Anda di halaman 1dari 20

PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS VII SMP

DALAM MATERI GARIS DAN SUDUT MELALUI PENDEKATAN

RECIPROCAL TEACHING

SKRIPSI

Oleh

Stefanny Hepta Augustine

NIM : 06081381320019

Program Studi Pendidikan Matematika

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam pelajaran matematika, terdapat dua hal penting perlu dipelajari siswa yaitu
belajar konsep dan struktur matematika (Baroody et al. 2007:119). Konsep merupakan unsur
terkecil dan mendasar dari proses berpikir. Oleh karena itu, tujuan dari pembelajaran
matematika adalah membantu siswa untuk memahami konsep, bukan hanya sekedar
mengingat fakta, prosedur, dan algoritma yang terpisah-pisah (Santrock, 2008:351).
Selain itu, tujuan pembelajaran matematika juga tercantum dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (Depdiknas, 2006) menyebutkkan bahwa tujuan mata pelajaran
matematika pada jenjang pendidikan yaitu agar siswa memiliki kemampuan, diantaranya: (1)
memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan
konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah, (2)
menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam
membuat generalisai, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika,
(3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model
matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (4)
mengomunikasikan gagasan dengan symbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah, (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika
dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Salah satu masalah dalam pembelajaran matematika di SMP adalah rendahnya
kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika yang dibuat dalam bentuk soal
yang lebih menekankan pada pemahaman dan penguasaan konsep suatu pokok bahasan
tertentu. Berdasarkan jurnal elektronik pendidikan matematika (Desi Mayanti, dkk 2014)
masih ada siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar materi matematika garis dan sudut,
terutama pada dua garis sejajar yang ditransversalkan oleh garis lain. Terkadang siswa lupa
dengan hubungan antara dua garis, jenis – jenis sudut, sifat – sifat sudut, hubungan antar
sudut, serta siswa mengalami kesulitan dalam menghitung besar sudut.
Kesulitan belajar siswa pada saat pembelajaran matematika dapat terjadi karena
siswa kurang teliti pada saat mengerjakan soal, belum memahami garis dan sudut serta tidak
menguasai materi yang diberikan oleh guru. Kesalahan belajar terdiri dua macam yaitu
kesalahan konseptual dan kesalahan dalam hal komputasi. Sedangkan menurut (Sugiarto,
2003), beberapa kesalahan umum yang dilakukan oleh siswa yang berkesulitan belajar
matematika adalah kekurangan pemahaman tentang: simbol, nilai tempat, perhitungan,
penggunaan proses yang keliru dan tulisan yang tidak terbaca.
Sebagaimana mengacu pada pedoman penilaian Puskur-PLP 2004, penilaian hasil
belajar matematika siswa meliputi 3 aspek yaitu: pemahaman konsep, penalaran dan
komunikasi, dan pemecahan masalah. Dengan konsep, siswa dapat mengembangkan
kemampuan penalaran matematika, konsep juga menjadi dasar dalam pemecahan masalah.
Dengan demikian, memahami dan menguasai konsep merupakan hal penting bagi siswa
dalam belajar matematika. Artinya, apabila siswa tidak memahami konsep matematika maka
mereka akan kesulitan ketika dihadapkan pada masalahan matematika yang menuntut
penalaran atau masalah yang tidak rutin.
Garis dan sudut merupakan salah satu materi yang terdapat dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan SMP. Materi pembelajaran garis dan sudut ini perlu dipahami dan
dikuasai xiswa karena sering digunakan menjadi salah satu soal Ujian Sekolah maupun Ujian
Nasional. Materi garis dan sudut Matematika pada kelas VII SMP ini tergolong sederhana,
namun jika anda tidak mengetahui cara mengerjakannya, maka akan kesulitan untuk
menyelesaikan soal soal – soalnnya. Maka materi matematika yang diteliti yaitu garis dan
sudut dengan Kompetensi Dasar : Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan hubungan
antar sudut akibat dari dua garis sejajar yang dipotong oleh garis transversal. Pada indikator
berikut : 1) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan hubungan sudut berpelurus,
berpenyiku dan bertolak belakang. 2) Menyelesaikan soal sehari-hari dengan menggunakan
sifat-sifat sudut yang terjadi jika dua garis sejajar dipotong oleh garis lain. Materi yang
disajikan sebatas hubungan antara dua garis sejajar yang dipotong oleh garis transversal
untuk siswa SMP/MTS sederajat kelas VIII semester ganjil.
Suatu cara diperlukan untuk meyelesaikan masalah ini sehingga tujuan pembelajaran
tercapai dengan baik. Pemilihan model pembelajaran mempengaruhi tercapainya suatu tujuan
pembelajaran. Model disesuaikan dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan oleh
guru, model pembelajaran yang tepat memudahkan siswa memahami materi pelajaran yang
diberikan guru dan tersimpan dalam memori jangka panjang siswa. Salah satu model
pembelajaran yang mampu meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa adalah
model reciprocal teaching (Munifah Sri Fajarwati. 2010).
Reciprocal teaching merupakan salah satu model pembelajaran terbalik yang
dilaksanakan agar tujuan pembelajaran tercapai melalui proses belajar mandiri (Luluk Afifah.
2012). Menurut Palincsar, Annemarie Sullivan 1984, model reciprocal teaching memiliki 4
tahapan pembelajaran, yaitu 1) summarizing, 2) question generating, 3) clarifying, dan 4)
predicting. Pada tahap summarizing, kegiatan yang dilaksanakan bertujuan untuk membantu
siswa mengakses pengetahuan awal yang telah mereka miliki, mendorong siswa untuk
berpikir, dan memotivasi siswa untuk belajar. Pada tahap ini siswa diajak mencari ide pokok
dalam bacaan dan menemukan kata kunci yang penting dalam bacaan, kemudian mencatatnya
dalam buku catatan. Menurut Muhammad Syah, mencatat materi pelajaran bertujuan
meningkatkan daya ingat, sehingga konsep dapat dipahami dengan baik. Tahap summarizing
bertujuan untuk menentukan intisari dari materi pembelajaran. Tahap ini memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi informasi penting dalam bacaan, melalui
kegiatan pada tahap summarizing diharapkan minat dan rasa ingin tahu siswa tentang topik
yang akan dipelajari muncul. Tahap question generating, siswa dikondisikan untuk berdiskusi
dalam kelompok mengerjakan LKS yang diberikan. Siswa membuat pertanyaan berhubungan
dengan konsep yang kurang dipahaminya dan diajukan kepada kelompok yang tampil
menjelaskan materi pada tahap clarifying. Tahap question generating digunakan untuk
memonitor sejauh mana pemahaman siswa terhadap konsep yang sedang dipelajari.
Selanjutnya, tahap clarifying bertujuan untuk melengkapi, mengklarifikasi, dan memodifikasi
konsep yang baru saja dikonstruk siswa pada tahap sebelumnya. Pada tahap ini, siswa
mempresentasikan pengetahuan mereka di depan kelas dan siswa lain diberi kesempatan
untuk memberi tanggapan. Pada tahap penjelasan siswa menemukan istilah-istilah dari
konsep yang dipelajari. Peran guru pada tahap ini antara lain mendorong siswa untuk
menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri. Sejalan dengan pendapat yang
kemukakan Misi Mayona, pemahaman konsep dapat terbentuk jika seseorang mampu
menyampaikan kembali pengetahuan yang telah diperolehnya baik secara lisan maupun
tulisan. Tahap clarifying digunakan untuk mengevaluasi sejauh mana pemahaman siswa
terhadap materi pembelajaran. Pada dasarnya tujuan tahap clarifying adalah mengecek
pemahaman konsep yang dimiliki siswa apakah sudah benar, masih salah atau mungkin
sebagian benar atau sebagian salah. Apabila terjadi kekeliruan dalam memahami konsep
matematika, guru yang meluruskannya. Terakhir tahap predicting, pada tahap ini siswa
diharapkan memperluas pemahaman mereka mengenai konsep atau pengetahuan yang baru
saja mereka konstruk. Siswa diminta menerapkan konsep atau pengetahuan mereka dalam
berbagai pertanyaan yang diberikan oleh siswa dari kelompok lain.
Dengan pendekatan reciprocal teaching, siswa tidak hanya akan menghafalkan
sejumlah rumus-rumus pada pokok bahasan garis dan sudut tetapi juga memahami konsep-
konsep dari hubungan antara dua garis tersebut sebagai hasil dari proses berfikir mereka
setelah siswa melihat beberapa contoh pengerjaan. Sehingga siswa juga dapat mengulanginya
dan memprediksi kemungkinan soal yang lebih sulit yang akan diberikan guru diwaktu-waktu
selanjutnya.
Oleh karena itu, akan dilakukan penelitian pada siswa di kelas VII SMP dengan
menggunakan pendekatan Reciprocal Teaching untuk meningkatkan penguasaan konsep
matematika siswa dengan rumusan judul: “Pemahaman Konsep Siswa Kelas VII SMP
dalam Materi Garis dan Sudut Melalui Pendekatan Reciprocal Teaching”.

1.2 umusan Masalah


Berdasarkanlatar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan pada penelitian
ini adalah : “Bagaimana pemahaman konsep siswa kelas VII SMP dalam materi garis dan
sudut melalui pendekatan reciprocal teaching?”.

1.3 Tujuan Pembelajaran


Dari rumusan masalah yang telah disebutkan, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
Untuk melihat pemahaman konsep sisiwa kelas VII SMP dalam materi garis dan sudut
melalui pendekatan reciprocal teaching.

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan memberkikan manfaat, antara lain :
1. Bagi siswa, meningkatkan pemahaman konsep dalam belajar matematika pada
materi garis dan sudut.
2. Bagi guru, mengetahui pendekatan pembelajaran yang dapat memperbaiki dan
meningkatkan pembelajaran di kelas sehingga permasalahan yang dihadapi oleh
siswa maupun oleh guru dapat dikurangi.
3. Bagi peneliti lainnya, mengetahui secara langsung permasalahan pembelajaran
matematika yang ada di kelas, khususnya dalam hal meningkatkan pemahaman
konsep matematika siswa dalam materi garis dan sudut serts dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Model Pembelajaran Reciprocal Teaching
Pengajaran terbalik merupakan satu pendekatan terhadap pengajaran siswa akan
strategi-strategi belajar. Pengajaran terbalik adalah pendekatan konstruktivis yang
berdasarkan pada prinsip-prinsip pembuatan atau pengajuan pertanyaan, dimana
keterampilan-keterampilan metakognitif diajarkan melalui pengajaran langsung dan
pemodelan oleh guru untuk memperbaiki kinerja membaca siswa yang membaca
pemahamannya rendah. Metakognitif adalah suatu kata yang berkaitan dengan apa yang
diketahui tentang dirinya sebagai individu yang belajar dan bagaimana dia mengontrol serta
menyesuaikan perilakunya.
Ann Brown dan Anne Marie Palinscar mengemukakan bahwa dengan pengajaran
terbalik guru mengajarkan siswa keterampilan-keterampilan kognitif penting dengan
menciptakan pengalaman belajar, melalui pemodelan perilaku tertentu dan kemudian
membantu siswa mengembangkan keterampilan tersebut atas usaha mereka sendiri dengan
pemberian semangat, dukungan dan suatu system scaffolding. Scaffolding adalah bimbingan
yang diberikan oleh orang yang lebih tahu kepada orang yang kurang atau belum tahu
(misalnya guru kepada siswa atau siswa yang pandai dengan siswa lain yang kurang pandai).
Bimbingan yang diberikan pada tahap dilakukan secara ketat, kemudian secara berangsur-
angsur tanggungjawab belajar diambil alih oleh siswa yang belajar. Karakteristik dari
pengajaran terbalik menurut Palinscar dan Brown yang bila diterjemahkan berarti
karakteristik dari pengajaran terbalik adalah:
1. Dialog antar siswa dan guru, dimana masing-masing mendapat giliran untuk
memimpin diskusi
2. Reciprocal artinya suatu interaksi dimana seseorang bertindak untuk merespon
yang lain
3. Dialog yang terstruktur dengan menggunakan empat strategi, yaitu: merangkum,
membuat pertanyaan dan jawaban, mengklarifikasi (menjelaskan kembali), dan
memprediksi.
Dimana siswa akan mampu menjelaskan hasil pembelajaran secara mandiri
kepada teman-temannya baik dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang dimunculkan
maupun prediksi-prediksi dari pembelajaran tersebut. Strategi pemahaman mandiri yang
spesifik pada pembelajaran terbalik menurut Ann Brown dalam Suyitno 2001 yaitu:
1. Siswa mempelajari materi yang ditugaskan guru secara mandiri, selanjutnya
merangkum atau meringkas materi tersebut.
2. Siswa membuat pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang diringkasnya.
Pertanyaan ini diharapkan mampu mengungkap penguasaan antar materi yang
bersangkutan.
3. Siswa mampu menjelaskan kembali isi materi tersebut kepada pihak lain.
4. Siswa dapat memprediksi kemungkinan terhadap pengembangan- pengembangan
materi yang dipelajari saat itu. Tetapi di lain pihak, guru tetap memberikan
dukungan, umpan balik dan rangsangan ketika siswa mempelajari materi tersebut
secara mandiri.
Menurut Palinscar dan Brown untuk menerapkan model reciprocal teaching,
siswa sebaiknya dikelompokkan ke dalam kelompok kecil yang heterogen yaitu memiliki
kemampuan yang tinggi, sedang, dan rendah. Siswa diberi kesempatan yang sama untuk
berlatih menggunakan keempat strategi dan menerima umpan balik dari anggota kelompok
lain. Guru sebagai fasilitator berperan aktif dalam membimbing dan membantu siswa agar
lebih pandai menggunakan strategi tersebut. Masing-masing strategi tersebut dapat
membantu siswa membangun pemahaman terhadap apa yang sedang dipelajarinya.
Pengajaran terbalik mengutamakan peran aktif siswa dalam pembelajaran untuk
membangun pemahamannya dan mengembangkan kemampuan komunikasi matematiknya
secara mandiri. Prinsip tersebut sejalan dengan prinsip dasar konstruktivisme yang
beranggapan bahwa pengetahuan itu merupakan konstruksi (bentukan) dari kita yang
mengetahui sesuatu. Pengetahuan itu bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan,
melainkan suatu perumusan yang diciptakan orang yang sedang mempelajarinya.
Dengan demikian, proses pembelajaran merupakan suatu proses aktif siswa yang
sedang belajar untuk membangun pengetahuannya sendiri, sedangkan guru berperan
menyediakan suasana atau kondisi belajar yang mendukung proses konstruksi pengetahuan
pada diri siswa. Alur pendekatan reciprocal teaching dalam pembelajaran adalah sebagai
berikut:
PREDICTING QUESTION

RECIPROCAL

CLARIFYING SUMMARIZING

Gambar 1. Skema pembelajaran reciprocal teaching


Panah dua arah dari skema pembelajaran reciprocal teaching memiliki makna
bahwa tahapan-tahapan strategi reciprocal teaching dapat diubah alurnya sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, seperti Palincsar yang menggunakan
alur summarizing–questioning–clarifying–predicting dalam pembelajaran bahasa
inggris sedangkan Garderen menggunakan alur clarifying–predicting–questioning-
summarizing dalam pembelajaran matematika. Namun, dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan alur strategi Garderen yaitu clarifying–predicting–questioning-
summarizing. Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan
reciprocal teaching merupakan suatu pendekatan konstruktivis yang bertujuan agar
siswa mampu memahami materi pembelajaran dengan baik dengan menerapkan
empat alur kognitif, yaitu mengklarifikasi (clarifying), memprediksi (predicting),
membuat pertanyaan (questioning), dan merangkum (summarizing) yang menekankan
kerjasama antara siswa dengan siswa dalam kelompok kecil ataupun antara guru
dengan siswa dalam kelompok besar.
Adapun penjelasan mengenai alur reciprocal teaching dalam pembelajaran
matematika menurut Garderen adalah sebagai berikut :
1. Mengklarifikasi (Clarifying)
Siswa diwajibkan untuk membaca lembar materi pembelajaran yang diberikan
guru kemudian mengklarifikasi atau menjelaskan kata-kata atau kalimatkalimat
yang masih asing atau tidak familiar. Pada tahap klarifikasi, siswa yang bertugas
sebagai “pemimpin klarifikasi atau clarifier”, memimpin dan membimbing teman
sekelompoknya dalam mengklarifikasi materi serta bertanggung jawab selama
diskusi klarifikasi berlangsung.
2. Memprediksi (Predicting)
Pada tahap ini, siswa diajak untuk melibatkan pengetahuan yang sudah
diperolehnya dahulu untuk digabungkan dengan informasi yang diperoleh untuk
kemudian digunakan dalam mengimaginasikan kemungkinan yang akan terjadi
berdasar atas gabungan informasi yang sudah dimilikinya. Siswa yang bertugas
sebagai “pemimpin prediksi atau predictor” ini memimpin dan membimbing
teman sekelompoknya dalam memprediksi suatu materi serta bertanggung jawab
selama diskusi prediksi berlangsung.
3. Membuat pertanyaan (Questioning)
Membuat pertanyaan digunakan untuk memantau dan mengevaluasi sejauh mana
pemahaman siswa terhadap bahan materi. Siswa membuat pertanyaan
sendiri/membuat soal yang diajukan kepada diri sendiri kemudian menjawabnya
(proses ini disebut metakognitif). Dengan melakukan proses metakognitif ini,
siswa dapat melakukan crosscheck tentang informasi yang telah diperoleh dari
proses belajar dan materi yang belum dikuasai dari keseluruhan konsep yang
diajarkan oleh gurunya. Siswa yang bertugas sebagai “pemimpin pertanyaan atau
questioner” ini bertugas untuk memimpin dan membimbing teman
sekelompoknya dalam membuat pertanyaan secara tertulis maupun membimbing
dalam menyelesaikannya serta bertanggung jawab selama diskusi questioning
berlangsung.
4. Merangkum (Summarizing)
Dalam membuat rangkuman dibutuhkan kemampuan untuk dapat membedakan
hal-hal yang penting dan hal-hal yang tidak penting. Dalam pendekatan ini, siswa
diminta membuat rangkuman dari materi yang telah dipelajari. Siswa yang
bertugas sebagai “pemimpin merangkum atau summarizer” memimpin serta
membimbing teman sekelompoknya.
Adapun kelebihan dan kekurangan pendekatan pengajaran terbalik adalah;
Kelebihan pendekatan pengajaran terbalik adalah:
a. Melatih kemampuan siswa dalam belajar mandiri.
b. Melatih kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat, ide dan gagasan.
c. Meningkatkan kemampuan bernalar siswa.
d. Meningkatkan kemampuan siswa dalam pemahaman konsep dan pemecahan
masalah.
Kekurangan dari pendekatan pengajaran terbalik itu sendiri ialah kegiatan tanya jawab hanya
akan dikuasai oleh siswa yang berani mengungkapkan pendapat saja sedangkan siswa yang
pasif akan cenderung diam.

2.2 Pemahaman Konsep


Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga
pemahaman konsep matematis menjadi sangat penting. Belajar konsep merupakan hal yang
paling mendasar dalam proses belajar matematika, oleh karena itu seorang guru dalam
mengajarkan sebuah konsep harus beracuan pada sebuah tujuan yang harus dicapai. Konsep
matematika yang sangat kompleks cukup sulit bahkan tidak bisa dipahami jika pemahaman
konsep yang lebih sederhana belum memadai. Hiebert dan Carpenter 1992 menyatakan
bahwa salah satu ide yang diterima secara luas dalam pendidikan matematika adalah bahwa
siswa harus memahami matematika. Marpaung 2008 juga berpendapat bahwa matematika
tidak akan ada artinya kalau hanya dihafalkan. Dengan demikian, pemahaman konsep
matematis menjadi salah satu tujuan pembelajaran matematika.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, paham berarti mengerti dengan tepat,
sedangkan konsep diartikan sebagai ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa
konkret. Pemahaman adalah kemampuan melihat hubungan-hubungan antara berbagai faktor
atau unsur dalam situasi yang problematis (Hamalik, 2009). Pemahaman adalah kemampuan
seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat.
Dengan kata lain, memahami ialah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari
berbagai segi. Seorang siswa dapat memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan
penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-
katanya sendiri.
Pemahaman konsep merupakan salah satu aspek dalam prinsip-prinsip belajar teori
kognitif (Hamalik, 2009). Berdasarkan prinsip belajar teori kognitif belajar dengan
pemahaman (understanding) adalah lebih permanen (menetap) dan lebih memungkinkan
untuk ditransferkan, dibandingkan dengan rote learning atau belajar dengan formula.
Pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap konsep matematika menurut NCTM
dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam beberapa kriteria yaitu mendefinisikan konsep
secara verbal dan tulisan, membuat contoh dan bukan contoh, menggunakan simbol-simbol
untuk merepresentasikan suatu konsep, mengubah suatu bentuk representasi ke bentuk
lainnya, mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep, mengidentifikasi sifat-sifat suatu
konsep dan mengenal syarat yang menentukan suatu konsep, serta membandingkan dan
membedakan konsep-konsep.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa
pemahaman konsep matematis adalah kemampuan untuk mengerti ide abstrak dan objek
dasar yang dipelajari siswa serta mengaitkan notasi dan simbol matematika yang relevan
dengan ide-ide matematika kemudian mengkombinasikannya ke dalam rangkaian penalaran
logis.
Depdiknas menjelaskan bahwa penilaian perkembangan anak didik dicantumkan
dalam indikator dari kemampuan pemahaman konsep sebagai hasil belajar matematika.
Indikator pemahaman konsep (Kesumawati, 2010) adalah sebagai berikut.
a. Menyatakan ulang sebuah konsep, yaitu kemampuan siswa untuk mengungkapkan
kembali apa yang telah dikomunikasikan kepadanya.
b. Mengklasifikasikan sebuah objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan
konsepnya), yaitu kemampuan siswa untuk dapat mengelompokkan objek menurut
sifat-sifatnya.
c. Memberi contoh dan bukan contoh dari konsep, yaitu kemampuan siswa dapat
membedakan contoh dan bukan contoh dari suatu materi yang telah dipelajari
d. Menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematika, yaitu kemampuan siswa
menggambar atau membuat grafik, membuat ekspresi matematis, menyusun cerita
atau teks tertulis.
e. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep, yaitu kemampuan
siswa mengkaji mana syarat perlu atau cukup suatu konsep yang terkait.
f. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu yaitu
kemampuan siswa menyelesaikan soal dengan tepat sesuai dengan prosedur.
g. Mengaplikasikan konsep yaitu kemampuan siswa menggunakan konsep serta
prosedur dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-
hari
Pengukuran kemampuan pemahaman konsep siswa dilakukan dengan tes yang
terdiri dari soal-soal yang mengacu pada indikator pemahaman konsep. Jika siswa mengerti
konsep, maka ia dapat menggunakannya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan. Siswa
dapat dikatakan memahami konsep bila siswa mampu mendefinisikan, mengidentifikasi dan
mampu memberi contoh atau bukan contoh dari suatu konsep.
2.3 Hubungan antara reciprocal teaching dengan indikator pemahaman konsep
Hubungan antara reciprocal teaching dengan indikator pemahaman konsep siswa
dapat dilihat dalam tabel 1.
No Langkah-langkah pembelajaran Indikator pemahaman konsep
dengan pendekatan reciprocal
teaching
1. Mengklarifikasi (Clarifying) Kemampuan siswa untuk
Membuat siswa membaca lembar menyatakan kembali sebuah
materi pembelajaran kemudian konsep.
mengklarifikasi atau menjelaskan
kata-kata atau kalimat-kalimat yang Kemampuan siswa untuk dapat
masih asing atau tidak familiar. mengelompokkan objek menurut
sifat-sifatnya.

Kemampuan siswa dapat


membedakan contoh dan bukan
contoh dari konsep.
2. Memprediksi (Predicting) Kemampuan siswa untuk dapat
Siswa diajak untuk melibatkan mengelompokkan objek menurut
pengetahuan yang sudah diperolehnya sifat-sifatnya.
dahulu untuk digabungkan dengan
informasi yang diperoleh untuk Kemampuan siswa mengkaji mana
kemudian digunakan dalam syarat perlu atau cukup suatu
mengimaginasikan kemungkinan yang konsep yang terkait.
akan terjadi berdasar atas gabungan
informasi yang sudah dimilikinya.
3. Membuat pertanyaan (Questioning) Kemampuan siswa dapat
Siswa membuat pertanyaan yang membedakan contoh dan bukan
digunakan untuk melihat sejauh mana contoh dari konsep.
pemahaman siswa terhadap bilangan
berpangkat. Siswa membuat Kemampuan siswa mengkaji mana
pertanyaan sendiri/membuat soal yang syarat perlu atau cukup suatu
diajukan kepada diri sendiri kemudian konsep yang terkait.
menjawabnya (proses ini disebut
metakognitif). Dengan melakukan Kemampuan siswa membuat
proses metakognitif ini, siswa dapat ekspresi matematis, menyusun
melakukan crosscheck tentang cerita atau teks tertulis.
informasi yang telah diperoleh dari
proses belajar dan materi yang belum
dikuasai dari keseluruhan konsep yang
diajarkan oleh gurunya.
4. Merangkum (Summarizing) Kemampuan siswa untuk
Dalam membuat rangkuman menyatakan kembali sebuah
dibutuhkan kemampuan untuk dapat konsep.
membedakan hal-hal yang penting dan
hal-hal yang tidak penting. Dalam Kemampuan siswa dapat
tahapan ini, siswa membuat membedakan contoh dan bukan
rangkuman dari materi yang telah contoh dari konsep.
dipelajari.
Kemampuan siswa menyelesaikan
soal dengan tepat sesuai dengan
prosedur.

Kemampuan siswa menggunakan


konsep serta prosedur dalam
menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-
hari.
Tabel 1. Hubungan reciprocal teaching dengan indikator pemahaman konsep
Dari tabel 1 dapat disimpulkan bahwa dalam langkah-langkah pembelajaran
reciprocal teaching juga dapat melihat pemahaman konsep siswa.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menggunakan pendekatan kualitatif
kemudian dilanjutkan dengan pendekatan kuantitatif. Dalam penelitian ini, akan digambarkan
kemampuan pemahaman konsep siswa kelas IX SMP Negeri 3 Palembang dalam proses
belajar bilangan berpangkat dengan pendekatan reciprocal teaching.

3.2 Variabel dan Definisi Operasional Variabel


Menurut Sugiyono 2013, variable penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk
apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut. Sesuai dengan pengertian variable penelitian di atas, makan yang menjadi objek
penelitian ini adalah:
Variabel bebas : Pendekatan reciprocal teaching
Variable terikat : Pemahaman konsep siswa
Definisi operasional variable adalah definisi yang didasarkan atas sifat masalah yang
didefinisikan dan diamati. Adapun definisi operasional variable penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Pendekatan reciprocal teaching adalah pendekatan yang berbasis konstruktivisme
dimana dalam suatu prosedur pemebelajaran siswa diajarkan empat strategi pemahaman
mandiri yaitu merangkum, mengajukan pertanyaan, mengklarifikasi, dan memprediksi.
2. Kemampuan pemahaman konsep yang dimaksudkan adalah menyatakan ulang konsep,
mengklarifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya),
memberi contoh dan bukan contoh dari konsep, menyajikan konsep dalam berbagai
bentuk representasi matematis, mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu
konsep, memilih prosedur atau operasi tertentu, serta mengaplikasikan konsep atau
logaritma pemecahan masalah.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian


Menurut Sugiyono, populasi adalah wilayah generalisasi terdiri atas obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu. ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII
SMP.
Dan menurut Sugiyono, sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Untuk menentukan jumlah sampel dilakukan sebuah
sampling. Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Dikarenakan dalam
penelitian ini populasinya (subjek atau responden penelitian) banyak, sehingga tidak
diketahui secara pasti berapa jumlah anggota populasi tersebut. Oleh karena anggota
populasinya tidak diketahui secara pasti siapa saja dan berapa banyak, maka tidak mungkin
mengambil sampel dari populasi tersebut secara adil, memberi peluang yang sama kepada
setiap anggota untuk terambil menjadi sampel (probability sampling). Oleh karena tidak
memberi peluang yang adil, yang sama, kepada setiap anggota populasi untuk menjadi
sampel, maka teknik-teknik pengambilan sampel dari populasi tak terhingga dan tidak jelas
ini dikelompokkan ke dalam rumpun nonprobability sampling, yaitu teknik pengambilan
sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan yang samabagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini ialah teknik simple random
sampling dengan memperhatikan kesetaraan kelas. Dimana dalam menggunakan teknik
simple random sampling peneliti akan mengambil 30 siswa dalam satu kelas. Pengambilan
subjek sampel diambil secara random dengan memilih kelas VII dengan berasumsi bahwa di
dalam kelas VII tersebut memiliki siswa dengan kemampuan rendah, sedang, dan tinggi.

3.4 Waktu dan Tempat Penelitian


Dalam penelitian ini, waktu yang digunakan peneliti untuk mulai melakukan
penelitian sampai menyelesaikannya adalah selama satu bulan. Penelitian ini dilaksanakan
pada kelas VII semester ganjil tahun ajaran 2019/2020.

3.5 Prosedur Penelitian


3.5.1 Tahap Perencanaan
Dalam perencanaan peneliti mengadakan observasi awal ke tempat penelitian. Hal
ini dimaksudkan untuk mendapatkan data berupa nama-nama peserta didik kelas IX-6 dan
hasil pekerjaan sekolah dan nilai ulangan harian siswa, yang nantinya akan dijadikan dasar
untuk analisis awal keadaan peserta didik. Adapun rancangan kegiatan yang dilakukan dalam
tahap ini meliputi:
a. Menyiapkan skenario pembelajaran atau RPP.
b. Menyiapkan lembar kerja siswa
c. Menyiapkan lembar observasi.
3.5.2 Pelaksanaan
Setelah mendapatkan persetujuan atau izin penelitian baik dari fakultas maupun
sekolah, maka peneliti akan mulai melakukan pembelajaran dengan pendekatan reciprocal
teaching untuk mengamati kemampuan pemahaman konsep siswa dalam materi operasi
bilangan berpangkat. Setelah pengumpulan data dikumpulkam melalui proses evaluasi
(posttest) selesai, untuk mendapatkan data-data pelengkap seperti keadaan umum sekolah dan
dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian, maka peneliti menggunakan metode
dokumentasi yang berupa foto dan video. Adapun rancangan kegiatan yang dilakukan pada
tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran yaitu 3 kali pertemuan untuk setiap
siklus. Langkah-langkah pelaksanaan sebagai acuan penyusunan skenario pembelajaran
adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan Pendahuluan
 Menyampaikan tujuan dan materi pembelajaran
 Memotivasi siswa
 Memberikan apersepsi
2. Kegiatan Inti
 Guru menjelaskan konsep matematika yang sesuai dengan topik yang
diajarkan yakni bilangan berpangkat.
 Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menyimpulkan materi bilangan
berpangkat yang telah diajarkan.
 Guru memberikan beberapa soal latihan untuk dikerjakan siswa.
 Guru memberi tugas kepada siswa untuk menyusun soal latihan sesuai materi
yang diajarkan dan menyelesaikannya.
 Guru membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam membuat dan
menyelesaikan soal latihan.
 Beberapa siswa diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerjanya dan
siswa lain menanggapinya.
 Guru memandu diskusi siswa.
 Guru menyuruh beberapa siswa untuk mengulangi atau menjelaskan kembali
titik tekan materi yang telah diberikan sebagai pengetahuan yang telah
diperolehnya.
 Guru meminta siswa memprediksi soal yang lebih sulit dari soal yang telah
diberikan sebelumnya dan beberapa diantara siswa diberi kesempatan untuk
mengemukakan soal yang telah dibuatnya sedangkan siswa lain memberikan
tanggapan.
3. Kegiatan Penutup
 Guru bersama siswa merangkum hasil pembahasan
 Guru bersama siswa melakukan refleksi
 Guru memberi evaluasi seperti PR atau tugas lain untuk dikerjakan di rumah.

3.6 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
3.6.1 Observasi
Observasi dilakukan oleh peneliti dengan cara melakukan pangamatan dan
pencatatan mengenai pelaksanaan pembelajaran di kelas serta kemandirian
belajar siswa pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan
dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan serta berupa
catatan lapangan.
3.6.2 Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap guru dan siswa dengan cara bertanya
secara langsung kepada guru dan siswa bagaimana pendapat mereka setelah
belajar mengajar bilangan berpangkat melalui reciprocal teaching. Wawancara
dilakukan berdasarkan pedoman wawancara yang telah disusun.
3.6.3 Foto dan Video
Foto dan video berguna untuk melengkapi sumber data yang menghasilkan
data dengan merekam kejadian penting di kelas atau menggambarkan suasana
kelas ketika aktivitas belajar berlangsung.
3.6.4 Tes
Soal tes dibuat sesuai dengan tes pemahaman konsep, dimana dengan
menjawab soal-soal tes tersebut dapat terlihat indikator-indikator pemahaman
konsep siswa. Soal tes akan dibagikan kepada siswa kemudian diselesaikan
secara individu, tes digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar
siswa kelas VII SMP.

3.7 Teknik Analisis Data


Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data hasil observasi dalam proses
pembelajaran, hasil angket, catatan lapangan, nilai kuis dan tes. Data tambahan sebagai bahan
pertimbangan diperoleh dari wawancara dengan guru dan siswa yang dilakukan pada akhir
kegiatan. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dngan cara sebagai berikut:
3.7.1 Analisis data observasi
Data hasil observasi dianalisis secara kualitatif dengan mendeskripsikan aktivitas
siswa dalam kegiatan pembelajaran. Kemampuan pemahaman konsep matematika
dilihat dari data hasil tes yang diperoleh menggunaka rumus:

dengan = jumlah seluruh skor yang diperoleh

N = jumlah keseluruhan skor maksimal


Data hasil tes kemudian dianalisis untuk menentukan kategori tingkat
kemampuan pemahaman konsep matematika dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel 2.
Kategori Tingkat Kemampuan Siswa
Nilai Tingkat Kemampuan Siswa
81 – 100 Sangat Baik
66 – 80 Baik
51 – 65 Cukup
36 – 50 Kurang
0 – 35 Sangat Kurang

3.7.2 Analisis hasil wawancara


Hasil wawancara dengan guru dan siswa dianalisis secara kualitatif diskriptif
sehingga diperoleh data mengenai respon siswa terhadap pembelajaran secara lebih
akurat.
3.7.3 Analisis hasil tes belajar
Data hasil kuis dan tes akhir, dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif dengan
membandingkan hasil pada tiap akhir. Berdasarkan skor hasil kuis dan tes akhir setiap
siswa, ditentukan skor rata-rata dengan menjumlahkan semua skor siswa dan
membaginya dengan banyaknya siswa yang mengikuti tes.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.


Anwar. 2006. Penerapan Pendekatan Reciprocal Teaching Dalam Pembelajaran
Matematika Dengan Menggunakan Media Komputer Untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMP. Penelitian Tindakan
Kelas Terhadap Siswa Kelas VIIIA di SMP Negeri 37 Bandung.
Baroody, A. J., Feil, Y., Johson, A. R. 2007. An alternative reconceptualization of
procedural and conceptual knowledge. Journal for Research in Mathematics
Edducation, 38. 115-131.
Carpenter, T. P., Hiebert, J., & Moser, J. M. (1992). Cognitively Guided Instruction: A
knowledge base for reform in primary mathematics instruction. The Elementary School
Journal, 97(1), 3-20.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Depdiknas. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi
SMP. Jakarta: Depdiknas.
Hamalik, O. 2009. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Herlika. 2006. Analisis LKS Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X Berdasarkan Kurikulum
Berbasis Kompetensi di MAN Malang. Malang: UIN Sunan Ampel.
Indrianto, Lis. 1998. Pemanfaatan Lembar Kerja Siswa Dalam Pengajaran Matematika
Sebagai Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Matematika. Semarang: IKIP
Semarang.
Kusumawati, N. 2010. Peningkatan Kemampuan Pemahaman, Pemecahan Masalah, dan
Disposisi Matematika Siswa SMP melalui Pendekatan Pendidikan Matematika
Realistik. Disertasi FMIPA UPI. Tidak diterbitkan.
Luluk Afifah. 2012. Efektivitas Penggunaan Model Reciprocal Teaching Dengan
Melakukan Fieldtrip Terhadap Hasil Belajar Matematika. Skripsi Tidak
Diterbitkan. Semarang : IAIN Walisongo.
Mayani D., Muh Hasbi, dan Baharuddin P. 2014. Penerapan Metode Latihan Berstruktur
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Bilangan Berpangkat Kelas X
MIA 5 SMA Negeri 4 Palu. Jurnal Elektronik Pendidian Matematika Tadulako,
Volume 2 No. 1, 55-56.
M. A. Marsigit, Mathilda Susanti, Ali Mahmudi, Atmini Dhoruri, M.S. 2011. Matematika 3
untuk SMP/MTs Kelas IX. Buku berbasis elektronik (BSE): Pusat Kurikulum dan
Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional.
M. Mayona. 2012. Penggunaan Mind Web Unutk Meningkatkan Kemampuan
Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas XI IPA SMAN 9 Padang. Skripsi
tidak diterbitkan. Padang : UNP.
Munifah Sri Fajarwati. 2010. Penerapan Model Reciprocal Teaching Sebagai Upaya
Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas IX Akutansi Rsbi
SMKN 1 Depok. Skripsi Tidak Diterbitkan. Yogyakarta : UNY.
Palincsar A.S., dan Brown A. 1984. Reciprocal teaching of Comprehension Fostering and
Comprehension mentoring Activities. Cognition and Instruction. Vol 1 No. 2.
Puskur Dit PLP. 2003. Kurikulum 2004. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika
Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.
Rahmawati, Laili. 2006. Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematika Siswa SMP
Salafiyah Pekalongan Kelas VII Semester II Tahun 2005/2006 dalam
Pembelajaran Garis dan Sudut Melalui Implementasi metode Inkuiri dengan
Memanfaatkan Lembar Kerja Siswa (LKS) (Skripsi). Tidak diterbitkan.
Santrock. J. W. 2004. Psikologi Pendidikan. Diterjemahkan oleh Tri Wibowo. 2008. New
York: McGraw-Hill Company.x
Siasiati, Hiba. 2005. Analasis Buku Teks Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas IV SDN
Sumbermulyo 1 Jogoroto Jombang. Malang: UIN Sunan Ampel Fakultas Tarbiyah
Jurusan Pendidikan Agama Islam.
Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabet
Sujana, Nana. 1989. CBSA dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sumber Baru.
Tampomas, Husein. 2005. Matematika Plus 3A (untuk kelas 3 semester I. Jakarta: Yudistira.

Anda mungkin juga menyukai