Anda di halaman 1dari 10

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


NAMA : ANGGI AMELIA PUTRI
NIM : 2018820035
KELAS : ASD / 5
MATAKULIAH : PENDIDIKAN KARAKTER
DOSEN PENGAMPU : HERWINA, DEWI SETIYANINGSIH
TUGAS : RESUME JURNAL

Judul Jurnal                : Lingkungan pendidikan dalam implementasi pendidikan karakter

Penulis                         : Muhammad Ali Ramdhani

Tahun : 2016

Publikasi                      : Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Universitas Garu

Link : https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=jurnal+pendidikan+karakter&oq=jurnal+pendidikan+k#d=gs_qabs
&u=%23p%3D893kNk1gUuoJ

Lingkungan Pendidikan dalam Implementasi Pendidikan Karakter


Metoda analisis yang digunakan dalam pembahasan topik utama menggunakan model
analisis causal efektual dengan meninjau hubungan rasional, yang menganalisa hubungan
sebab akibat antara lingkungan pendidikan pada pendidikan karakter dengan sumber utama
dari literature review. Artikel ini berkesimpulan bahwa untuk penyelenggaraan pendidikan
karakter perlu ditopang oleh lingkungan pendidikan yang baik. Krisis karakter atau moralitas
ditandai oleh meningkatnya kejahatan tindak kekerasan, penyalahgunaan obat terlarang,
pornografi dan pornoaksi, serta pergaulan bebas yang sudah menjadi patologi dalam
masyarakat. Adapun krisis moral lainnya yang sungguh nyata telah terjadi ialah perilaku
korup yang telah mentradisi di tengah-tengah masyarakat.

Selain itu, krisis kepercayaan pun terjadi pada kelompok elit masyarakat, yakni
perilaku korup yang semakin mengkhawatirkan. Demoralisasi ini karena proses pembelajaran
cenderung mengajarkan pendidikan moral dan budi pekerti sebatas tekstual semata dan
kurang mempersiapkan pembelajar untuk menyikapi kehidupan yang kontradiktif tersebut.
Pendidikan karakter bukanlah suatu topik yang baru dalam pendidikan. Berdasarkan
penelitian sejarah dari seluruh negara yang ada di dunia ini, pada dasarnya pendidikan
memiliki dua tujuan, yaitu membimbing para pembelajar untuk menjadi cerdas dan memiliki
perilaku berbudi.

Kesuma, Triatna, dan Permana melihat bahwa pendidikan karakter merupakan


pengembangan kemampuan pada pembelajar untuk berperilaku baik yang ditandai dengan
perbaikan berbagai kemampuan yang akan menjadikan manusia sebagai makhluk yang
berketuhanan, dan mengemban amanah sebagai pemimpin di dunia. Sehingga, hakikat
pendidikan karakter adalah proses bimbingan peserta didik agar terjadi perubahan perilaku,
perubahan sikap, dan perubahan budaya, yang akhirnya kelak mewujudkan komunitas yang
beradab. Metodologi Model analisis yang digunakan dalam pembahasan topik utama dalam
artikel ini menggunakan model analisis kausal efektual dengan menggunakan pendekatan
rasional yang dirangkai berdasarkan hasil kajian pustaka. Model analisis yang dikembangkan
mengikuti pola yang disarankan Ramdhani & Ramdhani dan Ramdhani, Ramdhani, dan
Amin.

Satuan analisis yang digunakan untuk mengkaji setiap pokok bahasan dilakukan
dengan meninjau topik bahasan berdasarkan batasan-batasan definisi yang ditetapkan untuk
kemudian dibahas berdasarkan pendekatan lingkungan. Dalam kontek ini, penulis dalam
membahan keberperanan lingkungan menggunakan pendekatan ekologi sebagai ilmu yang
mempelajari tentang pola relasi mutual antarmahlukdi dalam sebuah ekosistem di mana ia
tumbuh dan berkembang. Salah satu konsep inti dalam ekologi adalah ekosistem, yaitu suatu
sistem lingkungan yang terbentuk oleh timbal balik antara makhluk hidup dengan
lingkungannya. Hasil dan Pembahasan Karakter dimaknai sebagai caraberfikir dan
berperilaku yang khas tiap individu, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan
negara.

Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan
siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusannya. Karakter dapat dianggap
sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,
perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-normaagama, hukum, tata karma,
budaya, adat itiadat, dan estetika. Karakter yang baik terdiri dari pengetahuan tentang
kebaikan, keinginan terhadap kebaikan, dan berbuat kebaikan. Dalam konteks pemikiran
Islam, karakter berkaitan dengan iman dan ikhsan Pendidikan karakter bertujuan untuk
meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pendidikan karakter
dan akhlak muliapembelajar secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar
kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan.

Pendidikan karakter merupakan upaya pembentukkan karakter yang dipengaruhi oleh


lingkungan. Hal ini selaras dengan pernyataan Samani dan Hariyanto yang mengungkapkan
bahwa karakter sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena
pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakan dengan orang lain, serta
diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Prinsip Pendidikan
Karakter Secara umum, pendidikan merupakan interaksi antara faktor-faktor yang terlibat di
dalamnya guna mencapai tujuan pendidikan. Sasaran proses pendidikan tidak sekedar
pengembangan intelektualitas peserta didik dengan memasok pengetahuan sebanyak
mungkin, lebih dari itu, pendidikan merupakan proses pemberian pengertian, pemahaman,
dan penghayatan sampai pada pengamalan yang diketahuinya.

Dengan demikian, tujuan tertinggi dari pendidikan adalah pengembangan kepribadian


peserta didik secara menyeluruh dengan mengubah perilaku dan sikap peserta didik dari yang
bersifat negatif ke positif, dari yang destruktif ke konstruktif, dari berakhlak buruk ke akhlak
mulia, termasuk mempertahankan karakter baik yang disandangnya. Evaluasi terhadap
pendidikan karakter harus juga menilai karakter sekolah, menilai fungsi staf sekolah sebagai
pendidik karakter, sampai pada penilaian terhadap bagaimana cara para siswa
memanifestasikan karakter yang baik. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma
atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan
dengan konteks kehidupan sehari-hari. Pada sisi lain, pendidikan karakter pada dasarnya
mencakuppengembangan substansi, proses, dan suasana atau lingkungan yang menggugah,
mendorong, dan memudahkan seseorang untuk mengembangkan kebiasaan baik dalam
kehidupan sehari-hari.

Selain menjadikan keteladanan dan pembiasaan sebagai metode pendidikan utama,


penciptaan iklim dan budaya, serta lingkungan yang kondusif juga sangat penting, dan turut
membentuk karakter peserta didik. Pendekatan penanaman nilai Pendekatan penanaman nilai
ialah suatu pendekatan yang menitikberatkan pada penanaman nilai-nilai sosial agar mampu
terinternalisasi dalam diri peserta didik. Metode pembelajaran yang dapat digunakan saat
menerapkan penanaman nilai pada peserta didik diantaranya melalui keteladanan, pengautan
sikap positif dan negatif, simulasi, bermain peran, tindakan sosial, dan lain-lain. Pendekatan
perkembangan kognitif Pendekatan perkembangan kognitif memandang bahwa peserta didik
merupakan individu yang memiliki potensi kognitif yang sedang dan akan terus tumbuh dan
berkembang.

Pendekatan klarifikasi nilai Orientasi pendekatan klarifikasi nilai ialah


memberikanpenekanan untuk membantu peserta didik mengkaji perasaan dan perbuatannya
sendiri, kemudian secara bertahap ditingkatkan kemampuan kesadaran peserta didik terhadap
nilai-nilai yang didefinisikan sendiri oleh peserta didik. Pendekatan pembelajaran
berbuatKarakteristik pendekatan pembelajaran berbuat berupaya menekankan pada usaha
pendidik untuk memfasilitasi dengan memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
melakukan perbuatan-perbuatan moral yang dilakukan secara individual maupun
berkelompok.

Model Pendidikan Karakter Amri, Jauhari, dan Elisah menyatakan bahwa tujuan
model pendidikan berbasis karakter adalah membentukan manusia yang utuh yang
berkarakter, yaitu mengembangkan aspek fisik, emosi, sosial, kreativitas, spiritual, dan
intelektual peserta didik secara optimal. Metode pengajaran yang memperhatikan keunikan
masing-masing peserta didik, yang menerapkan seluruh aspek kecerdasan manusia.
Pemberian tugas disertai pemahaman akan dasar-dasar filosofisnya, sehingga peserta didik
akan mengerjakan berbagai tugas dengan kesadaran dan pemahaman, kepedulian dan
komitmen yang tinggi. Peran Lingkungan dalam Pendidikan Karakter Lingkungan
pendidikan mencakup segala materiil dan stimuli di dalam dan di luar diri individu, baik yang
bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosio-kulutral.

Faktor manusia yang berkaitan erat dengan proses yang meningkatkan kapasitasnya .
KepemimpinanPeran yang sangat kritis yang harus dijalankan pemimpin adalah membangun
visi yang kuat, yaitu visi yang dapat menggerakkan seluruh anggota organisasi untuk
mencapai visi tersebut. Kepemimpinan merupakan proses yang mencakup pemberian
motivasi bagi anggota organisasi, pengaturan orang, pemilihan saluran komunikasi yang
paling efektif, dan penyelesaian konflik . Hal ini didukung oleh penyataan Mulyasa yang
menyatakan bahwa keberhasilan implementasi pendidikan karakter sangat ditentukan oleh
aspek kepemimpinan dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi terhadap
implementasi pendidikan karakter secara menyeluruh.
Teknologi, Ali menyatakan bahwa teknologi adalah penerapan sains secara sistematis
untuk memanfaatkan alam di sekelilingnya dan mengendalikan gejala-gejala yang dapat
dikemudikan oleh manusia dalam proses produktif yang ekonomis. Selanjutnya Noegroho
menyatakan bahwa teknologi merupakan seperangkat untuk membantu aktivitas manusia dan
dapat mengurangi ketidakpastian yang disebabkan oleh hubungan sebab akibat yang
melingkupi dalam pencapaian suatu tujuan. Wahjono mengungkapkan bahwa perilaku
organisasi merupakan bidang studi yang mencakup teori, metode, dan prinsip dari berbagai
disiplin ilmu guna mempelajari persepsi individu, nilai-nilai, kapasitas pembelajaran
individu, dan tindakan-tindakan saat bekerja dalam kelompok dan dalam organisasi secara
keseluruhan, menganalisis akibat lingkungan eksternal terhadap organisasi dan
sumberdayanya, misi, sasaran, dan strateginya. Kesimpulan Pendidikan merupakan suatu
proses sadar yang dilakukan kepada peserta didik guna menumbuhkan dan mengembangkan
jasmani maupun rohani secara optimal untuk mencapai tingkat kedewasaan.

Pada sisi lain, karakter akan terbentuk oleh berbagai faktor yang ada, dan di antaranya
adalah prinsip, desain, strategi, dan model belajar yang dipengaruhi lingkungannya. Hal ini
menunjukkan bahwa fungsi lingkungan merupakan faktor yang penting dalam proses belajar
mengajar. Setiap orang diduga akan memiliki karakter hasil belajar yang berbeda yang
berbeda, disebabkan oleh karena mereka mengalami proses belajar di lingkungan yang
berbeda.
Judul Jurnal              : Pola Pelaksanaan Pendidikan Karakter Terhadap Siswa Sekolah
Dasar

Penulis                        : Murniyetti, Engkizar, dan Fuady Anwar

Tahun : 2014

Volume : Vol. 08; No. 01; 2014; 28-37

Link : https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0,5&qsp=1&q=jurnal+pendidikan+karakter+sd&qst=ib#d=gs_qabs&u=%23p
%3D-19iJDPx9gUJ

POLA PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER TERHADAP SISWA


SEKOLAH DASAR
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pendidikan karakter terhadap siswa
yang dilaksanakan oleh empat sekolah dasar berkategori unggul di Kota PadangSumatera
Barat. Penelitian menggunakan metode kualitatif melalui pendekatanstudi kasus (qualitative
case study design). Sumber data penelitian diambildaridua belas orang informan yang terdiri
atas kepala sekolah, guru kelas,guru Pendidikan Agama Islam,guru senidan guru olah
ragayang dipilih dari empat sekolah dasar tersebut menggunakan teknik purposive. Data
penelitian diambil melalui wawancara secara mendalam (indepth interview) kepada seluruh
informan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat delapan tema penting tentang pola
pelaksanaan pendidikan karakter efektif yang dilaksanakan terhadap siswa di empat sekolah
tersebut.Delapan tema tersebut dilaksanakan melalui:

(1) Materi pembelajaran;


(2) Aturan-aturan sekolah (disiplin, peduli lingkungan, tanggung jawab);
(3) Perlombaan sains antarsiswa (kreatif, gemar membaca, rasa ingin tahu);
(4) Ajang penghargaan siswa berprestasi (menghargai, kerja ke-ras, demokratis,peduli);
(5) Peringatan hari kebangsaan (semangat kebangsaan, cinta terhadap tanah air, menghargai,
peduli);
(6) Praktik ibadah dan bimbingan kerohanian (jujur, religius, tanggung jawab);
(7) Kegiatan pramuka (kreatif, peduli sosial, kerja keras, jujur, bersahabat, cinta damai
demokratis);
(8) Adanya kelas talenta dan musik (kreatifdan bekerja keras, menghargai).
Pendidikan karakter sangat penting untukpembentukan kepribadian siswa dan
diharapkan mampu menjadi fondasi utama dalam membangun manusia Indonesia bertakwa
dan siap bersaing dimasa mendatang. Menanamkan nilai-nilai karakter terhadap siswa
sebagaimana telah dirumuskan dalam Kurikulum 2013 merupakan langkah awal untuk
memperbaiki tujuan pendi-dikandi Indonesia. Begitu juga penanaman pendidikan karakter
ternyata mampu mendidik siswa yang unggul dari aspek pengetahuan, cerdas secara
emosional, dan kuat dalam keperibadian. Menurut beberapa penelitian terdahulu seperti yang
dilakukan oleh Lynn & Arthur dinyatakan bahwa pendidikan di Indonesia secara umum
masih berorientasikan kepada hasil ujian. Merujuk kepada hasil penelitian dan pendapat
tersebut, maka tentu perlu pembuktian secara empirik akibat dari kurang tepatnya arah
pendidikan selama ini sehingga generasi sekarang cenderung rapuh, mudah emosi, dan
kehilangan karakter sebagai generasi. Dari berbagai hasil penelitian yang telah penulis
himpun, saat ini terdapat tujuh bentuk dekadensi moral generasi muda bangsa. Dekadensi
tersebut setidaknya menggambarkan begitu rapuhnya karakterdiri generasimuda Indonesia.
Ada 3,8 hingga 4,2 juta pengguna narkoba di Indonesia dari kalangan pelajar dan mahasiswa.

Dari penggunaan arkobaini 48% diantaranya adalah pecandu dan 52% sekadar coba-
coba dan pemakai. Akibatnya 39% responden dari usia 15-19 tahun dan 25% usia 20-25
tahun sudah pernah berhubungan seksual. Ketiga, seks bebas, 800 jenis video porno asli
produksi dalam negeri, 90 % dari video tersebut diperankan oleh kalangan pelajar dan
mahasiswa. Kelima, prostitusi, 150.000 anak di bawah usia 18 tahun menjadi pekerja seks,
setengah dari pekerja seks tersebut berusia di bawah 18 tahun, sedangkan 50.000 diantaranya
belum mencapai usia 16 tahun.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui pendekatanstudi kasus.


Menurut Yindan Denzin & Lincoln metode ini tepat digunakan apabila peneliti ingin melihat
dan mengeksplorasi hasil dari sebuah program atau kegiatan yang telah dilaksanakan.
Sedangkan Denzin & Lincolndan Bungin menyatakan desain penelitian seperti ini dapat
membantu peneliti memahami permasalahan secara dalam dan kompleks. Sumber data
penelitian diambil kepada 20 informan yang terdiri dari kepala sekolah, guru kelas, guru seni,
guru olah raga dan guru Pendidikan Agama Islam yang dipilih dari empat sekolah dasar ber-
kategori unggul menggunakan teknik purposive.

Instrumen penelitian berupasatu set protokol wawancara terstruktur sebagaimana yang


dirancang oleh Krueger. Peneliti tetap harus berperan memandu perbincangan dengan
informan sehingga data yang dicari sesuai dengan penelitian. Analisis tematik merupakan
salah satu cara yang lebih fleksibel untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan melaporkan
data penelitian kualitatif. Delapan tema tersebut dilaksanakan melalui materi pembelajaran,
aturan-aturan sekolah, perlombaan sains antarsiswa, ajang penghargaan siswa berprestasi,
peringatan hari kebangsaan, praktik ibadah harian dan bimbingan kerohanian, kegiatan
pramuka, serta adanya kelas talenta dan musik. Lebih jelasnya deskripsi tentang pola
pelaksanaan pendidikan karakter terhadap siswa tersebut dapat dilihat pada Pola pertama
yaitu melalui materi pembelajaran. Menurut informan, secara umum cara ini hampir
dilaksanakan oleh semua sekolah karena delapan belas nilai pendidikan karakter telah
terintegrasi lang-sung dengan seluruh mata pelajaran. Tema ini disampaikan oleh empat
orang kepala sekolah sebagai informan 1, 2, 3, dan 4, sebagaimana terlihat pada petikan
wawancara Pola keduayaitu melalui aturan-aturan sekolah. Menurut informan, cara ini juga
sangat efektif untuk menanamkan nilai-nilai karakter seperti disiplin, peduli lingkungan,dan
tanggung jawab terhadap siswa. Sekolah merupakan salah satu di antara sarana yang cukup
efektif untuk melaksanakan, mengembangkan sekaligus mensukseskan agenda pendidikan
karakter secara nasionalkarena dunia sekolah merupakan tempat kedua bagi siswa
menghabiskan waktu setelah di rumah tangga. Artinya, pola dan disain pelaksanaan
pendidikan karakter yang dilaksanakan sebuah sekolah mempunyai peranan yang sangat
besar dalam menentukan keberhasilan pendidikan karakter. Hasil penelitian Roslind & Elier
(2013), dan Saputro & Soeharto (2015) mendapati pelaksanaan pendidikan karakter di
sekolah perlu dirancang secara baik dan didukung oleh pihak sekolah dalam berbagai bentuk
kegiatan. Hasil penelitian juga telah menggambarkan bahwa penerapan berbagai pola
pendidikan karakter terhadap siswa sekolah dasar di Kota Padang setidaknya telah da-pat
menyampaikan delapan belas indikator pendidikan karakter menuju siswa yang religius,
jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahab atau komunikatif, cinta damai,
gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Bagi pihak
sekolah,pentingnya pelaksanaan pendidikan karakter untuk siswa bukan hanya sekedar
memenuhi tugas dan tanggung jawab dalam rangka menjalankan kurikulum yang telah
dibebankan, akan tetapi penanaman nilai-nilai karakter merupakan penyeimbang atas
pengetahuan yang dimiliki oleh seorang siswa.
DAFTAR PUSTAKA

1. https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=jurnal+pendidikan+karakter&oq=jurnal+pendidikan+k#d=
gs_qabs&u=%23p%3D893kNk1gUuoJ
2. https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0,5&qsp=1&q=jurnal+pendidikan+karakter+sd&qst=ib#d=gs_qabs&u
=%23p%3D-19iJDPx9gUJ

Anda mungkin juga menyukai