Anda di halaman 1dari 4

MATA KULIAH

KONSEP DASAR REKAM MEDIS

DOSEN MATA KULIAH : GUNAWAN, SKp., MMRS

DI SUSUN OLEH :
1. ANIS NURUL FATAYA M. / P17410201001
2. FITRI EKA SETYAWATI / P17410201002
3. HIDAYATUL MUNAWAROH / P17410201003
4. ALFIRA YANUARTRI K. / P17410201004
5. NADHILAH NURIL LAILY / P17410201005
6. RISTIKA ARTI ARISANDI / P17410201046
7. LOLA ASTY MUNIKA / P17410201059

PRODI D-3 REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN


JURUSAN KESEHATAN TERAPAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
2020/2021
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 034/Birhub/1972

PERENCANAAN DAN PEMELIHARAAN


RUMAH SAKIT
Rekam medis di Indonesia telah ada sejak zaman penjajahan, namun perhatian untuk
pembenahan yang lebih baik dapat dikatakan mulai sejak di terbitkannya Surat Keputusan
Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNo.31/Birhup/1972 yang menyatakan bahwa semua
rumah sakit diharuskan mengerjakan medical recording dan reporting, dan hospital statistic.

Keputusan tersebut kemudian dilanjutkan dengan adanyaSurat Keputusan Menteri


Kesehatan RI No 034/Birhup/1972, ada kejelasan bagi rumah sakit menyangkut kewajiban
untuk menyelenggarakan medical record. Bab I pasal 3 menyatakan bahwa guna menunjang
terselenggaranya rencana induk ( master plan ) yang baik, maka setiap rumah sakit :

a) Mempunyai dan merawat statistik yang up to date (terkini).

b) Membuat medical record yang berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah


ditetapkan.

Maksud dan tujuan dari peraturan tersebut adalah agar di institusi pelayanan kesehatan
termasuk rumah sakit, penyelenggaraan rekam medis dapat berjalan dengan baik. Pada tahun
1972–1989 penyelenggaraan rekam medis belum berjalan sebagaimana yang diharapkan.
Oleh karena itu, dengan diberlakukannya Peraturan Menteri Kesehatan RI No
749a/Menkes/Per/XII/1989 tahun 1989 tentang Rekam Medis, yang merupakan landasan
hukum bagi semua tenaga medis dan paramedik di rumah sakit yang terlibat penyelenggaraan
rekam medis harus melaksanakannya.

Dalam pasal 22 sebagai salah satu pasal Permenkes tersebut di atas, disebutkan bahwa hal-
hal teknis yang belum diatur dan petunjuk pelaksanaan peraturan ini, akan ditetapkan oleh
Direktorat Jenderal sesuai dengan bidang tugas masing – masing. Sejalan dengan pasal 22 ini,
maka Direktorat Jenderal Pelayanan Medis telah menyusun Petunjuk Pelaksanaan
Penyelenggaraan Rekam Medis; di Rumah Sakit dengan Surat Keputusannya No YM000322
1296 Tahun 1996 tanggal 27 Nopember 1966, tentang Revisi Pedoman Penyelenggaraan
Rekam Medis di Rumah Sakit.

Dengan adanya perkembangan akan kebutuhan dengan mengantisipasi perkembangan


pelayanan maupun IPTEK, dilakukan penyempurnaan petunjuk tentang pengelolaan rekam
medis rumah sakit. Pada tahun 2008 ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No
269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis yang merupakan pengganti dari Peraturan
Menteri Kesehatan RI No 749a/Menkes/Per/XII/1989 tahun 1989.

Dari keputusan-keputusan menteri di atas, terlihat adanya usaha serius untuk memulai
membenahi masalah rekam medis dalam usaha memperbaiki recording, reporting, hospital
statistik, dan lain-lain, yang kini kita kenal dengan informasi kesehatan.
Kegiatan menjaga mutu dapat menyangkut satu atau beberapa. Dimensi mutu pelayanan
kesehatan seperti berikut :

1. Kompetensi teknis (Technical competence).


2. Akses terhadap pelayanan (Access to service).
3. Efektivitas (Effectiveness).
4. Efesiensi (Efficiency).
5. Kontinuitas (Continuity).
6. Keamanan (Safety).
7. Hubungan antar manusia (Interpersonal relations).
8. Kenyamanan (Amenities).
Dimensi mutu tepat untuk pelayanan klinis maupun manajemen untuk mendukung
pelayanan kesehatan. Delapan dimensi mutu ini dapat membantu pola pikir dalam
menetapkan masalah dan menganalisa masalah yang ada untuk mengukur sampai sejauh
mana telah dicapai standar program atau standar pelayanan kesehatan.

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 269/MENKES/PER/III/2008
TENTANG
REKAM MEDIS

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang: bahwa sebagai pelaksana Pasal 47 ayat (3) Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran, perlu mengatur kembali penyelenggaraan Rekam Medis
dengan Peraturan Menteri Kesehatan;
Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100;Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3495);
2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4431);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125. Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 2005 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1966 tentang Wajib Simpan Rahasia
Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1966 Nomor 21, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2803);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 39 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3637);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah
Antara Pemerintah. Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82.
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 920/Menkes/Per/XII/1986 tentang Upaya
Pelayanan Kesehtan Swasta di Bidang Medik;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 159b/Menkes/Per/II/1985 tentang Rumah Sakit;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XII/2005 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG REKAM MEDIS.

KESIMPULAN

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada intinya, SK Menteri Kesehatan RI


No. 034/Birhup/1972 menjelaskan tentang kewajiban dalam perencanaan dan pemeliharaan
rumah sakit untuk mempunyai dan merawat statistik yang up to date sesuai dengan zamannya
dan memiliki medical record yang berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.
Sehingga, penyelenggaraan rekam medis dapat berjalan dengan lancar. Dengan
terselenggaranya rekam medis yang lancar, dapat menguntungkan banyak pihak. Tidak hanya
menguntungkan para tenaga kesehatan, tetapi juga dapat menguntungkan pihak yang
mendapatkan layanan kesehatan. Peraturan tersebut juga dipakai sebagai hukum dasar dari
diselenggarakannya rekam medis di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai