A. Tujuan
Untuk mempelajari beberapa reaksi terhadap golongan lipid dan mengetahui sifat-sifat lipid.
B. Hasil Percobaan
1. Daya Larut
Pada uji daya larut, digunakan gajih sebagai lemak yang akan direaksikan dengan air, alkohol
dingin dan chloroform masing-masing sebanyak 2 ml.
Dari data diatas diketahui bahwa larut tidaknya suatu lemak tergantung pada jenis pelarutnya.
Apabila pelarutnya bersifat polar maka lemak tidak akan larut namun apabila pelarutnya bersifat
non-polar maka lemak akan mudah larut.
2. Hidrolisa Sabun
Pada tes hidrolisa sabun, digunakan sepotong kecil sabun yang akan dimasukan ke dalam 2-3ml
aquadest. Setelah itu dipanaskan sampai diperoleh suatu larutan pekat dan didinginkan dibawah
air kran.
Beri dua tetes larutan fenolftalein dalam alcohol. Cairan harus tetap tidak berwarna (agak
kekuningan). Bila diencerkan dengan air akan terjadi reaksi hidrolisa sehingga larutan menjadi
berwarna merah.
Dari data diatas diketahui bahwa sabun merupakan suatu senyawa lipid yang mengandung gugus
OH dan dapat dihidroilisis oleh air. Pada keadaan awal sabun berwarna putih setelah dipanaskan
akan mengakibatkan sabun terhidrolisis dan melepaskan ion Na. Ketika diberi tetesan fenolftalein
terjadi perubahan warna menjadi kuning pada bagian atas, sedangkan bagian bawahnya tetap
berwarna putih. Namun ketika diberi sedikit air terjadi perubahan warna menjadi merah jambu,
hal ini dikarenakan ion Na akan berikatan dengan H 2O menjadi NaOH yang mengakibatkan
larutan akan bersifat basah.
3. Daya Mengelmusi dari Sabun
Pada uji daya mengemulsi ini digunakan dilakukan dua kali percobaan.
- 5ml air sabun ditambah beberapa tetes minyak kelapa, dikocok dan dibiarkan beberapa
waktu. Perhatiakan apa yang terjadi pada tabung !
- 5ml air ditambah beberapa tetes minyak kelapa, dikocok dan biarkan beberapa waktu.
Perhatikan apa yang terjadi pada tabung !
Dari data diatas dapat diketahui bahwa air yang mengandung sabun dapat mengemulsi minyak
yang terlarut didalamnya. Hal ini karena sabun memiliki rantai hidrokarbon yang akan larut
dalam larutan non-polar dan juga terjadi tolak-menolak antara ujung anion dari sabun dan
minyak.
Dari data diatas dapat diketahui bahwa gajih memiliki tingkat kejehuhan yang paling tinggi,
kemudian margarine dan minyak kelapa. Hal ini bisa dilihat dari tingkat kekeruhan masing-
masing larutan, dimana gajih memeliki larutan yang paling keruh.
Gajih dan margarin memilki tingkat kejenuhan yang paling tinggi karena berasal dari lemak
hewani, sedangkan minyak kelapa memiliki tingkat kejenuhan yang paling rendah karena berasal
dari lemak nabati.
Reaksi salkowski digunakan untuk mengidentifikasi adanya kolesterol. Reaksi positif apabila
terbentuk lapisan flouresensi berwarna kuning pada larutan setelah diteteskan H 2SO4 pekat.
b. Reaksi Lebermann-Burchard
Pada percobaan ini digunakan cholesterol 0,05% dalam chlorofom, asam asetet
anhidrida, H2SO4 pekat.
Cholesterol 0,05% 2ml ditambahkan dengan 10 tetes asam asetat anhidrida.
Kemudian campuran ini ditambahkan dengan 2-3 tetes H2SO4 pekat dan kocok tabung
reaksi.
Saat percobaan sewaktu penetesan asam asetat anhidrida mengakibatkan tabung terasa
hangat kemudian setelah ditetesi H2SO4 larutan menjadi bergelembung dan akhirnya
muncul endapan putih yang keruh dan gelembung yang muncul menghilang. Dari data
pengamatan diatas larutan akhir bewarna putih yang menunjukkan reaksi positif.
C. Kesimpulan
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa, lipid larut dalam pelarut organik seperti
choloform dan juga dapat terhidrolisis oleh sabun. Dari percobaan ikatan tidak jenuh,
diketahui bahwa lemak hewani adalah lemak paling jenuh sedangkan lemak nabati adalah
lemak dengan tingkat kejenuhan rendah. Uji salkowski dan uji lebermann-burchard
merupakan uji ckolestrol yang kuantitatif.
ASAM AMINO DALAM PROTEIN
A. Tujuan
Mempelajari reaksi-reaski terhadap asam amino dalam protein.
B. Hasil Percobaan
1. Reaksi Biuret
Pada percobaan ini digunakanalbumin 2%, kasein 2%, pepton 2%, NaOH 10% dan
CuSO4 7%.
Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan albumin 2%, kasein 2%, dan pepton 2%
masing-masing kedalam tabung reaksi sebanyak 2ml dan kemudian ditambahkaan
dengan 2ml NaOH. Setelah itu ditambahkan beberapa tetes CuSO4 maskimal 10 tetes.
Biuret merupakan reaktan yang digunakan untuk menguji ikatan peptida (ikatan antara
COOH dan NH2). Ikatan peptida merupakan ikatan antar asam amino. Suatu senyawa
mengadung ikatan peptida apabila memberikan reaksi positif terhadap biuret yang
ditandai dengan warna biru atau biru lembayung. Dari data diatas dapat dilihat baik
albumin 2%, kasein 2% dan pepton 2% memiliki ikatan peptida yang ditandai dengan
adanya warna biru pada larutan setelah ditetesi NaOH dan CuSO 4. Semua protein akan
memberikan reaksi positif terhadap biuret, karena setiap protein memiliki ikatan peptida.
2. Reaksi Ninhidrin
Pada percobaan ini digunakan albumin 2%, ninhidrin 1%, (NH 4)2SO4 jenuh, kasein
0,2%, dan pepton 0,2%.
Masukkan masing-masing bahan yang ingin diuji kedalam tabung reaksi sebanyak 2ml
kemudian tetesi dengan ninhidrin 1% sebanyak 3 tetes.
Reaksi ninhidrin merupakan reaksi yang digunakan untuk menunjukkan adanya senyawa
yang memiliki satu gugus karboksil dan gugus amino bebas, yang mana bereaksi positif
membentuk bewarna biru. Dari data pengamatan kasein tidak bereaksi positif terhadap
ninhidrin. Hal ini karena kasein tidak mengadung sedikitnya satu gugus karboksil dan
asam amino yang terbuka. Albumin dan pepton memberikan reaksi positif karena
memiliki gugus karboksil dan asam amino. Sementara (NH 4)SO4 meskipun protein tetapi
dapat bereaksi dengan ninhidrin.
3. Reaksi Xanthoprotein
Pada percobaan ini digunakan larutan albumin 2%, gelatin 2%, kasein 2%, fenol 2%,
HNO3 pekat dan NaOH.
Masukan masing-masing bahan yang ingin di uji kedalam tabung reaksi. Kemudian
masing-masing tabung ditetesi dengan HNO 3. Setelah ditetesi HNO3 pekat, masing-
masing tabung reaksi dipanaskan didalam penangas air mendidih. Setelah itu dinginkan
dan tetesi NaOH.
4. Reaksi Milon
Pada reaksi ini digunakan reaksi Millon adalah albumin 2%, gelatin, kasein 2%, fenol
2% dan pereaksi Millon.
Teteskan 2-3 tetes pereaksi Millon kedalam tabung yang telah diisikan zat yang ingin
diuji. Kemudian dipanaskan dipenangas air mendidih.
Albumin 2% +
Gelatin -
Kasein 2% +
Dari dara diatas larutan positif apabila berwarna merah, hal ini karena terbentuk garam
merkuri dari tirosin yang ternitras.
5. Reaksi Hopkins-Cole
Pada reaksi ini digunakan albumin 2%, kasein 2%, dan gelatin 2% dan H2SO4 pekat.
Masukkan zat yang ingin diuji masing-masing sebanyak 2ml kedalam masing-masing
tabung reaksi. Setelah itu ditetesi dengan H2SO4 pekat secara perlahan-lahan melalui
pinggir tabung yang miringkan.
Dari data diatas diketahui bahwa reaksinya positif dan mengandung triptofan.
C. Kesimpulan
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa protein dan asam amino memberikan reaksi yang
khas terhadap masing-masing pelarut.
Uji biuret digunakan untuk menunjukkan adanya ikatan peptide, uji xanthoprotein digunakan
untuk menunjukkan adanya gugus karboksil dan asam amino bebas, uji hapkins-cole untuk
menunjukkan adanya kandungan triptofan.
DENATURASI PROTEIN
A. Tujuan
Mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya denaturasi pada protein.
B. Hasil Pengamatan
1. Pengaruh asam organik kuat
Pada percoban ini digunakan albumin 2% yang telah disaring dan HCl pekat, H 2SO4
pekat dan HNO3 pekat.
Masukan albumin kedalam 3 tabung reaksi masing-masing sebanyak 5ml kemudian
tabung reaksi 1 ditetesi HCl tetes demi tetes, tabung 2 ditetesi H 2SO4 tetes demi tetes dan
tabung 3 ditetesi HNO3 tetes demi tetes.
Dari data diatas dapat dilihat bahwa albumin yang diberikan asam anorganik kuat akan
mengalami denaturasi yang ditandai dengan adanya warna keruh pada ketiga laruta hal
ini menunjukkan bahwa albumin telah rusak. Sementara pada HCl muncul presipitat.
Setelah penambahan masing-masing asam anorganik pekat secara berlebihan larutan
tidak kembali seperti semula. Hal ini menunjukkan bahwa protein tidak dapat kembali
seperti semula apabila telah mengalami denaturasi.
Dari data diatas dapat dilihat bahwa logam berat seperti CuSO4, FeCl3 dan Pb astetat
dapat mengakibatkan terjadinya presipitat pada protein seperti albumin. Namun
denaturasi albumin akibat CuSO4 tidak bersifat permanen. Hal ini dapat dilihat pada
penambahan CuSO4 berlebihan presipitat kembali larut. Sementara albumin yang
mengalami denaturasi akibat FeCl3 dan Pb asetat bersifat permanen dan tidak dapat
kembali.
Asam pikrat jenuh Warna kuning, ada presipitat Warna kuning dan ada
presipitat
Asam tannat Endapan warna putih keruh Ada endapan warna putih
keruh
Dari data diatas dapat dilihat bahwa asam pikrat, trichloroasetat dan asam tannat
mengakibatkan albumin mengalami denaturasi sementara asam sufoslisilat dan
fosfolmlibdat tidak menimbulkan denaturasi protein tetapi setelah dipanaskan dengan
penangas air mendidih albumin yang ditetesi asam sufoslisilat dan fosfolmlibdat akan
mengalami denaturasi. Hal ini menunjukkan pemanasan yang berlebihan dapat
mengakibatkan terjadinya denaturasi pada protein. Sementara itu beberapa asam seperti
asam pikrat, trichloro asetat dan asam tannat dapat mengakibatkan terjadinya denaturasi
pada protein.
Dari data diatas dapat diketahui bahwa alkohol dapat mengakibatkan terjadinya
denaturasi protein.
C. Kesimpulan
Protein dapat mengalami denaturasi dengan pemberian asam organik dan anorganik, alkohol,
logam berat. Dan juga protein akan mengalami denaturasi jika dipanaskan
Protein dapat larut didalam asam kuat seperti H2SO4 dan HCl namun tidak dapat larut
didalam air dan garam seperti natrium karbonat.
LAPORAN PRAKTIKUM
BIOKIMIA