Anda di halaman 1dari 19

MODERATOR : IRA ADELIA

NOTULEN : MEIKE DWI RATNA GEA

KASUS

Seorang wanita usia 33 tahun dirawat di rumah sakit dikarenakan batuk sudah
lebih dari satu bulan serta kehilangan berat badan sebanyak 10 kg dalam kurun
waktu satu bulan. Hasil pemeriksaan X-Ray dan sputum pasien menunjukkan
bahwa paru-paru pasien terinfeksi tuberculosis. Hasil pemeriksaan menunjukkan
RR : 34 x/m, ronkhi (+) di kedua paru. BB : 35 kg, TB : 155 cm. Nilai CD4 pasien
: 134 sel/ul. Pasien mengatakan tertular HIV dari suaminya. Pasien sering
mengeluhkan sesak nafas dan sesak semakin memburuk pada saat berjalan. Pasien
mengatakan kepada perawat bahwa ia merasa putus asa dengan kondisinya saat
ini. Perawat pun menyarankan kepada pasien untuk berzikir agar pasien merasa
tenang.

STEP 1 IDENTIFIKASI ISTILAH SULIT DAN JAWABANNYA

1. Pemeriksaan X-Ray (Meike)


Jawab :
(Lala)
Pemeriksaan x-ray atau Rontgen adalah salah satu teknik pencitraan medis
yang menggunakan radiasi elektromagnaetik untuk mengambil gambar atau
foto bagian dalam tubuh.

(+Vinola)
Pemeriksaan X-ray adalah salah satu teknik pencitraan medis yg
menggunakan radiasi elektromagnetik untuk mengambil gambar atau foto
bagian dalam tubuh. Fungsinya sebagai pemeriksaan penunjang untuk
keperluan penegakan diagnosa yg lebih akurat.
2. CD4 (Eva)
Jawab :
(Husnul)
CD4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel-sel
darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit. Sel CD4 adalah jenis sel darah
putih atau limfosit. Sel tersebut adalah bagian yang penting dari sistem
kekebalan tubuh kita. Sel CD4 kadang kala disebut sebagai sel-T. CD4
termasuk sel darah putih yang memegang peran penting untuk sistem
kekebalan tubuh. Pemeriksaan CD4 diperlukan untuk mengetahui kondisi
sistem imun pada pasien yang terinfeksi HIV (human immunodeficiency
virus)

(+Rani)
CD4 adalah sel bagian dari sistem imun yang berperan vital untuk
menghadang infeksi. CD4 atau disebut juga dengan sel T pembantu berkaitan
erat dengan HIV karena virus ini menyerang sel-sel CD4. Pada orang dengan
HIV, CD4 dapat dijaga levelnya dengan konsumsi ARV dan gaya hidup
sehat.

3. Sputum (Vinola)
Jawab :
(Rani)
Kultur dahak (sputum) adalah pemeriksaan dahak untuk mendeteksi adanya
bakteri penyebab infeksi saluran pernafasan, terutama infeksi paru-paru
(pneumonia)

(+Mifta)
Sputum adalah lendir yang dibatukkan dari saluran udara bagian bawah
( trakea dan bronkus)
4. Ronchi (Cika)
Jawab :
(Syifa)
Ronkhi adalah suara tambahan yang dihasilkan oleh aliran udara melalui
saluran nafas yang berisi sekret/ eksudat atau akibat saluran nafas yang
menyempit atau oleh oedema saluran nafas, ronkhi dapat terjadi pada saat
inspirasi maupun ekspirasi.

5. Tuberculosis (Ira)
Jawab :
(Cika)
Tuberkulosis adalah penyakit paru-paru akibat kuman Mycobacterium
tuberculosis. Dan merupakan penyakit yang lebih rentan terkena pada
seseorang yang kekebalan tubuhnya rendah, misalnya penderita HIV.

(+Syifa)
Tuberkulosis (TB) Paru adalah penyakit infeksi pada jaringan paru yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Seseorang yang
terinfeksi kuman TB tidak selalu menjadi sakit. Beberapa minggu (2 – 12
minggu) setelah terinfeksi kuman akan menimbulkan respons imunitas
selular. TB juga dapat ditularkan kebagian tubuh lainnya, termasuk
meninges, ginjal, tulang dan nodus limfe.

STEP 2 IDENTIFIKASI MASALAH

1. Apa dampak yang terjadi jika pengidap HIV/AIDS terkena tb? (Rani)
2. Teknik paliatif apa yang dilakukan pada kasus tersebut (Mifta)
3. Apa factor yang menyebabkan pasien sesak nafas dan bagaimana Tindakan
perawat agar sesak pasien berkurang? (Lala)
4. Bagaimana cara perawat agar BB pasien normal kembali? (Indah)
5. Apa yang menyebabkan pasien kehilangan bb signifikan dalam satu bulan?
(Ira)
6. Selain perwatan paliatif, apa Tindakan keperawatan yang lain? (Syifa)
7. Apa tanda dan gejala seseorang tertular HIV? (Eva)
8. Apa tujuan utama perawatan paliatif? (Cika)
9. Bagaimana pathway dari kasus? (Husnul)
10. Bagaimana perawat menjalankan perawatan paliatif kepada pasien yang putus
harapan (Vinola)
11. Apakah semua hasil pemeriksaan normal? (Meike)
12. Perawatan paliatif yang dilakukan perawat yang CD4 rendah? (Mifta)
13. Apa intervensi awal yang dilakukan perawat? (Husnul)
14. Apa peran keluarga dari perawatan paliatif? (Vinola)
15. Bagaimana cara penularan HIV sehingga dapat tertular dari suaminya?
(Meike)

STEP 3 ANALISIS MASALAH

1. (Husnul)
Dampak TBC pada HIV iyalah ketika kuman TBC (Mycobacterium
tuberculosis) menyerang pasien dengan HIV, jumlah CD4 menjadi turun yang
menyebabkan kemampuan sistem kekebalan ODHA dalam menyerang virus
HIV menjadi berkurang, hal ini diakibatkan karena sistem kekebalan tersebut
harus bekerja juga untuk melawan infeksi TBC. Sedangkan dampak HIV
pada TB ini menyebabkan infeksi menjadi lebih aktif dan lebih cepat, ODHA
yang terserang TBC dapat menyebabkan berbagai penyakit pada bagian tubuh
yang lain diluar paru-paru misalnya kuman TB menyerang sistem persarafan,
pada getah bening dan pada tulang
(+Indah)
Demam berkepanjangan, diara kronis, sesak nafas
2. (Vinola)
Perawatan paliatif yg dapat dilakukan yg pertama adalah memperhatikan
prinsip dalam memberikan perawatan paliatif yaitu :
 Melakukan pengkajian secara cermat mendengarkan keluhan dengan
sungguh-sungguh
 Menetapkan diagnosis/masalah keperawatan dengan tepat sebelum
bertindak
 Melakukan tindakan asuhan keperawatan secara tepat dan akurat
 Mengevaluasi perkembangan pasien secara cermat

Untuk intervensi perawatan paliatif yang bisa kita lakukan adalah :


 Strategi pencapaian asuhan keperawatan
 Memberikan prioritas intervensi keperawatan dan sesuai dengan masalah
keperawatan : nyeri, intake nutrisi, dan lain-lain
 Modifikasi tindakan dengan terapi komplementer (hipnoterapi, yoga,
healing touch dan lain-lain)
 Melibatkan keluarga ODHA

Sedangkan intervensi keperawatan pada aspek psiko sosio kultural dan


spiitual adalah :
 Berikan informasi dengan tepat dan jujur
 Lakukann komunikasi terapeutik, jadilah pendengar yang aktif
 Tunjukkan rasa empati yang dalam
 Support ODHA, meskipun ODHA akan melewati hari-hari terakhir,
pastikan ODHA sangat berarti bagi keluarganya
 Tetap menghargai ODHA sesuai dengan perannya dalam keluarga
 Selalu melibatkan ODHA dalam proses keperawatan
 Tingkatkan penerimaan lingkungan terhadap perubahan kondisi ODHA
 Lakukan pendampingan spiritual yang intensif.

Dalam memberikan asuhan keperawatan paliatif pada ODHA terdapat hal-hal


yang arus diperhatikan yaitu :
 Memberikan asuhan keperawatan sesuai masalah keperawatan
 Hak pasien adalah untuk menerima atau menolak tindakan keperawatan
 Rasa empati, support, motivasi dari berbagai pihak khususnya perawat
 Kolaborasi dengan tim perawatan paliatif.

3. (Syifa)
TBC adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis, yang terutama menyerang paru-paru. Bakteri tersebut menyebar
dari satu orang ke orang lain melalui tetesan kecil yang dilepaskan ke udara
(droplet), lewat batuk dan bersin. Pada kasus TBC, gejala sesak napas dialami
akibat peradangan pada jaringan paru, sehingga pertukaran udara menjadi
lebih sulit dilakukan. Selain itu, infeksi TBC juga dapat menyebabkan
adanya cairan pada rongga pleura (selaput paru), yang membuat paru-paru
jadi lebih sulit berkembang. Bahkan, pada keadaan sesak napas yang berat,
pernapasan bantuan dengan ventilator diperlukan untuk membantu pasien
bernapas.
Dx. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d akumulasi sekret
Tujuan : bersihan jalan nafas efektif
KH  : pasien dapat mempertahankan jalan nafas dan mengeluarkan sekret
tanpa bantuan
Intervensi :
 Kaji fungsi pernafasan contoh bunyi nafas, kecepatan, irama, dan
kelemahan dan penggunaan otot bantu
 Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa batuk efektif, catat
karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis.
 Berikan klien posisi semi atau fowler tinggi
 Berikan terapi oksigen
 Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, penghisapan sesuai keperluan

4. (Ira)
Yang bisa dilakukan perawat dalam menaikkan BB pasien yaitu:
a. Perbanyak Asupan Kalori
Hal pertama yang harus kamu perhatikan adalah memperbanyak asupan
kalori yang masuk dalam tubuh. 
b. Makan Porsi Kecil
Terkadang, mengonsumsi makanan dalam jumlah yang banyak membuat
pencernaan menjadi kurang nyaman. Untuk itu, makan dengan porsi yang
lebih kecil. Namun, lakukan dengan frekuensi yang lebih sering.
c. Hindari Makanan dengan Rasa yang Kuat
Sebaiknya hindari mengonsumsi makanan dengan rasa yang kuat, seperti
pedas, asam, atau terlalu manis. Konsumsilah makanan dengan rasa yang
normal. Selain itu, hindari makanan yang berlemak, mengandung kafein,
dan alkohol.
d. Makanan dengan Tekstur Lembut
Pastikan kamu mengonsumsi makanan dengan tekstur yang lembut.
Makanan yang keras membuat tubuh lebih sulit mengolah. 
e. Perhatikan Kandungan Serat
Jangan lupa untuk memenuhi kebutuhan serat dalam tubuh. Hal ini untuk
membantu meningkatkan fungsi dari bagian pencernaan. 
f. Perbanyak Air Putih
HIV/AIDS dapat menyebabkan gangguan pada pencernaan yang
menyebabkan diare. Perbanyak air putih untuk menghindari gangguan
kesehatan yang lebih buruk, seperti dehidrasi.

5. (Mifta)
Berat badan turun drastis merupakan salah satu tanda dari malnutrisi, yaitu
kondisi ketika tubuh kekurangan nutrisi yang dibutuhkannya untuk berfungsi
dan memperbaiki diri. Karena pada kasus HIV/Aids biasanya disertai
penyakit lain atau biasanya disertai dengan gejala Gangguan makan, seperti
anoreksia dan bulimia, bisa menjadi juga mengalami diare berat.
(+Lala)
Keberadaan virus sudah yang melemahkan sistem imun. Saat seseorang
mengalami infeksi, sistem imun tubuh mereka harusnya bekerja keras untk
melawan penyebab penyakitnya. Proses perlawanan ini membutuhkan energi
yang tidak sedikit. Karena sistem imun ODHA sudah sangat dilemahkan,
maka tubuh mereka butuh asupan energi yang lebih besar lagi. Di samping
itu, infeksi mengganggu kerja metabolisme sehingga menurunkan
kemampuan tubuh untuk menyerap makanan. Virus penyebab infeksi HIV
kerap membuat dinding usus rusak sehingga berbagai nutrisi dari makanan
tidak bisa diserap dengan sempurna. Ketika tidak mendapat cukup asupan
makanan, tubuh menggunakan cadangan energi dari lemak dan protein dari
otot. Jika hal ini terjadi terus-menerus, ODHA akan jadi susah gemuk karena
selalu kehilangan massa dan massa ototnya.

6. (Indah)
Pelayanan Kolaborasi TB-HIV dapat dilaukan dengan petugas kesehatan di
klinik TB akan merujuk pasien TB ke Klinik VCT (Voluntary Counseling and
Testing), jika pasien memiliki resiko terkena HIV & AIDS (misalnya pasien
atau pasangannya sering berhubungan seks berganti-ganti pasangan, atau
menggunakan narkoba suntik). Sebaliknya pasien HIV atau ODHA yang
menjalani pengobatan ARV TB oleh dokter, jika ada salah satu gejala TB
maka pasien dirujuk ke klinik TB atau unit DOTS di rumah sakit atau
pelayanan kesehatan. Jika pasien terkena TB dan HIV secara bersamaan
maka:
 TB dapat disembuhkan dengan berobat secara teratur sampai tuntas.
 Periksa ke dokter di rumah sakit yang menyediakan ARV(Anti Retro
Viral) untuk memastikan apakah sudah diminum.
 Virus HIV dapa dikendalikan dengan minum ARV secara teratur
 Hidup sehat, istirahat cukup, makan teratur, berolah raga, hindari rokok
dan alkohol.
 Saat batuk dan bersin tutup mulut dengan sapu tangan/tissu atau gunakan
masker
7. (Cika)
Tanda dan gejala seseorang tertular HIV :
a. Pengidap akan mengalami nyeri mirip, seperti flu, beberapa minggu
setelah terinfeksi, selama satu hingga dua bulan.
b. Dapat tidak menimbulkan gejala apapun selama beberapa tahun.
c. Dapat timbul demam, nyeri tenggorokan, ruam, pembengkakan kelenjar
getah bening, diare, kelelahan, nyeri otot, dan sendi.

(+Syifa)
Tanda dan gejala HIV/AIDS disesuaikan dengan fase terjadinya HIV/AIDS
tersebut, diantaranya :
Tahapan perubahan HIV/AIDS
a. Fase 1
Umur infeksi 1-6 bulan (sejak terinfeksi HIV) individu sudah terpapar dan
terinfeksi. Tetapi ciri-ciri terinfeksi belum terlihat meskipun ia melakukan
tes darah. Pada fase ini antibodi terhadap HIV belum terbentuk. Bisa saja
terlihat/mengalami gejala-gejala ringan, seperti flu (biasanya 2-3 hari dan
sembuh sendiri).
b. Fase 2
Umur infeksi : 2-10 tahun setelah terinfeksi HIV. Pada fase kedua ini
individu sudah positif HIV dan belum menampakkan gejala sakit. Sudah
dapat menularkan pada orang lain. Bisa saja terlihat/mengalami gejala-
gejala ringan, seperti flu (biasanya 2-3 hari dan sembuh sendiri).
c. Fase 3
Mulai muncul gejala-gejala awal penyakit. Belum disebut sebagai gejala
AIDS. Gejala-gejala yang berkaitan antara lain keringat yang berlebihan
pada waktu malam, diare terus menerus, pembengkakan kelenjar getah
bening, flu yang tidak sembuh-sembuh, nafsu makan berkurang dan badan
menjadi lemah, serta berat badan terus berkurang. Pada fase ketiga ini
sistem kekebalan tubuh mulai berkurang.

d. Fase 4
Sudah masuk pada fase AIDS. AIDS baru dapat terdiagnosa setelah
kekebalan tubuh sangat berkurang dilihat dari jumlah sel-T nya. Timbul
penyakit tertentu yang disebut dengan infeksi oportunistik yaitu TBC,
infeksi paru-paru yang menyebabkan radang paru-paru dan kesulitan
bernafas, kanker, khususnya sariawan, kanker kulit atau sarcoma kaposi,
infeksi usus yang menyebabkan diare parah berminggu-minggu, dan
infeksi otak yang menyebabkan kekacauan mental dan sakit kepala.
WHO menetapkan empat stadium klinis HIV, sebagaimana berikut:
a) Stadium 1 : tanpa gejala.
b) Stadium 2 : penyakit ringan.
c) Stadium 3 : penyakit lanjut.
d) Stadium 4 : penyakit berat

8. Eva
Tujuan utama perawatan paliatif :
Tujuan perawatan paliatif untuk mengurangi penderitaan pasien,
meningkatkan kualitas hidupnya, juga memberikan support kepada
keluarganya. Perawatan ini mencegah dan mengurangi penderitaan melalui
identifikasi awal, penilaian yang benar dan perawatan rasa sakit dan masalah
lain, baik fisik, psikososial atau spiritual. (WHO, 2018) Jadi, tujuan utama
perawatan paliatif bukan untuk menyembuhkan penyakit dan yang ditangani
bukan hanya penderita, tetapi juga keluarganya.
(+Indah)
Tujuan perawatan paliatif adalah mengurangi penderitaan fisik, sosial,
psikologis, dan spiritual. Tujuan tersebut dapat dicapai melalui berbagai
tindakan medis, baik konservatif, operatif, ataupun tindakan lain. Keputusan
perawatan paliatif harus sudah ada sejak awal perawatan agar keinginan
pasien terpenuhi. Perencanaan perawatan lanjutan dibuat atas dasar keputusan
bersama antara pasien, keluarga, dan petugas kesehatan.
9. Syifa
(+Lala)
10. (Meike)
Perawat dapat melakukan konseling hiv/aids. Konseling HIV/AIDS
bersifat komunikasi rahasia antara klien dan petugas kesehatan yang
bertujuan memungkinkan klien menghadapi stres dan menentukan pilihan
pribadi berkaitan dengan HIV/AIDS. Proses konseling termasuk melakukan
evaluasi risiko penularan HIV pribadi, memberikan fasilitasi perubahan
perilaku, dan melakukan evaluasi mekanisme coping ketika klien dihadapkan
pada hasil tes (+), dan konseling pencegahan dan perubahan perilaku guna
mencegah penularan. Diagnosis HIV mempunyai banyak dampak –
psikologik, sosial, fisik dan spiritual. HIV merupakan penyakit yang
mengancam kehidupan.
Tahap pertama: Dimulai dari membina hubungan baik dan membina
kepercayaan , dengan menjaga rahasia dan mendiskusikan keterbatasan
rahasia, melakukan ventilasi permasalahan, mendorong ekspresi perasaan,
diutamakan dapat menggali masalah, terus mendorong klien
menceritakannya.
Tahap kedua : Mendefinisikan pengertian peran, memberikan batasan
dan kebutuhan untuk mengungkapkan peran dan batasan hubungan konseling,
mulai dengan memaparkan dan memperjelas tujuan dan kebutuhan klien,
menyusun prioritas tujuan dan kebutuhan klien, mengambil riwayat rinci –
menceritakan hal spesifik secara rinci, menggali keyakinan, pengetahuan dan
keprihatinan klien.
Tahap ketiga : Proses dukungan konseling lanjutan yakni dengan
meneruskan ekspresi perasaan / pikiran , mengidentifikasi opsi,
mengidentifikasi ketrampilan, penyesuaian diri yang telah ada,
mengembangkan keterampilan penyesuaian diri lebih lanjut, mengevaluasi
opsi dan implikasinya, memungkinkan perubahan perilaku, mendukung dan
menjaga kerjasama dalam masalah klien, monitoring perbaikan tujuan yang
terindentifikasi, dan rujukan yang sesuai.
Tahap empat : Untuk menutup atau mengakhiri hubungan konseling.
Disarankan kepada klien dapat bertindak sesuai rencana klien menata dan
menyesuaiakan diri dengan fungsi sehari-hari, bangun eksistensi sistem
dukungan dan dukungan yang diakses, lalu mengidentifikasi strategi untuk
memelihara hal yang sudah beruhah baik .
11. (Vinola)
Pada kasus, hasil pemeriksaan X-ray dan Sputum pasien menunjukkan
bahwa pasien terinfeksi tuberkulosis . Kemudian RR : 34 x/m nt
menunjukkan ketidaknormalan dengan nilai RR normal 12-20 x/mnt . Ronkhi
(+) dikedua paru akibat adanya eksudat pada paru-paru pasien. BB 35 kg
dengan TB 155 cm, hasil indeks massa tubuh menunjukkan pasien mengalami
kekurangan bobot dengan nilai IMT 14,6 dengan nilai IMT normal adalah
kisaran 18,5 - 22,9 . Selanjutnya nilai CD4 pasien yaitu 134 sel/ul yang
menunjukkan kerusakan berat pada sistem kekebalan tubuh dengan nilai CD4
normal adalah berkisar 500-1600.

12. (Rani)
Peran perawat yaitu memotivasi untuk melakukan terapi antiretroviral (ART)
yang tujuannya mengembalikan kekuatan kekebalan pada seseorang yang
terinfeksi HIV. Dengan mencegah virus bereplikasi, ART membantu tubuh
memulihkan dirinya sendiri, menyusun kembali populasi CD4 hingga ke
tingkat normal. Dengan cara mengkonsumsi obat dengan teratur dan tepat
waktu.

13. (Syifa)
Berdasarkan kasus, klien sudah mengalami infeksi TB paru yang
mengakibatkan sesak nafas. Kemudian, disesuaikan dengan teori kebutuhan
Maslow maka diagnosa keperawatan yang ditegakkan adalah diagnosa yang
mengancam keselamatan dan kenyamanan klien yang menyangkut kebutuhan
fisiologisnya termasuk oksigenasi. Karenanya intervensi juga disesuaikan
dengan diagnosa utama tersebut. Adapun diagnosa utamanya adalah :
Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d akumulasi sekret
Tujuan : bersihan jalan nafas efektif
Kriteria hasil  : pasien dapat mempertahankan jalan nafas dan mengeluarkan
sekret tanpa bantuan
Intervensi awal dan lanjutan yang harus dilakukan perawat adalah :
 Kaji fungsi pernafasan contoh bunyi nafas, kecepatan, irama, dan
kelemahan dan penggunaan otot bantu
 Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa batuk efektif, catat
karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis.
 Berikan klien posisi semi atau fowler tinggi
 Berikan terapi oksigen
 Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, penghisapan disesuaikan dengan
keperluan klien

(+Eva)
Untuk intervensi pada kasus , karena pada kasus pasien mengalami penurunan
berat dengan cukup drastis yaitu 10 kg dalam kurun waktu 1 bulan maka
didapatkan diagnose : ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b.d penurunan nafsu makan sehingga dilakukan intervensi dengan kriteria
hasil:
a. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
c. Tidak adanya tanda-tanda malnutrisi
d. Menunjukan peningkatan fungsi menelan
e. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi dengan perencanaan tindakan:
 Kaji adanya alergi makanan
 Monitor adanya penurunan berat badan
 Monitor adanya mual, muntah dan diare
 Kolaborasi dengan dokter untuk pemasangan NGT
 Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
 Monitor kadar albumin, Hb dan Ht
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien
 Berikan substansi gula
 Berikan makanan yang sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi.
14. (Eva)
Peran keluarga dalam perawatan paliatif :
Keluarga menghindari sikap terlihat mengasihani dirinya dan tunjukkan
bahwa keluarga tetap mendukung kegiatan yang menyenangkan untuknya,
dengan catatan tidak membahayakan. keluarga meyakinkan pasien bahwa
keluarga merawat mereka dengan dasar penghargaan cinta. Keluarga dapat
mendampingi dan merawat anggota keuarga yang sakit saat ia mengalami
perubahan fisik, emosional dan spiritual adalah keluarga yang hebat
walaupun memang tidak mudah. Proses perjalanan saat ada sakit dirasakan
oleh seluruh anggota keluarga. Keluarga di harapkan selalu membimbing dan
mengarahkan diri mereka dan anggota keluarga yang sakit untuk
mengevaluasi kembali kehidupan yang telah dijalani, dalam fase ini,
mendekatkan diri ke dalam hal spiritual lebih dianjurkan. Hal yang dapat
dilakukan yaitu mendekatkan diri kepada Yang Kuasa dan mencari arti
perjalanan kehidupan dengan penyakit. Ketika dalam fase ini dapat ditangani
maka kematian tidak lagi menjadi ketakutan terbesar dalam keluarga dan
anggota yang sakit.

15. (Lala)
 Pemakaian jarum suntik secara bergantian dengan pengidap HIV.
 Penggunaan peralatan pribadi yang tidak disterilkan dan pernah dipakai
oleh pengidap HIV, misalnya peralatan tato, alat piercing, atau cukur
jenggot.
 Melakukan hubungan intim dengan pengidap HIV. Umumnya, hubungan
intim yang dilakukan melalui vagina atau dubur menjadi risiko tertinggi
penularan HIV. Hubungan intim yang dilakukan secara oral nyatanya
sangat jarang menyebabkan penularan HIV, kecuali terdapat luka terbuka
pada mulut, misalnya sariawan atau luka pada bagian gusi.
 Mendapatkan transfusi darah dari pengidap HIV juga menyebabkan kamu
dapat tertular virus HIV.
 Virus HIV juga dapat menular dari ibu hamil ke janin dalam kandungan.
 Selain itu, virus HIV dapat ditularkan melalui proses persalinan atau
menyusui.
STEP 4 MIND MAPPING

(Cika)

Anda mungkin juga menyukai