSR (aluminium conductor steel-reinforced). Keuntungan
penggunaan aluminium dibanding dengan jenis bahan yang lain misalnya tembaga adalah
lebih ringan untuk ukuran yang sama dan lebih ekonomis.
Konduktor alumunium terdiri dari beberapa kawat konduktor alumunium yang dipilin menjadi
satu, membentuk konduktor yang lebih besar dimaksudkan untuk menghantarkan arus listrik
sedangkan inti baja digunakan untuk memperkuat kekuatan tarik mekanis dari suatu
konduktor.
Luas penampang konduktor alumunium yang ada dalam acuan normatif adalah : 16, 25, 40,
63, 100, 125, 160, 200, 250, 315, 400, 450, 500, 560, 630, 710, 800, 900, 100 dan 1120
dalam satuan mm2. Jumlah kawat alumunium dalam satu berkas sesuai acuan normatif
adalah : 6, 22, 26, 45, 54, 64, 72, 84. Jumlah kawat baja dalam satu berkas sesuai acuan
normatif adalah : 1, 7, 19.
Luas penampang alumunium yang dipilih adalah : 100, 125, 160, 200,
250, 315, 400, 450, 500, 560, dan 630 dalam mm2 dengan pertimbangan
konduktor lebih kecil dari 100 mm2 tidak efisien diguakan dalan SUTT,
sedangkan konduktor yang lebih besar dari pada 630 mm2 memerlukan
tower dengan desain khusus.
a) S1B, untuk kawat baja biasa, dengan jenis galvanis kelas B (atau 2)
b) S2B, untuk kawat baja kekuatan tinggi, dengan jenis galvanis kelas B
(atau 2)
c) SA1A, untuk kawat baja diungkus alumunium kelas 20 jenis A
Sejalan dengan pertumbuhan kebutuhan energi listrik yang terus meningkat mengakibatkan
daya listrik yang disalurkan semakin besar. Dengan daya listrik yang besar berarti pada
pengoperasian jaringan tersebut akan terjadi kenaikan temperatur yang cukup tinggi
sehingga jenis konduktor yang diperlukan harus dibuat dari bahan tahan panas. Contoh
konduktor yang terbuat dari bahan tahan panas adalah TACSR (Thermally Aluminium
Conductior Steel-Reinforced) merupakan konduktor jenis ACSR ditambah dengan bahan
aluminium tahan panas yang dikenal dengan sebutan TAL (Thermal Resistant Aluminium
Alloy) yang kemampuan hantar arus sekitar 1.5 kali kemampuan hantar arus ACSR.
Selain ACSR dan TACSR, ada juga jenis konduktor AAC, AAAC atau TAAAC yang biasanya
dipakai sebagai konduktor Busbar dan Crossbar di Gardu Induk atau jenis HTLSC yang
biasanya dipakai untuk pekerjaan rekonduktoring transmisi.
Contoh spesifikasi konduktor tersebut di atas dapat terlihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.4 Karakteristik Konduktor ACSR
Tabel 4.5 Karakteristik Konduktor AAAC
Tabel 4.6 Karakteristik Konduktor HTLSC
4.4.2. Kabel
1. Kabel Minyak
Penggunaan kabel minyak pada perkembangannya jarang digunakan. Salah
satu penyebab berkurangnya penggunaan kabel minyak adalah
pemeliharaan yang cukup sulit dan perkembangan teknologi isolasi kabel
yang memungkinkan kabel diisolasi oleh material yang lebih baik secara
teknis dan ekonomis.
2. Kabel XLPE
Saluran transmisi dengan menggunakan kabel XLPE dapat diklasifikasikan
berdasarkan letaknya yaitu (1) underground atau kabel bawah tanah dan (2)
submarine atau kabel bawah laut.
Kabel bawah tanah biasanya terdiri atas satu atau lebih konduktor dengan
lapisan pelindung berupa material isolasi. Material isolasi yang biasa
digunakan antara lain :
Saluran kabel tegangan tinggi (SKTT) 150 kV milik PLN dalam kondisi normal
menggunakan tekanan antara 130 – 140 psi.