INDARUNG II/III
PT. SEMEN PADANG - SUMATERA BARAT
10
25
30
35
40
Disusun oleh :
SISILIA INDAH PRATIWI (1600020069)
FUAIDAH HASANAH (1600020108)
45
KATA PENGANTAR
15
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
berkat rahmat dan ridho-Nya kami dapat menyelesaikan dan menyusun laporan
Kerja Praktek di PT. SEMEN PADANG Pabrik Indarung II/III. Kerja Praktek ini
20 merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program Sarjana Jurusan
Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Ahmad Dahlan.
Dengan adanya Kerja Praktek ini, diharapkan penyusun mampu melihat,
mengamati, memahami secara langsung proses dan operasi yang dijalankan
25 sebuah pabrik semen serta dapat berlatih untuk memecahkan suatu masalah
operasi di pabrik tersebut. Hal ini sangat penting dalam rangka menerapkan teori-
teori yang telah didapat selama kuliah. Laporan ini disusun berdasarkan hasil
Kerja Praktek di PT. SEMEN PADANG. Pabrik Indarung II/III mulai tanggal 13
Mei sampai 21 Juni 2019.
30
5
SISILIA INDAH PRATIWI & FUAIDAH HASANAH iii
LAPORAN KERJA PRAKTEK
5
UNIT PRODUKSI TERAK 1
8. Bapak Adi Oktafian, S.T,. selaku Pembimbing Lapangan selama Kerja Pabrik
di PT Semen Padang.
15
Penyusun
40
45
50
55
5
SISILIA INDAH PRATIWI & FUAIDAH HASANAH iv
LAPORAN KERJA PRAKTEK
5
UNIT PRODUKSI TERAK 1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................x
20
DAFTAR TABEL.................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
2.7 Pemasaran............................................................................................12
BAB III TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 14
5
SISILIA INDAH PRATIWI & FUAIDAH HASANAH v
LAPORAN KERJA PRAKTEK
5
UNIT PRODUKSI TERAK 1
3.2.6 Kelembapan.................................................................................. 19
3.2.7 Penyusutan....................................................................................19
30
3.2.8 Daya Tahan Terhadap Asam dan Sulfat.....................................19
3.2.9 Soundness...................................................................................... 20
35 3.2.10Kehalusan.....................................................................................20
5
SISILIA INDAH PRATIWI & FUAIDAH HASANAH vii
LAPORAN KERJA PRAKTEK
5
UNIT PRODUKSI TERAK 1
35 5.1 Pendahuluan..........................................................................................79
5.2.3Statistika......................................................................................... 83
45 5.3 Metode....................................................................................................85
5.4 Hasil........................................................................................................85
5.5 Pembahasan...........................................................................................92
5.5.1Kuat Tekan Portland Composite Cement (PCC)...........................92
5
SISILIA INDAH PRATIWI & FUAIDAH HASANAH viii
LAPORAN KERJA PRAKTEK
5
UNIT PRODUKSI TERAK 1
6.1 Kesimpulan..........................................................................................98
25 6.2 Saran.....................................................................................................98
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................99
30
35
40
45
50
55
60
65
5
DAFTAR GAMBAR
15
Gambar 2.1 Perkembangan Logo PT Semen Padang........................................8
Gambar 4.1 Diagram Alir Operasi Pabrik Indarung II/III.............................28
20 Gambar 4.2 Persiapan Bahan Baku...................................................................32
Gambar 4.3 Chevron Stacking/Reclaiming.......................................................34
Gambar 4.4 Winrow stacking/reclaiming..........................................................35
25
70
5
SISILIA INDAH PRATIWI & FUAIDAH HASANAH xi
LAPORAN KERJA PRAKTEK
5
UNIT PRODUKSI TERAK 1
DAFTAR TABEL
15
Tabel 4.6 Berat Grinding Media dan Filling Degree pada coal Mill...............52
Tabel 4.7 Tahap Reaksi Pembentukan Klinker.................................................52
35 Tabel 4.8 Ukuran Grinding CompartmentCement mill...................................59
Tabel 5.1 Sifat Fisika Limestone.......................................................................... 81
Tabel 5.2 Komposisi Kimia Limestone................................................................. 81
40
Tabel 5.3 Kuat Tekan Portland Composite Cement (PCC) di Semen Mill 6 .. 46
Tabel 5.4 Kuat Tekan Portland Composite Cement (PCC) di Semen Mill 7 .. 86
45 Tabel 5.5 CaO Bebas dengan Kuat Tekan di Semen Mill 6..............................88
Tabel 5.6 CaO Bebas dengan Kuat Tekan di Semen Mill 7..............................89
Tabel 5.7 Kehalusan (Blaine) dengan Kuat Tekan di Semen Mill 6................91
50
Tabel 5.8 Kehalusan (Blaine) dengan Kuat Tekan di Semen Mill 7................92
55
60
65
70
5
SISILIA INDAH PRATIWI & FUAIDAH HASANAH xii
LAPORAN KERJA PRAKTEK
5
UNIT PRODUKSI TERAK 1
BAB I
15 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mahasiswa merupakan pemuda pemudi yang nantinya diharapkan menjadi
20 penerus dalam bergeraknya roda yang dapat mendukung pembelajaran yang nyata
bagi mahasiswa. Kerja praktek merupakan salah satu sarana bagi mahasiswa untuk
mengetahui penerapan ilmu dan pengetahuan dilapangan serta untuk
menyelaraskan aplikasi dan keilmuan dalam bidang terkhususnya Teknik Kimia.
Pemahaman proses dan operasi yang terjadi dipabrik merupakan hal penting yang
25 akan menambah wawasan mahasiswa tentang industri. Keselarasan antara
perusahaan sebagai penggerak perindustrian dan perguruan tinggi sebagai
pencetak generasi perlu ditingkatkan agar dunia akademik dapat mengikuti
perkembangan dunia industry yang semakin berkembang saat ini. Oleh karena itu,
mahasiswa mempunyai tanggung jawab besar untuk meningkatkan pemahaman
30 baik dari segi keilmuan maupun keterampilan dasar untuk menjadi seorang yang
professional.
PT Semen Padang adalah salah satu perusahaan produsen dan distributor
semen yang dikenal memiliki reputasi yang baik dalam sistem produksi yang
35 matang. PT Semen Padang berlokasi di Kelurahan Indarung, Kecamatan Lubuk
Kilangan, Kota madya Padang, Sumatera Barat. Industri semen merupakan
industri yang sangat berpengaruh dalam pembangunan. semen sebagai produk
industri semen, dibutuhkan sebagai bahan utama rancang bangun. Oleh karena itu,
kebutuhan akan semen selalu meningkat di era pembangunan seperti saat ini.
40 Kebutuhan akan semen mempengaruhi jumlah produksi semen. Untuk mencapai
target produksinya, pabrik semen dipengaruhi oleh kinerja peralatan proses.
Adapun peralatan proses utama dalam memproduksi semen dapat dibagi menjadi
3 unit, yaitu: unit penggilingan bahan baku (raw mill), unit pembakaran bahan
baku (kiln), serta unit penggilingan semen (cement mill). Unit tersebut tentunya
45 memiliki keterkaitan dengan materi-materi yang diperoleh di bangku perkuliahan
khususnya di Program Studi Teknik Kimia Universitas Ahmad Dahlan sehingga
5
SISILIA INDAH PRATIWI & FUAIDAH HASANAH 1
LAPORAN KERJA PRAKTEK
5
UNIT PRODUKSI TERAK 1
5
SISILIA INDAH PRATIWI & FUAIDAH HASANAH 3
LAPORAN KERJA PRAKTEK
5
UNIT PRODUKSI TERAK 1
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
5
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Informasi Umum
Nama Perusahaan : PT. SEMEN PADANG
Visi Perusahaan Menjadi perusahaan persemenan yang andal, unggul dan
berwawasan lingkungan di Indonesia bagian Barat dan Asia
Tenggara.
Sumatera barat
Telp. 0751-815250, Fax. 0751-815590
Perwakilan
Graha Irama, Lantai XI
Jln. H.R. Rasuna Said Blok X-1 Kav. 1&2
Kuningan, Jakarta 12950
Telp. 021 5261272, Fax. 021 5261414
Website : www.semenpadang.co.id
30
SISILIA INDAH PRATIWI & FUAIDAH HASANAH 6
LAPORAN KERJA PRAKTEK
5
UNIT PRODUKSI TERAK 1
I, produksi pabrik pada tahun 1911 adalah sebanyak 76.5 ton/hari. Pada
tahun 1939, pabrik mencapai angka produksi tertinggi sebesar 170.000
15 ton/tahun dengan menggunakan empat kiln.
2. Periode II (1942 – 1945)
Mendaratnya Jepang di Indonesia pada tanggal 17 Maret 1942
20 menandakan bahwa Indonesia telah dikuasai Jepang, sehingga pabrik
diambil alih oleh manajemen Asano Cement. Saat itu, produksi tidak
berjalan dengan lancar, karena sulit untuk mencari bahan penolong,
terutama pelumas. Pada tahun 1944 perusahaan ini dibom sekutu yang
mengakibatkan tiga buah Kiln hancur dan menewaskan banyak karyawan,
25 sehingga produksi pada tahun itu menjadi terhenti.
3. Periode III (1945 – 1947)
Pada tanggal 17 Agustus 1945 indonesia memproklamirkan
30 kemerdekaannya. Hal ini yang dimanfaatkan oleh Doesoen dan Siroen
untuk mengambil alih pabrik dan selanjutnya diserahkan kepada
pemerintahan Republik Indonesia lalu namanya diganti menjadi Kilang
Semen Indarung.
35 4. Periode IV (1947 – 1958)
Agresi Militer Belanda I pada tahun 1947 mengakibatkan pabrik
dikuasai kembali oleh Belanda dan berganti nama menjadi NV Padang
Portland Cement Maatschappicj (NVPPCM) yang lebih dikenal dengan
40 nama PPCM.
5. Periode V (1958-1961)
Pada tanggal 5 Juli 1958 berdasarkan PP No.10 mengenai penentuan
45 perusahaan perindustrian dan pertambangan milik Belanda dikenakan
nasionalisasi, maka NV Padang Portland Cement Maatschappicj (NV
PPCM) kemudian diambil alih oleh pemerintah Indonesia. Pada saat itu
perusahaan ditangani oleh Badan Pengelola Perusahaan Indonesia dan
Tambang (BAPPIT). Pada tahun 1958, produksi semen sebesar 80.828 ton,
tahun 1959 sebesar 120.714 ton, tahun 1960 sebesar 107.695 ton.
40
45
50
55
Gambar 2.1 Perkembangan Logo PT Semen Padang
5
SISILIA INDAH PRATIWI & FUAIDAH HASANAH 9
LAPORAN KERJA PRAKTEK
5
UNIT PRODUKSI TERAK 1
5
SISILIA INDAH PRATIWI & FUAIDAH HASANAH 10
LAPORAN KERJA PRAKTEK
5
UNIT PRODUKSI TERAK 1
dan Kimia. Lokasi pabrik dan kantor pusat PT. Semen Padang terletak di provinsi
Sumatera Barat, lebih kurang 15 km dari pusat kota Padang, dengan ketinggian
15 rata-rata 200 meter di atas permukaan laut. Luas area yang dimiliki oleh PT.
Semen Padang adalah sekitar 10.906.260 meter per segi dan lokasi PT. Semen
Padang merupakan pabrik yang letaknya dekat dengan bahan baku, yaitu hanya
sekitar 1-2 km dari pabrik. Pabrik kantong terletak di Bukit Putus, sedangkan
pengantongan terletak di Indarung, Teluk Bayur, Batam, Belawan, dan Tj. Priok.
20
2.5 Perkembangan Kapasitas Perusahaan
PT. Semen Padang yang telah dinasionalisasikan oleh Pemerintah
Indonesia terus mengalami perkembangan yang ditandai dengan meningkatkan
25 kapasitas produksinya sebagai berikut :
a. Rehabilitasi Pabrik Indarung I, dimulai tahun 1970 dan selesai tahun 1973.
Kapasitas produksi meningkat dari 120.000 ton/tahun menjadi 220.000
ton/tahun. Rehabilitasi Indarung I tahap II pada tahun 1973 – 1976
30 memberi peningkatan kapasitas produksi dari 220.000 ton/tahun menjadi
330.000 ton/tahun.
b. Proyek Indarung II dimulai tahun 1977 dengan pembuatan semen proses
kering, bekerja sama dengan F.L. Smidth & Co. A/S (Denmark). Proyek
35 selesai tahun 1980 dengan kapasitas 600.000 ton/tahun. Selanjutnya,
dilakukan proyek optimalisasi Indarung II, sehingga kapasitas produksi
meningkat menjadi 660.000 ton/tahun.
c. Tahun 1981 dibangun dua pabrik, yaitu proyek Indarung IIIA bekerja sama
40 dengan F. L. Smidth & A/S I (Denmark), selesai tahun 1983 dengan
kapasitas produksi 660.000 ton/tahun dan proyek Indarung IIIB bekerja
sama dengan India dan selesai tahun 1987 dengan kapasitas produksi
660.000 ton/tahun.
45 d. Proyek Indarung IIIC (1991 – 1994) dilakukan secara swakelola oleh PT.
Semen Padang, dengan kapasitas produksi 660.000 ton/tahun. Indarung
IIIB dan IIIC, selanjutnya diberi nama Indarung IV. Dengan demikian,
kapasitas produksi menjadi 1.620.000 ton/tahun.
5
SISILIA INDAH PRATIWI & FUAIDAH HASANAH 12
LAPORAN KERJA PRAKTEK
5
UNIT PRODUKSI TERAK 1
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
5
BAB III
15 TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Pengertian Semen
Semen berasal dari kata ”cementum” yang artinya perekat atau binder
20
(pengikat). Bahan perekat tersebut diperoleh dari batu kapur serbuk yang
digunakan sebagai mortar (bahan adukan). Semen telah ditemukan sejak 5.000
tahun yang lalu oleh orang Mesir dengan mencampurkan kapur yang dibakar
dengan batu. Kemudian dikembangkan bangsa romawi secara lebih lanjut. Pada
25 abad ke-18 campuran semen mulai diteliti secara alamiah dan digunakan secara
luas. Tahun 1924, Joseph Aspdin memperoleh hak paten atas semen hasil
temuannya. Aspdin menyatakan bahwa telah melakukan eksperimen untuk
menciptakan campuran semen sejak tahun 1811, yang disebut dengan semen
portland karena warnanya menyerupai batu portland (Holderbank, 2000).
30
ditambahkan sedikit kalsium sulfat dalam bentuk gypsum pada proses pengeringan
untuk mengontrol setting time (waktu pengikatan) dan meningkatkan kekuatan
15 semen.
5. Kombinasi oksida-oksida lime dan tanah liat, besi, dan alumina. Reaksi ini
terjadi pada suhu tinggi di akhir kiln
Nama
Fasa Sistem Kristal Densitas
Triclinic
Alite Monoclinic 3.14 – 3.25
Triagonal
Hexagonal 3.04
Arthurhombic 3.4
Betite
Monoclinic 3.28
Orthorhombic 2.97
Cubic
C3 A Monoclinic 3.04
Orthorhombic
Ferrite Orthorhombic 3.74 – 3.77
Free lime Cubic 3.08 – 3.32
Magnesia Cubic 3.58
20
Sumber : Klumpar, 1986
3.2 Sifat Fisika Semen
3.2.1 Hidrasi Semen
25
b. Temperatur
c. Kehalusan semen
35 d. Bahan aditif
e. Kandungan senyawa C3S, C2S, C3A dan C4AF
Faktor-faktor tersebut mengakibatkan terbentuknya pasta semen
yang pada waktu tertentu akan mengalami pengerasan. Hidrasi adalah
5 proses kristalisasi yang dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:
a.Tipe semen
b.Komposisi kimia (Kandungan C3S, C2S, C3A dan C4AF dalam
semen)
35
c.Kehalusan semen
d.Jumlah air yang ditambahkan
40 Reaksi hidrasi semen adalah sebagai berikut: 2(3CaO.SiO 2)
+ 6H2O 3CaO.2SiO2.3H2O + 3Ca(OH)2
2(2CaO.SiO2) + 4H2O 3CaO.2SiO2.3H2O + Ca(OH)2
45
3CaO.Al2O3 + 6H2O 3CaO. Al2O3. 6H2O
3CaO.Al2O3 + 6H2O + 3CaSO4.2H2O 3CaO.Al2O3.3CaSO4.32H2O
50 3CaO.Al2O3.Fe2O3 + xH2O 3CaO.Al2O3.6H2O + 3CaO.Fe2O3.6H2O
0
C), dengan reaksi:
25
CaSO4.2H2O CaSO4.½H2O
False Set adalah pengerasan yang terlalu cepat saat air
30 ditambahkan ke dalam semen. False Set disebabkan adanya
35 agar gypsum tidak berubah menjadi CaSO 4.½H2O. Selain itu juga
dilakukan pengaturan jumlah gypsum yang ditambahkan terhadap
kandungan C3A dalam semen.
3.2.5 Kuat Tekan
40
10
SISILIA INDAH PRATIWI & FUAIDAH HASANAH 18
LAPORAN KERJA PRAKTEK
5
UNIT PRODUKSI TERAK 1
3.2.6 Kelembapan
15 Selama penyimpanan dan pengangkutan, semen mudah menyerap
uap air dan CO2 dari udara sehingga menurunkan kualitas semen, yang
ditandai:
a.Bertambahnya LOI (Lost on Ignition)
20
b.Terbentuknya gumpalan
c.Menurunnya spesific grafity
25 d.Menurunnya kekuatan semen
e.Bertambahnya setting time dan hardering
Untuk mengatasi penurunan kualitas semen, maka perlu
30 diperhatikan tempat penyimpanan yang kedap air dan jarak
penyimpanan + 30 cm
3.2.7 Penyusutan
35 Drying shrinkage sangat mempengaruhi keretakan beton. Drying
shrinkage terjadi karena adanya penguapan air bebas dari pasta semen.
Penyusutan dapat diantisipasi dengan menjaga kelembapan. Faktor yang
mempengaruhi penyusutan adalah kadar C3A, jumlah air, dan
komposisi.
40
Syarat ini hanya untuk semen jenis HRSC (high sulfate resistance
cement). Daya tahan beton umumnya rendah terhadap asam, sehingga
mudah terdekomposisi oleh asam kuat. Asam dapat merubah senyawa
semen yang tidak larut dalam air, menjadi senyawa yang larut dalam air.
55 pH yang dapat merusak yaitu dibawah 6. Namun, keasaman air akibat
15
Ca(OH)2 + CO2 CaCO3 + H2O
CaCO3 + CO2 + H2O Ca(HCO)3
20
3.2.9 Soundness
25
30 3.2.10 Kehalusan
Kehalusan semen menentukan luas permukaan partikel semen saat
hidrasi. Semakin halus partikelnya, semakin kuat panas hidrasi,
kebutuhan air semakin tinggi, dan hidrasi akan cepat. Namun, jika semen
35 terlalu halus, setting time menjadi turun, menyebabkan Drying
shrinkage, dan mengakibatkan keretakan beton. Selain itu, akan
memudahkan penyerapan air dan CO2. Oleh karena itu ukuran partikel
2 2
dijaga pada nilai blaine 3.400 cm /gr pada tipe 1, 3300 cm /gr pada
2
SMC, 3600 cm /gr pada PPC.
40
3.3 Sifat Kimia Semen
3.3.1 Lost of Ignition (Hilang Pijar)
45 Lost of Ignition (LOI) adalah persentase berat CO2 dan H2O yang
hilang pada waktu dipijarkan dengan suhu dan waktu tertentu. LOI
dihitung dengan:
LOI = Berat yang hilang / Berat Total x 100% …….................... (3.1)
50 Hilang pijar disebabkan karena terjadinya penguapan air kristal dari
gypsum serta penguapan CO2 dari MgCO3 dan CaCO3 saat terjadi reaksi
kalsinasi. Nilai LOI berkisar antara 0.5 – 0.8%.
10
SISILIA INDAH PRATIWI & FUAIDAH HASANAH 20
LAPORAN KERJA PRAKTEK
5
UNIT PRODUKSI TERAK 1
senyawa clay di dalam gypsum, dari SiO2 yang tidak terikat dalam
klinker dan dari senyawa organic seperti humus yang kadang masih
terbawa di limestone dan batuan lainnya. Namun jumlahnya yang kecil,
20 sehingga tidak mempengaruhi mutu semen.
b.Semen yang dihasilkan tahan sulfat, namun kuat tekan awalnya rendah
c.Mudah dibakar
25
Al2O3
ALM = x 100% …………………………………………(3.3)
Fe2O3
30
3.3.6 Lime Saturated Factor (LSF) atau Faktor Penjenuhan Kapur
LSF adalah jumlah bagian CaO yang diperlukan untuk mengikat
satu bagian oksida-oksida yang lain (SiO2, Al2O3, dan Fe2O3).
35 Kelebihan CaO dari LSF akan membentuk CaO bebas (free lime) di
dalam klinker. Akibat LSF yang tinggi adalah:
a.CaO bebas semakin tinggi
40 b.Burnability semakin tinggi sehingga kuat tekan awal dan panas hidrasi
semakin tinggi
c.Kebutuhan panas dan temperatur kiln akan meningkat karena
burnability yang semakin tinggi
45
Na2O + SiO2 2NaSiO3
45
K2O + SiO2 2KSiO3
50 Na2O dibatasi kadarnya 0.6%, jika berlebih maka jumlah gypsum yang
dibutuhkan akan lebih banyak. Sedangkan kelebihan K2O menjadikan
klinker mudah digiling.
3.3.10 CaO Bebas (free lime)
55
Free lime merupakan senyawa kapur yang tidak ikut bereaksi
dalam pembuatan klinker. Kadar free lime yang baik adalah dibawah
1%. Jika berlebih, klinker akan mudah digiling, namun beton yang
dihasilkan kurang kuat.
5
C3S, C2S, C3A, dan C4AF yang berarti senyawa semen berasal dari zat (Oksida
kapur, Oksida silika, Oksida aluminat dan Oksida besi). Bahan baku semen adalah
20 bahan-bahan yang dapat menghasilkan keempat oksida tersebut dan dapat berasal
dari satu atau beberapa jenis bahan baku, tetapi apabila tidak cukup perlu
ditambah dengan bahan mentah lain. Bahan baku pembuatan semen dibedakan
menjadi 3 bagian, yaitu:
c. Trass (Pozzolan)
Trass (Pozzolan) mempunyai fungsi yang sama dengan batu
kapur sebagai penambah jumlah produksi, namun tidak
40 mempengaruhi reaksi senyawa pada semen (Simmons, 2005).
0
pada suhu 1450 C, setelah itu didinginkan dengan Cooler. Kemudian
klinker bersama-sama dengan gypsum digiling di dalam Cement Mill,
sehingga diperoleh semen.
b. Proses Semi Basah
Untuk umpan Kiln digunakan Moule/Granular (butiran), Pellet
(cake) yang dibuat dengan ukuran Filter Press, sehingga kadar airnya
menjadi 15% - 25%. Konsumsi panas sekitar 1000 - 2000 kcal/kg track.
c. Proses Semi Kering (Semi Drying Process)
Dalam proses ini, umpan masuk ke Kiln berupa tepung kering dan
dengan alat Granular (Pelletizer) disemprot dengan air untuk dibentuk
menjadi Granular dengan kadar air 10% - 12% dengan ukuran 10 - 12 mm
seragam. Pertimbangan pemakaian alat ini adalah karena bahan bakar yang
digunakan lebih sedikit, yaitu sekitar 1000 kcal/kg. Agar kapasitas
produksi meningkat maka Long Rotary Kiln dilengkapi dengan Grate
Preheater.
d. Proses Kering
Pada pembuatan semen pada proses kering, bahan mentah digiling
dan dikeringkan dalam Raw Mill, sehingga dihasilkan raw mix dan
selanjutnya dihomogenisasi di dalam Silo. Kemudian raw mix mengalami
reaksi kalsinasi awal di dalam Preheater dan Calciner. Hasil kalsinasi ini
0
diumpankan kedalam Kiln untuk membentuk klinker pada suhu ± 1450 C
0
dan didinginkan dalam Cooler hingga mencapai suhu ± 100 C. Setelah
itu, klinker dan gypsum digiling di dalam Cement Mill, sehingga
menghasilkan semen.
PT. Semen Padang menggunakan 2 proses pembuatan, yaitu Wet
Process dan Drying Process.Terhitung Oktober 1999, proses basah yang
selama ini dilakukan di pabrik Indarung I tidak dioperasikan lagi secara
menyeluruh, karena tidak efisien serta menyadari pentingnya dampak
terhadap pencemaran, sehingga Indarung I dioperasikan I unit
penggilingan semen (Cement Mill). Dengan demikian, keseluruhan pabrik
saat ini hanya mempergunakan proses kering.
BAB IV
15 DESKRIPSI PROSES
Pada awalnya, PT. Semen Padang menggunakan dua proses pembuatan
semen, yaitu proses basah dan proses kering. Namun, sejak oktober tahun 1999,
pabrik Indarung I dengan proses basah tidak dioperasikan lagi karena tidak efisien
20 dan peralatan pabrik yang sudah tua. Dengan demikian, keseluruhan pabrik saat
ini hanya mempergunakan proses kering. Secara umum urutan proses pembuatan
semen terdiri dari empat tahapan, yaitu:
1. Persiapan bahan baku
25
Tahap persiapan bahan baku meliputi penambangan, pemecahan,
transportasi, dan penyimpanan bahan baku di pabrik.
2. Pengolahan bahan baku menjadi raw mix
30
Indarung II/III).
Secara Umum proses pembuatan yang terjadi pada Pabrik Indarung
II/III dapat dilihat pada Gambar 4.1 :
50
55
5
SISILIA INDAH PRATIWI & FUAIDAH HASANAH 27
LAPORAN KERJA PRAKTEK
5
UNIT PRODUKSI TERAK 1
PPC
RAW MILL
160 TPH
Indarung II CEMENT MILL
107 TPH
KILN, 2100 TPD
PPC
Clay Storage
2 x 6000 ton
(min. 3000 ton) PPC
COAL MILL
12 TPH SILO SEMEN
SILO RAW MIX 8 X 6000 TON
4 x 6000 ton SILO KLINKER
(min. 2 x 5000 ton) 2 x 24.000 ton
(min. 2 x 5000 ton) Tipe I
COAL MILL
12 TPH
Tipe I
Iron Sand
Storage
7000 ton
(min. 1500 ton)
SMC
CEMENT MILL
Indarung III RAW MILL KILN, 2100 TPD PG 107 TPH
160 TPH
Tipe I
Density
LSF SO3 -
H2O 11.80
Untuk bahan baku lain seperti batu silika diperoleh dari penambangan di
30 Bukit Ngalau tetapi sejak tahun 2012 ditemukan batu silika di Bukit Karang Putih
sehingga penambangan di Bukit Ngalau dihentikan sementara. Penambangan
dilakukan dengan meruntuhkan deposit menggunakan excavator. Selanjutnya batu
silika di angkut menuju mobile crusher untuk pengecilan ukuran. Setelah itu, batu
silika di transportasikan menggunakan belt conveyor menuju storage pabrik.
35
40
45
50
55
5
SISILIA INDAH PRATIWI & FUAIDAH HASANAH 32
LAPORAN KERJA PRAKTEK
5
UNIT PRODUKSI TERAK 1
5
SISILIA INDAH PRATIWI & FUAIDAH HASANAH 33
LAPORAN KERJA PRAKTEK
5
UNIT PRODUKSI TERAK 1
bahan baku utama seperti batu kapur dan batu silika. Storage ini juga berfungsi
sebagai tempat pengeringan material dengan pengontakan udara terbuka. Untuk
15 material yang kebutuhan sedikit biasanya langsung di supply ke hopper masing-
masing.
4.2.1 Metode Penumpukan (Stacking) dan Penarikan (Reclaiming) Bahan
20 Baku
Bahan baku yang digunakan di dalam produksi semen, setelah
dikirim dari tambang kemudian disimpan di dalam pabrik di storage
sebelum memasuki tahap penggilingan. Untuk penyimpanan dan
25 penarikkannya, terdapat beberapa metode penumpukkan (stacking) dan
pengambilan bahan baku (reclaiming) yang biasa digunakan, antara lain:
a. Chevron Stacking/Reclaiming
Pada Chevron Stacking, lapisan material yang membujur
30 dijatuhkan oleh stacker yang bergerak maju dan mundur di atas
tumpukan material sampai tercapainya ketinggian tertentu. Material
kemudian diambil dalam irisan melintang oleh front reclaimer.
35
40
45
50 b. Winrow Stacking/Reclaiming
Pada winrowstacking, beberapa lapisan material yang
membujur ditumpuk secara paralel selebar tempat yang tersedia
dalam cara tertentu sehingga membentuk tumpukan bukit. Stacker
jenis ini tidak hanya bergerak secara membujur tetapi juga bergerak
20
25
45
50
55
45
50
Ket :
1.Hoist untuk menaikkan/menurunkan scraper chain 4. Roda dan rel
2.Ruangan operator 5. Scraper chain
15
4. Belt conveyor
b. Portal Scrapper
20 Portal Scrapper merupakan salah satu alat penarikan material
yang juga biasa digunakan di pabrik semen. Sama seperti side
reclaimer, peralatan ini bergerak di jalur rel yang terletak di
sepanjang pile/tumpukan material. Bedanya, untuk portal scrapper
dilengkapi oleh dua scraper chain di mana scrapper chain sekunder
25 digunakan untuk menarik material ke arah scrapper chain primer dan
selanjutnya ditarik oleh scrapper chain primer tersebut untuk
kemudian ditransport oleh belt conveyor yang juga terletak
sepanjang tumpukan material tersebut.
30
35
40
20
25
30
Storage
Material Stacking Method Alat Penarikan
Tipe Kapasitas (ton)
Bucket Chain
Tanah liat Closed 2 x 7000 Winrow Excavator
35
40
(a) (b)
45 Gambar 4.9 a) Cataracting Motion , b) Cascading Motion
Pada “Cataracting Motion” ini material umpan terutama digiling oleh tumbukan
di zona “A” dimana hampir seluruh energi jatuh dari grinding media terpusat.
5
SISILIA INDAH PRATIWI & FUAIDAH HASANAH 40
LAPORAN KERJA PRAKTEK
5
UNIT PRODUKSI TERAK 1
Bentuk aksi ini terutama untuk mereduksi material besar yang masuk ke dalam
mill.
15
40
45
50
Gambar 4.10 Centre Piece
5
SISILIA INDAH PRATIWI & FUAIDAH HASANAH 41
LAPORAN KERJA PRAKTEK
5
UNIT PRODUKSI TERAK 1
tube mill. Material yang masuk ke air slide diteruskan menuju elevator untuk
diumpankan ke separator, sedangkan gas panas keluar menuju cyclone.
15
20
25
30
Gambar 4.11 Diafragma pada Compartment-1
Cyclone memisahkan gas panas yang berasal dari raw mill dengan
material menggunakan mill fan. Material yang tidak terpisahkan dari gas panas
35 akan dibawa ke EP fan yang juga menarik gas panas dari GCT untuk kemudian
dimasukkan ke electrostatic precipitator dan dibuang melalui cerobong. Aliran
gas dan material masuk ke dalam cyclone secara tangensial dan membentuk aliran
vorteks di dalam cyclone. Pemisahan terjadi karena adanya gaya sentrifugal pada
aerosol gas dengan material yang berputar mendekati bagian bawah dari cyclone.
40 Akibat adanya gaya berat dari material dan gesekan terjadi terus menerus dengan
permukaan shellcyclone maka material akan turun dan jatuh ke bagian bawah
cyclone, selanjutnya material yang jatuh dari cyclone ditransportasikan dengan air
slide ke elevator menuju CF silo untuk dihomogenisasi.
45 Tujuan dari homogenisasi adalah untuk memperoleh komposisi kimia dan
kehalusan yang seragam sesuai kondisi operasi kiln, menjaga kualitas klinker,
menurunkan fluktuasi kualitas raw mix. Homogenisasi dilakukan dengan
penarikan raw mix secara bergantian ,cara pengisian juga mempengaruhi
homogenisasi yaitu dengan mengisis secara bergantian pada kedua hopper hal ini
50 akan membentuk lapisan – lapisan raw mix yang berbeda pada blending silo.
Pengisisan dan pengeluaran di blending silo dapat dilihat pada gambar berikut.
5
SISILIA INDAH PRATIWI & FUAIDAH HASANAH 43
LAPORAN KERJA PRAKTEK
5
UNIT PRODUKSI TERAK 1
15
20
25
30
35
40
(a) (b)
45
50
55
60
(c)
Gambar 4.12 (a)Cyclone, (b)CF silo, (c) Pengisian dan pengeluaran pada
65 blending silo
Bagian bawah silo ditiupkan udara yang berasal dari blower. Hal ini
bertujuan untuk menggemburkan/aerasi dari raw mix sehingga raw mix lebih
mudah untuk dikeluarkan. Raw mix yang telah dikeluarkan dari silo kemudian
dibawa ke screw conveyor untuk selanjutnya diumpankan pada kiln. Jenis silo ini
disebut Discontinuos batch homogenizing silos merupakan jenis yang digunakan
15 pada Pabrik Indarung II/III.
Pada pabrik indarung II/III terdapat 2 buah cyclone untuk masing-masing
raw mill yang terhubung paralel. Gas panas yang keluar dari cyclone didinginkan
di cooling tower, sedangkan debunya ditangkap dengan electrostatic precipitator
20
30
35
40
45 (a) (b)
5
SISILIA INDAH PRATIWI & FUAIDAH HASANAH 45
LAPORAN KERJA PRAKTEK
5
UNIT PRODUKSI TERAK 1
5
SISILIA INDAH PRATIWI & FUAIDAH HASANAH 46
LAPORAN KERJA PRAKTEK
5
UNIT PRODUKSI TERAK 1
-
oksigen dari udara. Melainkan karbon bereaksi dulu dengan radikal OH dari air
dan secara berantai baru terbakar oleh O2. Jadi kandungan air dalam coal sampai
15 batas tertentu berfungsi sebagai katalisator dalam reaksi antara karbon dan
oksigen.
Batubara yang masih berukuran kasar disimpan di dalam hopper yang
memiliki kapasitas 50-60 ton. Batubara tersebut kemudian diumpankan ke dalam
20 mill melalui suatu alat pengumpan berjenis rotary table feeder. Rotary table
feeder adalah alat ekstraksi dan volumetric feeding yang digunakan untuk
pengumpanan raw coal ke dalam coal mill. Rotary table feeder terdiri dari disc
yang berputar yang terdapat di dalam casing kedap udara dan digerakkan oleh
worm gear melalui poros vertikal. Material dari hopper ditransport ke disc melalui
25 pipa teleskopik dan sebuah scrapper untuk mengarahkan material ke lubang
pengeluaran. Jumlah material umpan tergantung pada kecepatan putar disc.
30
35
40
5
SISILIA INDAH PRATIWI & FUAIDAH HASANAH 49
LAPORAN KERJA PRAKTEK
5
UNIT PRODUKSI TERAK 1
20
25
30
35
45
50
55
Gambar 4.16 Coal Mill
Mill juga terdiri dari drying chamber dimana di dalam drying chamber,
batubara masuk bersama dengan udara panas yang berasal dari kiln yang ditarik
60 oleh fan. Untuk membantu mensuplai udara panas dalam tahap starting up kiln,
maka digunakan heat generator dengan bahan bakar solar. Udara panas ini mutlak
5
SISILIA INDAH PRATIWI & FUAIDAH HASANAH 50
LAPORAN KERJA PRAKTEK
5
UNIT PRODUKSI TERAK 1
20
25
30
Tabel 4.6 Berat Grinding Media dan Filling Degree pada coal Mill
Ukuran grinding Berat grinding Filling degree
Kompartmen
media (mm) media (ton) (%)
50 3,4
40 5,4
I 21,15
30 4,7
15
Total 13,5
25 8
II 20 8 23,8
Total 16
0
Pada suhu proses 100 C terjadi penguapan air dan pada suhu proses 500
0
30 C terjadi pelepasan air hidrat tanah liat yang ditunjukkan oleh reaksi berikut:
5
SISILIA INDAH PRATIWI & FUAIDAH HASANAH 52
LAPORAN KERJA PRAKTEK
5
UNIT PRODUKSI TERAK 1
CaCO3 CaO + CO2
15 MgCO3 MgO + CO2
0
Pada suhu proses dari 800-900 C terjadi pembentukan garam kalsium silikat
0
yang sebenarnya sebelum mencapai suhu 800 C sudah terjadi sebagian kecil
20 pembentukan garam kalsium silikat terutama C2S dengan reaksi sebagai berikut:
2CaO + SiO2 → 2CaO.SiO2 atau C2S
0
Pada suhu proses dari 1095-1205 C terjadi pembentukan garam kalsium
25 aluminat dan ferrit dengan reaksi sebagai berikut:
10
SISILIA INDAH PRATIWI & FUAIDAH HASANAH 53
LAPORAN KERJA PRAKTEK
5
UNIT PRODUKSI TERAK 1
20
25
30
35
40
Gambar 4.18 Reaksi dan pembentukan senyawa pada berbagai zone dan
temperatur (Central Control Room Indarung II/III).
45
Reaksi kalsinasi selesai setelah mencapai temperature >900 °C ditandai
dengan mengecilnya ukuran bidang CaCO3. Sejalan dengan reaksi kalsinasi,
terbentuklah CaO free, pada gambar 4.18 terlihat mengecilnya bidang CaCO 3
menambah besar bidang CaO free. Proses sintering mulai terjadi pada temperatur
50 1100-1450 °C, hal ini ditandai dengan mulai terbentuknya bidang C 2S dan C3S.
Sebenarnya terbentuknya C2S sudah mulai terjadi pada temperatur 800 °C, tetapi
pembentukannya mulai banyak dan naik secara drastis setelah mencapai
temperature 1100 °C.
55 Pada temperatur 1300-1450 °C, C2S bereaksi lagi dengan CaO free untuk
membentuk senyawa C3S yang merupakan komponen utama dalam klinker dan
yang sangat mempengaruhi nilai kekuatan tekan semen awal. Akibatnya jumlah
C2S dan CaO free menjadi berkurang. Clay mulai mengalami deformasi pada
temperatur 300 °C dan diharapkan sudah terurai pada temperatur 700 °C.
Terbentuknya C3A dan C4AF mulai terjadi pada temperatur 900 °C. Kemudian
40
45
5
20
25
30
(a)
35
40
45
50
(b)
Gambar 4.20 (a) Planetary Cooler, (b) Sirkulasi udara Planetary Cooler
55
15
20
25
30
45
50
55
60
Gambar 4.22 Cement mill
Cement mill yang digunakan untuk penggilingan semen ini hanya memiliki
dua buah kompartmen yaitu compartment-1 dan compartment-2 tanpa drying
5
SISILIA INDAH PRATIWI & FUAIDAH HASANAH 57
LAPORAN KERJA PRAKTEK
5
UNIT PRODUKSI TERAK 1
kemudian dilanjutkan oleh belt conveyor menuju ke silo semen. Silo di indarung
II/III berjumlah 8 buah silo, yang masing masingnya diisi oleh tipe yang berbeda.
15
20
25
30
1. Belt Conveyor
Belt Conveyor banyak dipakai untuk mengangkut bermacam
material padat seperti batu kapur, pasir silika, tanah liat, batu bara,
55 pasir besi, dan sebagainya. Komponen utama belt conveyor adalah
kerangka, drive pulley, tail pulley, rubber belt, carrying roolerr
idler, return idler, drive unit, loading chute, dan discharge chute.
5
SISILIA INDAH PRATIWI & FUAIDAH HASANAH 60
LAPORAN KERJA PRAKTEK
5
UNIT PRODUKSI TERAK 1
15
20
25
30
Gambar 4.25 Belt Conveyor
2. Apron Conveyor
35 Apron Conveyor digunakan sebagai alat transportasi material
klinker menuju CF silo.
40
45
50
55 3. Air Slide
Air slide digunakan sebagai alat transportasi material halus
seperti raw mix dan semen. Alat ini tertutup dan memanfaatkan
kemiringan dan udara tekan yang keluar dari alat transportasi.
60
5
15
20
25
40
45
50
Gambar 4.28 Screw Conveyor
5. Bucket Elevator
55 Bucket Elevator digunakan untuk menaikkan material
berbentuk bubuk, granular, dan bongkahan. Elevator ini dapat
digunakan pada kondisi vertikal ataupun inklinasi/kemiringan
dengan menggunakan rantai sebagai tempat untuk memasang tempat
menggantungkan bucket.
60
5
15
20
25
30
6. Drag chain
35
40
45
50
5
SISILIA INDAH PRATIWI & FUAIDAH HASANAH 63
LAPORAN KERJA PRAKTEK
5
UNIT PRODUKSI TERAK 1
15
20
25
45
50
55
2. Electrostatic Presipitator
60
5
SISILIA INDAH PRATIWI & FUAIDAH HASANAH 64
LAPORAN KERJA PRAKTEK
5
UNIT PRODUKSI TERAK 1
seperti raw mill, kiln, dan cement mill. Cara kerja dari Electrostatic
15 Precipitator (ESP) adalah :
0 Melewatkan gas buang melalui suatu medan listrik yang terbentuk
antara discharge electrode dengan collector plate, flue gas yang
mengandung butiran debu pada awalnya bermuatan netral dan
20 pada saat melewati medan listrik, partikel debu tersebut akan
terionisasi sehingga partikel debu tersebut menjadi bermuatan
negatif (-).
0 Partikel debu yang sekarang bermuatan negatif (-) kemudian
25 menempel pada pelat-pelat pengumpul (collector plate). Debu
yang dikumpulkan di collector plate dipindahkan kembali secara
periodik dari collector plate melalui suatu getaran (rapping).
Debu ini kemudian jatuh ke bak penampung (ash hopper).
30
35
40
50
55
Gambar 4.34 Bag House Filter
5
SISILIA INDAH PRATIWI & FUAIDAH HASANAH 65
LAPORAN KERJA PRAKTEK
5
UNIT PRODUKSI TERAK 1
30
35
40
30
35
40
45
50
35
40
45
7. Hopper
60
5
SISILIA INDAH PRATIWI & FUAIDAH HASANAH 68
LAPORAN KERJA PRAKTEK
5
UNIT PRODUKSI TERAK 1
15
20
25
45
50
55
5
SISILIA INDAH PRATIWI & FUAIDAH HASANAH 69
LAPORAN KERJA PRAKTEK
5
UNIT PRODUKSI TERAK 1
30
35
40
Gambar 4.40 Semen Portland Tipe I
15
20
25
Gambar 4.41 Semen Portland Tipe II
40
45
20
40
45
50
Gambar 4.44 Semen Portland Komposit
5
SISILIA INDAH PRATIWI & FUAIDAH HASANAH 72
LAPORAN KERJA PRAKTEK
5
UNIT PRODUKSI TERAK 1
20
25
30
Gambar 4.45 Semen Portland Pozzolan
45
50
55
Gambar 4.46 Oil Well Cement
5
SISILIA INDAH PRATIWI & FUAIDAH HASANAH 73
LAPORAN KERJA PRAKTEK
5
UNIT PRODUKSI TERAK 1
25
30
35
5
SISILIA INDAH PRATIWI & FUAIDAH HASANAH 74
LAPORAN KERJA PRAKTEK
5
UNIT PRODUKSI TERAK 1
5
SISILIA INDAH PRATIWI & FUAIDAH HASANAH 75
LAPORAN KERJA PRAKTEK
5
UNIT PRODUKSI TERAK 1
5
SISILIA INDAH PRATIWI & FUAIDAH HASANAH 76
LAPORAN KERJA PRAKTEK
5
UNIT PRODUKSI TERAK 1
berupa limbah padat (debu),dan limbah gas (CO2, N2, O2, SO2 dan uap
air). Debu yang berasal dari raw mill, coal mill, gas buang kiln, cement
40 mill, dan dari transportasi partikel halus dengan conveyor terbuka.
Aliran gas yang mengandung patikel-partikel debu dilewatkan kedalam
electrostatic precipitator (EP) untuk memisahkan partikel debu dari gas.
Gas yang sudah cukup bersih ini dibuang ke atmosfir melalui cerobong
asap, sedangkan partikel debu yang tertangkap dikembalikan ke proses.
45 Alat penangkap debu yang lainnya adalah dust collector. Gas buang
3,
diperbolehkan mengandung debu maksimal 80 mg/m sesuai dengan
keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.13, MENHL/1995
tentang baku mutu emisi sumber tak bergerak diatas tahun 2000 untuk
proses kering.
25
30
35
40
45
50
55
60
65
5
SISILIA INDAH PRATIWI & FUAIDAH HASANAH 78
LAPORAN KERJA PRAKTEK
5
UNIT PRODUKSI TERAK 1
BAB V
15 TUGAS KHUSUS
5.1 Pendahuluan
PT. Semen Padang dalam memproduksi semen membutuhkan 4 bahan
20
baku utama, yaitu limestone, clay, ironsand dan pasir silika untuk diambil
senyawa oksida-oksidanya sehingga akan membentuk mineral-mineral semen
(C3S, C2S, C3A, dan C4AF). Oksida-oksida yang dibutuhkan dari bahan baku
utama tersebut yaitu CaO, Al2O3, SiO2, Fe2O3. Selain itu dibutuhkan juga
25 beberapa bahan baku tambahan (additive) seperti high limestone, gypsum,
pozzolan dan lain-lain dimana bahan baku tambahan ini juga dapat berfungsi
sebagai bahan baku pengganti seperti halnya penggunaan pozzolan untuk
menggantikan silika. Perbandingan masing-masing komposisinya akan
menentukan jenis semen seperti apa yang akan diproduksi.
30
45
Limestone digunakan sebagai sumber kalsium oksida (CaO) dan kalsium
karbonat (CaCO3). Limestone ini diambil dari penampungan di Bukit Karang
Putih. Jumlah limestone yang digunakan sebanyak ± 80%. Limestone berperan
dalam reaksi hidrasi dan pembentuk kekuatan pada semen. Jika berlebihan akan
menyebabkan semen tidak lentur dan rapuh.
50
0 Batu kapur dengan kadar CaCO3 antara 90-96% atau biasa disebut
marlaceous limestone.
5
SISILIA INDAH PRATIWI & FUAIDAH HASANAH 80
LAPORAN KERJA PRAKTEK
5
UNIT PRODUKSI TERAK 1
0 Batu kapur dengan kadar CaCO3 antara 75-90% atau biasa disebut
marlastone.
Tabel 5.1 Sifat Fisika Limestone
15
SiO2 4,91
Al2O3 1,13
Fe2O3 0,79
MgO 0,47
H2O 3,80
20
5.2.2 Porland Composite Cement (PCC)
Secara umum semen PCC merupakan jenis semen varian lain yang
mempunyai sifat dan karakteristik hampir sama dengan semen Porland, namun
25 mempunyai kualitas yang lebih baik, ramah lingkungan dan harga yang lebih
ekonomis. Komposisi bahan baku PCC adalah clinker, gypsum, dan zat tambahan
lainnya (additive). Bahan aditif yang digunakan yaitu batu kapur (limestone), abu
terbang (fly ash), dan trass. Trass merupakan hasil pelakukan endapan vulkanik,
5
SISILIA INDAH PRATIWI & FUAIDAH HASANAH 81
LAPORAN KERJA PRAKTEK
5
UNIT PRODUKSI TERAK 1
sebagian besar mengandung silika, besi, dan alumina dengan ikatan gugus oksida.
Tidak seperti tipe OPC yang tidak menggunakan aditif fly ash dan trass, tipe PCC
15 menggunakan tambahan zat aditif fly ash dan trass dengan senyawa SiO2 yang
dapat meningkatkan kuat tekan. Bahan-bahan ini umumnya mengandung
komponen silika amorv reaktif, yang pada reaksinya dengan air dan Ca(OH) 2
akan membentuk senyawa kalsium silikat hitdrat, disingkat CSH.
20 Senyawa CSH ini berupa gel yang akan terus terbentuk selama reaksi
hidrasi yang akan mengisi pori diantara air dan semen yang belum terhidrasi.
Karena volume air dan semen diasumsikan tetap, maka pada akhir reaksi hidrasi
volume pori yang tersisa akan menjadi minimum. Hal ini yang menjadikan semen
bersifat sebagai bahan pengikat (binder) yang mempunyai kekuatan mekanik.
25 Karena bahan tambahan ini bereaksi dengan Ca(OH)2 dan membentuk CSH,
maka fraksi volume CSH akan lebih tinggi dan Ca(OH)2 lebih kecil dibandingkan
pada semen Portland.
Selain adanya zat aditif fly ash dan trass, ditambahkan limestone yang
30 berfungsi meningkatkan kuat tekan pada semen. Hal ini terjadi karena limestone
mempunyai bentuk fisik yang mudah halus, sehingga dengan nilai kehalusan
tersebut, limestone dapat menutup rongga yang terdapat didalam semen sehingga
bisa meningkatkan kuat tekan. Kehalusan semen akan mempengaruhi konsistensi
normal dan waktu pengikatan. Semakin halus suatu semen maka semakin besar
35 luar permukaannya, sehingga air yang diperlukan untuk mencapai konsistensi
normal semakin tinggi. Reaksi hidrasi dan waktu pengikatan semakin cepat serta
panas hidrasi dan kuat tekan semakin tinggi, bila semen terlalu kasar maka kuat
tekan, plastisitas, dan kestabilannya akan rendah (Vera dkk., 2000).
40 Pemakaian bahan tambahan sangat tergantung dari pengaruh positif
terhadap terhadap sifat semen dan ketersediaan bahan yang dekat dengan lokasi
produksi. Penelitian yang berkembang senantiasa diarahkan hasil akhir yaitu kuat
tekan semen. Kuat tekan pada semen dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya
adalah jenis material yang ditambahkan, persentase penambahan material dan
kecepatan reaksi hidrasi dari material.
5.2.3 Statistika
15 Statistika adalah ilmu yang mempelajari bagaimana merencanakan,
menggumpulkan, menganalis, menginterpretasi, dan mempresentasikan data.
Singkatnya, statistika adalah ilmu yang berkenaan dengan data. Istilah „statistika‟
20 (bahasa Inggris: statistics) berbeda dengan „statistik‟ (statistic). Statistika
merupakan ilmu yang berkenaan dengan data, sedangkan statistik adalah data,
inforrmasi, atau hasil penerapan algoritma statistika pada suatu data. Dari
kumpulan data, statistika dapat digunakan untuk menyimpulkan atau
mendeskripsikan data; ini dinamakan statistika deskriptif. Sebagian besar konsep
25 dasar statistika mengasumsikan teori probabilitas. Beberapa istilah statistika
antara lain : populasi, sampel, unit sampel, dan propabilitas.
Statistika banyak diterapkan dalam berbagai disiplin ilmu, baik ilmu-ilmu
alam (misalnya astronomi dan biologi maupun ilmu-ilmu sosial (termasuk
30 sosiologi dan psikologi), maupun dibidang bisnis, ekonomi, dan industri.
Statistika juga digunakan dalam pemerintahan untuk berbagai macam tujuan;
sensus penduduk merupakan salah satu prosedur yang paling dikenal. Aplikasi
statistika lainnya yang sekarang popular adalah prosedur jajak pendapat atau
polling (misalnya dilakukan sebelum pemilihan umum), serta hitung cepat
35 (perhitungan cepat hasil pemilu) atau quick count. Di bidang komputasi, statistika
dapat pula diterapkan dalam pengenalan pola maupun kecerdasan buatan.
1. Konsep Dasar Statistika
40 Terdapat bermacam-macam teknik statistik yang digunakan dalam
penelitian khususnya dalam pengujian hipotesis. Dalam mengaplikasikan statistika
terhadap permasalahan sains, industri, atau sosial, pertama-tama dimulai dari
mempelajari populasi. Makna populasi dalam statistika dapat berarti populasi
benda hidup, benda mati, ataupun benda abstrak. Populasi juga dapat berupa
45 pengukuran sebuah proses dalam waktu yang berbeda-beda, yakni dikenal dengan
istilah deret waktu.
Melakukan pendataan (pengumpulan data) seluruh populasi dinamakan
sensus. Sebuah sensus tentu memerlukan waktu dan biaya yang tinggi. Untuk itu,
dalam statistika seringkali dilakukan pengambilan sampel (sampling), yakni
5
SISILIA INDAH PRATIWI & FUAIDAH HASANAH 83
LAPORAN KERJA PRAKTEK
5
UNIT PRODUKSI TERAK 1
sebagian kecil dari populasi, yang dapat mewakili seluruh populasi. Analisis data
dari sampel nantinya digunakan untuk menggeneralisasi seluruh populasi.
15
c. Skala interval berupa angka kuantitatif namun tidak memiliki nilai nol mutlak
sehingga titik nol dapat digeser sesuka orang yang mengukur, misalnya tahun
dan suhu dalam Celcius.
20 d. Skala rasio berupa angka kuantitatif yang memiliki nilai nol mutlak dan tidak
dapat digeser sesukanya, misalnya adalah suhu dalam kelvin, panjang, dan
massa.
25 5.3 Metode
Adapun metode yang dilakukan dalam pelaksanaan tugas khusus ini yaitu
sebagai berikut :
30
1. Metode Diskusi
Dalam metode ini, penulis, pembimbing, para karyawan dan rekan-rekan
sesama kerja praktek saling berdiskusi mengenai berbagai hal yang
35 menyangkut tugas khusus ini.
2. Metode Literatur
Penulis mencari referensi yang berhubungan dengan tugas khusus dari
40 berbagai sumber seperti central control room (CCR), laboratorium proses,
quality control Indarung II/III dan sumber-sumber lain yang dianggap relevan
dari perpustakaan di PT. Semen Padang.
3. Metode Survey
45
50
5.4 Hasil
5.4.1 Kuat Tekan Portland Composite Cement (PCC)
55 Berikut diberikan data kuat tekan Portland Composite Cement (PCC) di
Pabrik Indarung II/III PT. Semen Padang pada bulan Februari 2019.
5
SISILIA INDAH PRATIWI & FUAIDAH HASANAH 85
LAPORAN KERJA PRAKTEK
5
UNIT PRODUKSI TERAK 1
Tabel 5.3 Kuat Tekan Portland Composite Cement (PCC) di Semen Mill 6
Tanggal CaO Kuat Tekan 3 Kuat Tekan 7 Kuat Tekan 28
% hari hari hari
01/02/2019 59.59 174 231 321
02/02/2019 59.57 169 215 313
03/02/2019 61.18 167 223 284
04/02/2019 60.75 187 238 302
05/02/2019 60.57 162 234 320
06/02/2019 59.59 151 201 287
07/02/2019 62.20 167 221 280
08/02/2019 61.23 181 219 322
09/02/2019 61.16 180 225 338
10/02/2019 61.24 178 217 336
11/02/2019 60.80 191 231 303
12/02/2019 60.97 187 251 321
13/02/2019 61.03 172 254 321
14/02/2019 61.21 160 234 294
15/02/2019 60.87 171 247 320
16/02/2019 61.02 181 242 320
17/02/2019 60.70 187 265 325
18/02/2019 60.47 188 256 341
19/02/2019 60.67
20/02/2019 60.79 180 247 307
21/02/2019 60.41 189 243 332
22/02/2019 60.39 204 263 393
23/02/2019 60.63 193 240 296
24/02/2019 60.64 173 246 300
25/02/2019 60.42
26/02/2019 60.69 198 253 320
27/02/2019 60.04 199 233 304
28/02/2019 58.64 181 242 300
Tabel 5.4 Kuat Tekan Portland Composite Cement (PCC) di Semen Mill 7
Tanggal CaO Kuat Tekan 3 Kuat Tekan 7 Kuat Tekan 28
% hari hari hari
01/02/2019 60.07 186 230 309
Tabel 5.5 Tabel CaO Bebas dengan Kuat Tekan di Semen Mill 6
Tanggal CaO
CaO kuat tekan kuat tekan 7 kuat tekan 28
bebas
% 3 hari hari hari
%
01/02/2019 59.59
0.52 174 231 321
02/02/2019 59.57
0.5 169 215 313
03/02/2019 61.18
0.51 167 223 284
04/02/2019 60.75
0.55 187 238 302
05/02/2019 60.57
0.72 162 234 320
06/02/2019 59.59
1.81 151 201 287
07/02/2019 62.20
0.92 167 221 280
08/02/2019 61.23
0.6 181 219 322
09/02/2019 61.16
0.9 180 225 338
10/02/2019 61.24
0.81 178 217 336
11/02/2019 60.80
0.49 191 231 303
12/02/2019 60.97
0.97 187 251 321
13/02/2019 61.03
0.28 172 254 321
14/02/2019 61.21
0.28 160 234 294
15/02/2019 60.87
0.49 171 247 320
16/02/2019 61.02
0.78 181 242 320
17/02/2019 60.70
0.29 187 265 325
18/02/2019 60.47
0.17 188 256 341
19/02/2019 60.67
0.88
20/02/2019 60.79
1.22 180 247 307
21/02/2019 60.41
0.5 189 243 332
22/02/2019 60.39
0.67 204 263 393
23/02/2019 60.63
0.5 193 240 296
24/02/2019 60.64
0.57 173 246 300
25/02/2019 60.42
0.42
26/02/2019 60.69
0.49 198 253 320
27/02/2019 60.04
0.43 199 233 304
28/02/2019 58.64
0.33 181 242 300
Tabel 5.6 Tabel CaO Bebas dengan Kuat Tekan di Semen Mill 7
10/02/2019 60.90
0.87 179 221 307
11/02/2019 60.62
0.64 164 214 283
12/02/2019 60.97
0.93 160 224 296
13/02/2019 61.13
0.60 169 249 326
14/02/2019 61.13
0.93 179 248 311
15/02/2019 61.05
0.66 166 241 321
16/02/2019 61.23
0.90 182 260 324
17/02/2019 60.84
0.28 196 245 301
18/02/2019 60.86
0.32 183 266 374
19/02/2019 60.66
0.54 172 233 320
20/02/2019 60.82
1.11 179 230 308
21/02/2019 60.39
0.67 181 234 303
22/02/2019 60.46
0.66 195 252 331
23/02/2019 60.51
0.40 194 240 295
24/02/2019 60.82
0.71 180 230 286
25/02/2019 60.64
0.40
26/02/2019 60.92
0.46 195 248 304
27/02/2019 60.16
0.42 185 245 333
28/02/2019 58.70
0.82 183 233 296
5
SISILIA INDAH PRATIWI & FUAIDAH HASANAH 90
LAPORAN KERJA PRAKTEK
5
UNIT PRODUKSI TERAK 1
Tabel 5.7 Tabel Kehalusan (Blaine) dengan Kuat Tekan di Semen Mill 6
Tabel 5.8 Tabel Kehalusan (Blaine) dengan Kuat Tekan di Semen Mill 7
5.5 Pembahasan
15 5.5.1 Kuat Tekan Portland Composite Cement (PCC)
Kuat tekan dapat diartikan sebagai kemampuan suatu material menahan
suatu beban tekan. Kuat tekan merupakan sifat yang paling penting bagi semen.
20 Perbedaan kuat tekan semen dapat dilihat dari komposisi mineral, kandungan
kapur bebas, magnesium, kandungan gypsum, temperatur, perbandingan air
dengan semen, kualitas agregat, cara pengerjaan, dan perlakuan. Kecepatan
pengembangan kuat tekan semen sangat dipengaruhi oleh komposisi kimia
mineral semen yang telah ada, seperti telah kita ketahui bahwa semen
25 mengandung 4 mineral utama yaitu C3S, C2S, C3A, dan C4AF yang mempunyai
reaktifitas masing-masing berbeda sewaktu bertemu dengan air. (Suprapto, 1995)
2
Kuat Tekan PCC dalam kg/cm di CM 6
30
1000
900
800
35
700 Kuat Tekan 28 hari
600
Kuat Tekan 7 hari
500
400 40 Kuat Tekan 3 hari
300 CaO %
200
100
0
01/02/2019
03/02/2019
13/02/2019
15/02/2019
17/02/2019
07/02/2019
09/02/2019
11/02/2019
05/02/2019
19/02/2019
21/02/2019
23/02/2019
25/02/2019
27/02/2019
45 Gambar 5.1 Kuat Tekan Portland Composite Cement (PCC) di Semen Mill 6
50
5
10
SISILIA INDAH PRATIWI & FUAIDAH HASANAH 93
LAPORAN KERJA PRAKTEK
5
UNIT PRODUKSI TERAK 1
2
Kuat Tekan PCC dalam kg/cm di CM 7
15
1000
900
800
700 20 Kuat Tekan 28 hari
600
Kuat Tekan 7 hari
500
400 Kuat Tekan 3 hari
25
300 CaO %
200
100
0
01/02/2019
09/02/2019
11/02/2019
03/02/2019
15/02/2019
13/02/2019
05/02/2019
07/02/2019
10
15
09/02/2019
11/02/2019
17/02/2019
19/02/2019
25/02/2019
07/02/2019
15/02/2019
21/02/2019
23/02/2019
27/02/2019
01/02/2019
05/02/2019
13/02/2019
15
Gambar 5.3 Perbandingan Nilai CaO Bebas dengan Kuat Tekan Portland
Composite Cement (PCC) di Semen Mill 6
20
03/02/2019
09/02/2019
11/02/2019
13/02/2019
21/02/2019
23/02/2019
25/02/2019
07/02/2019
15/02/2019
17/02/2019
19/02/2019
27/02/2019
Gambar 5.4 Perbandingan Nilai CaO Bebas dengan Kuat Tekan Portland
40
Composite Cement (PCC) di Semen Mill 7
5
SISILIA INDAH PRATIWI & FUAIDAH HASANAH 95
LAPORAN KERJA PRAKTEK
5
UNIT PRODUKSI TERAK 1
Berdasarkan gambar grafik yang didapat nilai CaO bebas memiliki nilai
yang cukup stabil dan dibawah 1%. CaO bebas yang memiliki nilai >1% akan
15 menghasilkan beton yang kurang kuat.
CaO bebas mempengaruhi faktor clinker yang diumpan ke semen mill
karena semakin tinggi kadar CaO bebas maka pemakaian faktor clinker juga
semakin tinggi. Sedangkan sifat clinker itu mudah dipecahkan namun sulit di
20 haluskan.
5.5.3 Perbandingan Kehalusan (Blaine) dengan Kuat Tekan Portland
Composite Cement (PCC)
25 Uji kehalusan dilakukan untuk mengetahui ukuran partikel dari semen.
Semakin kecil ukuran partikelnya, maka residu yang tertinggal di saringan akan
semakin sedikit dan menghasilkan nilai kehalusan yang tinggi. Proses hidrasi dari
semen diawali dari permukaan partikel semen, semakin besar luas permukaan
30 spesifik dari semen akan meningkatkan kecepatan hidrasi yang pada akhirnya
mempercepat proses pengikatan dan pengerasan semen (Suprapto, 1995).
Berikut gambar grafik yang menunjukkan perbandingan nilai antara
kehalusan (blaine) dengan kuat tekan Portland Composite Cement (PCC).
35
05/02/2019
07/02/2019
09/02/2019
11/02/2019
13/02/2019
15/02/2019
17/02/2019
19/02/2019
21/02/2019
23/02/2019
25/02/2019
27/02/2019
500
450
400
350 20
300
250 Blaine m2/Kg
200 kuat tekan 3 hari
150 25
15/02/2019
01/02/2019
03/02/2019
09/02/2019
11/02/2019
10
15
20
SISILIA INDAH PRATIWI & FUAIDAH HASANAH
97
LAPORAN KERJA PRAKTEK
5
UNIT PRODUKSI TERAK 1
BAB VI
15 PENUTUP
6.1 Kesimpulan
20 1. Penambahan limestone pada blended cement secara langsung akan
meningkatkan kadar CaO semen karena limestone adalah sumber kalsium
oksida (CaO) dan kalsium karbonat (CaCO3).
25 2. CaO bebas mempengaruhi faktor clinker yang diumpan ke semen mill
karena semakin tinggi kadar CaO bebas maka pemakaian faktor clinker
juga semakin tinggi. Sedangkan sifat clinker itu mudah dipecahkan namun
sulit di haluskan.
30 3. Kehalusan pada semen dapat mempengaruhi performa mill sehingga untuk
mendapatkan kehalusan semen (blaine) menjadi lebih sulit. Sedangkan
blaine berpengaruh besar terhadap kuat tekan semen.
4. Semakin tinggi kuat tekan semen maka nilai blaine juga akan semakin
35 tinggi sehingga residu semen akan semakin sedikit.
6.2 Saran
40 1. Pada kerja praktik atau penelitian selanjutnya tentang karakteristik semen
disarankan peneliti mengkaji lebih mendalam karakteristik kimia semen
dengan harapan didapat inovasi baru untuk kemajuan industri semen
Indonesia.
45 2. Disarankan untuk kerja praktik atau penelitian selanjutnya, pengolahan
data dilakukan untuk satu tahun proses produksi atau lebih guna
meminimalisir nilai error.
50
55
5
SISILIA INDAH PRATIWI & FUAIDAH HASANAH 98
LAPORAN KERJA PRAKTEK
5
UNIT PRODUKSI TERAK 1
DAFTAR PUSTAKA
15 Azwin, dkk. 2018. Menghitung Neraca Massa & Energi Pada Unit Kiln Di
Pabrik Indarung II/III PT Semen Padang. Universitas Riau: Riau.
Biro Produksi Indarung II/III. 2018. Bahan CaKar 12. PT Semen Padang.
Central Control Room II/III. 2018. Kondisi Operasi Pabrik. PT Semen Padang.
Perry, Robert. H and Don W. Green. 2008. Perry’s Chemical Engineer Handbook
Eight Edition. Mc Graw Hill Company.
40
Suprapto, B.B, 1995. Teknologi Semen. Industrial Relation Division Training and
Development Departement. Citeureup.
Vera, Roosyanto dan Erry. 2000. Semen Portland Bahan Baku Sifat-Sifat dan
45 Pengujian. Industrial Relation Division Training and Development
Departement. Citeureup.
5
SISILIA INDAH PRATIWI & FUAIDAH HASANAH 99