Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 10 No 1, Hal 1 - 10, Januari 2020 p-ISSN 2089-0834

Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 10 No 1, Hal 11 - 18, Januari 2020
SekolahTinggi
Sekolah TinggiIlmu
IlmuKesehatan
KesehatanKendal
Kendal e-ISSN 2549-8134

PENGETAHUAN TENTANG MENSTRUASI BERHUBUNGAN DENGAN


KESIAPAN MENTAL PRA-REMAJA DALAM MENJALANI MENSTRUASI
Fiane De Fretes1*,Vrielyani Anastasya Tingginehe1, Heri Setiawan2
1
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya Wacana, Jln. Kartini No. 11 A, Kec.
Sidorejo, Kota Salatiga, Jawa Tengah, Indonesia 50711
2
RSJ Prof Dr Soerojo Magelang, Jln A.Yani No 169 Magelang, Jawa Tengah, Indonesia 56115
*fiane.defretes@uksw.edu

ABSTRAK
Menstruasi merupakan salah satu ciri yang menunjukkan bahwa seorang remaja telah memasuki masa
kematangan secara seksual dan psikologis.Perubahan yang dialami ketika menstruasi dapat berdampak
secara fisik maupun psikis, sehingga remaja yang belum siap menjalani menstruasi cenderung merasa
ketakutan dan kurang percaya diri dengan perubahan yang terjadi. Sebaliknya dengan remaja yang
sudah siap, mereka akan merasa senang dan bangga karena mereka merasa sudah dewasa. Tujuan dari
penelitian ini ialah untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang menstruasi dengan kesiapan
mental remaja dalam menjalani menstruasi.Penelitian ini menggunakan analisis statistik melalui
program SPSS dengan uji korelasi Pearson Product Moment. Metode pengambilan sampel yang
dilakukan ialah total sampling, dengan populasi ialah pra-remaja usia sekolah. Alat pengambilan data
yaitu berupa kuesioner.Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan yang baik 60%, sedangkan yang
tidak baik 40%.Selanjutnya, yang siap menjalani menstruasi 56% dan yang tidak siap 44%. Uji
korelasi melalui Pearson Product Moment menghasilkan p value< 0,05 yaitu sebesar 0,027. Hasil ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara pengetahuan tentang menstruasi
dengan kesiapan mental remaja dalam menjalani menstruasi.

Kata kunci : pengetahuan, remaja, menstruasi, kesiapan mental

RELATIONSHIPS OF KNOWLEDGE ABOUT MENSTRUATION WITH MENTAL


READINESS OF PRE-ADOLESCENTS IN RUNNING THE MENSTRUATION

ABSTRACT
Menstruation is one of the characteristics that indicate that a teenager has entered a period of sexual
and psychological maturity. Changes experienced when menstruation may have an impact physically
and psychologically, so that teenagers are not ready to undergo menstruation tend to feel fear and
lack of confidence with the change. In contrast to the teenagers who are ready, they will feel happy
and proud because they are already adults. The purpose of this study was to determine the
relationship of knowledge about menstruation with teenager mental readiness to undergo
menstruation. This study uses a statistical analysis by SPSS with Pearson Product Moment
Correlation test. The sampling method that is done is total sampling, the population is a pre-teen
school age. Data retrieval tool is a questionnaire. The results showed a good knowledge of 60%, while
40% were not good. Further, ready to undergo menstrual 56% and 44% were not prepared.
Correlation with Pearson Product Moment produce p value <0.05 is equal to 0.027. These results
indicate that there is a positive and significant relationship between knowledge about menstruation
with teenager mental readiness to undergo menstruation.

Keywords: knowledge, teenager, menstruation, mental readiness

PENDAHULUAN subur di Indonesia, usia menstruasi pertama


Remaja dengan segala perkembangannya baik terjadi pada rentang usia 9-20 tahun dengan rata-
secara fisik maupun psikologis, selalu menarik rata usia menstruasi pertama ialah 13 tahun
untuk dipahami. Salah satunya adalah masa (KEMENKES RI, 2010). Menstruasi menjadi
pubertas, yang menjadi titik balik seorang anak hal yang penting bagi remaja perempuan karena
untuk menuju kedewasaan. Secara fisik, remaja dibutuhkan informasi yang sesuai untuk
akan mengalami perubahan terutama mendukung kesiapan mental remaja dalam
perkembangan organ reproduksi yang ditandai menghadapi situasi ini.
dengan ada menstruasi. Menurut data dari Riset Salah satu persiapan bagi remaja untuk
Kesehatan Dasar tahun 2010 pada wanita usia menghadapi menstruasi adalah dengan
2
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 10 No 1, Hal 1 - 10, Januari 2020
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

memberikan informasi agar remaja mendapatkan (Aulia, 2012).Di Indonesia, sebanyak 75%
pengetahuan yang tepat untuk membuat rencana remaja putri mengalami keputihan minimal satu
persiapan dalam menghadapi menstruasi. kali dalam hidupnya dan 45% diantaranya dapat
Pengetahuan yang dibutuhkan dan perlu untuk mengalami keputihan sebanyak dua kali atau
dipersiapkan oleh remaja dalam menghadapi lebih (Nurmah, 2012).
menstruasi meliputi adanya perubahan secara
biologis, fisiologis dan psikologis (Aryani, Pengetahuan mengenai menstruasi tidak hanya
2010). Adanya menstruasimenjadi pertanda digunakan oleh remaja untuk siap menghadapi
biologis terhadap kematangan seksual. Selain perubahan secara fisik namun lebih dari itu
itu, perubahan secara fisiologis dapat terjadi adalah mempersiapkan diri secara psikologis
seperti munculnya gejala seperti sakit pinggang, dalam pergaulan dengan teman sebaya. Secara
timbul jerawat, dan pegal linu. Bersamaan psikologis, remaja mulai menunjukan
dengan hal tersebut, perubahan pada aspek ketertarikan kepada lawan jenis dalam masa
psikologis pun dapat terjadi dan ditandai dengan pubertas (Jatmika, 2010). Hal ini dapat
adanya perasaan gelisah, bingung dan rasa tidak menimbulkan afek positif dan negatif. Remaja
nyaman (Afifah, A., & Hastuti, 2016). dapat mengembangkan rasa percaya diri, belajar
menghargai perbedaan, dan mengembangkan
Bagi remaja putri menghadapi menstruasi kemampuan sosialisasi serta ketertarikan dengan
menjadi hal yang penting, karena proses ini lawan jenis. Disisi lain, ketertarikan kepada
ternyata memberikan pengaruh secara langsung lawan jenis dapat dikembangkan sebagai
terhadap kejiwaan dari remaja itu sendiri perilaku menyimpang seksual (KEMENKES RI,
(Kemenkes RI, 2013). Kejadian ini dapat 2010). Bentuk-bentuk perilaku seksual remaja
menjadi proses yang mencemaskan bagi remaja putri antara lain ialah hampir 100% pernah
perempuan, tetapi sebaliknya momentum ini berpacaran, berpegangan tangan 71,6%, cium
dapat menimbulkan perasaan senang sebagai bibir 29,3%, meraba atau merangsang 6,2%, dan
suatu proses untuk mengembangkan penetrasi kelamin 0,9% (SDKI, 2012).
kepercayaan diri bila remaja telah dipersiapkan
dengan baik (Proverawati, A. & Misaroh, 2009). Berdasarkan data dari KEMENKES pada tahun
Remaja yang belum mampu menerima 2010, terdapat temuan bahwa sebanyak 57,5%
terjadinya menstruasidan belum merasa puas remaja ingin melakukan hubungan seksual
dengan keadaan tersebut dapat memiliki karena rasa penasaran atau ingin tahu, 38%
keinginan untuk menolak proses perkembangan menyatakan bahwa hubungan ini terjadi begitu
biologis yang terjadi dan menganggap bahwa saja, dan 12,6% mengaku dipaksa oleh pasangan
menstruasi merupakan hal yang memalukan (Kemenkes RI, 2010). Namun, menurut data dari
serta dapat mengancam kenyamanansehingga SDKI pada tahun 2012, presentase seks sebelum
berlanjut ke arah respon yang negatif terhadap menikah pada remaja dengan rentang 15-19
menstruasi(Jayanti & Purwanti, 2011). Respon tahun ialah sebesar 4,5% pada laki-laki dan
negatif yang dapat muncul misalnya merasa 0,7% pada perempuan (SDKI, 2012).
takut, terkejut, sedih, kecewa, malu, khawatir Ketertarikan secara fisik kepada lawan jenis
dan bingung(Fajri & Khairani, 2011). dapat dinilai normal karena terjadi kematangan
secara fisik dan perkembangan kongnitif remaja,
Pemahaman yang kurang dapat membuat remaja namun tanpa informasi dan pengawasan baik
kesulitan dalam menjaga kesehatan dari orangtua dan pendidik, maka terjadi hal–hal
reproduksinya. Padahal organ reproduksi adalah yang belum perlu dilakukan oleh remaja bahkan
salah satu organ yang sensitif dan membutuhkan hingga menyebabkan kehamilan dini.
perawatan khusus. Oleh karena itu, pengetahuan Tanggungjawab moral untuk memiliki pasangan
dan perilaku remaja dapat menjadi faktor dan anak dalam usia yang relatif mudah
penting dalam memelihara kesehatan reproduksi merupakan masalah psikologis dan kognitif yang
(Aryani, 2010).Beberapa masalah kesehatan belum dapat dicapai oleh remaja dalam
dapat terjadi bila remaja tidak siap untuk perkembangannya (Jahja, 2011).
merawat organ reproduksi selama menstruasi
antara lain ialah keputihan. Keputihan dapat Sumber pengetahuan remaja tentang pubertas
diakibatkan oleh kurangnya perawatan remaja yang paling mudah, seharusnya dapat diperoleh
putri terhadap alat genitalia misalnya cara dari keluarga dan sekolah. Pada umumnya,
mencuci vagina yang tidak tepat, penggunaan remaja belajar tentang menstruasi dari ibunya,
celana yang tidak menyerap keringat, kebiasaan namun faktanya bahwa pada masyarakat dengan
tidak mengganti celana dalam ataupun pembalut pendidikan rendah, kurangnya akses informasi
2
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 10 No 1, Hal 1 - 10, Januari 2020
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

dan kurangnya kesadaran masyarakat akan terdiri dari dua bagian, yang pertama yaitu
pentingnya penyampaian informasi mengenai kuesioner tentang pengetahuan menstruasi dan
menstruasi, menyebabkan diskusi mengenai hal kuesioner tentang kesiapan mental dalam
ini bukanlah hal penting yang dirasa perlu untuk menghadapi menstruasi. Kuesioner pengetahuan
dibicarakan secara terbuka kepada remaja terdiri dari 15 pertanyaan dengan kategori baik
perempuan (Afifah, A., & Hastuti, 2016). Di sisi jika menjawab benar ≥10 dan kategori tidak baik
yang lain, sekolah sebagai “rumah kedua” bagi jika menjawab benar <10 pertanyaan. Kemudian
siswa untuk bertumbuh dan berkembang pun, untuk kuesioner kesiapan mental terdiri dari 10
belum sepenuhnya mampu memberikan pernyataan dengan pilihan SS (sangat setuju), S
informasi yang adekuat kepada remaja(Maria (setuju), TS (tidak setuju) dan STS (sangat tidak
dkk, 2018). setuju). Setiap pilihan memiliki poin berbeda,
yaitu SS=4 poin, S=3 poin, TS=2 poin dan
Studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal STS=1 poin. Jika seluruh poin berjumlah 26-40
16 Januari 2019 di SD Negeri Sumogawe, makatergolong kategori siap, sedangkan jika
didapati bahwa dari tujuh orang remaja putri poin berjumlah 10-25 maka tergolong kategori
semuanya telah mengalami menstruasi. Empat tidak siap.Hasil uji validitas dan reliabilitas telah
orang mengalami menstruasi saat berumur 10 dilakukan pada kedua kuesioner tersebut. Pada
tahun, kemudian tiga orang lainnya mengalami uji validitas, kuesioner pengetahuan memiliki
menstruasi saat berumur 11 tahun. Melalui status valid dengan r tabel=0,444 dan r-
wawancara, terungkap bahwa mereka merasa hitung=0,800, kemudian pada kuesioner
takut, kaget, dan panik ketika mereka kesiapan mental memiliki status valid dengan r
mengalami menstruasi. Selain itu, pengetahuan table=0,444 dan r-hitung= 0,884. Kemudian
mereka mengenai cara menjaga kebersihan untuk uji reliabilitas pada kuesioner pengetahuan
organ reproduksi pun masih kurang, diikuti memiliki status reliable dengan nilai alpha
dengan adanya masalah keputihan pada semua 0,964, dan begitu juga kuesioner kesiapan
remaja putri tersebut. Pengetahuan mengenai mental yang memiliki status reliable dengan
menstruasi pun baru diperoleh ketika mereka nilai alpha 0,959. Selain kuesioner, dilakukan
sudah menstruasi saat mereka duduk di kelas V pula wawancara tidak terstruktur sebagai teknik
SD. Padahal melalui program pembelajaran di pengumpulan data yang bertujuan untuk
kelas dan adanya program Usaha Kesehatan memperkuat permasalahan yang ada di
Sekolah (UKS), maka seharusnya sekolah dapat lapangan(Sugiyono, 2012).
memfasilitasi penyampaian informasi mengenai
menstruasikepada remaja putri melalui Peneliti dalam menentukan sampel, peneliti
bimbingan konseling dan kegiatan menggunakan teknik total sampling dengan
penyuluhan(Effendi, 2009; KEMENKES RI, populasi ialah pra-remaja usia sekolah dari kelas
2017).Oleh karena itu, penelitian ini penting III sampai kelas VI yang berada di salah satu
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Getasan,
hubungan antara pengetahuan remaja tentang sejumlah 48 orang. Penelitian ini dilaksanakan
menstruasi dengan kesiapan mental dalam pada bulan Mei sampai dengan Juli 2019
menjalani menstruasi.Penelitian ini termasuk pengurusan izin penelitian, kontrak
menggunakan jenis penelitian kuantitatif. waktu dengan pihak sekolah, serta pendekatan
dengan wali kelas dalam rangka pengambilan
METODE data. Teknik analisa data yang digunakan dalam
Penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu penelitian ini adalah analisis univariat dan
pengetahuan remaja tentang menstruasi sebagai bivariat. Analisa univariat digunakan untuk
variabel bebas dan kesiapan mental untuk mendeskripsikan pengetahuan remaja tentang
menjalani menstruasi sebagai variabel terikat. menstruasi dan kesiapan dari remaja tersebut
Penelitian ini menggunakan pendekatan dalam menjalani menstruasi. Uji korelasi
deskriptif korelasional yang bertujuan untuk melalui uji Pearson Product Moment.Penelitian
mengetahui adanya korelasi antara pengetahuan ini telah melalui uji etik dengan No. SPEP:
remaja tentang menstruasi dan kesiapan mental 166/PE/KEPK.UKSW/2019.
dari remaja itu sendiri dalam menjalani
menstruasi. HASIL
Adapun instrumen penelitian yang digunakan Hasil analisa univariat maupun bivariat pada
dalam penelitian ini ialah kuesioner.Kuesioner penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

3
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 10 No 1, Hal 1 - 10, Januari 2020
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Tabel 1.
Distribusi Responden Menurut Umur (n=48)
Rentang Umur f %
8 2 4
9 9 19
10 9 19
11 17 35
12 7 15
13 3 6
14 1 2
Tabel 1, mayoritas siswi berusia 11 tahun dan
usia paling tua adalah 14 tahun.

Tabel 2.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sumber Informasi (n=48)
Sumber Informasi f %
Sekolah 38 79
Teman 10 21
Tabel 2, mayoritas sumber informasi mengenai
menstruasi didapatkan dari sekolah.

Tabel 3.
Distribusi Pengetahuan Responden tentang Menstruasi (n=48)
Pengetahuan f %
Baik 29 60
Tidak Baik 19 40
Tabel 3, dapat diketahui bahwa mayoritas siswi orang (60%), sedangkan 19 orang lainnya (40%)
memiliki pengetahuan yang baik sebanyak 29 memiliki pengetahuan yang tidak baik.

Tabel 4.
Distribusi Kesiapan Mental Responden dalam Menjalani Menstruasi (n=48)
Kesiapan f %
Siap 27 56
Tidak Siap 21 44
Tabel 4, diketahui bahwa terdapat 27 orang
siswi yang siap menjalani menstruasi (56%),
kemudian 21 orang lainnya tidak siap menjalani
menstruasi (44%).

3
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 10 No 1, Hal 1 - 10, Januari 2020
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Tabel 5.
Hubungan Pengetahuan tentang Menstruasi dengan Kesiapan Mental Remaja dalam Menjalani
Menstruasi (n=48)
Pengetahuan Kesiapan Mental
Pengetahuan Pearson Correlation 1 .319*
Sig. (2-tailed) .027
Sum of Squares and Cross-products 148.667 84.500
Covariance 3.163 1.798
*
Kesiapan Pearson Correlation .319 1
Mental Sig. (2-tailed) .027
Sum of Squares and Cross-products 84.500 471.812
Covariance 1.798 10.039
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Tabel 5, dari hasil uji korelasi Pearson pertanyaan dari total 15 pertanyaan.
Product Moment diperoleh p value < 0,05 Pertanyaan yang terdapat pada kuesioner
yaitu dengan nilai Sig (2-tailed)sebesar 0,027. berupa pertanyaan mengenai pengertian,
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan durasi, penyebab, dan cara menjaga kebersihan
antara pengetahuan tentang menstruasi dengan organ reproduksi, serta tanda-tanda yang
kesiapan mental remaja dalam menjalani dialami pada saat mengalami menstruasi.
menstruasi.
Pengetahuan siswi di SD Negeri Sumogawe
PEMBAHASAN sebagian besar (79%) berasal dari
Karakteristik Responden sekolah.Sekolah memiliki peranan penting
Hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas dalam memberikan informasi terkait
siswi berusia 11 tahun berjumlah 17 orang menstruasi. Hal yang dapat dilakukan oleh
(35%), dengan rata-rata responden berada di sekolah ialah dengan membangun komunikasi
usia sekolah. Anak usia sekolah merupakan serta interaksi secara terbuka, sebagai salah
anak-anak yang memiliki usia dengan rentang satu cara untuk memberikan informasi
7-12 tahun (KEMENKES RI, 2013). Siswi (Hidayah & Palila, 2018). Pendidikan
yang berada di usia sekolah memiliki rasa kesehatan reproduksi diterapkan berdasarkan
ingin tahu dan kemauan untuk belajar. Pada Kurikulum Menteri Pendidikan dan
masa ini, mereka belum mampu untuk Kebudayaan RI.Materi ini diajarkan kepada
memahami hal-hal yang terlalu abstrak dan siswa dalam mata pelajaran IPA dan Olahraga
cenderung lebih mengarah pada hal-hal yang pada siswa yang berada di kelas VI semester
sederhana (Samiudin, 2017). Kemudian, anak dua. Penyampaian materi dilakukan dengan
dengan usia sekolah juga mulai menunjukkan metode ceramah, tanya jawab, diskusi
perasaan dan emosi yang dialami, serta tingkah kelompok, serta konseling. Mata pelajaran ini
laku yang mengarah pada penerimaan ataupun tertuang dalam Kurikulum Tingkat Satuan
penolakan terhadap sesuatu (Samiudin, 2017). Pendidikan (KTSP) 2006 yang masih
Pada waktu tertentu, anak usia sekolah sering digunakan di sekolah dasar tersebut sejak
mengalami emosi yang umumnya kurang tahun 2006 sampai dengan Juli 2019,
menyenangkan, sehingga pada periode ini sedangkan aturan pemerintah telah
terjadi ketidakseimbangan emosi yang menerapkan bahwa kurikulum K13 yang
membuat anak susah untuk dihadapi, dan hal berlaku sejak tahun 2013 (KEMENDIKBUD,
tersebut dapat disebabkan oleh karena keadaan 2012). Penerapan K13 di SD Negeri
fisik dan kondisi lingkungan (Samiudin, 2017). Sumogawe dilakukan secara bertahap sejak
tahun 2018 untuk jenjang kelas I hingga kelas
Pengetahuan tentang Menstruasi III dan diberlakukan pada seluruh jenjang
Hasil penelitian diperoleh bahwa mayoritas pendidikan sekolah dasar sejak Agustus tahun
siswi di SD Negeri Sumogawe memiliki 2019.
pengetahuan yang baik sebanyak 29 orang
(60%).Siswi yang memiliki pengetahuan yang Kurikulum K13, materi yang berkaitan dengan
baik dapat menjawab dengan benar pertanyaan organ tubuh pada manusia diajarkan sejak
pada kuesioner sebanyak minimal 10 kelas I sekolah dasar.Materi didalamnya,

5
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 10 No 1, Hal 1 - 10, Januari 2020
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

termasuk organ reproduksi, Pendidikan Sumber pengetahuan terkait menstruasi bukan


Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.Kompetensi hanya diperoleh dari sekolah saja, namun dapat
dasar yang diperoleh para siswi ialah mereka juga diperoleh dari orang tua. Sebagai wali
mulai mengenal bagian-bagian tubuh pada dari siswi yang bersangkutan, orang tua
manusia serta kegunaannya. Selain itu, siswi memiliki peran dalam meningkatkan
juga diajarkan untuk mengetahui cara menjaga pengetahuan anaknya dalam hal ini tentang
kebersihan diri sebagai bagian dari Perilaku menstruasi, agar anak tersebut dapat memiliki
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pemahaman yang baik terhadap menstruasi itu
(KEMENDIKBUD, 2012). Selain upaya sendiri(Salangka dkk, 2018). Namun,
peningkatan kognitif tentang menstruasi, berdasarkan hasil wawancara dengan salah
sekolah juga memiliki fasilitas lain yang satu orang tua (ibu) responden diperoleh
mendukung kesehatan siswi. Adanya UKS bahwa anak mereka mulai menanyakan hal-hal
merupakan salah satu bentuk sarana penunjang yang berkaitan dengan menstruasi ketika anak
kesehatan para siswa di sekolah, yang tersebut sudah mengalami menstruasi.
disediakan oleh pihak SD Negeri Selanjutnya, sebelum seorang anak mengalami
Sumogawe.Melalui UKS juga para siswi dapat menstruasi, maka ia belum mendapatkan
memperoleh pertolongan jika sewaktu-waktu informasi tentang menstruasi. Kemudian anak
mengalami menstruasi.Siswi bisa mendapatkan tersebut pun enggan untuk menanyakan hal-hal
pembalut secara gratis, jika mengalami terkait menstruasi.
menstruasi secara mendadak di sekolah. Di
UKS, juga disediakan Bimbingan konseling Tingkatan pengetahuan tiap siswi di SD Negeri
(BK) bersama dengan guru Olahraga, tetapi Sumogawe berbeda-beda.Ada siswi yang
jarang dilakukan antara siswi dan guru karena memiliki pengetahuan yang baik, ada juga
pembahasan mengenai kesehatan reproduksi yang tidak baik. Terdapat 19 siswi (40%) yang
dan menstruasi lebih banyak dilakukan ketika memiliki pengetahuan yang tidak baik. Para
berada di kelas terutama untuk siswi kelas VI. siswi tersebut hanya dapat menjawab dengan
Para siswi sangat jarang berkonsultasi tentang benar pertanyaan pada kuesioner sebanyak
hal-hal yang berkaitan dengan menstruasi dan maksimal 9 pertanyaan dari total 15
organ reproduksi. Jika ada pertanyaan terkait pertanyaan.Para siswi yang memiliki
hal tersebut, biasanya ditanyakan pada saat pengetahuan yang kurang ini sebagian besar
proses belajar dan mengajar ketika siswi belum mengalami menstruasi dan masih duduk
berada di kelas VI. Padahal, UKS memiliki di kelas III dan IV.Hal ini dapat dipengaruhi
peran penting dalam melakukan promosi oleh kurangnya informasi tentang menstruasi
kesehatan bagi siswa dan siswi di sekolah yang diperoleh oleh para siswi. Selain dari
dasar (Effendi, 2009; Kemenkes RI, 2017). Hal sekolah, keluarga seharusnya mengambil peran
ini menjadi potensi yang dapat dioptimalkan sebagai sumber informasi terdekat bagi
oleh sekolah. perkembangan para siswi (Saputri, 2012).
Orang tua yang memiliki pemahaman yang
Peningkatan pengetahuan dan pemahaman baik tentang menstruasi cenderung
siswi dapat dilakukan dengan tindakan memberikan persepsi yang baik bagi anaknya
kolaborasi.Melalui wawancara, pihak SD terhadap menstruasi. Pemahaman mendalam
Negeri Sumogawe biasanya mendapatkan tentang proses menstruasi dapat membantu
kunjungan rutin dari Puskesmas dengan dalam menerima adanya menstruasi sebagai
wilayah kerja di kecamatan Getasan.Beberapa suatu hal yang normal (Fajri & Khairani,
program yang dilakukan ialah pemeriksaan 2011). Oleh karena itu, pengetahuan yang
kesehatan, kebersihan gigi dan mulut, tidak baik tentang menstruasi dapat
imunisasi, penyuluhan terkait PHBS serta mempengaruhi kesiapan mental remaja dalam
makanan sehat.Menurut kepala sekolah, menjalaninya. Akibatnya, remaja akan
sampai dengan penelitian ini dilakukan, belum mengalami kesulitan dalam menerima adanya
ada program penyuluhan yang secara spesifik menstruasi (Budiati dkk, 2012; Diaris &
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan Priamita, 2019).
siswi mengenai menstruasi maupun kebersihan
organ reproduksi.Dapat dikatakan bahwa, para Kesiapan Mental Menjalani Menstruasi
siswi belum diberikan penyuluhan terkait Hasil penelitian tentang kesiapan mental dalam
kesehatan organ reproduksi, di luar dari materi menjalani menstruasi di SD Negeri Sumogawe
yang diajarkan di sekolah. didapati bahwa terdapat 27 orang siswi yang
siap menjalani menstruasi (56%), kemudian 21
6
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 10 No 1, Hal 1 - 10, Januari 2020
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

orang lainnya tidak siap menjalani menstruasi perawatan organ reproduksinya


(44%). Dari hasil kuesioner yang ada, (Sulistioningsih, 2014).
menunjukkan bahwa siswi yang siap menjalani
menstruasi memiliki perasaan yang positif Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
dalam menjalani menstruasi.Perasaan positif kesiapan remaja dalam menjalani
ini meliputi rasa senang menyambut adanya menstruasi.Salah satu faktor tersebut ialah
menstruasi, tidak ada rasa takut, tidak ada dukungan dari orang tua terkhususnya ibu.
perasaan malu ketika mengalami menstruasi, Dukungan ibu memiliki dampak terhadap
dan menerima menstruasi sebagai hal yang kesiapan anak dalam menjalani menstruasi
normal.Selain itu, siswi yang siap juga sudah (Indah, 2016; Syatriani, 2012). Hubungan yang
mengetahui konsekuensi jika mereka telah baik antara ibu dan anak berkaitan dengan
mengalami menstruasi.Sebaliknya dengan perasaan cemas dan takut yang dialami remaja
siswi yang tidak siap, mereka memiliki terhadap menstruasi (Hidayah & Palila, 2018).
perasaan yang negatif dalam menanggapi Jika interaksi antara ibu dengan anak terjalin
adanya menstruasi. Perasaan negatif yang dengan baik, maka remaja akan merasa lebih
dimaksud ialah adanya rasa takut, tidak nyaman dan kecemasannya berkurang,
senang, dan bingung terhadap adanya sehingga lebih siap dalam menghadapi
perubahan fisik yang akan dialami jika sedang menstruasi(Juwita, 2018; Muniroh dkk, 2017).
menstruasi, serta cenderung belum memiliki Interaksi yang terjalin dengan baik dapat
pemahaman yang baik tentang menstruasi. menuntun remaja agar lebih terbuka dengan
ibunya, sehingga ibu dapat dengan mudah
Kesiapan mental dibutuhkan remaja dalam untuk memberikan informasi terkait
menghadapi adanya menstruasi. Siswi yang perubahan-perubahan fisiologis yang akan
akan mengalami menstruasi perlu untuk dialami oleh remaja tanpa ada rasa canggung
memiliki kesiapan mental yang baik, agar dan anggapan bahwa hal tersebut merupakan
perubahan-perubahan yang terjadi ketika sesuatu yang tabu (Hidayah &Palila, 2018;
menstruasi tidak menimbulkan perasaan yang Siswojo dkk, 2015). Namun, pada
negatif (Anwar &Febrianty, 2017). Kesiapan kenyataannya masih terdapat orang tua yang
mental yang dapat menunjukkan bahwa menganggap bahwa menstruasi adalah hal
seseorang tersebut sudah siap dalam yang tabu. Masih ada ibu yang merasa
menghadapi datangnya menstruasi sebagai canggung jika membicarakan menstruasi
salah satu bentuk dari tanda kematangan fisik dengan anaknya, sehingga pemberian
(Fajri & Khairani, 2011). Dampak dari informasi terkait hal tersebut tidak memadai,
ketidaksiapan remaja dalam menjalani selain itu ada juga ibu yang menganggap
menstruasi dapat ditandai dengan adanya bahwa anaknya dapat mempersiapkan dirinya
perasaan negatif. Perasaan ini dapat sendiri menghadapi menstruasi (Hidayah &
mengganggu proses perkembangan dari remaja Palila, 2018).
itu sendiri. Padahal menstruasi hanya salah
satu bentuk dari perubahan fisik yang akan Hubungan Pengetahuan tentang Menstruasi
dialami oleh remaja. Rasa takut yang dialami dengan Kesiapan Mental Remaja dalam
oleh remaja jika tidak ditangani dapat Menjalani Menstruasi
berimbas ketika remaja tersebut mengalami Berdasarkan hasil penelitian di SD Negeri
menstruasi, sehingga remaja menganggap Sumogawe diperoleh bahwa hasil uji korelasi
bahwa menstruasi adalah suatu hal yang tidak Pearson Product Moment diperoleh p value <
menyenangkan, mengakibatkan kecemasan 0,05 yaitu sebesar 0,027. Hal ini menunjukkan
dan bahkan dapat mengganggu aktivitasnya bahwa terdapat hubungan positif dan
(Yulita & Juwita, 2018; Retnaningsih dkk, signifikan antara pengetahuan tentang
2018). Kemudian, ketidaksiapan juga dapat menstruasi dengan kesiapan mental remaja
menimbulkan buruknya perilaku remaja dalam dalam menjalani menstruasi.Hubungan yang
menjaga kebersihan organ reproduksi, dimaksud ialah semakin baik pengetahuan
sehingga dapat memicu adanya gangguan pada yang dimiliki, maka semakin baik kesiapan
organ reproduksi. Hal ini didukung oleh remaja dalam menjalani menstruasi.Hasil ini
penelitian Sulistyoningsih pada tahun 2014, didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
yang menyatakan bahwa sebanyak 50,3% Yulita & Juwita (2018), yang menunjukkan
remaja yang tidak siap menjalani menstruasi bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan
memiliki perilaku yang tidak baik dalam dan kesiapan menghadapi menstruasi.

7
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 10 No 1, Hal 1 - 10, Januari 2020
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Terdapat beberapa faktor yang dapat Anwar, Chairanisa., Febrianty, R. (2017).


mempengaruhi kesiapan seseorang dalam Hubungan Pengetahuan, Sikap dan
menstruasi.Salah satu faktor tersebut ialah Peran Ibu dengan Kesiapan Remaja
tingkat pengetahuan. Kesiapan seseorang Putri Menghadapi Menarche pada Siswi
dalam menjalani menstruasi dapat dipengaruhi Kelas 4-6 di SD 3 Peuniti Kota Banda
oleh tingkat pengetahuan dari orang tersebut Aceh. Journal of Healthcare
terhadap menstruasi (Nastiti dkk, 2013). Technology and Medicine, 3(2), 154–
Apabila seseorang kurang memiliki 165.
pengetahuan yang tepat tentang menstruasi,
maka orang tersebut akan mengalami perasaan Aryani, R. (2010). Kesehatan Remaja Problem
cemas dan adanya rasa takut (Retnaningsih dan Solusinya. Jakarta: Salemba
dkk, 2018). Terdapat banyak remaja yang Medika.
mempunyai informasi yang salah, sehingga
cenderung menghubungkan menstruasi dengan Aulia. (2012). Serangan Penyakit-Penyakit
sesuatu yang negatif (Hidayah & Palila, 2018). Khas Wanita Paling Sering Terjadi.
Kondisi inilah yang dapat mengakibatkan Yogyakarta: Buku Biru.
remaja tidak siap dalam menjalani menstruasi.
Budiati, Sevi., Apriastuti, D. A. (n.d.).
Tingkat pengetahuan memiliki hubungan erat Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu
dengan pengalaman.Siswi yang dinyatakan Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja
siap menjalani menstruasi rata-rata merupakan Dengan Kesiapan Anak Menghadapi
siswi yang berada di kelas V dan VI, yang Masa Pubertas. 2012.
sudah mengalami menstruasi. Remaja yang
telah mengalami menstruasi cenderung mampu Effendi, F. (2009). Keperawatan Kesehatan
menyikapi situasi yang dihadapinya, sehingga Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.
hal tersebut menjadi bagian dari pengalaman
hidupnya (Hidayah & Palila, 2018). Ketika Fajri, Ayu., Khairani, M. (2011). Hubungan
remaja telah mengalami menstruasi, maka antara Komunikasi Ibu-Anak dengan
mereka juga akan menerima informasi dari Kesiapan Menghadapi Menstruasi
orang tua mengenai menstruasi. Remaja yang Pertama (Menarche) pada Siswi SMP
siap menjalani menstruasi mampu memaknai Muhammadiyah Banda Aceh. Jurnal
adanya menstruasi sebagai hal yang positif, hal Psikologi Undip, 10(2), 133–143.
ini pula disertai dengan adanya informasi yang
dimiliki, sehingga mendorong kesiapan mereka Ida, N. (2018). Tingkat Pengetahuan
dalam menghadapi menstruasi(Nurmawati & Menstruasi Dalam Menunjang Kesiapan
Erawantini, 2018; Hidayah &Palila, 2018). Hal Siswi SD Menghadapi Menarche. Jurnal
ini juga didukung oleh penelitian dari Nova Kesehatan Masyarakat Andalas, 12(1),
dan Sellia (2018), yang menyatakan bahwa 10–15.
remaja yang memiliki pengetahuan yang baik
disebabkan karena remaja berada diusia pra Indah, L. (2016). Analisis Kesiapan Siswi
remaja (remaja awal) dan mereka telah Sekolah Dasar dalam Menghadapi
mendapatkan informasi dari orang tua Menarche. Jurnal Biometrika Dan
mengenai menstruasi (Nova & Sellia, 2018). Kependudukan, 5(2), 135–145.

SIMPULAN Jahja, Y. (2011). Psikologi Perkembangan.


Terdapat hubungan positif dan signifikan Jakarta: Kencana.
antara pengetahuan tentang menstruasi dengan
Jatmika, S. (2010). Genk Remaja. Yogyakarta:
kesiapan mental remaja dalam menjalani
Kanisius.
menstruasi.
Jayanti FN., & Purwanti, s. (2011). Deskripsi
DAFTAR PUSTAKA Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Afifah, A., & Hastuti, P. (2016). Hubungan Kesiapan Anak dalam Menghadapi
Tingkat Pengetahuan tentang Menstruasi Menarche di SD Negeri 1 Kretek
dengan Kesiapan Menghadapi Menarche Kecamatan Brebes. Jurnal Ilmiah
pada Siswi Kelas V dan VI di SD Negeri Kebidanan, 3(1), 1–14.
Dangkel Parakan Temanggung. Jurnal
Kebidanan,5(11), 49–61.
8
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 10 No 1, Hal 1 - 10, Januari 2020
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Juwita, S. (2018). Hubungan Dukungan Ibu Nurul Hidayah & Sara Palila. (2018). Kesiapan
Dengan Kesiapan Remaja Putri Dalam Menghadapi Menarche pada Remaja
Menghadapi Menarche. Jurnal Kesmas, Putri Prapubertas Ditinjau dari
1(1), 54–57. Kelekatan Aman Anak dan Ibu. Jurnal
Ilmiah Psikologi, 5, 107–114.
Kemenkes RI. (2010). Riset Kesehatan Dasar.
Jakarta. Proverawati, A. & Misaroh, S. (2009).
Menarche (Menstruasi Pertama Penuh
Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Makna). Yogyakarta: Nuha Medika.
Jakarta.
Retnaningsih, D., Wulandari, P., & Afriana, V.
Kemenkes RI. (2017). Petunjuk Teknis H. (2018). Kesiapan Menghadapi
Pelaksanaan Sekolah/Madrasah Sehat Menarche Dengan Tingkat Kecemasan
Tingkat SD/MI. Jakarta. Pada Anak Usia Sekolah. Jurnal
Kesehatan Kusuma Husada, 57–64.
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan.
(2012). Kurikulum 2013. Jakarta. Salangka, Gladys., Rompas, Sefti., & Regar,
M. (2018). Hubungan Dukungan
Maria, H., Sihotang, I., Efendi, J. S., Farisa, I., Keluarga Dengan Kesiapan Remaja
& Arya, D. (2018). Implementasi Putri Dalam Menghadapi Menarche di
Program Kesehatan Reproduksi Remaja SMP Negeri1 Kawangkoan. E-Journal
Di Kota Pekanbaru. 3(2). Keperawatan, 6(1–5).

Muniroh Mikhatul, Sri Handayani., R. S. . Samiudin. (2017). Pentingnya Memahami


(2017). Peran Ibu dalam Pemberian Perkembangan Anak untuk
Informasi dengan Kesiapan Remaja Menyesuaikan Cara Mengajar yang
Putri Menghadapi Menarche di SDN Diberikan. Jurnal Studi Islam, 12(1), 1–
Palur 2 Mojobalan Sukoharjo. Jurnal 9.
Riset Kebidanan Indonesia,1(1), 21–26.
Saputri, S. A. (2012). Hubungan Pola Asuh
Nastiti, F. D., Andayani, A., & Diah, M. Orang Tua dengan Tingkat Kecemasan
(2013). Hubungan tingkat pengetahuan pada Remaja dalam Menghadapi
menarche dengan kesiapan siswi kelas v Menarche di SD Negeri Nayu 77
dan vi menghadapi menarche di SD Surakarta. In Karya Tulis Ilmiah. Solo.
Negeri 1 Gedanganak. Yogyakarta:
Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo. SDKI. (2012). Kesehatan Reproduksi Remaja.
Jakarta.
Ni Made Diaris. Priamita Indah. (2019). Studi
Kualitatif Pengalaman, Persepsi, Dan Siswojo., Purwanto Edi., Dwi Hendriani.
Kesiapan Anak Dalam Menghadapi (2015). Hubungan Pengetahuan Siswi
Menarche Dini. Jurnal Kesehatan Kelas IV SD Tentang Menstruasi
Terpadu, 3(1), 31–35. Dengan Kesiapan Menghadapi
Menarche. Jurnal Husada Mahakam,
Nova Yulita & Sellia Juwita. (2018). 4(1), 1–71.
Hubungan Pengetahuan dan Kesiapan
Remaja Putri dalam Menghadapi Sugiyono. (2012). Metode Penelitian
Menarche. Journal Of Midwifery Kuntitatif Kualitatif dan R&D.
Science, 2, 50–54. Bandung: Alfabeta.
Nurmah. (2012). Gambaran Tingkat Sulistioningsih, E. (2014). Hubungan
Pengetahuan Remaja Putri tentang Kesiapan Menghadapi Menarche
Keputihan Fisiologis dan Patologis dengan Perilaku Vulva Hygiene Remaja
serta Sikap dalam Menangani Putri di Sekolah Dasar Negeri (SDN)
Keputihan tersebut di Madrasah Aliyah Kebonsari 04 Kecamatan Sumbersari
Negeri (MAN) 2 Mataram. Universitas Kabupaten Jember. Jember.
Mataram.
Syatriani. (2012). Hubungan Pengetahuan dan
9
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 10 No 1, Hal 1 - 10, Januari 2020
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Dukungan Keluarga dengan Kesiapan


Remaja Putri Usia Pubertas dalam
Menghadapi Menarche di SMPN 2 Tellu
Siatting Kab. Bone. Jurnal Ilmiah
Kebidanan, 1.

10

Anda mungkin juga menyukai