Anda di halaman 1dari 7

PUASA, METODE SEHAT MENINGKATKAN IMUNITAS PADA

OBESITAS
Penulis Resti Illahi
Universita Syiah Kuala; alamat : Jl. Mireuk Taman, Gampong Suleue, Aceh Besar, telp. 0821 6338 8898
Email: resti.illahi@gmail.com
Puasa, Metode Sehat Meningkatkan Imunitas Pada Obesitas

1. COVID-19 dan Obesitas


Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) merupakan infeksi pernafasan yang disebabkan oleh novel
Coronavirus 2019 (nCoV-2019). COVID-19 diidentifikasi pertamakalinya di kota Wuhan, Cina pada akhir
tahun 2019 dan menginvasi ke seluruh wilayah di dunia dalam hitungan bulan. Kasus COVID-19 pertama
kalinya tercatat di Indonesia pada awal bulan Maret 2020 di Depok, Jawa Barat. yang kemudian menyebar
ke seluruh wilayah di Indonesia dalam waktu singkat. Dalam satu tahun belakang tercatat lebih dari 120 juta
penduduk dunia yang meninggal akibat COVID-19. Corona Virus Disease 19 yang dikenal dengan penyakit
’seribu satu wajah’ hingga saat ini masih menjadi problema terbesar masyarakat global. Ada banyak usaha
yang telah dilakukan untuk mengurangi penyebaran COVID-19, salah satunya adalah mengurangi interaksi
secara langsung dengan menutup semua aktifitas di tempat-tempat umum, termasuk sekolah dan tempat
kerja. Disamping itu,untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat COVID-19 pemerintah
memanfaatkan teknologi digital agar masyarakat tetap produktif dengan menyulap dunia virtual menjadi
ruang publik dan memberlakukan Work From Home (WFH),
Adanya kebijakan WFH, mengubah keseharian masyarakat yang biasanya beraktifitas dan bergerak
diluar ruangan menjadi masyarakat yang menyibukkan diri melalui dunia virtual. Masyarakat mulai
menormalkan diri dengan interaksi dunia maya yang sebelumnya bahkan sangat terbatas. Kondisi ini secara
perlahan mulai menstabilkan ekonomi dunia yang sempat mengalami kemerosotan pada awal kemunculan
pandemi COVID-19. Disamping itu, masyarakat juga memanfaatkan dunia virtual sebagai sarana belajar dan
melakukan interaksi lainnya. Namun, WFH juga berdampak buruk pada gaya hidup masyarakat. Kegitan
didalam ruangan membuat pergerakan tubuh menjadi terbatas. Kurangnya aktifitas diluar rumah, menjadi
salah satu alasan untuk malas berolahraga. Hal ini menyebabkan meningkatnya jumlah obesitas di
masyarakat selama pandemi.
Obesitas menjadi salah satu masalah kesehatan yang sangat ditakuti. Hal ini disebabkan karena orang
dengan obesitas memiliki risiko lebih rentan terhadap penyakit kardiometabolik seperti Dislipidemia, Diabetes
Mellitus, Hipertensi, Stroke dan Penyakit Jantung Koroner. Obesitas bisa terjadi pada siapapun tanpa
memandang jenis kelamin dan batas usia. Jika angka obesitas meningkat pada anak-anak dan masyarakat
usia produktif, maka hal ini akan menjadi salah satu problema lain yang harus dihadapi negara. Pada orang
dengan obesitas terjadi penumpukan lemak yang dapat menyebabkan terjadinya inflamasi di dalam tubuh.
Adanya peningkatan inflamasi akibat asam lemak akan menurunkan kualitas pembentukan sistem imun pada
saat masuknya mikoroorganisme. Oleh karena itu, pasien dengan obesitas cenderung memiliki imunitas
yang rendah. Pada masa pandemi COVID-19, masyarakat dituntut untuk meningkatkan sistem imun dengan
mengonsumsi makanan yan sehat dan melakukan olahraga secara rutin. Fenomena obesitas yang terjadi
dimasyarakat akibat WFH, menjadi salah satu masalah yang seharusnya mendapatkan perhatian khusus..
Kurangnya aktifitas dan menurunnya keinginan untuk berolahraga di masa pandemi menuntut masyarakat
untuk menemukan solusi lain agar dapat menurunkan berat badan dengan cara yang sehat.
Dewasa ini, diktehui bahwa puasa merupakan metode yang efektif dalam terapi kesehatan, salah
satunya adalah terapi pada obesitas. Puasa yang menjadi intervensi terapi adalah puasa intermitten atau
puasa yang dilakukan secara berkesinambungan. Puasa ramadhan yang dilakukan oleh umat islam selam
satu bulan penuh merupakan salh satu contoh puasa intermitten. Dari berbagai penelitian yang telah
dilakukan, didapatkan bahwa puasa Ramadhan memberikan banyak manfaat untuk kesehatan fisik dan
mental. Peneltian menunjukkan bahwa terjadinya penurunan berat badan yag cukup signifikan setelah
melakukan puasa setelah satu bulan penuh.
. Puasa merupakan salah satu terobosan baru yang dinilai efektif untuk mengurangi kadar lemak tubuh
serta meningkatkan sistem imun. Puasa menjadi pilihan terapi terbaik sebagai solusi untuk mengurangi berat
badan pada masa pandemic COVID-19. Lalu apa sajakah manfaat puasa dan mekanisme apa yang terjadi
pada tubuh saaat berpuasa sehingga dapat meningkatkan sisten imunitas tubuh? Serta berapa lamakah
puasa yang harus dilakukan sehingga efektif dalam terapi obesitas ? Pertanyaan-pertanyaan ini akan
dijawab secara lebih lanjut pada pembahasan kali ini.
2. Obesitas dan Puasa
Obesitas didefinisikan sebagai kondisi dimana terjadinya penimbunan lemak di dalam tubuh. Obesitas
dapat terjadi akibat adanya penyakit congenital dan tingginya asupan makanan. Pada orang yang mengalami
obesitas akibat tingginya asupan makanan akan terjadi penumpukan lemak pada jaringan tubuh dan
penumpukan glukosa di dalam darah. Pada keadaan normal, ketika glukosa masuk ke dalam tubuh pankreas
akan mengeluarkan hormon insulin sesuai dengan jumlah glukosa yang dideteksi saat masuk ke dalam
mulut. Hormon insulin akan membawa glukosa dari darah menuju ke sel-sel tubuh. Di dalam sel-sel tubuh
glukosa akan diubah menjadi energi sehingga tubuh dapat melakukan aktifitas. Ketika seseorang
mengonsumsi makanan dalam jumlah yang banyak, maka pankreas akan bekerja lebih dari biasanya untuk
menghasilkan jumlah hormon insulin yang sebanding dengan kadar glukosa. Jika pankreas dipaksa untuk
bekerja keras secara terus menerus maka suatu saat pankreas akan mengalami kelelahan sehingga kualitas
hormon insulin yang diproduksi menjadi lebih rendah, dimana hormon insulin tidak lagi efektif dalam
mengangkut glukosa. Kondisi ini disbut dengan resistensi insulin. Akibatnya, akan terjadi penumpukan
glukoasa di dalam darah yang akan berujung pada Diabetes Mellitus (DM).
Pada orang dengan obesitas, terjadi hiperkolesterolemia yaitu kondisi dimana kadar kolesterol di dalam
darah tinggi yang menyebabkan darah menjadi lebih kental sehingga jantung akan bekerja lebih keras
memompa darah ke seluruh tubuh. Untuk mempercepat agar darah sampai ke sel tubuh, pembuluh darah
akan mengalami vasokonstriksi dimana pembuluh akan menyempit sehingga laju dan tekanan darah
meningkat, kondisi ini disebut dengan hipertensi. Kolesterol bersifat mudah menempel pada dinding
pembuluh darah. Ketika jumlah kolesterol tinggi maka risiko terjadinya penyumbatan pembuluh darah juga
akan meningkat. Penyumbatan pembuluh darah akibat kolesterol disebut dengan atherosklerosis. Kondisi ini
akan meningkatkan risiko terjadinya penyumbatan pembuluh darah secara total, maka darah tidak dapat
dilirkan pada sel yang mengalami penyumbatan pembuluh darah, Jika kondisi ini dibiarkan akan
mengakibatkan kematian sel. Apabila pembuluh darah yang mengalami penyumbatan adalah arteri coroner
(pembuluh darah yang memberi nutrisi sel-sel jantung) maka sel jantung akan mengalami infark miokard.
Apabila kondisi ini tidak ditangani akan mengakibatkan jantung berhenti bekerja. Disamping itu, jika terjadi
penyumbatan pada pembuluh darah otak maka akan meningkatkan risiko terjadinya stroke iskemik.
Sel-sel lemak menghasilkan zat bioaktif tertentu yang disebut dengan adipokines. Salah satu jenis
adipokines adalah leptin yang berfungsi untuk menghasilkan rasa kenyang. Disamping itu, leptin dapat
menyebabkan terjadinya stress oksidatif yang menginduksi mediator sel-sel imun. Ketika sel-sel imun masuk
ke dalam darah maka akan terjadi reaksi inflamasi derjat rendah. Penumpukan lemak di dalam tubuh akan
mengakibatkan terjadinya reaksi inflamasi derajat rendah secara progresif. Reaksi inflamasi ini akan
mengakibatkan rusaknya sel-sel tubuh, maka apabila terjadi inflamasi secara terus menerus akan sangat
berbahaya untuk kesehatan. Banyak dampak buruk yang ditimbulkan akibat obesitas, oleh karena itu perlu
dilakukan intervensi untuk mengurangi penumpukan lemak dan glukosa. Puasa merupakan metode baru
yang digunakan sebagai terapi yang efektif dalam menurunkan berat badan. Banyak tenaga kesehatan yang
menggunakan puasa sebagai terapi pada pasien yang mengalami penyakit kardiometabolik. Pada masa
pandemic ini, puasa menjadi pilihan yang tepat dalam menurunkan berat badan. Puasa yang dijadikan
sebagai terapi pada obesitas adalah puasa yang dilakukan secara intermitten atau secara berkelanjutan.
Terapi puasa intermitten yang sering digunakan adalah puasa dua kali dalam seminggu. Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan, puasa yang dilaksanakan dibulan Ramadhan merupakan salah satu puasa
intermitten yang telah terbukti memiliki dampak yang baik untuk kesehatan. Penelitian yang dilakukan di
California menunjukkan bahwa puasa Ramadhan mampu menurunkan kadar HbA1c sebanyak 20 % serta
lemak jahat tubuh seperti LDL dan Trigliserida.
Sel-sel ditubuh kita mendapatkan nutrisi dari glukosa yang dikonsumsi. Glukosa akan dibawa oleh
indulin dan dimetabolisme di dalam sel-sel tubuh untuk menghasilkan energi sehingga tubuh dapat
beraktifitas. Pada saat berpuasa tubuh tidak mendapatkan asupan makanan ataupun mineral. Akibatnya
tubuh akan melakukan modifikasi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sel-sel tubuh. Proses modifikasi tubuh
adalah dengn melakukan proses lipolisis dan proses glukoneogenesis. Glukoneogenesis merupakan proses
untuk mengubah glikogen (cadangan glukosa yang disimpan di hati dan di otot) menjadi glukosa. Glukosa
yang didapatkan dari proses glukoneogenesis ini akan digunakan secara khusus untuk sel-sel otak.
Sedangkan lipolisis adalah proses pemecahan lipid atau lemak tubuh menjadi keton yang akan
didistribusikan ke sel-sel tubuh lainnya sebagai pengganti glukosa. Akibat adanya proses lipolisis maka
penumpukan lemak pada tubuh dapat dieliminasi. Proses glukoneogenesis dan lipolisis akan dimulai pada
hari ke 2 puasa, oleh sebab itulah intervensi terapi puasa yang digunakan pada obesitas adalah puasa
intermitten.
Saat terjadi penumpukan lemak akan banyak terbentuknya asam lemak di dalam tubuh. Asam lemak
dapat menstimulasi agen-agen inflamasi sehingga ketika terjadi penumpukan lemak di dalam tubuh akan
terjadi inflamasi derjat rendah di dalam tubuh secara terus menerus atau disebut juga dengan inflamasi
kronis derjat rendah. Inflamasi yang terjadi akibat reaksi imun dapat merusak sl-sel tubuh, sel saraf dan juga
mengurangi mikrobiota usus yang merupakan salah satu sistem imun innate bagi tubuh. Jika jumlah
mikrobiota berkurang maka sistem imun pada usus menjadi lebih rendah. Disamping itu, proses inflamasi
derjat rendah ini menggunakan sitokin yang berguna dalam reasksi imun. Pada keadaan normal mediator
inflamasi akan di sekresikan jika tubuh mendeteksi adanya sel asing yang masuk ke dalam tubuh dan
mengaktifkan sistem imun sebagai pertahanan tubuh. Jika terjadi reaksi inflamasi secara kronis, maka akan
menyebabkan terjadinya deregulasi sistem imun dimana sitokin yang berperan untuk terjadinya rekasi imun
akan bekurang. Akibatnya sistem imun tubuh akan menjadi lemah dan tubuh akan lebih rentan terinfeksi saat
mikrooganisme masuk kedalam tubuh.
Puasa tidak hanya menjadi terapi kesehatan bagi orang yang sakit tapi juga merupakan salah satu
media untuk detoksifikasi tubuh bagi orang yang tidak mengalami gangguan kardiometabolik. Pada saat
berpuasa sel-sel tubuh akan mengalami stres sel akibat kekurangan glukosa. Hal ini akan menginduksi
terjadinya autofagi yaitu proses dimana lisosom akan mengeliminasi atau menghancurkan sel-sel tubuh yang
rusak ataupun sel tubuh yang fungsinya dianggap kursng prmting. Hal ini bertujuan agar kebutuhan sel-sel
tubuh yang sehat dapat terpenuhi. Namun pada saat tidak berpuasa proses autofagi tidak berjalan secara
optimal. Hal ini disebabkan karena pada saat tidak berpuasa banyak glukosa yang masuk kedalam darah.
Akibatnya tubuh akan memfokuskan kinerja hormon insulin agar dapat mengelola glukosa yang masuk.
Meskipun puasa merupakan intervensi yang telah terbukti ampuh dalam menurunkan berat badan serta
meningkatkan imunitas, namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar terapi puasa intermitten yang
dilakukan efektif:
1. Melakukan diet yang sesuai pada saat berbuka agar tidak terjadi penumpukan glukosa dan lemak
lebih banyak di dalam tubuh.
2. Sebaiknya melakukan olahraga ringan agar proses metabolisme lemak meningkat serta
mengoptimalkan penurunan berat badan.
3. Hubungan obesitas, puasa dan peningkatan imun pada masa covid-19
Kebijakan Work From Home membuat buat tubuh kurang bergerak sehingga meningkatkan terjadinya
Obesitas dimana terjadi penumpukan lemak dan glukosa yang meningkatkan penyakit kardiometabolik
seperti Diabetes Mellitus, Penyakit Jantung Koroner, dan Stroke. Disamping itu penumpukan lemak juga
dapat menyebabkan inflamasi derjat rendah kronis yang dapat menurunkan imunitas tubuh. Untuk itu perlu
dilakukan intervensi untuk mengurangi penumpukan lemak dan glukosa di dalam tubuh. Metode yang paling
efektif dalam mengurangi berat badan pada masa pandemi adalah dengan melakukan puasa secara
intermitten dan diiringi dengan diet rendah kalori.
Ketika melakukan puasa intermitten akan terjadi proses lipolisis dan glukoneogenesis pada hari ke dua
puasa. Proses ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sel tubuh. Proses lipolsiis akan menyebabkan
berkurangnya penumpukan lemak tubuh sehingga inflamasi kronis derjat rendah akibat asam lemak dapat
berkurang. Jika inflamasi jarang terjadi maka jumlah sitokin-sitokin inflamasi yang menyebabkan reaksi imun
tidak berkurang. Hal ini akan meningkatkan sensitiftas imunitas tubuh ketika mikroorganisme masuk ke
dalam tubuh. Disamping itu, puasa juga akan menginduksi stres sel yang akan memicu terjadinya autofagi,
dimana proses ini akan mengeliminasi dan menghancurkan benda asing atau sel-sel tubuh yang telah rusak.
Serangkaian proses yang terjadi pada keadaaan puasa berhasil menurunkan berat badan serta
meningkatkan imunitas dan kesehatan tubuh.
DAFTAR PUSTAKA

Susilo, A., Rumende, C. M., Pitoyo, C. W., Santoso, W. D., Yulianti, M., Herikurniawan, H., ...
& Yunihastuti, E. (2020). Coronavirus disease 2019: Tinjauan literatur terkini. Jurnal Penyakit
Dalam Indonesia, 7(1), 45-67.

Yuliani, F., Oenzil, F., & Iryani, D. (2014). Hubungan berbagai faktor risiko terhadap kejadian
penyakit jantung koroner pada penderita diabetes melitus tipe 2. Jurnal Kesehatan
Andalas, 3(1).

Sartika, R. A. D. (2008). Pengaruh asam lemak jenuh, tidak jenuh dan asam lemak trans
terhadap kesehatan. Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional (National Public
Health Journal), 2(4), 154-160.

Budiman, B., Sihombing, R., & Pradina, P. (2017). Hubungan dislipidemia, hipertensi dan
diabetes melitus dengan kejadian infark miokard akut. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Andalas, 10(1), 32-37.

Maury, E., & Brichard, S. M. (2010). Adipokine dysregulation, adipose tissue inflammation
and metabolic syndrome. Molecular and cellular endocrinology, 314(1), 1-16.

What is Gluconeogenesis? What You Need to Know On the Keto Diet (ruled.me)

Virdis, A., Dell’Agnello, U., & Taddei, S. (2014). Impact of inflammation on vascular disease
in hypertension. Maturitas, 78(3), 179-183.
CURICULUM VITAE

RESTI ILLAHI

PROFIL
Lulusan dari Sarjana Kedokteran Universitas Syiah Kuala pada tahun 2021 dan telah
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan dalam kegiatan yang diadakan oleh
organisasi. Memiliki pengalaman kerja dibidang pendidikan. Mampu bekerja sebagai
tim maupun individu pada aktivitas formal ataupun non formal.

PEN D ID I KA N

Formal
DA T A PRI B A DI Universitas Syiah Kuala
S1 Pendidikan Dokter-IPK 3.27
Tanggal Lahir : 14 Desember 1997  Mengikuti kegiatan Aksi Kemanusiaan Mahasiswa Kedokteran pada tahun 2016
Umur : 23 tahun dan 2018
Jenis Kelamin : Perempuan  Mengikuti kegiatan One Day Service erupa sunat masal gratis pada tahun 2017
Tempat Lahir : Galogandang  Mengikuti lomba puisi nasional dan diterbitkan di media elektronik pada tahun
Status : Belum menikah 2021

SMA N 3 Batusangkar
Siswa SMA 3- ijazah (89.5)
KONTAK
 Meraih juara 3 Umum UN tertinggi sekolah 2015
 Peringkat 10 besar UN terbaik se-Kabupaten Tanah Datar
Gampong Seleue, Jl Tanjung Selamat,
 Peringkat 1 Lomba Puisi Kur Dakwah Se- Kabupaten Tanah Datar tahun 2012
Aceh Besar
 Perwakilan Tanah Datar Lomba Baca Puisi se-Sumatera Barat tahun 2012
082163388898  Finalis Olimpiade Matematika Tingkat SMA se-Sumatera Barat tahun 2012
 Juara 1 MSQ Tingkat SMA se-Provinsi Sumatera Barat tahun 2013
resti.illahi@gmail.com
 Juara 1 Lomba Puisi Kur Dakwah Se- Kabupaten Tanah Datar tahun 2013
 Peserta OSK cabang Matematika 2013
 Harapan I FL2SN Cabang Pembacaan Puisi Tingkat SMA se-Kabupaten Tanah Datar
tahun 2014
BA HA SA
 Juara 3 MSQ Tingkat SMA se-Kabupaten Tanah Datar tahun 2014
Bahasa Indonesia
Bahasa Inggris PEN GA LA MA N OR GA NI S A SI
Bahasa Jepang Lembaga Dakwah Fakultas Kedokteran USK
 Wakil Divisi Keputrian 2017-2018
S KI L L S Achievement : Terlaksananya rancangan program kegiatan seperti Galaxy
Ms. Word Muslimah 2017 sebagai acara besar divisi keputrian serta acara hari ibu dan forum

Anda mungkin juga menyukai