Anda di halaman 1dari 15

PEDAGOGIKA

Volume 10 (Nomor 1) 2019


Hal. 44-58

Dampak Eksekusi Rumah Tinggal terhadap Kelanjutan


Pendidikan Anak Usia Sekolah Dasar
Karmila P. Lamadang, Pupung Puspa Ardini, Ali Kaku, Lukman A.R. Laliyo
1Pendidikan Islam Anak Usia Dini Universitas Muhammadiyah Luwuk
2Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri Gorontalo
3,4Pendidikan Dasar Pascasarjana Universitas Negeri Gorontalo

Email: karmila@gmail.co.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak pada anak-anak sekolah dasar setelah
penggusuran di Tanjung Sari, Karaton, Kecamatan Luwuk, Kabupaten Banggai, Indonesia.
Subjek penelitian adalah masyarakat, terutama anak-anak yang duduk di sekolah dasar bersama dengan
orang tua siswa di Tanjung Sari. Prosedur Penelitian ini adalah penelitian ini menggunakan prosedur
dengan tahapan meliputi sebagai berikut: tahap perencanaan, observasi dan implementasi. Dalam
penelitian ini menggunakan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif yang diperoleh melalui pernyataan
responden yang terkandung dalam data kuesioner, dan kemudian untuk memeriksa keakuratan data juga
dilakukan wawancara, observasi dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa
dampak pelaksanaan perumahan terhadap keberlanjutan pendidikan pada anak usia sekolah dasar di
Tanjung Sari, Kelurahan Karwen, Kecamatan Luwuk, Kabupaten Banggai memiliki dampak yang
sangat kuat terhadap kelangsungan pendidikan pada anak-anak sekolah dasar di Tanjung Sari, Karaton,
Kecamatan Luwuk, Kabupaten Banggai.

Kata Kunci: Rumah Tinggal; Pendidikan; Sekolah; Siswa.

ABSTRACT

This study aims to determine the impact on elementary school children after eviction in Tanjung Sari,
Karaton, Luwuk District, Banggai Regency, Indonesia. The subjects of the study were the community,
especially children who sat in elementary school together with parents of students in Tanjung Sari.
Procedure This research is a study using procedures with the following stages: the planning,
observation and implementation stages. In this study using qualitative and quantitative analysis
techniques obtained through respondents' statements contained in the questionnaire data, and then to
check the accuracy of the data also conducted interviews, observations and documentation. Based on
the results of research conducted that the impact of housing implementation on the sustainability of
education in elementary school age children in Tanjung Sari, Karwen Village, Luwuk District, Banggai
Regency has a very strong impact on the continuity of education in primary school children in Tanjung
Sari, Karaton, District Luwuk, Banggai Regency.

Keywords: Residential home; Education; School; Student

© 2019 Karmila P. Lamadang, Pupung Puspa Ardini, Ali Kaku, Lukman A.R. Laliyo
Under The License CC-BY SA 4.0

Pedagogika.fip@ung.ac.id P-ISSN: 2086-4469 E-ISSN: 2716-0580


| 44
PEDAGOGIKA
Volume 10 (Nomor 1) 2019
Hal. 44-58

PENDAHULUAN Pendidikan anak bukan hanya


Peran pendidikan dalam
tanggungjawab sekolah namun merupakan
pengembangan sumber Daya manusia sangat
tanggungjawab bersama yang meliputi
strategis. Dalam undang-undang dasar 1945
keluarga, masyarakat dan pemerintah. Dalam
disebutkan beberapa cita-cita bangsa
melaksanakan pendidikan dibutuhkan
Indonesia adalah untuk memajukan
lingkungan yang nyaman dan kondusif tidak
kesejahteraan umum mencerdasakan
hanya lingkungan sekolah tempat menimbah
kehidupan bangsa dan ikut serta dalam
ilmu namun lingkungan rumah tempat
melaksanakan ketertiban dunia. Dari cita-cita
tinggal dimana peserta didik menghabiskan
ini tentunya tidak luput dari pendidikan
waktunya setelah pulang dari sekolah. Ada
khususnya pendidikan dasar. Pendidikan
dua faktor yang mempengaruhi kelanjutan
merupakan hak setiap warga negara
pendidikan anak yang pertama adalah faktor
sebagaimana tercantum dalam Undang-
internal yang meliputi kemampuan
undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 yang
intelegensi atau kemampuan siswa, minat
berbunyi bahwa setiap warga negara berhak
dan motivasi dari dalam diri siswa sendiri.
mendapatkan pendidikan. Dalam penjelasan
Sedangkan, faktor ekternal adalah meliputi
undang-undang tersebut bahwa tiada
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah
terkecuali semua warga negara berhak untuk
serta lingkungan sosial dimana peserta didik
mendapatkan pendidikan yang layak.
atau siswa tinggal.Tanjung sari kelurahan
Undang-undang pendidikan nomor 23
Karaton merupakan salah satu daerah yang
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
ada di kecamatan luwuk kabupaten Banggai
Nasional yang berfungsi mengembangkan
Provinsi Sulawesi Tengah yang merupakan
kemampuan berfikir serta membentuk
wilayah yang sangat strategis. Daerah tepat
kepribadian anak bangsa yang bermartabat,
berada di cekungan bibir laut yang menjorok
berdaya saing yang handal serta cerdas dalam
kedaratan dan berada tepat di tengah
bertindak dan berfikir. Selain itu tujuan dari
perkotaan. Sehingga menjadi lahan empuk
pendidikan Indonesia sebagaimana
bagi investor yang akan mengembangkan
termaktub dalam Undang-undang tersebut
usaha perhotelan maupun perumahan
yakni mengasah kemampuan potensi
mewah. Disana tinggal kurang lebih 343
perserta didik sehingga menjadi manusia
kepala keluarga yang terdiri dari 1.411 jiwa
yang berkarakter, beriman dan bertaqwa
tinggal dan bermukim sejak lama sudah turun
kepada Tuhan Yang Maha Esa serta memiliki
temurun semenjak tahun 1960-an.
akhlak mulia.

Pedagogika.fip@ung.ac.id P-ISSN: 2086-4469 E-ISSN: 2716-0580


| 45
PEDAGOGIKA
Volume 10 (Nomor 1) 2019
Hal. 44-58

Eksekusi ini dilakukan menjadi dua puing-puing bangunan berharap masih ada
tahap. Tahap pertama yakni pada bulan mei yang bisa dimanfaatkan.
2017 yang dilakukan selama 4 hari mulai dari Lingkungan tempat tinggal menjadi
tanggal 3 Maret 2017 sampai dengan tanggal lingkungan yang kurang nyaman dan tidak
6 maret 2017. Hal ini tentunya meninggalkan kondusif untuk belajar. Anak-anak (peserta
trauma berat bagi masyarakat yang didik) diusia sekolah dasar yang berada
terdampak khususnya bagi anak-anak. ditempat itu menyaksikan bagaimana alat-
Banyak diantara mereka yang saat itu tak lagi alat berat yang dikerahkan oleh eksekutor
mau kesekolah. Beberapa anak bahkan sering untuk menghancurkan rumah tempat tinggal
menyediri dengan tatapan kosong. Anak- mereka. Banyak tumpahan airmata dari
anak kehilangan senyum dan keceriaan. warga yang ada disana. Pasca eksekusi
Beberapa anak mengemis dijalan dengan beberapa bulan kemudian sebagian anak-
mengharapkan sumbangan dari setiap warga anak korban penggusuran ini menjadi
yang melewati tempat tinggal anak tersebut pengemis dijalan-jalan sebab orang tua
yang mengalami penggusuran. Hal ini seperti mereka belum memiliki penghasilan.
yang terdapat dalam sebuah penelitian yang bantuan dari pemerintah daerah dan
dilakukan oleh Kahlmeter, Backman, dan organisasi masyarakat dirasa tak cukup untuk
Brannstrom tentang beberapa konsekuensi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini
dari penggusuran (2018:106-119). seperti yang terdapat dalam penelitian Berg
Belum terobati duka di bulan Mei 2017 dan Brannstrom, penggusuran dapat
tiba-tiba datang surat peringatan yang kedua memberikan dampak yang buruk hingga
kalinya setelah 10 bulan duka berlalu kini berpengaruh juga pada kesehatan dan
masyarakat yang tersisa dilahan tersebut kesejahteraan anak (2018: 1-13).
mendapatkan surat peringatan untuk Berdasarkan latar belakang diatas maka
mengosongkan lahan tempat pemukiman. peneliti tertarik untuk mengambil judul
Hingga akhirnya terjadi penggusuran tahap penelitian “Dampak Eksekusi Rumah
ke-2 yakni tepat pada tanggal 19 Maret 2018 Tinggal Terhadap Kelanjutan Pendidikan
mereka dihadapkan dengan permasalahan Anak Usia Sekolah Dasar Di Tanjung Sari
pelik mulai dari kehilangan tempat tinggal, Kelurahan Karaton Kecamatan Luwuk
kehilangan barang berharga dan bahkan Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi
kehilangan masa bahagia bermain dengan Tengah”.
teman-teman sebaya. Anak-anak disibukkan
dengan membantu orang tuanya mengais

Pedagogika.fip@ung.ac.id P-ISSN: 2086-4469 E-ISSN: 2716-0580


| 46
PEDAGOGIKA
Volume 10 (Nomor 1) 2019
Hal. 44-58

METODE PENELITIAN sekolah disebabkan malu karena rumahnya


Dalam penelitian ini peneliti hancur dan tidak mempunyai tempat tinggal
menggunakan penelitian mix methods, yakni serta tidak ada biaya untuk melanjutkan
suatu metode yang dilakukan dengan sekolah. Sinta kelas 1 Sekolah menengah
menggabungkan dua bentuk pendekatan , Pertama sekarang sudah tak mau lagi sekolah
yaitu pendekatan kuantitatif dan kualitatif. karena tak ada biaya untuk transportasi ke
Penelitian ini merupakan campuran dua sekolah. Saat ini tinggal bersama bapaknya
pendekatan penelitian yang di sebuah gubuk yang merupakan posko
mengkombinasikan antara penelitian penjagaan polisis saat eksekusi dilakukan.
kualitatif dengan penelitian kuantitatif . Al-Magfira siswa kelas 4 Sekolah Dasar
Dalam penelitian ini menggunakan teknik berdasarkan wawancara dengan orang tua
campuran bertahap. Strategi ini adalah bahwa awalnya merupakan siswa yang
strategi yang dilakukan peneliti untuk periang namun pasca eksekusi siswa ini
menggabungkan data yang ditemukan dari sering kelihatan murung dan tidak semangat.
satu metode dengan metode lainnya. Startegi Bahkan pasca penggusuran hampir 1 bulan
ini dapat dilakukan dengan menginterview tidak mau kesekolah karena baju dan
terlebih dahulu untuk mendapatkan data perlengkapan sekolah sudah tidak ada sebab
kualitatif lalu diikuti dengan data kuantitatif, pada saat penggusuran tak sempat
dalam hal ini menggunakan survey. Subjek diselamatkan. Berdasarkan pengamatan
penelitian dalam penelitian ini adalah Siswa penulis serta diskusi dengan beberapa guru
Sekolah Dasar yang terkena Dampak memang perubahan besar terjadi pada
Eksekusi lahan tempat tinggal siswa dengan beberapa anak yang terkena dampak
jumlah populasi kurang lebih 103 orang. eksekusi. Mereka menjadi cenderung
HASIL PENELITIAN DAN pendiam dan tidak percaya diri.
PEMBAHASAN Selain pengamatan diatas penelitipun
Berdasarkan hasil pengamatan serta melakukan survey kepada 103 responden
wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan latar belakang yang berbeda dengan
terhadap korban eksekusi banyak hal yang tujuan dapat menarik kesimpulan dengan
peneliti temukan diataranya adalah banyak baik dan melihat sudut pandang dari masing-
anak trauma dan tidak mau sekolah lagi masing responden baik yang menjadi korban
disebabkan malu dan juga tak punya biaya. penggusuran maupun masyarakat biasa yang
Misalnya : Fauzan kelas 2 Sekolah mengetahui bahkan menyaksikan
Menengah Pertama sekarang tak mau lagi penggusuran yang dilakukan.

Pedagogika.fip@ung.ac.id P-ISSN: 2086-4469 E-ISSN: 2716-0580


| 47
PEDAGOGIKA
Volume 10 (Nomor 1) 2019
Hal. 44-58

Adapaun hasil survey dengan pilihan jawaban serta alternatif pilihan maka
menggunakan angket berupa pertanyaan dan dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut.
Tabel 1.Tanggapan Masyarakat Tentang Eksekusi Lahan

Tanggapan Jumlah Data Presentase

Sedih 88 85%
Biasa Saja 1 1%
Prihatin 5 5%
Marah 3 3%
Kecewa 3 3%
Menyayangkan 2 2%
Tidak Sesuai Prosedur 1 1%

Jumlah Responden 103 100%

Sumber: Data Primer 2019


Berdasarkan tabel diatas pada konten tanpa sisa. Polisi atau aparat keamanan
Eksekusi Lahan dengan pertanyaan ribuan personil di datangkan untuk
bagiamana Tanggapan Masyarakat tentang menghadang masyarakat yang melakukan
Eksekusi Lahan maka dapat dilihat bahwa perlawanan dan menahan agar rumah mereka
dari 103 (seratus tiga) peserta jumlah tak dirobohkan.
responden yang memberikan tanggapan Pasca eksekusi banyak masyarakat
sedih terhadap kasus eksekusi lahan tempat yang tinggal di puing-puing reruntuhan
tinggal di tanjung sebesar 88 (delapan puluh bangunan rumah mereka dengan
delapan) responden atau 85 %. Sedangkan membangun tenda seadanya. Saat itu musim
sisanya memilih dan mengatakan biasa saja, hujan dan banyak anak-anak yang
prihatin, marah, kecewa, menyayangkan dan kedinginan. Beberapa lembaga
tidak sesuai masing-masing 1%, 5%, 3%, kemasyarakatn mendirikan dapur umum
3%, 2%, dan 1%. Hasil pengamatan dan seperti Aisyiyah, Salimah, dan Partai
survey yang dilakukan peneliti sangat jelas Keadilan Sejahtera untuk menyalurkan
dapat terlihat bahwa baik masyarakat yang makanan kepada masyarakat yang masih
menjadi korban maupun yang tidak menjadi bertahan dengan mendirikan tenda-tenda
korban sangat terpukul melihat tempat darurat.
tinggal dan pemukiman mereka dihancurkan

Pedagogika.fip@ung.ac.id P-ISSN: 2086-4469 E-ISSN: 2716-0580


| 48
PEDAGOGIKA
Volume 10 (Nomor 1) 2019
Hal. 44-58

Tabel 2. Masyarakat Tanjung pasca eksekusi


Tanggapan Jumlah data Presentase

Bertahan 62 60%

Mencari tempat lain 41 40%

Jumlah responden 103 100%

Sumber: Data Primer 2019


Dari tabel diatas konten Eksekusi Berdasarkan hasil wawancara yang
Lahan dengan pertanyaan apa yang dilakukan peneliti kepada masyarakat yang
dilakukan masyarakat tanjung pasca bertahan mayoritas mengatakan bahwa
eksekusi dapat dijelaskan bahwa dari 103 mereka memilih bertahan karena memang
responden yang memilih bertahan 62 tidak ada pilihan lain. Satu-satunya tempat
responden atau dapat dipresentasikan 60% tinggal mereka adalah di tanjung yang telah
sedangkan mencari tempat lain hanya dirobohkan. Sedangkan, jika menyewa atau
sebesar 41 responden atau 40%. Berdasarkan tempat lain di luar tanjung mereka tak
mengamatan peneliti memang mayoritas memiliki dana. Maka pilihan satu-satunya
penduduk yang terkena eksekusi bertahan. adalah bertahan.
Tabel 3. Usaha yang dilakukan untuk menghindari penggusuran
Tanggapan Jumlah data Presentase

Mohon penangguhan 49 48%

Melawan 49 48%

Mencari lahan 4 4%

Cari keadilan 1 1%

Jumlah responden 103 100%

Sumber: Data Primer 2019

Berdasarkan pengamatan dan juga masyarakat tanjung dalam menghidari


wawancara yang dilakukan peneliti baik eksekusi. Maka dapat di tarik kesimpulan
kepada korban maupun masyarakat disekitar bahwa 48% yang menyatakan bahwa
objek eksekusi dengan 103 responden masyarakat yang terkena dampak eksekusi
dengan mengajukan pertanyaan apa usaha melakukan permohonan penangguhan dan

Pedagogika.fip@ung.ac.id P-ISSN: 2086-4469 E-ISSN: 2716-0580


| 49
PEDAGOGIKA
Volume 10 (Nomor 1) 2019
Hal. 44-58

juga 48% melakukan perlawanan. yang mereka pegang. Sedangkan, responden


Perlawanan yang dimaksud disini adalah yang lain mencari lahan dan mencari
melawan aparat dan pihak yang melakukan keadilan masing-masing 4% dan 1%.
eksekusi sebab lahan tempat tinggal mereka 1. Sikap /persepsi orang tua terhadap
kelanjutan pendidikan anak usia sekolah
benar-benar milik mereka dan mempunyai
dasar korban eksekusi
izin yang sah dibuktikan dengan sertifikat
Tabel 4. yang dilakukan orang tua dalam menyemangati anak
Tanggapan Jumlah data Presentase
Pindah tempat tinggal 35 34%
Mengajak jalan-jalan 58 56%
Membiarkan bermain sendiri 4 4%
Bangun komunikasi 1 1%
Menghibur anak 2 2%
Membersamai 1 1%
Memberikan semangat 2 2%
Jumlah responden 103 100%

Sumber: Data Primer 2019

Pada konten tentang sikap/persepsi 4%, bangun komunikasi 1%, menghibur anak
orang tua terhadap kelanjutan pendidikan 2%, membersamai 1%, memberikan
anak usia sekolah dasar yang ada dilahan semangat 2%. Sesuai dengan wawancara dan
eksekusi maka pada peranyaan pertama yakni pengamatan peneliti pada jawaban mengajak
apa yang dilakukan orang tua dalam jalan-jalan disini bukan pada mengajak jalan-
menyemangati anak? Maka dapat dilihat dari jalan ketempat wisata namun mengajak jalan
103 responden 34 % yang pindah tempat kepada sanak keluarga yang berada di
tinggal, 58% yang mengajak jalan-jalan seputaran kota luwuk untuk sekedar
sedangkan responden yang lain menyatakan menengakan anak-anak dari trauma anak saat
bahwa membiarkan anak bermain sendiri melihat rumah merekadirobohkan.

Tabel 5. Hal yang dilakukan Orang tua agar anak Tetap semangat dalam melanjutkan
sekolah
Tanggapan Jumlah data Presentase
Memberikan les 1 1%
Memberikan motivasi 102 99%
Jumlah responden 103 100%
Data Primer 2019

Pedagogika.fip@ung.ac.id P-ISSN: 2086-4469 E-ISSN: 2716-0580


| 50
PEDAGOGIKA
Volume 10 (Nomor 1) 2019
Hal. 44-58

Dari angket yang disebar kepada 103 responden sedang yang memberikan
responden dengan memberikan pertanyaan jawaban memberikan les hanya 1 responden
apa yang dilakukan bapak/ibu agar anak tetap atau 1 % saja. Berdasarkan pengamatan
semangat dalam melanjutkan sekolah. Maka peneliti bahwa masyarakat tanjung atau yang
dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa menjadi korban memberikan motivasi
mayorotas responden memilih memberikan kepada anak dengan cara tetap mendorong
motivasi kepada anak yakni sebesar 102 anak untuk tetap sekolah.
Tabel 6. Hal yang dilakukan orang tua untuk memberikan kenyamanan kepada anak
pasca eksekusi

Tanggapan Jumlah data Presentase


Memberikan pemahaman 79 77%
Pindah rumah yang jauh 21 20%
Cari tempat layak 2 2%
Mengajak tetap tinggal 1 1%
Jumlah responden 103 100%
Data Primer 2019
Pada qusionare ini peneliti memberikan masyarakat yang terkena dampak
pertanyaan apa yang dilakukan bapak/ibu penggusuran dalam menghadapi anak
untuk memberikan kenyamanan kepada anak khususnya anak sekolah dasar yang masih
pasca eksekusi. Jawaban yang diberikan oleh polos tak mengerti permasalahan saat
responden baik korban eksekusi maupun bertanya kenapa rumah mereka di bongkar
masyarakat disekitanya memilih maka orang memberikan pemahaman kepada
memberikan pemahaman dengan jumlah anak sehingga anak bisa memahami kondisi
responden 79 responden dengan presentase mereka yang tinggal dipuing-puing bekas
77% sedangkan yang memilih pindah rumah mereka. Selain itu juga ada yang
ditempat yang jauh adalah 21 responden atau memilih untuk pindah ditempat yang jauh
jika dipresentasekan sebesar 20% cari tempat sehingga anak-anak tidak trauma dan sedih
layak 2 %. Berdasarkan pengamatan dan juga melihat rumah mereka yang dihancurkan.
wawancara secara langsung peneliti dengan
Tabel 7. Hal yang diakukan orang tua Pasca Eksekusi agar anak tetap semangat dalam
menjalankan aktivitas

Tanggapan Jumlah data Presentase


Mendampingi 91 88%
Memberikan bermain 10 10%

Pedagogika.fip@ung.ac.id P-ISSN: 2086-4469 E-ISSN: 2716-0580


| 51
PEDAGOGIKA
Volume 10 (Nomor 1) 2019
Hal. 44-58

Mengajak wisata 2 2%
Jumlah responden 103 100%
DataPrimer 2019
Pada angket yang disebar peneliti anak bermain sendiri 10 responden atau 10%
kepada 103 responden dengan pertanyaan sdan yang memilih mengajak wisata 2
apa yang bapak/ibu lakukan pasca eksekusi responden atau 2%. Dari pengamatan dan
agar anak tetap semangat dalam menjalankan wawancara yang dilakukan oleh peneliti
aktivitas. Maka dari tabel diatas jelas terlihat bahwa memang banyak masyarakat yang
bahwa 91 responden memilih untuk hanya memilih mendampingi anak tanpa
mendampingi anak pasca penggusuran atau mengajak wisata pasca eksekusi untuk
88%. Sedangkan, yang memilih membiarkan menghilangkan trauma pada anak.
Tabel 8. Hal yang dilakukan Bapak/Ibu untuk memulihkan mental anak usia sekolah
Dasar pasca eksekusi

Tanggapan Jumlah data Presentase


Mengajak refresing 40 39%
Ikut trauma healing 51 50%
Biasa saja 12 12%
Jumlah responden 103 100%
Data primer 2019
Pada pertanyaan apa yang dilakukan Dari pengamatan peneliti memang
bapak/ibu untuk memulihkan mental anak pasca eksekusi berbagai organisasi
pasca eksekusi lahan maka mayoritas melakukan kegiatan trauma healing untuk
masyarakat memilih untuk mengikut menghindari stres berat pada anak. Sehingga
sertakan anak dalam kegiatan trauma banyak orang tua mengikutsertakan anak
healing. Yakni sebanyak 51 responden atau pada acara tersebut. Namun refresing yang
50% dari jumlah resnden sedangkan yang dimaksud adalah mengajak anak kesanak
lain lebih memilih mengajak refresing, dan saudara yang diluar lokasi tempat eksekusi
tidak melakukan apa-apa atau biasa saja. hanya sekedar menghibur anak agar tidak
Dengan jumlah presentase masing-masing teringat pada rumah mereka yang
40 dan 12 responden atau 39% dan 12 %. dirobohkan.

Tabel 9. yang diakukan saat cmelihat rumah dirobohkan


Tanggapan Jumlah data Presentase
Diam-Diam 12 12%
Menangis 51 50%
Berontak 25 24%
Berdoa 15 14%
Jumlah responden 103 100%

Pedagogika.fip@ung.ac.id P-ISSN: 2086-4469 E-ISSN: 2716-0580


| 52
PEDAGOGIKA
Volume 10 (Nomor 1) 2019
Hal. 44-58

Apa yang bapak/ibu lakukan saat Berdasarkan pengamatan peneliti


melihat rumah dirobohkan. saat pertanyaan memang benar bahwa pada saat eksekusi
ini dilontarkan kepada responden baik yang banyak masyarakat tak bisa melakukan apa-
menjadi korban maupun tidak. Maka apa kecuali menangis sebab banyaknya
mayoritas responden mengatakan menangis personil aparat yang di datangkan oleh pihak
yakni 51 responden atau 50%. Sedangkan yang melakukan eksekusi. Bahkan barisan
responden lain memilih berdoa, berontak, ibu-ibu yang melakukan penghadangan
dan mencari keadilan. Dengam masing- dengan melakukan zikir dan do’a disiram
masing presentasi 25%, 15%, dan 12%. dengan gas air mata.

Tabel 10. Upaya yang dilakukan dalam kasus eksekusi lahan


Tanggapan Jumlah Data Presentase
Ganti Untung 4 4%
Minta Ganti Rugi 67 65%
Mengikhlaskan 4 4%
Melawan 28 27%
Jumlah Responden 103 100%
Data Primer 2019
Upaya apa yang bapak/ibu lakukan dirobohkan sebab itu merupakan tempat
dalam kasus ini. Saat pertanyaan ini di tinggal mereka, tempat berkumpul bersama
tanyakan kepada 103 responden maka keluarga dan tempat membesarkan anak-
mayoritas masyarakat mengatakan minta anak mereka. Terlihat sampai saat ini masih
ganti rugi dengan presentase 65%. banyak masyarakat yang tinggal dan
Sedangkan responden lain mengatakan bertahan di karena belum mampu
melakukan perlawanan, minta ganti untung membangun kembali rumah mereka pasca
dan mengikhlaskan dengan presentase dibatalkannya putusan peradilan oleh
masing-masing 28% dan 4%. Pengadian Negeri.
Dalam wawancara serta pengamatan peneliti 2. Dampak eksekusi lahan terhadap
memang bahwa masyarakat sangat anak usia sekolah dasar yang tinggal
menginginkan ganti rugi terhadap harta di lahan eksekusi
benda mereka khususnya rumah yang
Tabel 11. sikap anak yang terkena Dampak eksekusi pasca penggusuran
Tanggapan Jumlah Data Presentase
Menghayal 30 29%
Tidak Fokus 67 65%

Pedagogika.fip@ung.ac.id P-ISSN: 2086-4469 E-ISSN: 2716-0580


| 53
PEDAGOGIKA
Volume 10 (Nomor 1) 2019
Hal. 44-58

Biasa Saja 6 6%
Jumlah Responden 103 100%

Data Primer 2019


Dari 103 responden yang disodorkan masing 29% dan 6%. Hal ini dikuatkan
dengan pertanyaan Bagaimana sikap anak dengan wawancara langsung dengan
yang terkena dampak pengusuran penuturan beberapa guru yang menjadi wali
masyarakat yang mengetahui persis kelas anak yang menjadi korban
penggusuran mengatakan bahwa anak-anak penggusuran bahwa memang terjadi
yang terkena dampak eksekusi tidak fokus perbedaan antara sebelum dan sesudah
dengan presentase 65%. Hal ini terlihat eksekusi tempat tinggal mereka. Pasca
dengan tidak semangatnya anak-anak dalam eksekusi kelihatannya mereka tidak fokus
menerima pelajaran hal inipun dituturkan dalam mengikuti proses belajar mengajar
oleh beberapa guru yang menangani anak disekolah, paling banyak diam dan tidak
korban eksekusi. Sedangkan yang memilih semangat.
sering menghayal dan biasa saja masing-
Tabel 12. Sikap anak dalam menerima pelajaran di Sekolah
Tanggapan Jumlah data Presentase
Biasa saja 15 15%
Tidak semangat 83 81%
Malas 5 5%
Jumlah responden 103 100%

Data Primer 2019


Bagaimana sikap anak dalam mengatakan memang kelihatannya sangat
menerima pelajaran di sekolah. Dari 103 berbeda sikap anak saat sebelum
responden yang menyatakan bahwa tidak penggusuran dan pasca penggusuran. Jika
semangat sebanyak 88 responden atau jika sebelum penggusuran mereka rajin ke
dipresentasekan sebesar 85%. Sedangkan sekolah semangat belajar sedangkan pasca
yang lain menyatakan biasa saja dan malas. eksekusi mereka kelitannya tidak semangat.
Dengan presentase 15% dan 5%. Dan
Tabel 13. Hal yang dilakukan anak yang terkena dampak eksekusi
Tanggapan Jumlah data Presentase
Sering melamun 72 71%
Bermain seperti biasa 30 29%
Hanya diam 1 1%
Jumlah responden 102 100%
Data Primer 2019

Pedagogika.fip@ung.ac.id P-ISSN: 2086-4469 E-ISSN: 2716-0580


| 54
PEDAGOGIKA
Volume 10 (Nomor 1) 2019
Hal. 44-58

Dari tabel diatas maka dapat dijelaskan mereka yang selama ini menjadi tempat yang
bahwa saat peneliti memberikan pertanyaan nyaman, temat berkumpul dengan keluarga,
apa yang dilakukan anak yang terkena teman dirobohkan dengan alat-alat berat. Hal
dampak eksekusi. Pertanyaan ini diberikan ini juga didukung oleh beberapa penelitian
kepada 103 responden dan hasilnya 72 (tujuh sebelumnya yang dilakukan oleh Desmond,
puluh dua) atau 70% responden menyatakan An, Winkler dan Ferriss, bahwa penggusuran
anak yang terkena dampak eksekusi sering sangat berdampak dan beresiko untuk anak-
melamun sedang responden yang lain anak (2013: 303-327).
menyatakan biasa saja sebanya 31 responden Dalam berbagai literatur ilmu sosial,
atau jika di presentasekan sebesar 30%. Hal pembangunan atau yang disebut dengan
ini sesuai dengan pengamatan guru-guru istilah apapun, semestinya diarahkan pada
yang disekolah sebagaimana hasil penciptaan kesejahteraan warganya. Itu
wawancara peneliti dan beberapa guru berarti, tujuan utama pembangunan adalah
mereka mengatakan bahwa memang anak- kesejahteraan manusia (Human Welfare).
anak korban penggusuran seringkali terlihat Pembangunan yang mensejahterakan rakyat
melamun dan tidak seceria sebelum eksekusi. akan memperoleh keberhasilan,
Berdasarkan hasil analisis yang jika dilakukantanpa penggusuran paksa.
dilakukan bahwa dampak eksekusi rumah Fakta membuktikan bahwa penggusuran
tinggal terhadap keberlanjutan pendidikan paksa merupakanfaktor utama penyebab
anak usia sekolah dasar di Tanjung Sari kemiskinan di kota Asia (Kahlmeter, et.all:
Kelurahan Karaton Kecamatan Luwuk 2018).
Kabupaten Banggai memiliki dampak yang Dampak secara sederhana bisa
sangat kuat terhadap keberlanjutan diartikan sebagai pengaruh atau akibat.
pendidikan anak usia sekolah dasar di Dalam setiap keputusan yang diambil oleh
Tanjung Sari. Hal ini sesuai dengan hasil seorang atasan biasanya mempunyai dampak
wawancara yang telah ditulis oleh peneliti tersendiri, baik itu dampak positif maupun
sebelumnya bahwa sebagian besar dampak negatif. Dampak juga bisa
mengatakan bahwa eksekusi lahan ini sangat merupakan proses lanjutan dari sebuah
mempengaruhi keberlanjutan pendidikan pelaksanaan pengawasan internal. Seorang
anak.sebab eksekusi lahan tempat tinggal pemimpin yang handal sudah selayaknya
sangat mempengaruhi psikologi anak. bisa memprediksi jenis dampak yang akan
Banyak anak yang depresi dan stres. Karena terjadi atas sebuah keputusan yang akan
melihat secara langsung tempat tinggal diambil. Dari penjabaran diatas maka kita

Pedagogika.fip@ung.ac.id P-ISSN: 2086-4469 E-ISSN: 2716-0580


| 55
PEDAGOGIKA
Volume 10 (Nomor 1) 2019
Hal. 44-58

dapat membagi dampak ke dalam dua meyakinkan, mempengaruhi atau memberi


pengertian yaitu; kesan kepada orang lain, dengan tujuan agar
a. Pengertian Dampak Positif mereka mengikuti atau mendukung
Dampak adalah keinginan untuk keinginannya. berdasarkan beberapa
membujuk, meyakinkan, mempengaruhi atau penelitian ilmiah disimpulkan bahwa negatif
memberi kesan kepada orang lain, dengan adalah pengaruh buruk yang lebih besar
tujuan agar mereka mengikuti atau dibandingkan dengan dampak positifnya.
mendukung keinginannya. Sedangkan positif Jadi dapat disimpulkan pengertian
adalah pasti atau tegas dan nyata dari suatu dampak negatif adalah keinginan untuk
pikiran terutama memperhatikan hal-hal membujuk, meyakinkan, mempengaruhi atau
yang baik. positif adalah suasana jiwa yang memberi kesan kepada orang lain, dengan
mengutamakan kegiatan kreatif dari pada tujuan agar mereka mengikuti atau
kegiatan yang menjemukan, kegembiraan mendukung keinginannya yang buruk dan
dari pada kesedihan, optimisme dari pada menimbulkan akibat tertentu.
pesimisme. Positif adalah keadaan jiwa Dalam kajian teori ini akan dibahas
seseorang yang dipertahankan melalui beberapa kajian mengenai permukiman
usaha-usaha yang sadar bila sesuatu terjadi sebagai hak dasar, perkembangan
pada dirinya supaya tidak membelokkan permukiman liar, permukiman di bantaran
fokus mental seseorang pada yang negatif. sungai, penggusuran, dan upaya penanganan
Bagi orang yang berpikiran positif permukiman liar.
mengetahui bahwa dirinya sudah berpikir Permukiman sebagai Hak Dasar Hak
buruk maka ia akan segera memulihkan dasar adalah hak setiap orang untuk dapat
dirinya. Jadi dapat disimpulkan pengertian menikmati kehidupan yang bermartabat dan
dampak positif adalah keinginan untuk hak yang diakui dalam peraturan perundang-
membujuk, meyakinkan, mempengaruhi atau undangan. Salah satu hak dasar ini adalah
memberi kesan kepada orang lain, dengan hak atas perumahan. Dalam UUD 1945 pasal
tujuan agar mereka mengikuti atau 38 H ayat 1 disebutkan bahwa: Setiap orang
mendukung keinginannya yang baik. berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
b. Pengertian Dampak Negatif bertempat tinggal, dan mendapatkan
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
dampak negatif adalah pengaruh kuat yang berhak memperoleh pelayanan kesehatan
mendatangkan akibat negatif. Dampak (Setiawan, 2010).
adalah keinginan untuk membujuk,

Pedagogika.fip@ung.ac.id P-ISSN: 2086-4469 E-ISSN: 2716-0580


| 56
PEDAGOGIKA
Volume 10 (Nomor 1) 2019
Hal. 44-58

Dalam Undang-Undang No. 4 Tahun kebutuhannya. Dapat ditinggali Sebuah


1992 tentang Perumahan dan Permukiman tempat tinggal harus mampu melindungi
dijelaskan mengenai Hak dan Kewajiban penghuninya dari udara dingin, panas, hujan
Warga Negara dalam hal Perumahan. atau ancaman terhadap kesehatan lainnya
Hak dan kewajiban tersebut adalah: (Desmond, 2013).
1. Setiap warga negara mempunyai hak Pendidikan adalah usaha sadar dan
untuk menempati dan/atau menikmati terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan/atau memiliki rumah yang layak yang kreatif dan mandiri, agar peserta didik
dalam lingkungan yang sehat, aman, secara aktif dan mandiri. Selain itu
serasi, dan teratur. pendidikan juga bertujuan untuk
2. Setiap warga negara mempunyai menciptakan genarasi yang handal, memiliki
kewajiban dan tanggung jawab untuk spritual keagamaan, pengendalian diri,
berperanserta dalam pembangunan kepribadian, kecerdasan dan akhlak mulia
perumahan dan permukiman. serta keterampilan yang diperlukan dirinya
Definisi rumah dalam UU No. 4 Tahun masyarakat bangsa dan negara (Ali dan
1992 adalah bangunan yang berfungsi Asrori, 2004).
sebagai tempat tinggal atau hunian dan Sekolah sebagai suatu lembaga
sarana pembinaan keluarga. Definisi ini pendidikan formal, secara sistematis
menunjukkan bahwa rumah tidak hanya merencanakan bermacam-macam
berfungsi untuk tempat tinggal, melainkan lingkungan, yakni lingkungan pendidikan
juga untuk membangun hubungan sosial dan yang menyediakan berbagai macam
lingkungan. Tanpa campur-tangan pihak lain kesempatan bagi peserta didik untuk
dari luar lingkungan, mereka pun akan melakukan berbagai kegiatan belajar.
mengusahakan penyelenggaraan rumah dan Dengan berbagai kesempatan belajar itulah,
permukimannya sendiri secara mandiri dan pertumbuhan dan perkembangan peserta
berdaulat (Setiawan, 2010). didik dapat diarahkan dan didorong
Pelayanan dasar dan infrastruktur: kepencapaian tujuan yang dicitacitakan.
Sebuah tempat tinggal harus memiliki Lingkungan tersebut disusun dan ditata
fasilitas yang memberikan kesehatan, dalam suatu kurikulum pendidikan, yang
keamanan, kenyamanan dan dukungan pada gilirannya akan dilaksanakan dalam
seperti air minum, bahan bakar untuk bentuk proses belajar mengajar (Effendi,
memasak, memanaskan, penerangan, sebuah 2018). Kepedulian menjadikan individu
rumah tangga untuk memenuhi terkait dengan orang lain dan apapun yang

Pedagogika.fip@ung.ac.id P-ISSN: 2086-4469 E-ISSN: 2716-0580


| 57
PEDAGOGIKA
Volume 10 (Nomor 1) 2019
Hal. 44-58

terjadi terhadap orang tersebut. Orang yang Babbie, Earl (2009) The Practice of Sosial
mengutamakan kebutuhan dan perasaan Research. California: Wadsworth,
Publishing Company
orang lain daripada kepentingannya sendiri
adalah orang yang peduli. Orang yang peduli Berg, Lisa dan Brannstrom, Lars, Evicted
Children and Subsequent Placement
tidak akan menyakiti perasaan orang lain.
in out-home- care : A cohort study,
Mereka selalu berusaha untuk menghargai, PLOS One 13 (4),2018. http : //
berbuat baik, dan membuat yang lain senang. doi.org/10.1371/journal.pone.01952
95.
Banyak nilai yang merupakan bagian dari
kepedulian, seperti kebaikan, dermawan, Desmond, Matthew, An Weihua, Winkler
Richelle, and Ferriss Thomas,
perhatian, membantu, dan rasa kasihan.
Evicting Children ,Social
Kepedulian juga bukan merupakan hal yang Force92(1)2013DOI :
dilakukan karena mengharapkan sesuatu 10.1093/sf/sot047.
sebagai imbalan. Effendi, Mursilah, dan Titian, Mujiono,
Korelasi Tingkat Perhatian Orang
KESIMPULAN Tua dan Kemandirian Belajar dengan
Berdasarkan hasil penelitian maka Prestasi Belajar Siswa Ilmu: Jurnal
peneliti dapat menyimpulkan beberapa hal Ilmiah Multi Sciences, Vol. 10 No. 1,
Halaman: 17-23, Januari 2018
Bahwa eksekusi lahan tempat tinggal di
DOI 10.30599/jti.v10i1.131
Tanjung Sari Kelurahan Karaton Kecamatan
Kahlmeter Anna, Backman Olof, and
Luwuk sangat mempengaruhi keberlanjutan
Brannstrom Lars, Housing
sekolah Anak khususnya anak usia sekolah Evictions,and economic hardship, a
Dasar. Dampak yang ditimbulkan oleh prospective study, Europian
Sosiological Review Volume 34 Issue
eksekusi lahan ini tidak hanya terjadi pada
I,2018. DOI 10.1093/esr/jcx.087
bidang pendidikan anak namun merambah
Setiawan, Rulli Pratiwi, Penggusuran
kesegala arah baik ekonomi, maupun sosial.
Permukiman Liar di Stren Kali Jagir:
Eksekusi ini mengganggu stabilitas Sebuah Tinjauan dari Sisi Hukum
keamanan kabupaten banggai dan lebih dan Humanisme 1) Unpublished
2010 Language Malay Identifier
khusus kecamatan luwuk.
DOI: 10.13140/RG.2.1.1044.5283
REFERENSI Undang-undang nomor 23 tahun 2003
Mohammad Ali, M. A. (2004). Psikologi tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Remaja: Perkembangan Peserta
Didik. Jakarta : Bumi Aksara.

Pedagogika.fip@ung.ac.id P-ISSN: 2086-4469 E-ISSN: 2716-0580


| 58

Anda mungkin juga menyukai