Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KASUS

ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

“SELULITIS”

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Bagian Ilmu Kulit dan Kelamin

Diajukan Kepada
Pembimbing
dr. Sri Windayati, Sp.KK

Disusun Oleh
Uyun Muna H3A019012

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU KULIT DAN


KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
RSUD TUGUREJO SEMARANG
2021

1
LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN
ILMU KULIT DAN KELAMIN

LAPORAN KASUS KEPANITERAAN KLINIK


“SELULITIS”

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Bagian Kulit dan Kelamin
RSUD Dr. Adhyatma, MPH Semarang

Disusun oleh :
Uyun Muna H3A019012

Telah disetujui oleh Pembimbing


Nama Pembimbing Tanda Tangan

dr. Sri Windayati, Sp.KK .............................

2
BAB I
PENDAHULUAN

Selulitis adalah infeksi pada kulit yang meliputi dermis dan jaringan
subkutan dengan karakteristik klinis berupa gejala akut, eritema, nyeri, edematosa,
inflamasi supuratif pada kulit, jaringan lemak subkutan, atau otot dan sering
disertai gejala sistemik berupa malaise, demam, menggigil, dan nyeri lokal.
Penyebab tersering dari selulitis adalah Staphylococcus aureus dan Streptococcus
grup A. Faktor risiko terjadinya infeksi ini adalah trauma lokal (robekan kulit),
luka terbuka di kulit, atau gangguan pada pembuluh vena maupun pembuluh
limfe.
Kasus ini dilaporkan karena selulitis mempunyai insiden yang cukup
tinggi dan memerlukan rawat inap di rumah sakit. Selain itu, dengan mempelajari
penyakit-penyakit ini dapat memberikan kita pengetahuan untuk mendiagnosis
dan memberikan tatalaksana yang tepat.

3
BAB II
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. J
Usia : 75 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Jl. Wologito Tengah Semarang
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Nomor Rekam Medis : 897xxx
Penjamin : BPJS PBI

B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan di bangsal Alamanda RSUD Tugurejo Semarang pada
hari kamis, 18 Maret 2021, pukul 06.45 WIB secara Alloanamnesis dengan
keluarga pasien.
1. Keluhan Utama
Nyeri pada kaki kiri
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang pasien perempuan bernama Ny. J 75 tahun datang ke IGD RSUD
Tugurejo Semarang dengan keluhan nyeri pada kaki kirinya sejak dua hari
yang lalu yang muncul secara tiba-tiba. Nyeri dirasakan pasien terus
menerus dan mengganggu aktivitasnya hingga tidak bisa berjalan. Pasien
mengatakan keluhan berkurang apabila dikompres dengan air dingin.
Sebelumnya pasien belum pernah berobat ke dokter. Keluhan lain yang
dirasakan pasien adalah kaki kiri bengkak, teraba keras, tampak kemerahan
dan terasa hangat. Pasien mengaku sebelumnya pernah mengalami keluhan
sering gatal yang berulang sekitar kurang lebih satu tahun dan sering

4
digaruk pada lokasi yang sama sehingga kulit menimbulkan luka yang
berulang.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat penyakit serupa : disangkal
b. Riwayat hipertensi : disangkal
c. Riwayat diabetes mellitus : disangkal
d. Riwayat penyakit jantung : disangkal
e. Riwayat penyakit maag : disangkal
f. Riwayat alergi : disangkal
g. Riwayat Asma : diakui
4. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat penyakit yang sama : disangkal
b. Riwayat hipertensi : disangkal
c. Riwayat diabetes mellitus : disangkal
d. Riwayat penyakit jantung : disangkal
5. Riwayat Pribadi dan Sosial Ekonomi
a. Kesan ekonomi cukup
b. Menggunakan BPJS PBI

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos mentis, E4M6V5
3. Tanda Vital
a. Tekanan darah : 119/60 mmHg
b. Frek. Nadi : 125 x/menit
c. Frek. Nafas : 20 x/menit
d. Suhu : 36.7 ºC
4. Status Gizi
a. Berat badan : 75 kg
b. Tinggi badan : 153 cm
c. IMT : 32,05 kg/m2

5
d. Kesan Gizi : Obesitas 1
5. Status Generalis
a. Kepala
Mesocephal, jejas (-).
b. Mata
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokor,
diameter pupil miosis ± 3mm/3mm.
c. Hidung
Nafas cuping hidung (-/-), sekret (-), bleeding (-/-).
d. Telinga
Deformitas (-/-), laserasi (-/+), bleeding discharge (-)
e. Mulut
Sianosis (-), sekret (-), bleeding (-).
f. Leher
Pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening (-).
g. Ekstremitas :
Superior Inferior

Jejas -/- -/-


Deformitas -/- -/-
Edema -/- -/+
Nyeri -/- -/+
Capillary refill time <2 detik/<2 detik <2 detik/<2 detik
Akral dingin -/- -/-

Akral hangat -/-


-/+
Sensibilitas +/+ +/+
Move Bebas/Bebas Bebas/terbatas

6
STATUS DERMATOLOGIS

UKK :
Tampak makula eritem di regio cruris sinistra, batas tidak tegas, ukuran
plakat bentuk tidak teratur, unilateral.
Tampak makula hiperpigmentasi di cruris lateral dan dorsalis pedis, batas
tidak tegas, ukuran plakat tidak teratur, regional.

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

7
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Leukosit H 17,83 10^3/ul 3.6 – 11
Eritrosit L 3.76 10^6/ul 3.8 – 5.2
Hemoglobin 11.00 g/dl 11.7 – 15.5
Hematokrit L 34.70 % 35 – 47
MCV 92.30 Fl 80 – 100
MCH 31.40 Pg 26 – 34
MCHC 34.00 g/dl 32 – 36
Trombosit 175 10^3/ul 150 – 440
RDW H 14,60 % 11.5 – 14.5
MPV 9.2 Fl
PLCR 17.6 %
Eosinofil absolute 0.05 10^3/ul 0.045 – 0.44
Basofil absolute 0.03 10^3/ul 0 – 0.2
Neutrofil absolute H 16.66 10^3/ul 1.8 – 8
Limfosit absolute L 0.49 10^3/ul 0.9 – 5.2
Monosit absolute 0.60 10^3/ul 0.16 – 1
Eosinofil L 0.30 % 2–4
Basofil 0.20 % 0–1
Neutrofil H 93.40 % 50 – 70
Limfosit L 2.70 % 25 – 40
Monosit 3.40 % 2– 8
Netrofil Limfosit
H 34.59 < 3.13
Ratio

2. Kimia Klinik
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

Glukosa Sewaktu H 194 Mg/dL <125

Ureum 36.0 mg/Dl 10.0-50.0


Creatinin H 1.34 Mg/dl 0.60-0.90
Kalium L 2.69 Mmol/L 3.5-5.0

8
Natrium 136.4 Mmol/L 135-145
Chlorida 102.5 Mmol/L 95.0-105

E. DIAGNOSIS
- Diagnosis : Selulitis Regio Cruris Sinistra
- Differensial Diagnosis :
a. Selulitis
b. Erisipelas

F. INITIAL PLAN
1. Terapi
a. Non Medikamentosa :
1. Tirah baring,
2. Kompres dengan larutan NaCl 0,9%
b. Medikamentosa :
1. Infus RL 20 tetes / menit
2. Flukloksasillin 500 Mg 4x1
3. Asam Mefenamat 500 Mg 3x1
4. Paracetamol tab 500 mg 3x1 (bila perlu)

2. Monitoring
- Keluhan
- UKK
3. Edukasi
Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya tentang:
a. Menjelaskan mengenai kondisi sakit yang dialami pasien beserta
penyebab dan dampaknya
b. Menjelaskan untuk menjaga kebersihan
c. Menjelaskan untuk menghilangkan kebiasaan menggaruk lesi

9
d. Menjelaskan jika terjadi trauma, luka yang terjadi harus tetap
bersih.
e. Menganjurkan pasien untuk memakai alas kaki
f. Menganjurkan bahwa kaki yang sakit diistirahatkan dan
diposisikan lebih tinggi.

10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Selulitis adalah peradangan akut dan meluas dari dermis dan jaringan
subkutan yang berkaitan. Selulitis paling sering mengenai ekstremitas bawah.
Faktor risiko yang mengakibatkan terjadinya selulitis adalah trauma (laserasi,
luka bakar, abrasi, luka remuk, fraktur terbuka), penggunaan obat-obatan
intravena, gigitan binatang atau manusia, riwayat infeksi selulitis oleh
Streptococcus, tinea pedis, masektomi radikal dengan diseksi kelenjar limfe
aksilaris, graft yang diambil dari vena Saphena magna.1,2

2.2 Etiologi
Selulitis paling sering disebabkan oleh staphylococcus aureus dan
Streptococcus beta hemolitikus grup A. Organisme penyebab selulitis yang
lain seperti golongan batang Gram negatif dan bersifat aerob
(Enterobacteriaceae, Pseudomonas aeruginosa, Acinetobacter), golongan
anaerob (Bacteroides, Peptococcus), H. influenza, Pneumococcus, E.colli,
Aeromonas hydrophila, Erysipelothrix rhusio-pathiae, Vibro vulnificus).3,4

2.3 Faktor Predisposisi


 Diabetes melitus
 Obesitas
 Malnutrisi
 Disgamaglobulinemia
 Keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh terutama bila hygiene
yang buruk.
Seulitis umumnya terjadi akibat komplikasi suatu luka atau ulkus atau
lesi kulit yang lain, namun dapat terjadi secara medadak pada kulit yang

11
normal terutama pada pasien dengan kondisi edema limfatik, penyakit
ginjal kronik atau hipostatik.5

2.4 Anatomi dan Fisiologi


Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-
kira 15% berat bada. Kulit merupakan organ yang paling esensial dan vital
serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangan
kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras
dan juga bergantung pada lokasi tubuh.

Gambar Anatomi Kulit

Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama, yaitu:
a. Lapisan epidermis atau kutikel, terdiri atas: stratum korneum, stratum
lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum dan stratum basale (terdiri
atas dua jenis sel : sel-sel kolumner dan sel pembentuk melanin).
b. Lapisan dermis (korium, kutis vera, true skin). Secara garis besar dibagi
menjadi dua bagian, yakni : pars papillare dan pars retikulare.

12
c. Lapisan subkutis (hipodermis) adalah kelanjuta dermis, terdiri atas jaringan
ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya.
Vaskularisasi di kulit diatur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang terletak di
bagian atas dermis (pleksus superfisial) dan yang terletak di subkutis (pleksus
profunda). Pleksus yang di dermis bagian atas mengadakan anastomosis di
papil dermis, pleksus yang di subkutis dan di pars papillare juga mengadakan
anastomosis, di bagian ini pembuluh darah berukuran lebih besar.
Bergandengan dengan pembuluh darah terdapat saluran getah bening.
Fungsi utama kulit adalah fungsi proteksi (pelindung terhadap cedera fisik,
kekeringan, zat kimia, kuman penyakit dan radiasi), absorpsi, ekskresi,
persepsi (faal perasa dan peraba yang dijalankan oleh ujung saraf sensoris
Vater paccini, Meisner, Krause, dan Ruffini yang terdapat di dermis),
pengaturan suhu tubuh (termoregulasi akibat adanya jaringan kapiler yang
luas di dermis, adanya lemak subkutan, dan kelenjar keringat), pembentukan
pigmen, pembentukan vitamin D, dan keratinisasi.6

2.5 Patogenesis
Bakteri pathogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada
permukaan kulit atau menimbulkan peradangan. Penyakit infeksi yang sering
berjangkit pada orang gemuk, rendah gizi, dan orang yang menderita penyakit
diabetes dengan pengobatan yang tidak adekuat.
Setelah menembus ke lapisan luar kulit, infeksi akan menyebar ke
jaringan-jaringan sekitarnya dan menghancurkannya, kemudian hyaluronidse
memecah substansi polisakarida, fibrinolysin mencerna barrier fibrin, dan
lecithinase menghancurkan membrane sel.7

13
2.6 Manifestasi Klinik
Gejala klinis selulitis berupa eritema dengan batas yang tidak tegas dan
cepat meluas, nyeri, edema atau bengkak yang teraba hangat dan kencang
(jarang namun bisa terjadi fluktuasi). Pada beberapa kasus selulitis dapat
terjadi pembentukan bula ataupun nekrosis pada jaringan epidermis,
menyebabkan erosi superfisial pada epidermis dan tampak sloughing. Gejala
sistemik seperti demam, menggigil dan malaise bervariasi. Hanya sekitar 66%
ditemukan port d’entre infeksi.
Secara umum diagnosis dari selulitis berdasarkan dari gambaran morfologi
lesi dan gejala klinis. Pemeriksaan laboratorium berguna dalam menentukan
derajat keparahan infeksi dan sebagai penuntun dalam pemberian terapi.
Pemeriksaan laboratorium ini termasuk didalamnya adalah kultur darah,
pemeriksaan darah lengkap dengan hitung jenis, kimia darah, fungsi ginjal,
glukosa darah, elektrolit, kalsium dan albumin. Pemeriksaan histologi melalui
biopsi dari lesi berguna dalam menyingkirkan kecurigaan penyakit lain seperti
eritema nodosum, vaskulitis atau selulitis eosinofilik. Pengecatan Gram

14
membantu sebagai identifikasi awal morfologi dari bakteri yang13 paling
signifikan sedangkan pemeriksaan kultur dan sensitivitas bertujuan untuk
mengidentifikasi organisme penyebab infeksi.1,8,9,10

2.7 Diagnosis
Diagnosis selulitis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis. Pada
pemeriksaan klinis selulitis ditemukan makula eritematous, tepi tidak
meninggi, batas tidak jelas, edema, infiltrate dan teraba panas, dapat disertai
limfangitis dan limfadenitis. Penderita biasanya demam dan dapat septikemia.5

Gejala dan Tanda Selulitis


Gejala Prodormal Demam, malaise, nyeri sendi,
menggigil
Daerah Predileksi Ekstremitas atas dan bawah, badan dan
genitalia
Makula Eritematous Eritem Cerah
Tepi Batas Tidak Tegas
Penonjolan Tidak Terlalu Menonjol
Vesikel atau bula Biasanya disertai vesikel atau bula
Edema Edema
Tidak terlalu hangat
Hangat Fluktuasi Fluktuasi

Pada pemeriksaan Laboratoium yaitu pemeriksaan darah lengkap


ditemukan adanya leukositosis pada selulitis penyerta penyakit berat, leukopenia
juga bisa ditemukan pada toxin-mediated celluliti.ESR dan C-reactive protein
(CRP) juga sering meningkat terutama penyakit yang membutuhkan perawatan
rumah sakit dalam waktu lama.11

2.8 Penatalaksanaan

15
selulitis yang ringan dapat diterapi dengan injeksi intramuskular Procaine
penicillin 600.000 IU 2 kali sehari, atau dengan Penicillin V peroral 500 mg tiap 6
jam. Dicloxacillin (4x500 mg/hari) atau cephalosporine juga efektif. Sedangkan
pada pasien yang alergi terhadap golongan penicillin, dapat diberikan golongan
macrolides atau clindamycin
Individu dengan infeksi Streptococcus yang lebih berat atau disertai
dengan penyakit dasar seperti diabetes, harus menjalani rawat inap dan diterapi
dengan penicillin G (1.000.000–2.000.000 IU tiap 4–6 jam), dan dapat diberikan
dengan dosis yang lebih tinggi pada kasus yang lebih berat, yaitu hingga
2.000.000–4.000.000 IU tiap 4–6 jam.
Untuk pasien yang status alergi terhadap penicillinnya meragukan, dapat
diberikan cefazolin 1 gram intravena setiap 8 jam. Vancomycin (1 gram secara
intravena, 2x sehari) merupakan terapi pilihan pada pasien dengan methicillin-
resistant organism atau mempunyai riwayat menderita reaksi hipersensitivitas tipe
1 (immunoglobulin E-mediated) terhadap penicillin atau cephalosporin. Untuk
lesi yang berulang, dapat diberikan antibiotik sesuai dengan hasil kultur kuman
dan hasil uji resistansi kuman terhadap antibiotik.
Perawatan lokal pada lesi selulitis berupa bed rest disertai dengan elevasi
dari area lesi untuk mengurangi risiko timbulnya edema lokal kompres terbuka
dengan larutan NaCl 0,9% menurunkan nyeri lokal, terutama diindikasikan pada
lesi yang disertai dengan lesi berbentuk bula.1

2.9 Komplikasi
Limfadenopati regional dapat terjadi pada selulitis di ekstremitas. Pada orang
yang tua dapat terjadi komplikasi berupa tromboflebitis dari selulitis di
ekstremitas inferior. Selain itu, limfedema dan sepsis juga dapat menjadi
komplikasi pada erisipelas dan selulitis.1

DAFTAR PUSTAKA

16
1. Lipworth AD, Saavedra AP, Weinberg AN and Johnson RA. Non-
Necrotizing Infection of the Dermis and Subcutaneous Fat: Cellulitis and
Erysipelas. Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine. 8th ed. USA:
McGraw-Hill. 2012. p.2160-9.

2. Bhowmick T, Weinstein MP. A deceptive case of cellulitis caused by a


gram-negative pathogen. J Clin Microbiol. 2013;51(4):1320-3.

3. Pulia MS, Calderone MR, Meister JR, Santistevan J, May L. Update on


management of skin and soft tissue infections in the emergency
department. Curr Infect Dis Rep. 2014;16(9):418. 12.

4. Chlebicki MP, Oh CC. Recurrent cellulitis: risk factors, etiology,


pathogenesis and treatment. Curr Infect Dis Rep. 2014;16(9):422-30.

5. Wolff K, Johnson RA, Fitspatricks : color atlas and synopsis of clinically


dermatology. New York: McGrawHill. 2008.

6. Gauglitz, Gerd, et al. 2011. Hypertrophic Scarring and Keloids:


Pathomechanisms and Current and Emerging Treatment Strategies. Mol
Med. Pp. 113 – 126.

7. Fitzpatrick, Thomas B Dermatology in General Medicine, Sevent edition.


New York: McGrawHill.2008.

8. Rast AC, Knobel D, Faessler L, et al. Use of procalcitonin, C-reactive


protein and white blood cell count to distinguish between lower limb
erysipelas and deep vein thrombosis in the emergency department: a
prospective observational study. J Dermatol. 2015;42(8):778-785.

17
9. Gunderson CG, Chang JJ. Overuse of compression ultrasound for patients
with lower extremity cellulitis. Thromb Res. 2014;134(4):846-50.

10. Martin JW, Wilson R, Chaplin T. The management of cellulitis and


erysipelas at an academic emergency department: current practice versus
the literature. Emergency Care Journal. 2017;13:6343:23-32.

11. Concheiro J, Loureiroo M, Gonzales-Vilas D, et al. 2009. Erysipelas and


cellulitis: a retrospective study off 122 cases. 100(10): 888-94.

18

Anda mungkin juga menyukai