Anda di halaman 1dari 17

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertambahan penduduk yang cepat dan tidak seimbang akan
mengakibatkan terjadinya tekanan-tekanan yang berat pada sektor
penyediaan pangan, sandang, perumahan, lapangan kerja, fasilitas
kesehatan, pendidikan dan lain-lain. Untuk kesehatan ibu telah dibuktikan
bahwa makin tua umur, makin banyak anak yang dilahirkan, makin kecil
atau pendek jarak waktu antara kelahiran anak, maka makin banyak dan
tinggi komplikasi kesakitan dan kematian ibu (Mochtar, 1998).
Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sugiri
Syarif mengatakan “Jumlah penduduk Indonesia 232,9 juta orang pada
tahun 2007 dan diperkirakan pada tahun 2008 sebanyak 236,4 juta orang
dan akan terus bertambah 3 juta orang setiap tahun, jika tidak ada upaya
pengendalian yang memadai” (BKKBN, 2008).
Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committee 1970,
keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri
untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan
kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara
kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan
umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga (Suratun,
2008). Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) dan UNFPA (2005) dan pelaksanaan program KB masih
mengalami beberapa hambatan. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2002-2003, masih sekitar 40% Pasangan Usia Subur
(PUS) yang belum menjadi akseptor KB (Saroha, 2009).
Berdasarkan data survey demografi dan kesehatan Indonesia pada tahun
2007 pengguna kontrasepsi IUD menduduki peringkat ke empat, dari
sejumlah 746.702 peserta KB dan yang menggunakan IUD sebanyak
(2,74%) (BKKBN, 2007). Berdasarkan hasil survey Demografi dan
Kesehatan di indonesia tahun 1994, pemakai IUD yang tertinggi adalah
Bali (41,1 %) disusul Yogyakarta dan Sulawesi Utara. Secara nasional
program KB menargetkan pencapaian akseptor pada tahun 1985 sebesar
60 %. Bali sebagai bagian wilayah Indonesia juga melaksanakan program
KB secara resmi sejak tahun 1970. Pada tahun 2002 telah tercapai 75 %

1
2

melebihi target nasional yakni 60% (Stratfield, 2002).


Program KB merupakan program yang menyentuh langsung
masyarakat banyak meliputi para keluarga yang pada saat ini lebih dari 9,1
juta Kepala Keluarga (KK), dengan jumlah peserta KB aktif sebesar 4,9
juta yang tersebar di seluruh wilayah propinsi Jawa Tengah pada tahun
2007 (BKKBN, 2007)
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memberikan asuhan kebidanan pada Keluarga
Berencana pada Ny. I umur 25 tahun P2A0 Akseptor Lama KB Implant
2. Tujuan Khusus
a. Mampu meakukan pengkajian data subjektif Asuhan Kebidanan
Keluarga Berencana Pada Ny. I umur 44 tahun P2A0 Akseptor
Lama KB Implant
b. Mampu melakukan pengkajian data Objektif Asuhan Kebidanan
Keluarga Berencana Pada Ny. I umur 44 tahun P2A0 Akseptor
Lama KB Implant
c. Mampu melakukan Analisa Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana
Pada Ny. I umur 44 tahun P2A0 Akseptor Lama KB Implant
d. Mampu melakukan Penatalaksanaan yang telah direncanakan
Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Pada Ny. I umur 44 tahun
P2A0 Akseptor Lama KB Implant

C. Manfaat Penulisan
1. Pendidikan
Dapat menjadi bahan pembelajaran bagi mahasiswa untuk
mengambil langkah-langkah asuhan kebidanan dalam upaya
peningkatan mutu pelayanan kebidanan khususnya asuhan
kebidanan pada Keluarga Berencana
2. Penulis
Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman serta dapat
mengembangkan teori Asuhan Kebidanan pada Keluarga
Berencana dan mengaplikasikannya di lapangan (BPM dan
Puskesmas).
3

3. Bagi Profesi Kebidanan


Mendapatkan pengetahuan dan pemecahan masalah dalam asuhan
Kebidanan Keluarga Berencana agar dapat mengaplikasikan dalam
praktik pelayanan kesehatan di Bidan Praktik Mandiri maupun
Puskesmas.
4. Klien
Klien dapat menerima asuhan yang profesional dan berkualitas dari
tenaga kesehatan, serta klien dapat mengetahui asuhan yang di
berikan sesuai atau tidak.
4

BAB II
TINJAUAN TEORI
I. Keluarga Berencana
A. Pengertian Keluarga Berencana
Keluarga berencana adalah suatu usaha yang mengatur banyaknya
kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu,
bayi, ayah serta keluarga yang bersangkutan tidak akan
menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan
(Maryani, 2008).
B. Tujuan Keluarga Berencana
Membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi
suatu keluarga dengan cara mengatur kelahiran anak, agar
diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya (Maryani, 2008).
C. Sasaran Program Keluarga Berencana
Adapun sasaran program keluarga berencana adalah Pasangan Usia
Subur <20 tahun dengan tujuan menunda kehamilan. Pasangan
Usia Subur 20-35 tahun dengan tujuan mengatur kesuburan dan
menjarangkan kehamilan, Pasangan Usia Subur dengan usia >35
tahun tujuannya untuk mengakhiri kehamilan (Maryani, 2008).
II. Kontrasepsi
A. Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata ”kontra” berarti mencegah atau
melawan, sedangkan kontrasepsi adalah pertemuan antara sel telur
(sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang
mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah
menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan, sebagai akibat
adanya peertemuan antara sel telur dan sel sperma tersebut
(Maryani, 2008). Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah
terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat
pula bersifat permanen (Wiknjosastro, 2005).

4
5

B. Syarat-syarat Metode Kontrasepsi


Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu metode kontrasepsi yang
baik adalah : Aman dan tidak berbahaya, dapat diandalkan, sederhana,
murah, dapat diterima oleh banyak orang, pemakaian jangka lama
(Hartanto, 2004).
4
C. Kontrasepsi Implant
1. Pengertian Implan
Kontrasepsi implan adalah alat kontrasepsi berbentuk kapsul
silastik berisi hormon jenis progestin (progestin sintetik) yang
dipasang dibawah kulit (BKKBN,2003).
2. Jenis kontrasepsi implant
NORPLANT
a. Berisi 6 batang yang mengandung hormon levonorgestrel
b. Tiap kapsul : panjangnya 3,4 cm, diameter 2,4 mm,berisi 36 mg
levonorgestrel yang efektif mencegah kehamilan selama 5 tahun
3. IMPLANON
a. Berisi 1 batang putih lentur mengandung 63 mg 3-keto-
desogestrel
b. Efektif mencegah kehamilan selama 3 tahun.
4. INDOPLANT dan JADENA
a.Berisi 2 batang, mengandung 75 mg levonorgestrel
b. Efektif mencegah kehamilan selama 3 tahun (Saifuddin, 2006)
D. Mekanisme kerja KB implant
1. Mengentalkan lendir serviks
Kadar levonorgestrel yang konstan mempunyai efek nyata terhadap
terhadap mucus serviks. Mukus tersebut menebal dan jumlahnya
menurun, yang membentuk sawar untuk penetrasi sperma.
2. Menggangu proses pembentukan endometrium sehingga sulit
terjadi implantasi Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap
maturasi siklik endometrium yang diinduksi estradiol, dan akhirnya
menyebabkan atrofi. Perubahan ini dapat mencegah implantasi
sekalipun terjadi fertilisasi; meskipun demikian, tidak ada bukti
mengenai fertilisasi yang dapat dideteksi pada pengguna implan.
6

3. Mengurangi transportasi sperma


Perubahan lendir serviks menjadi lebih kental dan sedikit,
sehingga menghambat pergerakan sperma.
4. Menekan ovulasi karena progesteron menghalangi pelepasan
LH Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap lonjakan
luteinizing hormone (LH), baik pada hipotalamus maupun
hipofisis, yang penting untuk ovulasi. (BKKBN, 2003)
D. Efektifitas
Sangat efektif (kegagalan 0,2 -1 kehamilan per 100
perempuan). (Saifuddin, 2006).
E. Keuntungan dan kerugian KB implant
1. Keuntungan
a. Daya guna tinggi
Kontrasepsi implan merupakan metode kontrasepsi
berkesinambungan yang aman dan sangat efektif.
Efektivitas penggunaan implant sangat mendekati
efektivitas teoretis. Efektivitas 0,2 – 1 kehamilan per
100 perempuan.
b. Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun)
Kontrasepsi implan memberikan perlindungan jangka
panjang. Masa kerja paling pendek yaitu satu tahun
pada jenis implan tertentu (contoh : uniplant) dan masa
kerja paling panjang pada jenis norplant.
c. Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah
pencabutan
Kadar levonorgestrel yang bersirkulasi menjadi terlalu
rendah untuk dapat diukur dalam 48 jam setelah
pengangkatan implan. Sebagian besar wanita
memperoleh kembali siklus ovulatorik normalnya
dalam bulan pertama setelah pengangkatan.

Angka kehamilan pada tahun pertama setelah


7

pengangkatan sama dengan angka kehamilan pada


wanita yang tidak menggunakan metode kontrasepsi
dan berusaha untuk hamil. Tidak ada efek pada jangka
panjang kesuburan di masa depan.Kembalinya
kesuburan setelah pengangkatan implan terjadi tanpa
penundaan dan kehamilan berada dalam batas-batas
normal. Implan memungkinkan penentuan waktu
kehamilan yang tepat karena kembalinya ovulasi setelah
pengangkatan implan demikian cepat.
d. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
e. Bebas dari pengaruh estrogen
Tidak mengandung hormon estrogen. Kontrasepsi
implan mengandung hormon progestin dosis rendah.
Wanita dengan kontraindikasi hormon estrogen, sangat
tepat dalam penggunaan kontrasepsi implan.
f. Tidak mengganggu hubungan 5eksual
Kontrasepsi implan tidak mengganggu kegiatan
sanggama, karena diinsersikan pada bagian subdermal
di bagian dalam lengan atas.
g. Tidak mengganggu produksi ASI
h. Implan merupakan metode yang paling baik untuk
wanita menyusui. Tidak ada efek terhadap kualitas dan
kuantitas air susu ibu, dan bayi tumbuh secara normal.
Jika ibu yang baru menyusui tidak sempat nantinya
(dalam tiga bulan), implan dapat diisersikan segera
Postpartum. (Sulistyawati, 2011)
i. Dapat dicabut setiap saat sesuai butuhan
j. Kontrol medis ringan
k. Dapat dilayani didaerah pedesaan
l. Penyulit medis tidak terlalu tinggi
m. Biaya ringan (Manuaba, 1998)

2. Kerugian
8

a. Menimbulkan gangguan menstruasi, yaitu tidak mendapat


menstruasi, terjadi perdarahan bercak (spothing) dan
perdarahan tidak teratur. Sejumlah perubahan pola haid akan
terjadi pada tahun pertama penggunaan, kira-kira 80%
pengguna. Perubahan tersebut meliputi perubahan pada
interval antar perdarahan, durasi dan volume aliran darah, serta
spotting (bercak-bercak perdarahan). Oligomenore dan
amenore juga terjadi, tetapi tidak sering, kurang dari 10%
setelah tahun pertama. Perdarahan yang tidak teratur dan
memanjang biasanya terjadi pada tahun pertama. Walaupun
terjadi jauh lebih jarang setelah tahun kedua, masalah
perdarahan dapat terjadi pada waktu kapan pun.
b. Berat badan bertambah
Wanita yang meggunakan implan lebih sering mengeluhkan
peningkatan berat badan dibandingkan penurunan berat badan.
Penilaian perubahan berat badan pada pengguna implan
dikacaukanoleh perubahan olahraga, diet, dan penuaan.
Walaupun peningkatan nafsu makan dapat dihubungkan
dengan aktivitas androgenik levonorgestrel, kadar rendah
implan agaknya tidakmempunyai dampak klinis apapun. Yang
jelas, pemantauan lanjutan lima tahun pada 75 wanita yang
menggunakan implan Norplant dapat menunjukkan tidak
adanya peningkatan dalam indeks masa tubuh (juga tidak ada
hubungan antara perdarahan yang tidak teratur dengan berat
badan).
c. Menimbulkan acne (jerawat), ketegangan pada payudara
Jerawat, dengan atau tanpa peningkatan produksi minyak,
merupakan keluhan kulit yang paling umum di antara
pengguna implan. Jerawat disebabkan oleh aktivitas
androgenik levonorgestrel yang menghasilkan suatu dampak
langsung dan juga menyebabkan penurunan dalam kadar
globulin pengikat hormon seksual (SHBG, sex hormonne

binding globulin), menyebabkan peningkatan kadar steroid


bebas (baik levonorgestrel maupun testosteron). Hal ini
9

berbeda dengan kontrasepsi oral kombinasi yang mengandung


levonorgestrel, yang efek estrogen pada kadar SHBG-nya
(suatu peningkatan) menghasilkan penurunan dalam androgen
bebas yang tidak berikatan. Tetapi umum untuk keluhan
jerawat mencakup pengubahan makanan, praktik higiene kulit
yang baik dengan menggunakan sabun atau pembersih kulit,
dan pemberian antibiotik topikal (misalnya larutan atau gel
klindamisin 1%, atau reitromisin topikal). Penggunaan
antibiotik lokal membantu sebagian besar pengguna untuk
terus menggunakan implan.
d. Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan
pencabutan.Implan harus dipasang (diinsersikan) dan diangkat
melalui prosedur pembedahan yang dilakukan oleh personel
terlatih. Wanita tidak dapat memulai atau menghentikan
metode tersebut tanpa bantuan klinisi. Insiden pengangkatan
yang mengalami komplikasi adalah kira-kira 5%, suatu insiden
yang dapat dikurangi paling baik dengan cara pelatihan yang
baik dan pengalaman dalam melakukan pemasangan serta
pencabutan implan.
e. Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi
ini sesuai dengan keinginannya, akan tetapi harus pergi ke klinik
untuk pencabutan. Dibutuhkan klinisi terlatih dalam melakukan
pengangkatan implan.
f. Tidak memberikan perlindungan terhadap Infeksi Menular
seksual HIV/AIDS Implan tidak diketahui memberikan
perlindungan terhadap penyakit menular sexual seperti herpes,
human papiloma virus, HIV AIDS, gonore atau clamydia.
Pengguna yang berisiko menderita penyakit menular seksual
harus mempertimbangkan untuk menambahkan metode
perintang (kondom) guna mencegah infeksi (BKKBN, 2003)

F. Indikasi dan kontra indikasi KB implant


1. Indikasi
10

a. Usia reproduksi
b. .Nulipara atau multipara
c. .Menghendaki kontrasepsi dengan efektifitas tinggi
d. Tidak menginginkan anak lagi tapi menolak sterilisasi
2. Kontra indikasi
a. Hamil atau diduga hamil
b. Perdarahan dalaman yang tidak diketahui penyebabnya
c. Kanker payudara atau riwayat kanker payudara
d. Mioma uteri
e. Gangguan toleransi glukosa (Saifuddin, 2006)
G. Waktu mulai menggunakan implan :
1. Setiap saat selama siklus haid hari ke -2 sampai hari ke
tujuh, tidak perlu metode kontrasepsi tambahan
2. Insersi dapat dilakukan setiap saat, dengan syarat diyakini
tidak terjadi kehamilan . Apabila insersi setelah -7 hari siklus haid,
klien dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual, atau
menggunakan metode kontrasepsi lain untuk tujuh hari saja.
3. Apabila klien tidak haid, insersi dapat dilakukan setiap saat,
dengan syarat diyakini tidak terjadi kehamilan, klien dianjurkan tidak
melakukan hubungan sexual atau menggunakan metode kontrsepsi
lain untuk tujuh hari saja.
4. Apabila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan
pascapersalinan, insersi dapat dilakukan setiap saat.
5. Apabila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid
kembali, insersi dapat dilakukan setiap saat, klien dianjurkan untuk
tidak melakukan hubungan sexual selama tujuh hari atau
menggunakan metode kontrasepsi lain untuk tujuh hari.

6. Apabila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan


ingin menggantinya dengan implan, insersi dapat dilakukan setiap
saat, dengan syarat diyakini klien tersebut tidak hamil, atau klien
menggunakan kontrsepsi dengan benar.
11

7. Apabila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi suntik,


implan dapat diberikan pada saat jadwal kontrasepsi suntik, tidak
perlu metode kontrasepsi lain.
8. Apabila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi
hormonal ( kecuali AKDR) dan klien ingin menggatinya dengan
norplant, insersi dapat dilakukan setiap saat, dengan syarat diyakini
klien tidak hamil. Tidak perlu menunggu sampai datangnya haid
berikutnya.
9. Apabila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR dan klien
ingin menggantinya dengan implan, maka dapat diinsersikan pada saat
haid hari ke-7 dan klien dianjurkan tidak melakukan hubungan sexual
selama tujuh hari atau gunakan metode kontrasepsi lain untuk tujuh
hari saja. AKDR segera dicabut.
10. Pasca keguguran, implan dapat segera di insersikan.
(Sulistyawati, 2011)

H. Cara Pemasangan Implan


Pemasangan Implant biasanya dilakukan dibagian atas (bawah
kulit) pada lengan kiri wanita (lengan kanan bagian yang kidal ), agar
tidak menggangu kegiatan. Implant dapat dipasang pada waktu menstruasi
atau setelah melahirkan oleh dokter atau bidan yang terlatih. Sebelum
pemasangan dilakukan pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu dan juga
disuntik untuk mencegah rasa sakit. Luka bekas pemasangan harus dijaga
agar tetap bersih kering dan tidak boleh terkena air selama 5 hari.
Pemeriksaan ulang dilakukan oleh dokter seminggu setelah pemasangan.
Setelah itu setahun sekali selama pemakaian dan setelah 5 tahun implant
harus diambil atau di lepas.(Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional.1993)

Saat pemsangan yang tepat adalah pada waktu menstruasi atau 1-2
setelah menstruasi. Akseptor sebaiknya berbaring horizontal atau duduk
Selama pemasangan implant untuk mempermudah pemsangan.
1. Lengan yang tidak dominan (lengan kiri) diletakan lurus setinggi
pundak. Tentukan daerah pemsangan biasanya sekitar 8 cm
12

hingga 10 cm di atas lipat siku. Lakukan pembersihan di daerah


tindakan dan sekitarnya.
2. Lakukan anestesi local di tempat insersi dan dengan arah seperti
kipas sepanjang 4-4,5 cm dengan pembius local.
3. Lakukan sayatan melintang selebar 2-3 mm ditempat suntikan,
agar luka tidak dijahit dan mengurangi kemugkinan infeksi.
4. Tusukkan trochar melalui sayatan ke bawah kulit, perhatikan
tanda batasnya dan tusukkan sampai tanda batas dekat pangkal
trochar.
5. Keluarkan batang dalam trochar dan masukkan kapsul implant ke
dalam batang ke luar trochar dengan memakai pinset anatomis,
dorong pelan-pelan dengan batang pendorong sampai terasa ada
tahanan.
6. Pertahankan posisi batang pendorong, tarik trochar perlahan-
lahan sepanjang batang pendorong sampai batas paling ujung.
Implant terlepas dari trokar kalau tanda batas paling ujung terlihat
pada luka insisi dan dipastikan dengan meraba ujung trokar
dengan jari.
7. Raba implant terpasang dengan telunjuk kiri, dorong trokar pada
posisi sebelahnya tanpa terlebih dahulu mengeluarkan ujungnya
dari sayatan. Pasang seluruh implant dengan posisi menyerupai
kipas, sehingga keenam kapsul terpasang baik. Olesi luka sayatan
dengan antisepstik, tutup dengan plester dan kasa steril dan balut
dengan perban.

I. Pencabutan Implant
1. Tentukan posisi implant dengan palpasi. Lakukan
desinfeksi di daerah tindakan dan sekitarnya. Lakukan anastesi local
pada tempat insersi dengan bentuk seperti kipas dengan cairan
pembius local.
13

2. Lakukan sayatan 2-3 mm, agar luka tidak perlu dijahit dan
mengurangi kemungkinan infeksi.
3. Tekan Implan dengan jari kea rah sayatan, setelah ujung
tampak, jepit dengan pean dan tarik keluar.
4. Bersihkan implant dari jaringan yang menutupi ujungnya
dengan menggunakan scalpel.
5. Jepit ujung implant yang telah bersih. Tarik keluar implant
perlahan-lahan sampai terlepas seluruhnya. Lakukan hal yang sama
sampai semua implant (6 btg) dikeluarkan. Rapatkan luka, tutup
dengan plester, kasa steril dan balut dengan perban.

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membandingkan dengan teori-teori yang ada, yaitu
asuhan yang dilakukan kepada Ny.I Usia 44 tahun P2A0 Akseptor Lama KB
14

Implant, Teori yang disajikan dapat mendukung atau bertentangan dengan kasus
di lahan. Sehingga dari hal itu penulis dapat mengetahui kelebihan, kekurangan
atau kesenjangan pada Asuhan kebidanan keluarga berencana kepada Ny.I Usia
44 tahun P2A0 Akseptor Lama KB Implan Penulis telah melakukan pengkajian
dengan cara mengumpulkan data subyektif yang diperoleh dari ibu. Data
subyektif yang didapat yaitu pada pengkajian data subjektif penulis menemukan
Ny.I ingin menggunakan alat kontrasepsi KB Implant, sebelumnya pernah
menggunakan kb implant lamanya 12 tahun.
Pada Data objektif diperoleh keadaan umum baik, TD 110/80 mmHg, nadi
80x/menit, suhu 36oc , RR 22 x/menit, .Hal ini sesuai dengan teori (BKBBN
2003) Wanita usia reproduktif, Wanita yang telah memiliki anak., Menghendaki
kontrasepsi jangka panjang dan memiliki efektifitas tinggi, Menyusui dan
membutuhkan kontrasepsi yang sesuai ,Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
Analisa Ny.I Usia 44 tahun P2A0 dengan akseptor kb implant dari data subjektif
yaitu ibu usia produktif dan tidak ada yang dikeluhkan dan dari data objektif TD
110/80 mmHg, nadi 80x/menit, suhu 36oc , RR 22 x/menit
Penatalaksanaan yang dilakukan yaitu memberikan penkes tentang KB Implant
yaitu efek samping , cara kerja ,cara pemakaian dan memberikan informed
consent , indikasi dan kontraindikasi serta cara merawat luka jahitan Ny.I Usia 44
tahun P2A0 dengan akseptor kb Implant

BAB V
14
PENUTUP

A. Kesimpulan
15

Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada Keluarga Berencana


dengan menggunakkan pendekatan komperhensif dan pendokumentasian
pada Ny.I Usia 44 Tahun P2A0 Akseptor Lama KB Implant ,maka dapat di
simpulkan:
1. Dari pengkajian data subjektif ibu mengatakan tidak ada yang
dikeluhkan serta ibu mengingankan menggunakan KB Implsnt
2. Dari pengkajian data objektif yang telah dilakukan pada Ny.I
didapatkan bahwa ibu dalam kondisi normal. Tanda – tanda vital ibu
dalam keadaan baik. Pengkajian data objektif telah dilakukan dengan
sistematis dan akurat melalui pemeriksaan fisik pada ibu
3. Dari analisa data yang diperoleh dari data subjektif dan objektif
didapatkan pada Ny.I P2A0 Akseptor Lama KB Implant
4. Penatalaksanaan yang dilakukan pada Ny.I yaitu memberikan penkes
tentang KB Implant yaitu efek samping , cara kerja ,cara pemakaian
dan memberikan informed consent , indikasi dan kontraindikasi Ny.I
Usia 44 tahun P2A0 Akseptor Lama KB Implant
B. Saran
1. Pendidikan
Dapat menjadi bahan pembelajaran bagi mahasiswa untuk mengambil
langkah-langkah asuhan kebidanan dalam upaya peningkatan mutu
pelayanan kebidanan khususnya asuhan kebidanan pada Keluarga
Berencana
2. Penulis
Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman serta dapat
mengembangkan teori Asuhan Kebidanan pada Keluarga Berencana
dan mengaplikasikannya di lapangan (BPM dan Puskesmas).
3. Bagi Profesi Kebidanan
Mendapatkan pengetahuan dan pemecahan masalah dalam asuhan
Kebidanan Keluarga Berencana agar dapat mengaplikasikan dalam
praktik pelayanan kesehatan di Bidan Praktik Mandiri maupun
Puskesmas.
4. Klien
Klien dapat menerima asuhan yang profesional dan berkualitas dari
tenaga kesehatan, serta klien15
dapat mengetahui asuhan yang di berikan
sesuai atau tidak.
16

DAFTAR PUSTAKA

Baziad, Ali. 2002. Kontrasepsi Hormonal. Jakarta : YBP-Sarwono


BKKBN. 2003. Materi Konseling. Jakarta :BKKBN----------
17

.2008.Penduduk Indonesia bertambah 3 Juta setiap tahun. Depkes RI.


1999. Pedoman Penanggulangan Efek Samping/ Komplikasi
Kontrasepsi.Jakarta : Depkes RI
ProfilKesehatanhttp://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROF
IL_KAB_KOTA_2013/3316_Jateng_Kab_Blora_2013.pdf
Saifuddin, Abdul Bari. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi. Jakarta : YBP-Sarwono P
Siswosudarmo, Moch. Anwar, Ova Emilia. 2001. Teknologi Kontrasepsi.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Varney, Hellen (et.all). 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4
Volume 1. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai