Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN
GERONTIK DENGAN
GANGGUAN ARTHRITIS
RHEUMATOID

Disusun :

WILDA NUN HARDIAN


PO713201181194

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES


MAKASSAR PRODI D.III KEPERAWATAN
KELAS III
D 2020
LAPORAN PENDAHULUAN GERONTIK

DENGAN GANGGUAN ATRITIS REUMATOID

A. KONSEP DASAR ATRITIS REUMATOID


1. Pengertian

Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak


diketahui penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam
membrane sinovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan
deformitas lebih lanjut

2. Etiologi 
beberapa faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini,
antara lain;

1. Usia lebih dari 40 tahun

Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan adalah
yang terkuat. Akan tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis bukan akibat
penuaan saja. Perubahan tulang rawan sendi pada penuaan berbeda dengan
eprubahan pada osteoartritis.

2. Jenis kelamin wanita lebih sering

Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan laki-laki
lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara
keseluruhan, dibawah 45 tahun, frekuensi psteoartritis kurang lebih sama antara
pada laki-laki dan wanita, tetapi diats usia 50 tahunh (setelah menopause)
frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita daripada pria. Hal ini
menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
3. Suku bangsa

Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing suku bangsa.


Hal ini mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup maupun perbedaan
pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan tulang.

4.  Genetik

Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara produk kompleks


histokompatibilitas utama kelas II, khususnya HLA-DR4 dengan AR
seropositif. Pengemban HLA-DR4 memiliki resiko relative 4 : 1 untuk
menderita penyakit ini.

5. Kegemukan dan penyakit metabolik

Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya osteoartritis, baik pada wanita maupun pria. Kegemukan ternyata
tidak hanya berkaitan dengan oateoartritis pada sendi yang menanggung beban
berlebihan, tapi juga dnegan osteoartritis sendi lain (tangan atau
sternoklavikula). Olehkarena itu disamping faktor mekanis yang berperan
(karena meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat faktor lain (metabolit)
yang berpperan pada timbulnya kaitan tersebut.

6. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga

Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus
berkaitan dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu. Olahraga yang
sering menimbulkan cedera sendi yang berkaitan dengan resiko osteoartritis
yang lebih tinggi.

7. Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan timbulnya
oateoartritis paha pada usia mudah

8. Kepadatan tulang

Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya


osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras)
tidak membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang rawan
sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah robek.

3. Jenis Reumatik

ada beberapa jenis reumatik yaitu:

1.      Reumatik Sendi (Artikuler)

Reumatik yang menyerang sendi dikenal dengan nama reumatik


sendi (reumatik artikuler). Penyakit ini ada beberapa macam yang paling sering
ditemukan yaitu:

2.      Artritis Reumatoid

Merupakan penyakit autoimun dengan proses peradangan menahun yang


tersebar diseluruh tubuh, mencakup keterlibatan sendi dan berbagai organ di
luar persendian.Peradangan kronis dipersendian menyebabkan kerusakan
struktur sendi yang terkena. Peradangan sendi biasanya mengenai beberapa
persendian sekaligus.Peradangan terjadi akibat proses sinovitis (radang selaput
sendi) serta pembentukan pannus yang mengakibatkan kerusakan pada rawan
sendi dan tulang di sekitarnya, terutama di persendian tangan dan kaki yang
sifatnya simetris (terjadi pada kedua sisi).Penyebab Artritis Rematoid belum
diketahui dengan pasti. Ada yang mengatakan karena mikoplasma, virus, dan
sebagainya. Namun semuanya belum terbukti. Berbagai faktor
termasuk kecenderungan genetik, bisa mempengaruhi reaksi autoimun. Bahkan
beberapa kasus Artritis Rematoid telah ditemukan berhubungan dengan
keadaan stres yang berat, seperti tiba-tiba kehilangan suami atau istri,
kehilangan satu¬-satunya anak yang disayangi, hancurnya perusahaan yang
dimiliknya dan sebagainya. Peradangan kronis membran sinovial mengalami
pembesaran (Hipertrofi) dan menebal sehingga terjadi hambatan aliran darah
yang menyebabkan kematian (nekrosis) sel dan respon peradanganpun
berlanjut. Sinovial yang menebal kemudian dilapisi oleh jaringan granular yang
disebut panus. Panus dapat menyebar keseluruh sendi sehingga semakin
merangsang peradangan dan pembentukan jaringan parut. Proses ini secara
perlahan akan merusak sendi dan menimbulkan nyeri hebat serta deformitas
(kelainan bentuk).

3.      Osteoatritis

Adalah sekelompok penyakit yang tumpang tindih dengan penyebab yang


belum diketahui, namun mengakibatkan kelainan biologis, morfologis, dan
keluaran klinis yang sama.Proses penyakitnya berawal dari masalah rawan
sendi (kartilago), dan akhirnya mengenai seluruh persendian termasuk tulang
subkondrial, ligamentum, kapsul dan jaringan sinovial, serta jaringan ikat
sekitar persendian (periartikular). Pada stadium lanjut, rawan sendi mengalami
kerusakan yang ditandai dengan adanya fibrilasi, fisur, dan ulserasi yang dalam
pada permukaan sendi. Etiologi penyakit ini tidak diketahui dengan pasti. Ada
beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, yaitu :
Usia lebih dari 40 tahun, Jenis kelamin wanita lebih sering, Suku bangsa,
genetik, kegemukan dan penyakit metabolik, cedera sendi, pekerjaan, dan olah
raga, kelainan pertumbuhan, kepadatan tulang, dan lain-lain.

4.      Atritis Gout

Penyakit ini berhubungan dengan tingginya asam urat


darah (hiperurisemia) . Reumatik gout merupakan jenis penyakit yang
pengobatannya mudah dan efektif. Namun bila diabaikan, gout juga dapat
menyebabkan kerusakan sendi. Penyakit ini timbul akibat kristal monosodium
urat di persendian meningkat. Timbunan kristal ini menimbulkan peradangan
jaringan yang memicu timbulnya reumatik gout akut. Pada penyakit gout
primer, 99% penyebabnya belum diketahui (idiopatik). Diduga berkaitan
dengan kombinasi faktor genetic dan faktor hormonal yang menyebabkan
gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan meningkatnya produksi
asam urat atau bisa juga diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran asam
urat dari tubuh. Penyakit gout sekunder disebabkan antara lain karena
meningkatnya produksi asam urat karena nutrisi, yaitu mengkonsumsi makanan
dengan kadar purin yang tinggi. Purin adalah salah satu senyawa basa organic
yang menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk dalam
kelompok asam amino, unsur pembentuk protein. Produksi asam urat
meningkat juga bisa karena penyakit darah (penyakit sumsum tulang,
polisitemia), obat-obatan (alkohol, obatobat kanker, vitamin B12). Penyebab
lainnya adalah obesitas (kegemukan), penyakit kulit (psoriasis), kadar
trigliserida yang tinggi. Pada penderita diabetes yang tidak terkontrol dengan
baik biasanya terdapat kadar benda-benda keton (hasil buangan metabolisme
lemak) yang meninggi. Benda-benda keton yang meninggi akan menyebabkan
asam urat juga ikut meninggi.

5.      Reumatik Jaringan Lunak (Non-Artikuler)

Merupakan golongan penyakit reumatik yang mengenai jaringan lunak di


luar sendi (soft tissue rheumatism) sehingga disebut juga reumatik luar
sendi (ekstra artikuler rheumatism). Jenis – jenis reumatik yang sering
ditemukan yaitu:

a.       Fibrosis
Merupakan peradangan di jaringan ikat terutama di batang tubuh dan anggota
gerak. Fibrosis lebih sering ditemukan oleh perempuan usia lanjut,
penyebabnya adalah faktor kejiwaan

b.      Tendonitis dan tenosivitis

Tendonitis adalah peradangan pada tendon yang menimbulkan nyeri lokal di


tempat perlekatannya. Tenosivitis adalah peradangan pada sarung pembungkus
tendon.

c.       Entesopati

Adalah tempat di mana tendon dan ligamen melekat pada tulang. Entesis ini
dapat mengalami peradangan yang disebut entesopati. Kejadian ini bisa timbul
akibat menggunakan lengannya secara berlebihan, degenerasi, atau radang
sendi.

d.      Bursitis

Adalah peradangan bursa yang terjadi di tempat perlekatan tendon atau otot ke
tulang. Peradangan bursa juga bisa disebabkan oleh reumatik gout dan
pseudogout.

e.       Back Pain

Penyebabnya belum diketahui, tetapi berhubungan dengan proses degenerarif


diskus intervertebralis, bertambahnya usia dan pekerjaan fisik yang berat, atau
sikap postur tubuh yang salah sewaktu berjalan, berdiri maupun duduk.
Penyebab lainnya bisa akibat proses peradangan sendi, tumor, kelainan
metabolik dan fraktur.

f.       Nyeri pinggang


Kelainan ini merupakan keluhan umum karena semua orang pernah
mengalaminya. Nyeri terdapat kedaerah pinggang kebawah (lumbosakral dan
sakroiliaka) Yang dapat menjalar ke tungkai dan kaki.

g.      Frozen shoulder syndrome

Ditandai dengan nyeri dan ngilu pada daerah persendian di pangkal lengan atas
yang bisa menjalar ke lengan atas bagian depan, lengan bawah dan belikat,
terutama bila lengan diangkat keatas atau digerakkan kesamping. Akibat
pergerakan sendi bahu menjadi terbatas.

4. Manifestasi klinis

Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang
terkena, terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan.
Mula-mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dnegan
istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi,
pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat
pembesaran sendi dan krepitasi.

Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak menonjol dan timbul


belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan,
gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan, antara lain;

1.      Nyeri sendi

Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan


gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu
kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan gerakan yang
lain.
2.      Hambatan gerakan sendi

Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan


dengan bertambahnya rasa nyeri.

3.      Kaku pagi

Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti
duduk dari kursi, atau setelah bangun dari tidur.

4.      Krepitasi

Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.

5.      Pembesaran sendi (deformitas)

Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan
yang paling sering) secara perlahan-lahan membesar

6.      Perubahan gaya berjalan

Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul
berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi
yang lain merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien yang
umumnya tua (lansia).

5. Patofisiologi 

Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,


kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular.  Peradangan yang
berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular
kartilago dari sendi.  Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau
penutup yang menutupi kartilago.  Pannus masuk ke tulang sub chondria.
Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi
kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.

Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. 


Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan
sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).  Kerusakan
kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa
menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian.  Invasi dari tulang sub
chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.

Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan


masa adanya serangan dan tidak adanya serangan.  Sementara ada orang yang
sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi.  Yang lain.
terutama yang mempunyai faktor rhematoid (seropositif gangguan rhematoid)
gangguan akan menjadi kronis yang progresif.

6. Pathway

7. Pemeriksaan penunjang
1. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan
lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan
awal) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan
subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.

2.      Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium

3.      Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan


irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi

4.    Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar


dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning (respon inflamasi,
produk-produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan
viskositas dan komplemen (C3 dan C4).

5. Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan


perkembangan panas.

6.      Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration)


atau atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit
dan kurang kental dibanding cairan sendi yang normal.

7.      Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang


simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta
menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul
subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen

8. Penatalaksanaan 
1.      Medikamentosa

Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat


simtomatik. Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya sebagai
analgesik dan mengurangi peradangan, tidak mampu menghentikan proses
patologis

2.      Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada
sendi yang sakit.

3.      Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri

4.      Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera

5.      Dukungan psikososial

6.      Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan
yang tepat

7.      Diet untuk menurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan

8.      Kompres dengan es saat kaki bengkak dan kompres air hangat saat nyeri

9.      Konsumsi makanan yang mengandung protein dan Vitamin

10.  Diet rendah purin:

Golongan Makanan yang boleh Makanan yang


bahan diberikan tidak boleh
makanan diberikan

Karbohidr Semua –
at
Daging atau ayam, ikan Sardin, kerang,
Protein tongkol, bandeng 50 jantung, hati, usus,
hewani gr/hari, telur, susu, keju limpa, paru-paru,
otak, ekstrak
   
daging/ kaldu,

    bebek, angsa,
burung.
  Kacang-kacangan kering
25 gr atau tahu, tempe, –
 
oncom
 
Protein
Minyak dalam jumlah
nabati  
terbatas.

  –
Semua sayuran sekehendak

  kecuali: asparagus, kacang  


polong, kacang buncis,
Lemak Asparagus, kacang
kembang kol, bayam,
polong, kacang
jamur maksimum 50 gr
  buncis, kembang
sehari
kol, bayam, jamur
Sayuran
Semua macam buah maksimum 50 gr
  sehari
 
   
Teh, kopi, minuman yang
   
mengandung soda
  -
Semua macam bumbu
   

 
Buah- Alkohol
buahan
 
 
Ragi
Minuman

Bumbu, dll

Tujuan pemberian diet ini adalah untuk mengurangi pembentukan asam urat
dan menurunkan berat badan, bila terlalu gemuk dan mempertahankannya
dalam batas normal. Bahan makanan yang boleh dan yang tidak boleh
diberikan pada penderita osteoartritis:

9. Komplikasi

1.      Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya


prosesgranulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.

2.      Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.

3.      Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.

Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan


oleh adanya darah yang membeku.

4.      Terjadi splenomegali.
Slenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa membesar
kemampuannya untuk  menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan
trombosit dalam sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan
meningkat.

C. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA ATRITIS


REUMATOID

1. Pengkajian 

1.      Biodata 

Nama, umur, jenis kelamin, status, alamat, pekerjaan, penanggung jawab.Data


dasar pengkajian pasien tergantung padwa keparahan dan keterlibatan organ-
organ lainnya (misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal), tahapan misalnya
eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis
lainnya.

2.      Riwayat Kesehatan

a.       Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.

b.      Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien


mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi.

3.      Pemeriksaan fisik 

a.       Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral),


amati warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.

b.      Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial


1)        Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)

2)        Catat bila ada krepitasi

3)        Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan

4)        Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral

c.       Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang

d.      Ukur kekuatan otot

e.       Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya

f.       Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari

4.      Aktivitas/istirahat

Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada
sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris.

Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gayahidup, waktu senggang,


pekerjaan, keletihan.

Tanda : Malaise

Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/ kelaianan pada sendi.

5.      Kardiovaskuler

Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki (mis: pucat intermitten, sianosis,
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).

6.      Integritas ego
Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.

Keputusan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan)

Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi (misalnya


ketergantungan pada orang lain).

7.      Makanan/ cairan

Gejala ; Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/


cairan adekuat: mual, anoreksia

Kesulitan untuk mengunyah

Tanda : Penurunan berat badan

Kekeringan pada membran mukosa.

8.      Hygiene

Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi.


Ketergantungan

9.      Neurosensori

Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari
tangan.

Gejala : Pembengkakan sendi simetris

10.  Nyeri/ kenyamanan

Gejala : Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan
jaringan lunak pada sendi).
11.  Keamanan

Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus


kaki. Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah
tangga.Demam ringan menetap Kekeringan pada mata dan membran mukosa.

12.  Interaksi social

Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan


peran; isolasi.

13.  Riwayat Psiko Sosial

Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi


apalagi pada pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karena ia
merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan
sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap
konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri klien.

2. Diagnosa keperawatan 

1.      Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi


jaringan oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.

2.      Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan: Deformitas


skeletal. Nyeri, ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan
otot.

3.      Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan dengan


perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas
4.      Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal;
penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.

3. Intervensi keperawatan

1.      Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi


jaringan oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.

Kriteria Hasil:

a.       Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol,

b.      Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas


sesuai kemampuan.

c.       Mengikuti program farmakologis yang diresepkan,

d.      Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam


program kontrol nyeri.

Intervensi Rasional

a.     Kaji nyeri, catat lokasi a.     Membantu dalam


dan intensitas (skala 0-10). menentukan kebutuhan
Catat faktor-faktor manajemen nyeri dan
yangmempercepat dan tanda- keefektifan program
tanda rasa sakit non verbal
 
b.     Berikan matras/ kasur
keras, bantal kecil,. Tinggikan  
linen tempat tidur sesuai
b.     Matras yang lembut/
kebutuhan
empuk, bantal yang besar
  akan mencegah
pemeliharaan kesejajaran
 
tubuh yang tepat,

  menempatkan stress pada


sendi yang sakit. Peninggian
  linen tempat tidur
menurunkan tekanan pada
 
sendi yang terinflamasi/nyeri
c.     Tempatkan/ pantau
c.     Mengistirahatkan sendi-
penggunaan bantal, karung
sendi yang sakit dan
pasir, gulungan trokhanter,
mempertahankan posisi
bebat, brace.
netral. Penggunaan brace
  dapat menurunkan nyeri dan
dapat mengurangi kerusakan
 
pada sendi
 
d.    Mencegah terjadinya
d.    Dorong untuk sering kelelahan umum dan
mengubah posisi,. Bantu kekakuan sendi.
untuk bergerak di tempat Menstabilkan sendi,
tidur, sokong sendi yang sakit mengurangi gerakan/ rasa
di atas dan bawah, hindari sakit pada sendi
gerakan yang menyentak
 
e.     Anjurkan pasien untuk e.     Panas meningkatkan
mandi air hangat atau mandi relaksasi otot, dan mobilitas,
pancuran pada waktu bangun menurunkan rasa sakit dan
dan/atau pada waktu tidur. melepaskan kekakuan di
Sediakan waslap hangat pagi hari. Sensitivitas pada
untuk mengompres sendi- panas dapat dihilangkan dan
sendi yang sakit beberapa kali luka dermal dapat
sehari. Pantau suhu air disembuhkan
kompres, air
mandi, dan sebagainya.

2.      Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal

Nyeri, ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.

Kriteria Hasil :

a.       Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan


kontraktur.

b.      Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/


atau konpensasi bagian tubuh.

c.       Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan


aktivitas

Intervensi Rasional
a.    Evaluasi/ lanjutkan a.    Tingkat aktivitas/ latihan
pemantauan tingkat tergantung dari perkembangan/
inflamasi/ rasa sakit pada resolusi dari peoses inflamasi
sendi
b.    Istirahat sistemik
b.    Pertahankan istirahat dianjurkan selama eksaserbasi
tirah baring/ duduk jika akut dan seluruh fase penyakit
diperlukan jadwal yang penting untuk mencegah
aktivitas untuk kelelahan mempertahankan
memberikan periode kekuatan
istirahat yang terus
 
menerus dan tidur malam
hari yang tidak terganggu c.    Mempertahankan/

meningkatkan fungsi sendi,


c.    Bantu dengan rentang
kekuatan otot dan stamina
gerak aktif/pasif,
umum. Catatan : latihan tidak
demikiqan juga latihan
adekuat menimbulkan kekakuan
resistif dan isometris jika
sendi, karenanya aktivitas
memungkinkan
yang berlebihan dapat merusak
  sendi

  d.   Menghilangkan tekanan
pada jaringan dan meningkatkan
 
sirkulasi. Memepermudah

  perawatan diri dan kemandirian


pasien. Tehnik pemindahan
d.   Ubah posisi dengan yang tepat dapat mencegah
sering dengan jumlah robekan abrasi kulit
personel cukup.
Demonstrasikan/ bantu e.    Meningkatkan stabilitas
tehnik pemindahan dan (mengurangi resiko cidera) dan
penggunaan bantuan memerptahankan posisi sendi
mobilitas, yang diperlukan dan kesejajaran
tubuh, mengurangi kontraktor
 

e.    Posisikan dengan
bantal, kantung pasir,
gulungan trokanter, bebat,
brace

3.      Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan dengan


perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.

Kriteria Hasil :

a.       Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk


menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan
keterbatasan.

b.      Menyusun rencana realistis untuk masa depan.

Intervensi Rasional

a.    Dorong a.     Berikan kesempatan


pengungkapan mengenai untuk mengidentifikasi rasa
masalah tentang proses takut/ kesalahan konsep dan
penyakit, harapan masa depan menghadapinya secara
langsung
 
b.     Mengidentifikasi
b.    Diskusikan arti dari
bagaimana penyakit
kehilangan/ perubahan pada
mempengaruhi persepsi diri
pasien/orang terdekat.
dan interaksi dengan orang
Memastikan bagaimana
lain akan menentukan
pandangaqn pribadi pasien
kebutuhan terhadap
dalam memfungsikan gaya
intervensi/ konseling lebih
hidup sehari-hari, termasuk
lanjut
aspek-aspek seksual.
c.     Isyarat verbal/non
c.    Diskusikan persepsi
verbal orang terdekat dapat
pasienmengenai bagaimana
mempunyai pengaruh
orang terdekat menerima
mayor pada bagaimana
keterbatasan.
pasien memandang dirinya

  sendiri

  d.    Nyeri konstan akan


melelahkan, dan perasaan
d.   Akui dan terima perasaan marah dan bermusuhan
berduka, bermusuhan, umum terjadi
ketergantungan
e.     Dapat menunjukkan
  emosional ataupun metode
koping maladaptive,
e.    Perhatikan perilaku
membutuhkan intervensi
menarik diri, penggunaan
menyangkal atau terlalu lebih lanjut
memperhatikan perubahan
f.      Membantu pasien
  untuk mempertahankan
kontrol diri, yang dapat
f.     Susun batasan pada
meningkatkan perasaan
perilaku mal adaptif. Bantu
harga diri
pasien untuk mengidentifikasi
perilaku positif yang dapat
membantu koping.

4.      Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal;


penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.

Kriteria Hasil :

a.       Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten


dengan kemampuan individual.

b.      Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi


kebutuhan perawatan diri.

c.       Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat


memenuhi kebutuhan perawatan diri.

Intervensi Rasional

a.    Diskusikan tingkat a.    Mungkin dapat melanjutkan


fungsi umum (0-4) aktivitas umum dengan melakukan
sebelum timbul adaptasi yang diperlukan pada
awitan/ eksaserbasi keterbatasan saat ini
penyakit dan potensial
b.    Mendukung
perubahan yang
kemandirian fisik/emosional
sekarang diantisipasi

 
b.    Pertahankan
mobilitas, c.    Menyiapkan untuk
kontrol terhadap nyeri meningkatkan kemandirian, yang
dan program latihan akan meningkatkan harga diri

c.    Kaji hambatan d.   Berguna untuk menentukan alat


terhadap partisipasi bantu untuk memenuhi kebutuhan
dalam perawatan diri. individual. Mis; memasang
Identifikasi /rencana kancing, menggunakan alat bantu
untuk modifikasi memakai sepatu, menggantungkan
lingkungan pegangan untuk mandi pancuran

d.   Kolaborasi: Konsul e.    Mengidentifikasi masalah-


dengan ahli terapi masalah yang mungkin dihadapi
okupasi. karena tingkat kemampuan aktual

 
 

e.    Kolaborasi: Atur
evaluasi kesehatan di
rumah sebelum
pemulangan dengan
evaluasi setelahnya.

4. Implementasi 

Implementasi adalah fase ketikan perawata menerapkan/ melaksanakan


rencana tindakan yang telah ditentukan dengan tujuan kebutuhan pasien
terpenuhi secara optimal.

5. Evaluasi 

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara


melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai
atau tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat seharusnya memiliki
pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respon terhadap intervensi
keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang
dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada
kriteria hasil. Pada tahap evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan
yang dilakukan dengan mengevaluasi selama proses perawatan berlangsung
atau menilai dari respon klien disebut evaluasi proses, dan kegiatan melakukan
evaluasi dengan target tujuan yang diharapkan disebut sebagai evaluasi hasil.

Anda mungkin juga menyukai