Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

KEBUTUHAN ELIMINASI PADA IBU NIFAS DAN


MENYUSUI

DOSEN PENGAMPU :
Mirawati, S.Si. T., M.Kes

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2:


Ella Novianty 2015401110005
Evy Rahmawati 2015401110006
Hikmah. M 2015401110007

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN 2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : Kebutuhan Dasar Ibu Nifas


Pokok Bahasan : Kebutuhan BAK dan BAB Ibu Masa Nifas
Sub Pokok Pembahasan : Eliminasi
Sasaran : Ibu Nifas
Tempat : Rumah Pasien
Hari / Tanggal : Rabu, 28 April 2021
Waktu : 09.00-09.30 Wita
Tim Penyuluh : Ella Novianty
Evy rahmawati
Hikmah. M

I. TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah diberikan Penyuluhan Kesehatan tentang BAB dan BAK Masa Nifas selama
35 menit, ibu nifas diharapkan mampu memahami tentang anjuran untuk BAB dan
BAK masa nifas.

II. TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


Setelah dilakukan penyuluhan mengenai BAK dan BAB diharapkan ibu dapat :
1. Memahami pentingnya eliminasi BAB dan BAK pada ibu nifas
2. Mengerti dan paham tentang fisiologi dalam eliminasi pada ibu nifas
3. Mengerti kebutuhan eliminasi pada masa nifas dan menyusui
4. Memahami faktor – faktor yang mempengaruhi eliminasi

III. MATERI PENYULUHAN


1. Pengertian eliminasi pada ibu nifas
2. Kebutuhan eliminasi pada masa nifas dan menyusui
3. Fisiologi dalam eliminasi pada ibu nifas
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi
IV. METODE PENYULUHAN:
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

V. MEDIA PENYULUHAN
Poster

VI. PROSES KEGIATAN PENYULUHAN

NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA


Pembukaan: 1. Menjawab salam dan
1 5 Menit 1. Membuka memulai kegiatan dengan mendengarkan
mengucapkan salam 2. Mendengarkan
2. Memperkenalkan diri 3. Mendengarkan
3. Menjelaskan tujuan dari penyuluhan. 4. Mendengarkan
4. Melakukan kontrak waktu
5. Menyebutkan materi penyuluhan yang akan 5. Mendengarkan
diberikan
2 20 Menit Pelaksanaan : 1. Mendengarkan dan
1. Menjelaskan pengertian eliminasi pada ibu memperhatikan
nifas 2. Mendengarkan dan
2. Menjelaskan kebutuhan eliminasi pada masa memperhatikan
nifas dan menyusui 3. Mendengarkan dan
3. Menjelaskan fisiologi dalam eliminasi pada memperhatikan
ibu nifas 4. Mendengarkan dan
4. Menjelaskanfaktor-faktor yang memperhatikan
mempengaruhi eliminasi 5. Aktif bertanya
5. Memberikan kesempatan untuk bertanya
3 5 Menit Evaluasi : Menjawab dan
Mengevaluasi peserta atas penjelasan yang telah menjelaskan pertanyaan
disampaikan dan tim penyuluh menanyakan yang diberikan
kembali mengenai materi penyuluhan
4 5 Menit Penutup : 1. Mendengarkan dan
1. Menyimpulkan materi yang disampaikan memperhatikan
2. Mengucapkan terima kasih kepada peserta 2. Mendengarkan dan
3. Salam penutup menjawab
3. Menjawab salam
VII. EVALUASI

1. Ibu dapat menjelaskan kembali pengertian eliminasi pada ibu nifas


2. Ibu dapat menyebutkan kebutuhan eliminasi pada masa nifas dan menyusui
3. Ibu dapat menyebutkan fisiologi dalam elimnasi pada ibu nifas
4. Ibu dapat menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi

MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian Eliminasi Pada Ibu Nifas


Eliminasi adalah pengeluaran, penghilangan, penyingkiran, penyisihan. Dalam bidang
kesehatan, eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh, baik urin maupun
feses.
1. Miksi
Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Miksi sering
disebut buang air kecil. BAK yang normal pada masa nifas adalah BAK spontan setiap 3-4
jam. Ibu nifas akan merasa sulit selama 1-2 hari, terutama pada primipara dan mengalami
episiotomy. Ibu diharapkan dapat berkemih dalam jam pertama postpartum. Setiap kali
berkemih urin yang dikeluarkan sebanyak 150 ml.
2. Defekasi
Buang air besar atau defekasi adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidup untuk
membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah padat yang berasal dari sistem
pencernaan. BAB normal 3-4 hari masa nifas.

B. Kebutuhan Eliminasi Pada Masa Nifas Dan Menyusui


1. Buang Air Kecil / Miksi
Biasanya dalam 6 jam pertama post partum, pasien sudah dapat buang air kecil. Semakin
lama urine ditahan maka dapat mengakibatkan infeksi. Maka dari itu bidan harus dapat
meyakinkan ibu supaya segera buang air kecil, karena biasanya ibu malas buang air kencing
karena takut akan merasa sakit. Segera buang air kecil setelah melahirkan dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya komplikasi post partum. Buang air kecil sendiri sebaiknya dilakukan
secepatnya. Miksi normal bila dapat BAK spontan setiap 3 4 jam. Kesulitan BAK dapat
disebabkan karena springter uretra tertekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskolo
spingter ani selama persalinan. Lakukan katerisasi apabila kandung kemih penuh dan sulit
berkemih.
2. Buang Air Besar / Defekasi
Dalam 24 jam pertama, pasien juga sudah harus dapat buang air besar. Buang air besar
tidak akan memperparah luka jalan lahir, maka dari itu buang air besar tidak boleh ditahan
tahan. Untuk memperlancar buang air besar, anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan
tinggi serat dan minum air putih, olahraga, berikan obat rangsangan per oral / per rektal atau
lakukan klisma bilamana perlu.

C. FISIOLOGI DALAM ELIMINASI PADA IBU NIFAS


1. Fisiologi Miksi Pada Masa Nifas dan Menyusui
Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya pross eliminasi urine adalah ginjal, ureter,
kandung kemih, dan uretra. Proses ini terjadi dua lagkah utama yaitu: Kandung kemih secara
progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang, yang
kemudian mencetuskan langkah kedua yaitu timbul reflex saraf yang disebut refleks miksi
(refleks) yang berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika gagal, setidak-tidaknya
menimbulkan kesadaran akan keingan untuk berkemih.
a. Eliminasi Urrine
Eliminasi urine niormalnya adalah pengeluaran cairan. Proses pengeluaran ini sangat
bergantung pada fungsi-fungsi organ eliminasi urine seperti ginjal, ureter, bladder, dan
uretra. Ginjal memindahkan air dari darah dalam bentuk urine. Ureter mengalirkan urine
ke bladder. Dalam bladder urine ditampung sampai mencapai batas tertentu yan kemudian
dikeluarkan melalui uretra.
b. Anatomi dan Fisiologi Ginjal
Ginjal adalah dua organ kecil berbentuk seperti kacang buncis yang terletak pada sisi-
sisi abdomen antara tulang rusuk kedua belas dan tulang belakang lumbal ketiga.ginjal
kanan terletak lebih rendah dri ginjal kiri karena hati menekannya kebawah. Ginjal terdiri
atas kapsul ginjal, cortex renalis (kulit luar) medulla renalis, renalis, dan sinus renalis.
Cortex renalis adalah bagian luar anteriom kapsul ginjal. Bagian ini berwarna pucat dan
memiliki permukaan berbintik-bintik kecil. Nephron terletak pada bagian ini. Medulla
renaliis adalah bagian pusat dan biasanya disebut dengan pyramid ginjal. Pyramid pada
bagian ini meruncing dengan dasar menghadap cortex dan puncak menghadap tengah
ginjal. Bagian nephron dan tubulus renal terletak pada ruang ini. Renal sinus merupakan
bagian interior yang terhubung dengantakik ginjal yang disebut dengan hilum. Nephron
adalah unit fungsional ginjal. Masing-masing ginjal mengandung sekitar 1 juta nephron.
c. Masalah-masalah Eliminasi Pada Ibu Nifas
1) Retensi Urine
Merupakan penumpukan urine dalam bladder dan ketidakmampuan bladder untuk
mengosongkan kandung kemih.
2) Inkontinensia Urine
Merupakan ketidakmampuan otot spinder eksternal sementara atau menetap untuk
mengintrol eksresi urine. Merupakan ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol)
yang diakibatkan ketidakmampuan untuk mengendalikan spinter eksterna.
d. Perubahan Pola Berkemih
1) Frekuensi
2) Urgency
3) Dysuria
4) Polyuria
5) Urinary Supprension

2. Fisiologi Defekasi Pada Ibu Nifas


Rektum biasanya kosong sampai menjelang defekasi. Seorang yang mempunyai
kebiasaan teratur akan merasa kebutuhan membuang air besar kira kira pada waktu sama
setiap hari. Hal ini disebabkan oleh refleks gastro-kolika yang biasanya bekerja sesudah
makan pagi. Setelah makanan ini mencapai lambung dan setelah pencernaan dimulai maka
peristaltik di dalam usus terangsang. merambat ke kolon, dan sisa makanan dari hari
kemarinya, yang waktu malam mencapai sebelum sekum mulai bergerak. Isi kolon pelvis
masuk ke dalam rectum, serentak peristaltic keras terjadi di dalam kolon dan terjadi perasaan
di daerah perineum. Tekanan intra-abdominal bertambah dengan penutupan glottis dan
kontraksi diafragma dan otot abdominal, sfinkter anus mengendor dan kerjanya berakhir.
a. Eliminasi Bowel
Eleminasi bowel adalah pembuangan sisa metabolism makanan dari dalam tubuh yang
tidak dibutuhkan lagi dalam bentuk bowel (feses). Organ - organ yang berperan dalam
pembuangan eliminasi bowel adalah saluran gastrointestinal yang dimulai dari mulut sampai
anus.
b. Anatomi dan Fisiologi
1) Saluran Gastrointestinal Bagian Atas
Makanan yang masuk akan dicerna secara mekanik dan kimiawi dan di lambung
dengan bantuan enzim, asam lambung. Selanjutnya makanan yang sudah dalam
bentuk usus halus.
2) Saluran Gastrointestinal Bagian Bawah
Saluran Gastrointestinal bawah meliputi usus halus dan usus besar. Usus halus terdiri
atas Duodenum. Jejenum, dan Ileum yang panjangnya kira-kira 6 meter dan diameter
usus besar terdiri atas cecum.colon, dan retum yang kemudian bermuara pada
anus.panjang usus besar sekitar 1,5 meter dan diameternya kira kira 6 em. usus
menerima zat makann yang sudah berbentuk cyne (setengah padat) dari lambung
untuk mengabsorpsi air,nutrient dan elektrolit. Usus sendiri mengekresi
mucus.potassium,bikarbonat dan enzim. Cyne bergerak karena adanya peristaltic usus
dan akan berkumpul menjadi feses diusus besar.dari kita makan sampai mencapai
rectum normalnya diperlukan waktu 12 jam. Gerakkan colon terbagi menjadi 3 yaitu:
Haustral Shuffing adalah gerakan mencampur cyme untuk membantu absorpsi air,
Kontraksi Haustral adalah gerkan untuk mendorong materi cair dan semi padat
sepanjang calon, gerakan peristaltie adalah berupa gelombang.gerakan maju menuju
anus.
c. Proses Defekasi
1) Refleks Defekasi Intrinsik.
Refleks ini berasal dari feses yang masuk ke rectum sehigga distensi rectum, yang
kemudian menyebabkan rangsangan pada fleksus mensentrikus dan terjadilah gerkan
peristaltic. Setelah feses tiba dianus, secara sistematik spinter intema relaksasi maka
terjadilah defekasi.
2) Refleks Deflaksasi Parasimpatis
Feses yang masuk akan merangsang saraf rectum yang kemudian diteruskan ke spinal
cord. Dari spindal cord kemudian alihkan ke colon desenden,sigmoid an rectum yang
menyebabkan intesifnya peristaltic, relaksasi spnter internal maka terjadilah defekasi.
Dorongan feses juga dipengaruhi oleh kontraksi otot abdomen, tekanan diafragma,
dan kontraksi otot elevator. Defekasi dipermudah oleh fleksi otot femur dan posisi
jongkok. Gas yang dihasilkan dalam proses pencernaan normalnya 7-10 liter/ 24 jam.
Jenis gas yang dikeluarkan adalah CO2, Metana, H2S, dan nitrogen feses normalnya
berwarna coklat karena pengaruh dari mikroorganisme. Konsestensinya lemben
namun berbentuk.
d. Masalah Eliminasi Defekasi Pada Masa Nifas Dan Menyusui
1) Konstipasi
Ganguan eliminasi yang diakibatkan adanya feses yang kering dan keras melalui usus
besar. Biasanya disebabkan oleh pola defekasi yang tidak teratur, penggunaan laksasif
yang stress, psikologis, obat-obatan, aktivitas,usia.
2) Fecal Infaction.
Masa keras yang dilipatan rectum yang mengakibatkan oleh retensi dan akumulasi
material berkepanjangan .
3) Diare
Keduanya feses cairan dan meningkatkan frekuensi BAB akibat cepatnya chyme
melewati usus, sehingga usus besar tidak mempuyai waktu yang ukup menyerap air.
4) Inkontinensia Alvi
Hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas yang melalui
saraf spnter anus.
5) Kembung
Flastus yang berlebihan didaerahkan intestinal sehingga menyebabkan disentesi
intestinal, dapat disebabkan karena konstipasi, penggunaan obat-obatan dan
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung gas.
6) Hemoroid
Pelebaran vena didaerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan didaerah tersebut.

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ELIMINASI


1. Faktor-faktor yang mempengaruhi miksi pada ibu nifas.
a) Pertumbuhan dan perkembangan
b) Psikologis
c) Kebiasaan seseorang
d) Tonus otot
e) Intake cairan dan makanan
f) Kondisi penyakit
g) Pembedahan
h) Pengobatan
i) Pemeriksaan diaknostik
Selain itu juga dipengaruhi oleh

1) Jumlah air yang diminum semakin banyak air yang diminum jumlah urin semakin
banyak.

Apabila banyak air yang diminum, akibatnya penyerapan air kedalam darah sedikit, sehingga
pembuangan air jumlahnya lebih banyak dan air kencing akan terlihat bening dan encer.
Banyak sehingga pembuangan air sedikit dan air kencing berwarna lebih kuning.

2) Jumlah garam yang dikeluarkan dari darah


Supaya tekanan osmotic tetap, orang akan sering mengeluarkan urin. Kasus ini
terjadi pada orang yang menderita kencing manis.

3) Konsetrasi hormone insulin


Jika konsentrasi insulin rendah, orang akan sering mengeluarkan urine. Kasus ini terjadi pada
orang yang menderita kencing manis.

4) Hormon antidiuritek (ADH)


Hormon ini dihasilkan oleh kalenjar hipofisis bagian belakang. Jika darah sedikit
mengandung air, maka ADHI akan banyak disekresikan ke dalam ginjal. akibatnya
penyerapan air meningkat sehingga urine yang terjadi pekat dan jumlahnya sedikit.
Sebaliknya, apabila darah banyak mengandung air, mak ADH yang disekresikan ke dalam
ginjal berkurang, akibatnya penyerapan air berkurang pula, sehingga urine terjadi akan eneer
dan jumlahnya banyak.

5) Suhu lingkungan
Ketika suhu sekitar dingin, maka tubuh akan berusaha untuk menjaga suhunya dengan
mengurangi jumlah darah yang mengalir ke kulit sehingga darah akan lebih banyak yang
menuju organ tubuh diantaranya ginjal. Apabila darah yang menuju ginjal jumlahya semakin
banyak, maka pengeluaran air kencing pun banyak.

6) Gejolak emosi dan stress


Jika seorng mengalami stress, biasanya tekanan darahnya akan meningkat sehingga banyak
darah yang menuju ginjal. Selain itu, pada saat orang berada dalam kondisi emosi, mak
kandung kemih akan berkontraksi. Dengan demikian, maka timbullah hasrat ingin buang air
kecil.

7) Minuman alkohol dan kafein


Alkohol dapat menghambat pembentukan hormone antidiuretika. Seseorang yang banyak
minum alkohol dan kafein, maka jumlah air kencingnya akan meningkat.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi defekasi

a. Umur
Umur tidak hanya mempengaruhi karakteristik feses, tapi juga
pengontrolannya. Anak-anak tidak mampu mengontrol eliminasinya sampai sistem
neuromuskular berkembang, biasanya antara umur 23 tahun. Orang dewasa juga mengalami
perubahan pengalaman yang dapat mempengaruhi proses pengosongan lambung. Di
antaranya adalah atony (berkurangnya tonus otot yang normal) dari otot-otot polos colon
yang dapat berakibat pada melambatnya peristaltik dan mengerasnya (mengering) feses, dan
menurunnya tonus dari otot otot perut yagn juga menurunkan tekanan selama proses
pengosongan lambung. Beberapa orang dewasa juga mengalami penurunan kontrol terhadap
muskulus spinkter ani yang dapat berdampak pada proses defekasi.

b. Diet
Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi feses. Cukupnya selulosa, serat
pada makanan, penting untuk memperbesar volume feses. Makanan tertentu pada beberapa
orang sulit atau tidak bisa dicerna. Ketidak mampuan ini berdampak pada gangguan
pencernaan, di beberapa bagian jalur dari pengairan feses. Makan yang teratur mempengaruhi
defekasi. Makan yang tidak teratur dapat mengganggu keteraturan pola defekasi. Individu
yang makan pada waktu yang sama setiap hari mempunyai suatu keteraturan waktu.respon
fisiologi pada pemasukan makanan dan keteraturan pola aktivitas peristaltik di colon.
c. Cairan
Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika pemasukan cairan yang
adekuat ataupun pengeluaran contoh: urine,muntah yang berlebihan untuk beberapa alasan,
tubuh melanjutkan untuk mereabsorbsi air dari chyme ketika ia lewat di sepanjang colon.
Dampaknya chyme menjadi lebih kering dari normal. menghasilkan feses yang keras.
Ditambah lagi berkurangnya pemasukan cairan memperlambat perjalanan chime di sepanjang
intestinal, sehingga meningkatkanreabsorbsi cairan dari chyme.

d. Tanus Otot
Tonus perui, otot pelvik dan diafragma yang baik penting untuk defekasi. Aktivitsnya juga
merengsang peristaltic yang memfasilitasi pergerakan chime sepanjang colon. Otot-otot yang
lemah sering tidak efektif pada peningkatan tekanan intraabominal selama proses defekasi
atau pada pengontrolan defekasi. Otot-otot yang lemah merupakan akibat dari berkurangnya
latihan (exercise). imobilitas atau gangguan fungsi saraf.

e. Faktor Psikologi
Dapat dilihat bahwa stres dapat mempengaruhi defekasi, Penyakit-penyakit tertentu termasuk
diare kronik, seperti ulcus pada collitis, bisa jadi mempunyai komponen psikologi. Diketahui
juga bahwa beberapa orang yagn cemas atau marah dapat meningkatkan aktivitas peristaltik
dan frekuensi diare. Ditambah lagi orang yagn depresi bisamemperlambat motilitas inal, yang
berdampak pada konstipasi.

f. Gaya Hidup
Gaya hidup mempengaruhi eliminasi feses pada beberapa cara. Pelatijan pada buang air besar
pada waktu dini dapat memupk kebiasaan defekasi pada waktu yang teratur, seperti setiap
hari setelah sarapan, atau bisa juga digunakan pada pola defekasi yang ireguler. Ketersediaan
dari fasilitas toilet, kegelisahan tentang bau, dan kebutuhan akan privasi juga mempengaruhi
pola eliminasi feses. Klien yang berbagi satu ruangan dengan orang lain pada suatu rumah
sakit mungkin tidak ingin menggunakan bedpen karena privasi dan kegelisahan akan baunya.

g. Obat-obatan
Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat berpengaruh terhadap eliminasi
normal. Beberapa menyebabkan diare; yang lain seperti dosis yang besar dari tranquilizer
tertentu dan diikuti dengan prosedur pemberian morphin dan codein. eliminasi. Laxative
adalah obat yang merangsang aktivitas usus danmemudahkan eliminasi feses. Obat-obatan ini
melunakkan feses.mempermudah defekasi. Obat obatan tertentu seperti
dicyclominehydrochloride (Bentyl), menekan aktivitas peristaltik dan kadang-kadang
digunakan untuk mengobati diare.
menyebabkan konstipasi. Beberapa obat secara langsung mempengaruhi

h. Aktivitas
Tonus otot abdomen, pelvis,dan diafragma akan sangat membantu proses defekasi. Gerakan
peristaltic akan memudahkan bahan fefes bergerak sepanjang kolon.

i. Prosedur Diagnostik
Klien yang akan dilakukan diagnostic biasanya dipuaskan atau dilakukan klisma dahulu agar
tidak BAB kecuali setelah makan.

j. Penyakit
Beberapa penyakit pencernaan dapat menimbulkan diare dan konstipasi.

k. Anastesi dan Pembedahan Anestesi umum dapat meghalangi implus parasimpatis,


sehingga kadang-kadang dapat menyebabkan ileus usus, Kondisi ini dapat berlangsung
selama 24-28 jam.

l. Nyeri
Pengalaman nyeri waktu BAB seperti adanya hemoroid, faktur os pubis, episiotomi akan
menghalangi keinginan untuk BAB.

m. Kerusakan Sensorik dan Motorik


Kerusakan spinal cord dan injury kepala akan menimbulkan penurunan stimulus sensorik
untuk defekasi.
REFERENSI

akbidbinahusada.ac.id/publikasi/artikel/157-kebutuhan-dasar-ibu-nifas

Anda mungkin juga menyukai