Anda di halaman 1dari 11

Jur. Ilm. Kel. & Kons., September 2020, p : 239-249 Vol. 13, No.

3
p-ISSN : 1907 – 6037 e-ISSN : 2502 – 3594 DOI: http://dx.doi.org/10.24156/jikk.2020.13.3.239

RESIKO PENGASUHAN PERMISIF ORANG TUA DAN NENEK PADA


PENCAPAIAN BAHASA ANAK

Arifah Prima Satrianingrum1*), Erna Andriyanti1

1
Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Program Pascasarjana,
Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta 55281, Indonesia

*)E-mail: aprimasatrianingrum@yahoo.com

Abstrak

Pencapaian bahasa anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pengasuhan orang tua.
Penelitian ini mengkaji pencapaian bahasa anak usia 2 tahun pada sebuah keluarga di Samirono, Yogyakarta
yang diasuh oleh orang tua dan nenek dengan pola asuh permisif. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan resiko pengasuhan permisif yang diterapkan orang tua dan nenek pada pencapaian bahasa
anak. Penelitian ini menggunakan model kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data
menggunakan wawancara dan observasi. Informan dalam penelitian berjumlah empat orang yang dipilih
menggunakan teknik purposive sampling. Data dianalisis menggunakan model Miles dan Hubberman. Hasil
penelitian menunjukkan peran nenek dalam pengasuhan lebih besar karena orang tua anak dalam penelitian ini
mencari nafkah. Orang tua dan nenek kurang memberi stimulasi untuk perkembangan bahasa anak. Orang tua
dan nenek juga membatasi anak untuk belajar berkomunikasi. Akibatnya, anak belum mampu untuk melakukan
komunikasi sederhana dan baru dapat mengucapkan beberapa kata, seperti "emoh", "dah", "ma", "um", "a".
Penelitian ini menggambarkan resiko dari penerapan pengasuhan permisif orang tua dan anak terhadap
perkembangan bahasa anak.

Kata kunci: komunikasi, pencapaian bahasa, pengasuhan permisif, pola asuh, stimulan

Risk of Permissive Parenting by Parents and Grandmother on


Child’s Language Achievement

Abstract

A child’s language achievement is influenced by several factors, one of them is parenting. This study deals with
the language achievement of a 2-year-old child in a family in Samirono, Yogyakarta raised by parents and
grandmother with permissive parenting. The research aimed to describe how the permissive parenting of
grandmother and parents influence a child's language achievement. This study used a qualitative model with a
case study approach. Data were collected through interviews and observation. Informants in this study were four
people based on purposive sampling. Data were analyzed using Miles and Hubberman models. The results of the
study indicate that the role of the grandmother was greater because the child's parents work hard for their living.
Parents and grandmothers provide less stimulation for children's language development. Parents and
grandmothers also limit their children's learning to communicate. Consequently, the child has not been able to
interact in simple communication and can only say a few words, such as "emoh", "dah", "ma", "um", "a". This
study describes the risks of applying permissive parenting of parents and children to children's language
development.

Keywords: communication, language achievement, parenting, permissive parenting, stimulant

PENDAHULUAN upaya tumbuh dan kembang anak (Yusuf,


2004).
Keluarga adalah lingkungan pertama anak
dididik dan diasuh. Sikap, nilai, dan prinsip Anak adalah titipan dari Tuhan untuk dididik,
yang ditiru oleh anak berasal dari keluarga. dirawat, serta dijaga untuk dapat menebar
Sebagai pondasi utama yang akan manfaat kepada sesama. Anak merupakan
membimbing anak, keluarga seharusnya generasi penerus kehidupan bangsa. Oleh
memiliki value yang baik untuk ditiru karena karena itu, perlu adanya upaya pembinaan dan
anak di usia dini adalah peniru yang ulung. pengasuhan yang tepat untuk melatih anak
Keluarga berperan penting dan dominan dalam menjadi manusia yang kompeten dan
240 SATRIANINGRUM & ANDRIYANTI Jur. Ilm. Kel. & Kons.

kompetitif. Anak terlahir dalam keadaan fitrah bentuk lisan maupun tulisan, dan berfungsi
(suci), lingkungan di sekitar anak yang membuat interaksi menjadi bermakna (Amelin,
menempa dan membentuk anak. Orang di Ramadan, & Gani, 2019; Sebayang, 2018).
lingkungan sekitar anak memegang peranan Sehingga dengan adanya bahasa, manusia
penting dalam mencetak anak untuk menjadi dapat berkooperasi serta mengidentifikasi diri.
bibit unggul di masa mendatang (Aisyah, 2019;
Silahuddin, 2016). Orang tua dan lingkungan yang menjadi faktor
pendukung dalam pengembangan aspek anak.
Panca indera yang pertama kali berfungsi pada Pada periode anak usia dini, anak lebih banyak
anak adalah pendengaran. Anak mendengar, berinteraksi dengan keluarga. Oleh karenanya,
menyerap, dan mehamami kata dari keluarga peran keluarga untuk menyokong
terdekatnya, yakni ibu, bapak, kakak, adik, perkembangan anak sangat dominan. Jika
kakek, dan nenek yang berinteraksi langsung keluarga terlambat dalam memberikan stimulasi
dengan anak. Proses mendengar, menyerap, perkembangan bahasa anak maka anak akan
dan mehamami apa yang dikatakan orang terhambat dalam perkembangan bahasanya di
dewasa di sekitarnya memengaruhi anak dalam masa yang akan datang (Khoiriyah, Ahmad, &
mempraktikkan kosakata dalam ungkapan Fitriani, 2016).
sehari-hari. Anak belajar bahasa melalui
interaksi dengan orang dewasa disekitarnya. Secara teori, pencapaian bahasa anak pada
Ketika anak salah menyebutkan kata, lalu umumnya di usia 2 tahun yang dapat teramati
dibenarkan oleh ibunya; anak akan belajar dan ialah mengerti kata “aku” dan “kamu”,
tidak mengulangi kesalahan yang sama. mengucapkan dua kalimat, dapat
Pemerolehan bahasa yang didapatkan oleh menggunakan lebih dari 50 kata, mengikuti
anak terjadi secara tidak sadar, implisit, dan kata-kata jargon, memberikan nama pada
informal (Fatmawati, 2015; Suardi, Indah, setiap gambar atau benda, dan juga menyebut
Syahrul, & Asri, 2019; Tussholekha, 2015). diri sendiri dengan menyebut namanya
Oleh karena itu, masa usia dini adalah masa (Australian Government, 2015; Scharf, Scharf,
yang penting dalam memberikan stimulasi & Stroustrup, 2016). Pengaruh gaya
aspek perkembangan bahasa anak. pengasuhan memiliki dampak terhadap
perkembangan bahasa anak. Gaya
Anak usia dini merupakan periode pengasuhan yang baik akan memberikan efek
perkembangan anak yang mengalami yang baik terhadap perkembangan bahasa
perkembangan yang sangat pesat. Periode ini anak, begitupun sebaliknya. Hal tersebut
juga disebut periode golden age (masa disebabkan karena gaya pengasuhan orang tua
keemasan anak) atau masa ketika anak memberikan kontribusi nyata terhadap aspek
mampu menyerap lebih cepat dari yang dilihat, perkembangan anak, khususnya bahasa
dirasa, didengar, dan diraba. Masa ini sangat (Bingham, Jeon, & Kwon, 2017; Putri, Murti, &
tepat digunakan untuk mengokohkan pondasi Indarto, 2016; Wijayanti, Wedikadigunawan, &
yang ada pada anak serta memberikan Murti, 2018).
rangsangan yang tepat pada seluruh aspek
perkembangan anak agar anak dapat Anak usia dini memiliki tahapan-tahapan dalam
berkembang secara optimal, salah satunya perkembangan bahasa. Ada beberapa tahap
perkembangan bahasa. perkembangan bahasa anak, yakni: 1)
menangis; 2) cooing (pada umur 3 bulan); 3)
Bahasa bagi anak usia dini berperan sebagai babbling (umur 6-10 bulan); 4)
alat untuk mengekspresikan dirinya dan mengembangkan kata dan kalimat (umur 1-2
diwujudkan atau diikuti dengan bentuk ekspresi tahun); dan 5) menguasai bahasa seperti orang
nonverbal. Rasa lapar, misalnya, ditunjukan dewasa (umur 2-5 tahun) (Beaver, Wyatt, &
dengan menangis; dan jika merasa bahagia Jackman, 2017). Selain itu, juga ada tahap
maka ia akan tersenyum. Kemampuan bahasa linguistik yang dialami oleh anak usia dini
anak berperan penting dalam perkembangan. (Zubaidah, 2004). Pada masa bayi, anak dapat
Dengan berbahasa, anak dapat mengutarakan mengucapkan kata-kata, seperti “mama” dan
keinginan, pendapat, menyampaikan “papa”. Selanjutnya, saat usia 12 bulan, anak
perasaannya, serta pikirannya kepada orang dapat menggunakan tiga hingga enam kata.
lain. Bahasa merupakan aspek terpenting Pada usia 12 sampai 18 bulan, anak dapat
dalam kehidupan manusia dan digunakan menggunakan tiga sampai dengan 50 kata.
sebagat alat komunikasi antarmanusia agar Usia 2 tahun sampai dengan 3 tahun anak
seseorang dapat dimengerti dan dipahami dapat menerima bahasa dan dapat
maksud pikirannya (Satrianingrum, berkomunikasi dengan menggunakan kosa kata
Yulsyofriend, & Ismet, 2020). Bahasa dapat yang telah ia capai hingga 50 kata. Hal ini
Vol. 13, 2020 PENGASUHAN PERMISIF DAN PENCAPAIAN BAHASA ANAK 241

dipertegas dari penelitian yang menyebutkan gaya pengasuhan yang menempatkan anak
bahwa anak usia 2 tahun dalam perkembangan menjadi pusat kekuasaan (child-center). Pada
bahasanya dapat mengikuti dua langkah pola asuh ini orang tua akan menuruti semua
kalimat perintah sederhana, mengerti konsep keinginan anak (Santrock, 2013).
“aku” dan “kamu”, menunjuk lima sampai
sepuluh gambar, dapat menggunakan kata Pola pengasuhan permisif adalah perlakuan
dalam bentuk kalimat sederhana (benda + kata dilakukan oleh orang tua yang memberikan
kerja), menggunakan lebih dari 50 kata, dapat kesempatan kepada anak seluas-luasnya,
menamai 3 gambar, serta menunjuk diri sendiri tanpa adanya batasan yang mengikat. Keempat
dengan nama (Scharf et al., 2016). mengabaikan, dalam gaya pengasuhan ini anak
melakukan semua kemauannya tanpa adanya
Penelitian yang dilakukan Hollysa (2018) controlling dari orang tua. Gaya pengasuhan
menunjukan bahwa usia anak 1,5 hingga 2 yang dilakukan dengan peran kontrol yang
tahun sudah mulai dapat mengucapkan kata- diberikan oleh orang tua merupakan teori dasar
kata yang jelas seperti “unda” (Bunda), “anyah” dari Baumrind (1966). Dalam gaya
(Ayah), “mamam” (makan), dan “mik” (minum pengasuhannya, ada orang tua yang otoritatif
susu). Hollysa (2018) juga menjelaskan bahwa (berwenang atas tindak tanduk anak), otoriter,
perkembangan bahasa setiap anak berbeda; dan permisif (membolehkan semuanya).
ada yang berkembang secara pesat dan ada
juga yang lambat. Hal ini dipengaruhi oleh Baumrind (1971) menjelaskan bahwa gaya
beberapa faktor, yakni usia anak, sosial pengasuhan diukur dengan kehangatan orang
ekonomi dan lingkungan sosial keluarga, serta tua, dukungan dan keterlibatannya sehingga
kemampuan orang tua, nenek, dan lingkungan muncul gaya pengasuhan tidak terlibat atau
sekitar anak yang aktif memberikan stimulasi mengabaikan. Pengasuhan otoritatif, dicirikan
dan pengasuhan yang diimplementasikan dengan adanya kewenangan dan kontrol tinggi
(Hollysa, 2018). Meskipun pada penelitian dari orang dewasa. Sebaliknya dengan
lainnya tidak ditemukan hubungan antara sosial pengasuhan otoriter, kewenangan rendah dan
ekonomi dengan perkembangan bahasa anak kontrol rendah dari orang tua. Sementara itu,
(Safitri, 2017). pengasuhan permisif, dikarakteristikkan dengan
adanya tingkat kewenangan tinggi dari orang
Pengasuhan yang diterapkan orang tua dan tua namun kontrol serta tuntutan yang diberikan
lingkungan kepada anak akan berpengaruh rendah. Pengasuhan tidak terlibat (uninvolved),
pada pencapaian bahasa anak. Penelitian dicirikan dengan orang tua yang memiliki
sebelumnya yang menggali korelasi pola asuh wewenang dan kontrol rendah (Hoskins, 2014).
orang tua dengan kemampuan bicara anak Dalam temuan beberapa penelitian, gaya
yang dilakukan oleh Wangti dan Rosana (2013) pengasuhan permisif terlihat kurangnya
menunjukkan bahwa adanya hubungan keterlibatan antara orang dewasa dan anak,
signifikan antara pola asuh orang tua dengan serta tidak adanya aturan yang mengikat untuk
kemampuan anak berbicara. Pengasuhan dijalankan oleh anak, kendali dan kontrol
melibatkan tata cara, perilaku, dan sikap orang dibawah wewenang anak (Baumrind, Larzelere,
dewasa yang terlibat di sekeliling anak dalam & Owens, 2010; Hoskins, 2014).
memberikan perlakuan untuk mengembangkan
potensi anak ke depan (Clarke & Stewart, 2006; Gaya pengasuhan yang diterapkan oleh orang
Ganevi, 2013). tua dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
seperti latar belakang pendidikan, status sosial
Gaya pengasuhan yang diterapkan oleh orang ekonomi, pendapatan, dan pengalaman dalam
tua merupakan gambaran secara tetap dalam merawat dan menjaga anak, perbedaan etnis
menuntun, mengawasi, memberi petunjuk dan dan budaya, dan tingkat stress orang tua
memelihara anak. Baumrind (1971) (Santrock, 2013; Sulistino, 2016; Tridhonanto,
menjelaskan ada empat jenis gaya pengasuhan 2014; Winarti, 2019). Dalam temuan
yang dilakukan oleh orang tua. Pertama Pfannesntiel dan Seltzer (1989), dipaparkan
otoriter, yaitu orang tua memegang peran bahwa risiko pengukuran tradisional (seperti
kendali terhadap anak. Pada gaya pengasuhan umur orang tua, tingkat pendidikan,
ini, anak wajib menaati peraturan yang telah pendapatan, status orang tua, jumlah saudara)
dibuat dari orang tua, walaupun anak tidak berkorelasi kepada aspek perkembangan anak,
menyukainya. Kedua otoritatif, gaya yakni dalam aspek intelegensi, pencapaian,
pengasuhan ini diidentifikasi dengan adanya dan perkembangan bahasa. Suryanda dan
diskusi hangat antara orang tua dengan anak Rustati (2019) dan Tasu’ah (2013) telah banyak
dan orang tua menempatkan posisi yang mengungkapkan mengenai peran pengasuhan
sejajar dengan anak. Ketiga permisif, yaitu orang tua yang bekerja terhadap kepribadian
242 SATRIANINGRUM & ANDRIYANTI Jur. Ilm. Kel. & Kons.

anak. Hasil lain juga menunjukkan bahwa Sleman, Yogyakarta dipilih karena peneliti
semakin muda nenek yang mengasuh maka sudah berbaur selama 9 bulan dengan subjek
perkembangan anak akan baik, begitu yang diteliti. Peneliti melakukan penelitian pada
sebaliknya (Latifah, Krisnatuti, & Puspitawati, subjek yang diteliti selama 6 bulan. Keluarga
2016). Namun, ada juga penelitian yang yang diteliti ini memiliki anak yang berusia 2
menunjukkan bahwa pengasuhan oleh nenek tahun. Satu rumah terdapat beberapa
(grandparenting) memiliki dampak yang tidak penghuni, yakni nenek, om dan tante, orang tua
diinginkan (Hartinah, 2014; Statham, 2011). anak yang diteliti, serta tiga orang penghuni kos
dalam satu rumah. Jumlah informan dalam
Hasil observasi pendahuluan yang telah penelitian ini adalah empat orang, yaitu ibu,
dilakukan pada sebuah keluarga di Samirono, ayah, nenek, dan tante dari anak yang menjadi
Kecamatan Condong Catur, Kabupaten subjek penelitian. Teknik sampling yang
Sleman, Yogyakarta memberi gambaran bahwa digunakan adalah purposive sampling untuk
orang tua dan nenek kurang sensitif terhadap mewakili sejumlah informan yang mengetahui
perkembangan bahasa anak. Orang tua dan informasi yang peneliti butuhkan.
nenek menganggap anak akan dapat
berbahasa dengan sendirinya seiring dengan Instrumen dalam penelitian ini ialah peneliti
berjalannya waktu. Peneliti juga mendapat sendiri. Pada penelitian kualitatif, peneliti
gambaran bahwa orang tua dan nenek tidak menjadi key instrument yang bisa menentukan
memberikan stimulasi perkembangan bahasa dan mengumpulkan fakta-fakta di lapangan
anak dengan optimal. Anak dikekang di rumah yang merupakan data dan mengkategorikan
tanpa diberikan keluasan bermain dengan sesuai dengan tujuan penelitian (Xu dan Storr,
teman-temannya yang lain. Responden di usia 2012). Metode pengambilan data dilakukan
2 tahun belum dapat mengucapkan kata-kata melalui observasi dan wawancara. Wawancara
sederhana dengan jelas. Dalam melakukan digunakan untuk memeroleh, menggali, serta
interaksi dengan orang dewasa sekitar, anak memperkuat informasi lebih jauh. Agar
hanya menunjuk sesuatu dengan tangannya. pengumpulan data lebih mendalam dan dapat
mengetahui informasi lebih dari responden,
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan wawancara digunakan sebagai teknik
mengidentifikasi gaya pengasuhan orang tua pengumpulan data (Sugiyono, 2017).
dan nenek dan menggambarkan hubungan
antara gaya pengasuhan orang tua dan nenek Observasi juga turut dilakukan. Peneliti
dengan pencapaian bahasa anak. Hal tersebut mengamati langsung pola asuh yang diberikan
ditinjau dari berbagai aspek yang memengaruhi oleh orang tua dan nenek kepada responden.
penerapan gaya pengasuhan. Penelitian ini Aspek yang diamati saat melakukan observasi
mengangkat studi kasus praktek pengasuhan ialah kegiatan sehari-hari anak dan orang tua
nenek dan orang tua yang berdampak pada (jenis kegiatan yang dilakukan dan jenis
pencapaian bahasa anak di bawah rata-rata, stimulasi yang diberikan), lalu kegiatan anak
dengan kondisi bahwa anak lebih sering diasuh dan nenek (jenis kegiatan dan jenis stimulasi
oleh nenek. yang diberikan). Hal ini dimaksudkan untuk
melihat pencapaian bahasa anak sebagai
METODE dampak dari pengasuhan yang diterapkan.
Dengan pengamatan yang dilakukan pada
Penelitian ini menggunakan desain penelitian orang tua dan nenek, data yang diperoleh
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. dapat digunakan untuk memberikan kesimpulan
Penelitian ini lebih menekankan data alamiah. atau diagnosis (Herdiansyah, 2014).
Metode ini merupakan prosedur penelitian yang
menghasilkan data berupa kata-kata untuk Selanjutnya, data dicek melalui uji triangulasi
menggambarkan perilaku orang yang diamati untuk meningkatkan validitas kesimpulan. Hal
(Bogdan & Taylor, 1975). Pendekatan kualitatif ini dilaksanakan dalam tiga tahap untuk
digunakan karena peneliti ingin pengecekan ulang terhadap sumber yang
menggambarkan permasalahannya melalui dimintai keterangan (Moelong, 2012). Analisis
kata-kata, sehingga mendeskripsikan secara data menggunakan model Miles dan Huberman
gamblang permasalahan yang dialami oleh dengan beberapa tahapan, yakni: 1)
anak berkenaan pencapaian bahasa dengan pengorganisiran data melalui wawancara dan
gaya pengasuhan yang diterima dari nenek dan observasi pada sumber, yang dilakukan dengan
orang tua. metode wawancara kepada orang tua dan
nenek dan observasi partisipasi, dengan
Lokasi penelitian di daerah Samirono, mengamati secara langsung interaksi di
Kecamatan Condong Catur, Kabupaten keluarga yang menjadi subjek penelitian; 2)
Vol. 13, 2020 PENGASUHAN PERMISIF DAN PENCAPAIAN BAHASA ANAK 243

reduksi data, dengan menyeleksi dan Ibu respoden sebagai informan menyatakan
menyajikan data mengenai interaksi anak agar responden tetap anteng, ibu pun
dengan memberikan gambaran yang jelas dan memberikan apa yang diinginkan responden,
tajam; 3) penyajian data, yaitu pengungkapan seperti handphone, seperti yang
secara naratif dan memungkinkan adanya diungkapkannya, “daripada nangis lama-lama,
penarikan kesimpulan dan pengambilan Mba. Kasihan. Yo uwes, aku kasih HP aja”.
tindakan, sehingga data tersusun dan “Kadang K (responden) sama aku, Mba.
terorganisir; dan 4) verifikasi, dilakukan untuk Namun kalau di rumah ibu (Nenek K), lebih
mengecek temuan berupa gambaran yang banyak sama ibu, Mba”.
belum jelas, lalu difokuskan dan disusun secara
sistematik dalam bentuk naratif maka Ibu tidak melarang responden untuk bermain di
kesimpulan yang dikemukakan merupakan luar rumah. Namun, karena mengikuti perintah
kesimpulan yang kredibel (Miles & Huberman, Nenek responden, ibu responden membatasi
1992; Sugiyono, 2010). responden untuk bermain diluar, seperti yang
diungkapkan ibu responden, “kadang K
HASIL (responden) aku ajak ke tetangga sebelah kok,
Mba. Tapi ya kadang dirumah aja, takutnya
Gaya Pengasuhan Orang Tua nanti ada motor lewat atau bagaimana. Aman
dalam pagar, Mba”.
Orang tua responden (ayah berusia 27 tahun
dan ibu berusia 26 tahun) memiliki pendidikan Gambar 1 memperlihatkan, perlakuan atau
terakhir yakni SMA. Aktivitas sehari-hari orang stimulasi yang diberikan orang tua dan nenek
tua menjaga warung di rumah. Pemasukan dapat memberikan dampak positif terhadap
yang didapat dalam sebulan berkisar perkembangan bahasa anak. Orang tua
≤Rp800.000,00. Nenek responden terkadang memberikan stimulasi kepada responden yakni
masih memberikan bantuan kepada orang tua dengan menanyakan kembali apa yang
responden, seperti bantuan popok bayi, susu dimaksud responden, seperti yang diungkapkan
dan bubur untuk responden dan adiknya. sang Ibu, “ya biasanya kalau dia ngomong, aku
Responden terkadang meminta sesuatu suruh biacara yang jelas, Mba. ‘Ngomong opo
dengan cara menangis sehingga orang tua toh Nok? Ngomong yang jelas’. Tapi kan masih
mengikuti keinginannya untuk meredam kecil, palingan aku luruskan kata-katanya,
tangisan. Ataupun ketika mengajak responden Mba”.
melakukan sesuatu, orang tua harus mengulur-
ulur waktu sampai responden mau Saat waktu luang, ibu responden memberikan
melakukannya. stimulasi dengan bernyanyi bersama. Ibu
responden tidak risau dengan perkembangan
Saat orang tua bermain handphone, responden bahasa responden yang belum lancar, sebab
juga merengek untuk bermain handphone. nenek responden pernah memberitahu bahwa
Orang tua pun memberikan keinginan ayah responden dulu mengalami hal yang
responden dan membiarkan responden tanpa serupa, “setidaknya ibu (Nenek) pernah bilang
pengawasan. Di lain kesempatan, saat kalau ayah K juga lambat ngomong tapi jalan
responden dan ibu sedang di kamar, ibu cepat. Tapi setidaknya, walau K belum bisa
responden hanya memerhatikan handphone ngomong jelas, tapi K paham kok omongan
dan responden pun sibuk dengan mainannya kita”.
sambil mengoceh sendirian.

Perlakuan orang tua


terhadap responden
Memberikan dampak pada
perkembangan bahasa

Perlakuan nenek terhadap


responden

Gambar 1 Framework pengasuhan orang tua dan nenek terhadap bahasa responden
244 SATRIANINGRUM & ANDRIYANTI Jur. Ilm. Kel. & Kons.

Gaya Pengasuhan Nenek Dalam keseharian, responden dilarang untuk


bermain di luar sehingga responden hanya
Nenek responden berumur 45 tahun dengan mengamati dari dalam pagar. Nenek sangat
pendidikan terakhir sekolah menengah atas. protektif terhadap responden. Agar responden
Nenek responden lebih banyak berada di menuruti perintah dari nenek, nenek menakut-
rumah dan terkadang mengisi kegiatan nakuti responden. Seperti contoh, ketika
organisasi di lingkungannya. Catatan temuan responden dilarang ke dapur, nenek akan
dalam penelitian ini, responden menghabiskan memberitahu ia akan dimakan oleh kecoa. Hal
banyak waktu bersama nenek. Dalam sehari inilah yang membuat responden mengurungkan
nenek dan responden menghabiskan waktu niatnya.
lebih kurang 19 jam.
Nenek selalu mengisi waktu dengan kegiatan
Responden yang diteliti adalah cucu pertama, bersama, seperti menonton TV. Responden
sehingga responden diperlakukan sangat terkadang di luar pengawasan nenek, sehingga
spesial oleh nenek. Perlakuan ini tampak dari responden dapat menukar channel yang ia
tindakan nenek yang selalu berinisiatif dalam suka. Dalam kegiatan lainnya, nenek
melakukan apapun kepada responden. responden selalu menuruti dan melepaskan
Misalnya, ketika responden menunjuk mainan, apa yang tidak disukai oleh responden. Jika
kemudian nenek langsung mengambilkannya responden melepehkan nasi dari mulutnya,
tanpa menanyakan terlebih dahulu apa yang nenek merasa responden tidak suka nasi dan
ditunjuk. Ketika K menangis saat bermain buru-buru menggantikan dengan susu.
dengan tantenya, nenek langsung memarahi Alasannya adalah agar responden tetap
tante. Hal tersebut dilakukan untuk menghibur mendapati nutrisi yang baik. Selain itu, nenek
responden agar tidak menangis. tidak terlalu memaksakan keinginannya dan
mengikuti apa yang menjadi kemauan
Perbandingan gaya pengasuhan yang responden. Namun, jika responden berulah,
diterapkan orang tua dan nenek kepada K bisa nenek akan mengunci pintu kamar bersama
dilihat pada Tabel 1. responden, agar responden tidak leluasa
bergerak kemana-mana.
Tabel 1 Pengasuhan yang dilakukan orang tua
dan nenek kepada responden Agar anak dan cucu tidak merasakan
Orang tua Nenek penderitaan nenek waktu dulu, apapun yang
1. Sedikit 1. Menghabiskan lebih diinginkan anak ataupun cucunya akan
menghabiskan waktu kurang19 jam bersama dipenuhi Nenek responden, seperti yang
luang bersama responden dalam sehari; diungkapkannya, “Wong aku dulu serba
responden karena 2. Selalu berinisiatif dalam kekurangan, Mba. Jadi kasihan aku kalau K
bekerja; melakukan apapun minta ini, ngga aku kasih”. Nenek responden
2. Menuruti kemauan kepada responden; tidak risau dengan keterlambatan berbicara
responden agar 3. Akan pura-pura cucunya, karena anaknya (Ayah responden)
tangisan mereda; memarahi siapapun dulu juga mengalami hal yang sama, “Nanti
3. Terkadang untuk meredakan kalau udah gede, K bisa ngomong kok, Mba.
membiarkan tangisan responden; Bapaknya dulu juga gitu..”.
responden menangis 4. Protektif terhadap
sejadi-jadinya responden, sehingga Pencapaian Bahasa Anak
karena tidak lingkungan bermain
menuruti ajakan responden di rumah
orang tua; Ketika responden mengucapkan kata-kata,
saja;
4. Membiarkan
orang tua hanya menirukan apa yang
5. Menakut-nakuti responden sebutkan tanpa memperbaiki cara
responden bermain responden, agar
HP tanpa adanya pengucapannya. Selain itu, terkadang orang
mendengar dan
pengawasan; menuruti perintah dari
tua membiarkan responden mengoceh sendiri
5. Karena orang tua nenek; karena orang tua merasa tidak mengerti apa
memiliki aktivitas yang diucapkan. Orang tua juga terkadang
6. Terkadang membiarkan
yang lain, kegiatan responden melakukan meminta responden untuk berbicara dengan
responden menjadi apapun tanpa jelas, “ngomong tu yang jelas toh, Nok..” tanpa
tidak terperhatikan. pengawasan; memberikan stimulasi apapun. Adapun orang
7. Jika responden tidak tua mengajak responden berinteraksi, namun
mau sesuatu, nenek juga meniru ucapan responden yang tidak jelas.
akan berhenti dan tidak Bahasa yang digunakan orang tua dan nenek
memaksakan K untuk dalam mengajak responden berinteraksi
melakukannya. cenderung menggunakan bahasa Indonesia
Vol. 13, 2020 PENGASUHAN PERMISIF DAN PENCAPAIAN BAHASA ANAK 245

dengan mencampurkan kosa kata bahasa PEMBAHASAN


Jawa.
Kesibukan yang dimiliki oleh orang tua,
Stimulasi yang diberikan nenek dalam membuat orang tua menitipkan anaknya
pencapaian bahasa responden masih belum kepada nenek (Silalahi & Meinarmo, 2010).
optimal. Orang tua dan nenek responden Fakta yang ditemukan di lapangan, waktu yang
percaya bahwa sejalan beriringnya usia, dimiliki anak-nenek lebih panjang dibanding
responden akan dapat berbicara dengan baik. waktu anak-orang tua. Penelitian sebelumnya
Nenek terkadang memarahi Om responden menemukan bahwa 75 persen cucu diasuh oleh
ketika Om responden mengajak ia berinteraksi, nenek dari umur 0 sampai 3 bulan; 76,92
“kamu udah tahu si K belum bisa bicara, malah persen nenek berada pada satu tempat tinggal
diajak ngobrol”. Nenek merasa apa yang yang sama dengan anak dan cucunya; 59,62
dilakukan Om responden hanya suatu hal yang persen nenek memiliki waktu luang yang
sia-sia saja. Setiap benda apapun ditunjuk oleh panjang dalam mengasuh cucunya, serta ada 6
responden saat di rumah, nenek secara sigap sampai 9 kegiatan yang dilakukan oleh nenek
langsung mengambilkan, tanpa bertanya dan cucu secara bersamaan (Latifah et al.,
kepada responden apa yang dimaksud. Ketika 2016). Nenek memiliki cara sendiri untuk
responden menangis, nenek dengan sigap menyayangi cucunya dan dalam kasus dalam
langsung membuatkan susu agar tangis penelitian ini terlihat dari cara nenek yang
responden mereda dan menidurkannya. mengikuti seluruh kemauan cucu. Dalam
Responden di umurnya yang 2 tahun, dapat pengasuhan grandparenting, nenek atau kakek
mengucapkan “ma”, “moh (tidak)”, “um”, “a”. sangat memberikan keleluasaan pada cucu
Lebih lanjut, Tabel 2 menunjukkan (Eriyanti, Susilo, & Riyanto, 2019). Hal senada
perbandingan perkembangan bahasa anak diungkapkan oleh Viguer, Mendelez, Valencia,
menurut Milestone (Australian Government, Canterro dan Navaro (2010) yang mengatakan
2015) dan perkembangan bahasa responden di bahwa pengasuhan dari nenek dan kakek tidak
lapang. terlalu ketat dan disiplin.

Ada empat kategori gaya pengasuhan yang Pungello, Dotterer, Iruka, dan Mills-Koonce
dikemukakan Baumrind (1971), yakni otoriter, (2009) menyatakan bahwa ada faktor saat
otoritatif, permisif dan mengabaikan. Gaya mengasuh dan interaksi serta perilaku instruksi
pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua yang negatif yang memengaruhi perkembangan
dan nenek pada responden ialah gaya bahasa anak. Nenek selalu ingin memanjakan
pengasuhan permisif. Hal ini terlihat dari cara dan menyayangi cucunya, terkadang secara
pengasuhan orang dewasa yang menuruti berlebihan, sehingga selalu menuruti apa
semua keinginan anak tanpa memberitahukan keinginan cucu tanpa banyak terjadi proses
alasan atau menanyakan sebabnya. Salah satu dialog antara keduanya. Pengasuhan permisif
ciri dari gaya pengasuhan permisif ialah orang nenek atau kakek (grandparenting) kepada
tua memberikan kesempatan kepada anak cucunya tersebut bisa dikaitkan dengan
seluas-luasnya tanpa adanya batasan yang keinginan untuk memperbaiki kesalahan di
mengikat serta kurangnya konsekuensi yang masa lalu dalam mengasuh anak-anak mereka.
diterima oleh anak (Echedom, Nwankwo, &
Nwankwo, 2018). Hasil temuan Ristia (2016) mengenai pola asuh
grandparenting menunjukan bahwa
Tabel 2 Perbandingan perkembangan bahasa pengasuhan dari nenek atau kakek
Perkembangan bahasa (grandparenting) pada umumnya menunjukan
Perkembangan bahasa
anak 2 tahun menurut pola asuh permisif. Hal tersebut juga
responden usia 2 tahun
milestone diipertegas oleh penelitian lainnya yang
1. Dapat mengikuti 1. Dapat mengucapkan menemukan bahwa ada pengaruh yang
perintah sederhana; “ma”, “moh (tidak)”, diberikan pada pengasuhan yang
2. Dapat mengucapkan “dah”, “um”, “a”;
diimplementasikan oleh nenek dan orang tua
nama; 2. Menginginkan pada perkembangan dan kemandirian dan
3. Dapat mengucapkan sesuatu dengan
kognitif anak (Latifah et al., 2016). Hal tersbeut
beberapa kata hanya menunjuk.
mempertegas bahwa pengasuhan yang
sederhana;
dilakukan oleh orang dewasa di sekitar anak
4. Menggunakan dua
memiliki dampak yang sangat besar terhadap
kata dalam satu
kalimat (misalnya:
perkembangan anak di usia dini.
“mau susu”);
5. Menikmati musik dan Selain gaya pengasuhan permisif, gaya
ritme. pengasuhan mengekang atau otoriter walau
246 SATRIANINGRUM & ANDRIYANTI Jur. Ilm. Kel. & Kons.

tidak kentara namun terlihat pada perilaku yang sebagai gangguan keterlambatan dalam
ditujukan orang tua dan nenek kepada anak, perkembangan berbicara dan bahasa pada
yakni tidak memberikan anak anak karena tidak sesuai dengan standar
respondenkebebasan dalam bermain. Ciri dari milestone perkembangan anak pada umumnya
gaya pengasuhan otoriter adalah orang tua (Scharf et al., 2016).
mendesak anak untuk mengikuti arahan serta
menghormati pekerjaan dan upaya orang tua Kondisi orang tua, salah satunya kondisi
tanpa memberikan alasan yang jelas. Selain itu ekonomi, teramati dalam penelitian ini
juga dikarakteristikkan dengan orang tua memengaruhi pengasuhan yang diterapkan.
sebagai pusat (parent’s center) dari interaksi Keadaan sosial ekonomi mendorong orang tua
yang terjadi antara orang tua dengan anak untuk melakukan pekerjaan untuk memenuhi
(Santrock, 2013). Gaya pengasuhan yang kehidupan sehari-hari dan menitipkan anak
banyak mengekang atau melarang anak dapat kepada nenek. Hal tersbeut menyebabkan
membuat anak merasa tidak mampu dengan interaksi dan komunikasi verbal antara orang
apa yang mereka lakukan (Mattanah, 2005). tua dengan anak kurang intensif. Padahal
komunikasi orang tua kepada anak bisa
Selain hal tersebut, gaya pengasuhan menjadi stimulan yang efektif untuk memicu
membiarkan (neglectful) juga teramati dalam anak belajar bahasa.
penelitian pada keluarga ini. Agar anak tidak
rewel dan tidak mengganggu kegiatan yang Temuan Perkins, Finegood, dan Swain (2013)
dilakukan, orang tua memberikan benda-benda menegaskan bahwa status sosial ekonomi juga
yang diinginkan anak dan membiarkan ia memengaruhi pengasuhan orang tua, yang
bermain sendiri tanpa adanya pengawasan dari tentu saja juga berdampak pada aspek
orang dewasa. Perilaku orang tua untuk perkembangan anak, termasuk perkembangan
membiarkan anak bermain sendirian tanpa bahasa. Orang tua yang bekerja keras
adanya stimulasi tidak baik bagi perkembangan cenderung tidak punya banyak waktu sehingga
bahasanya karena tidak memberi ruang interaksi dengan anak terbatas. Penelitian
baginya untuk belajar berkomunikasi. Baumrind sebelumnya (Latifah et al., 2016; Ristia, 2016)
(1971) menyatakan ciri dari orang tua dengan menyebutkan bahwa hal yang mendorong anak
gaya pengasuhan membiarkan (neglectful) diasuh oleh nenek ialah karena faktor ekonomi.
ialah dengan tidak adanya keterlibatan orang Akibat orang tua bekerja untuk memenuhi
tua dengan kehidupan anak. Anak dibiarkan kebutuhan sehari-hari, nenek tergerak
dengan gadget yang dipegangnya, sedangkan membantu orang tua anak agar memudahkan
orang tua juga sibuk dengan tugas yang ia orang tua mencari nafkah. Anak yang terlahir
kerjakan. Hasil temuan Pungello et al. (2009) dari keluarga berstatus sosial ekonomi baik
menemukan beragam bentuk pengasuhan yang memungkinkan orang tua lebih berpeluang
diterapkan di rumah akan memberikan memberikan stimulasi perkembangan bahasa
pengaruh yang beragam pula terhadap anak yang lebih baik. Status sosial ekonomi
perkembangan bahasa anak. yang baik membuat orang tua dapat
merangsang bahasa anak melalui penyediaan
Idealnya, pada usia 2 tahun, milestone fasilitas yang dimiliki. Namun, jika anak dengan
perkembangan bahasa anak diantaranya anak status sosial ekonomi yang rendah, keadaan
akan sering bertanya karena keingintahuannya tersebut membuat orang tua diharuskan untuk
tinggi, memiliki perbendaharaan kata kira-kira bekerja dan berada jauh dari anak, serta alat
200 kata, dapat mengucapkan tiga kalimat dan permainan yang kurang memadai dalam
sederhana, mengulang kembali cerita pendek menunjang perkembangan bahasa anak
yang telah didengar, menamai 10 sampai (Candrasari, 2017).
dengan 15 benda, dan lain sebagainya (Karo,
2015; Mainizar, 2013; Scharf et al., 2016; Selain itu, orang tua yang belum memiliki
Septiyani & Hartati, 2018). Hasil penelitian yang pengalaman dalam merawat anak dapat
dilakukan menemukan bahwa anak yang menjadi salah satu sebab salahnya
menjadi subjek penelitian ini baru mampu pengasuhan yang diberikan. Temuan
mengucapkan beberapa kosa kata (Tabel 2). Pfannesntiel dan Seltzer (1989) menjelaskan
Selain itu, anak belum mampu merangkai bahwa risiko penagsuhan yang dilakukan
beberapa kata, hanya dapat mengucapkan dengan pengukuran tradisional (seperti umur
kata-kata tertentu secara berulang-ulang, orang tua, tingkat pendidikan, pendapatan,
berkomunikasi dengan orang lain tidak single parent versus orang tua lengkap, jumlah
menggunakan bahasa atau pun kata-kata, saudara) berkorelasi kepada aspek
belum mampu mengikuti perintah sederhana. perkembangan anak, salah satunya aspek
Hal-hal tersbeut sebenarnya perlu diwaspadai perkembangan bahasa. Pengasuh yang
Vol. 13, 2020 PENGASUHAN PERMISIF DAN PENCAPAIAN BAHASA ANAK 247

berperan dalam menjaga, mendidik, dan mampu memberikan stimulasi perkembangan


merawat anak membutuhkan pengetahuan dan bahasa anak di usia dini.
keterampilan yang mumpuni (Karo, 2015). Hal
ini disebabkan karena usia dini merupakan DAFTAR PUSTAKA
momentum yang tepat untuk mengembangkan
potensi anak secara optimal. Adanya ikatan Aisyah, S. (2019). Pendidikan fitrah dalam
atau hubungan yang kuat serta penerapan pola perspektif hadist. Jurnal Ilmiah Pendidikan
pengasuhan yang tepat antara pengasuh Guru Madrasah Ibtidayah, 9(1), 51-64.
dengan anak akan berdampak positif terhadap doi:10.18592/aladzkapgmi.v9i1.3007
perkembangan berbahasa anak (Wangti &
Rosana, 2013). Gaya pengasuhan yang positif Amelin, R., Ramadan, S., Gani, E. (2019).
mampu memberikan hasil optimal terhadap Memahami bahasa anak usia 14 bulan
tumbuh kembang anak. Gaya pengasuhan melalui unsur “non-linguistik”. Jurnal
yang positif sangat signifikan dalam Obsesi, 3(1), 146-152.
memengaruhi segala aspek perkembangan doi:10.31004/obsesi.v3i1.155
anak, termasuk juga dengan perkembangan Australian Government. (2015). Developmental
bahasa anak (Santrock, 2013). Dengan milestone and the early years learning
demikian, perbaikan gaya pengasuhan dapat framework and the national quality
menjadi alternative dalam meningkatkan standards. New South Wales, AU:
perkembangan bahasa anak. Community Child Care Co-operative Ltd.

SIMPULAN DAN SARAN Baumrind, D. (1966). Effects of authoritative


parental control on child behavior. Child
Development, 37(4), 887-907. doi:
Penelitian ini menggambarkan resiko dari
penerapan pengasuhan permisif orang tua dan https://doi.org/10.2307/1126611
anak terhadap perkembangan bahasa anak. Baumrind, D. (1971). Current pattern of
Sikap orang tua yang membiarkan anak untuk parental authority. Developmental
bermain Handphone tanpa adanya pengawas- Psychology Monograph, 4(1), 1-103.
an dan juga sikap nenek yang selalu berinisiatif doi:https://doi.org/10.1037/h0030372
dalam melakukan apapun kepada responden
ternyata dapat menurunkan pencapaian bahasa Baumrind, D., Larzele, R. E., & Owens, E. B.
anak. Pengasuhan permisif yang diterapkan (2010). Effects of preschool parent’s
orang tua dan nenek tidak mampu memberikan power: Assertive patterns and practices on
stimulan yang signifikan untuk merangsang adolescent development. Parenting, 10(3),
perkembangan bahasa anak secara optimal. 157-201. doi:https://10.1080/
Hal tersebut menyebabkan perkembangan 15295190903290790
bahasa anak belum memenuhi standar bahasa Beaver, N., Wyatt, S., & Jackman, H. (2017).
anak umur 2 tahun pada umumnya. Early education curriculum. Boston, US:
Nelson Education, Ltd.
Berdasarkan hasil penelitian, penelitian ini
menyarankan agar orang tua dan nenek Bingham, G. E., Jeon, H. Y., & Kwon, K. A.
sebaiknya menerapkan gaya pengasuhan yang (2017). Parenting style and home literacy
demokratis. Perkembangan bahasa anak dapat opportunities: Associations with children’s
dirangsang melalui pengasuhan baik yang oral language skills. WILEY, 26(5), 1-18.
diberikan oleh orang tua dan nenek. Hasil doi:https://doi.org/10.1002/icd.2020
penelitian juga mengindikasikan diperlukannya Bogdan, R., & Taylor, S. J. (1975). Introduction
stimulus-stimulus dari orang tua dan nenek to qualitative research methods: A
yang lebih optimal dalam memberikan stimulasi phenomenological approach to the social
bahasa anak. Penelitian ini hanya sciences. New York, USA: Wiley.
menggambarkan resiko yang ditimbulkan akibat
dari penerapan pengasuhan permisif terhadap Candrasari, A. (2017). Pengaruh lingkungan
perkembangan bahasa anak secara deskriptif terhadap perkembangan bahasa anak.
pada sebuah kasus pengasuhan yang Paper presented at The 5th URECOL
dilakukan bersama antara orang tua dan nenek, Proceeding, Yogyakarta.
dengan pengasuhan nenek yang lebih Clarke, & Stewart, A. (2006). What have we
dominan. Oleh karena itu, perlu ditindaklanjuti learn: Proof that families matter, policies
dengan pendalaman kasus terkait pengetahuan for family and children, prospects for future
dan keterampilan orang tua dan nenek dalam research. New York, USA: Cambridge
menerapkan pengasuhan yang positif yang University Press.
248 SATRIANINGRUM & ANDRIYANTI Jur. Ilm. Kel. & Kons.

Echedom, A. U., Nwankwo, E., & Nwankwo, T. 12(1), 91. doi:https://10.2401


V. (2018). Influence of authoritative, 4/marwah.v12i1.516
authoritarian, permissive, and the
Mattanah, J. F. (2005). Authoritative parenting
uninvolved parenting styles on the reading
and the encouragement of autonomy: The
attitudes of students in Anambra State,
family context of parenting in children’s
Nigeria. Library Research Journal, 2(1), 1-
adaptation to elementary school.
25. doi:https://10.15640/jlis.v6n2a1.
Monographs in parenting series. Mahwah,
Eriyanti, I. O., Susilo, H., & Riyanto, Y. (2019). NJ: Lawrence Erlbaum Associates.
Analisis pola asuh grandparenting dalam
Perkins, S. C., Finegood, E. D., Swain, J. E.
pembentukan karakter anak TK. Jurnal
(2013). Poverty and language
Pendidikan untuk Semua, 3(1), 9-16.
development: Roles of parenting and
Fatmawati, S. R. (2015). Pemrolehan bahasa stress. Innovation Journal in Clinical
pertama menurut tinjauan psikolinguistik. Neuroscience, 10(4), 10-19.
Jurnal Lentera, 18(1), 63-75.
Pfannesntiel, J. C., & Seltzer, D. A. (1989). New
Ganevi, N. (2013). Pelaksanaan program parents as teacher: evaluation of early
parenting bagi orang tua dalam parent education program. Early Childhood
menumbuhkan perilaku keluarga ramah Research Quarterly Journal, 4(1), 1-18.
anak (studi deskriptif di pendidikan anak doi:https://doi.org/10.1016/S0885-
usia dini Al-Ikhlas Kota Bandung). Jurnal 2006(89)90025-2
Pendidikan Luar Sekolah, 9(2), 1-11.
Pungello, E. P., Dotterer, A. M., Iruka, I. U., &
Hartinah, R. (2014). Perilaku anak dalam pola Mills–Koonce, W. R. (2009). The effect of
asuhan kakek nenek. Padang, ID: STKIP socioeconomic status, race, and parenting
PGRI Sumatera Barat. on language development in early
childhood. Developmental Psychology
Herdiansyah, H. (2014). Metodologi penelitian
Journal, 45(2), 544-557. doi:https://doi.org/
kualitatif. Jakarta, ID: Salemba.
10.1037/a0013917
Hollysa, A. (2018). Pemerolehan bahasa
Putri, R. A., Murti, B., & Indarto, D. (2016).
indonesia pada anak usia 0-2 tahun:
Effect of nurturing at child care center on
Kajian psikolinguistik. JURNAL LINGUA,
gross and fine motoric, language and
15(1), 45-52. doi:
social development in Unggaran Barat
https://doi.org?DOI;10.30957
Subdistrict, Unggaran. Journal of Maternal
Hoskins, D. H. (2014). Consequences of and Child Health, 2(1), 1-9. doi:https://
parenting on adolescent outcomes. 10.26911/thejmch.2017.02.01.01
Societies Journal, 4(3), 506-531.
Ristia, R. (2016). Pola asuh grandparenting.
doi:https://10.3390/soc4030506.
Yogyakarta, ID: UIN Sunan Kalijaga.
Karo, M. Br. (2015). Hubungan pengetahuan
Safitri, Y. (2017). Faktor-faktor yang
dan sikap ibu terhadap perkembangan
berhubungan dengan perkembangan
bahasa anak usia 1-3 tahun (Toddler) di
bahasa balita di UPTD kesehatan Baserah
Sekolah Nisrina Jati Asih Kota Bekasi
tahun 2016. Jurnal Obsesi: Jurnal
Tahun 2013. Jurnal Ilmiah Widya, 4(3), 68-
Pendidikan Anak Usia Dini, 1(2), 148-155.
72.
Santrock, J. W. (2013). Life-span development
Khoiriyah., Ahmad, A., Fitriani, D. (2016). Model
fourteenth. McGraw-Hill. New York, USA:
pengembangan kecakapan berbahasa
Companies Edition Americas.
anak yang terlambat berbicara (speech
delay). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Satrianingrum, A. P., Yulsyofriend., & Ismet, S.
Pendidikan Anak Usia Dini, 1(1), 36-45. (2020). Metode pengenalan bahasa
Inggris di Pioneer Montessori School
Latifah, E. W., Krisnatuti, D., & Puspitawati, H.
Padang. Jurnal Diklus, 2(4), 101-111.
(2016). Pengaruh pengasuhan ibu dan
nenek terhadap perkembangan Scharf, R. J., Scharf, G. J., & Stroustrup, A.
kemandirian dan kognitif anak prasekolah. (2016). Developmental milestone.
Jurnal Ilmu Keluarga & Konsumen, 9(1), Pedtriatics in Review, 37(1), 25-38.
21-32. doi:https://doi.org/10/24156
Sebayang, S. K. (2018). Analisis pemerolehan
/jikk.2016.9.1.21
bahasa pertama (bahasa Melayu) pada
Mainizar. (2013). Peranan orang tua dalam anak usia 3 tahun. Jurnal Pena Indonesia,
pembinaan dan pengembangan bahasa 4(1), 106-114.
pada anak usia 2-6 tahun. Jurnal Marwah,
Vol. 13, 2020 PENGASUHAN PERMISIF DAN PENCAPAIAN BAHASA ANAK 249

Septiyani, M. & Hartati, U. (2018). Pemerolehan dan lima tahun. Jurnal Pesona, 1(2), 59-
bahasa anak-anak usia 3 dan 5 tahun 70.
dalam dialek Banyumas di Kejawang
Viguer, P., Melendez, J. C., Valencia, S.,
Sruweng Kebumen. Jurnal Caraka, 5(1),
Cantero, M. J., & Navarro, E. (2010).
123-138.
Grandparent-grandchild relationships from
Silahuddin, S. (2016). Internalisasi pendidikan the children’s perspective: Shared
iman kepada anak dalam perspektif Islam. activities and socialization styles. The
Jurnal Ilmiah Didaktika, 16(2), 198. Spanish Journal of Psychology, 13(2),
doi:10.22373/jid.v61i2.595 708-717. doi:https://10.1017/
s1138741600002377.
Silalahi, K., & Meinarmo, E. (2010). Keluarga
Indonesia. Jakarta, ID: Rajawali Pers. Wangti, D. W. & Rosana, E. (2013). Korelasi
pola pengasuhan orang tua dengan
Statham, J. (2011). Grandparents providing
kemampuan bicara anak kelompok B TK
child care. London, UK: Childhood
Dharma Wanita Beringin Mojokerto. Jurnal
Wellbeing Research Center.
PAUD Teratai, 2(2), 172-174.
Suardi, Indah P., R. Syahrul., & Asri, Y. (2019).
Wijayanti, A., Wekadigunawan, C. S. P., &
Pemrolehan bahasa pertama anak usia
Murti, B. (2018). The effect of parenting
dini. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini,
style, bilingual school, social environment,
3(1), 265-273. doi:https://10.310004/
on speech and language development in
obsesi.v3i1.160.
preschool children in Surakarta, Central
Sugiyono. (2010). Metode penelitian kuantitatif, Java. Journal of Maternal and Child
kualitatif dan R & D. Jakarta, ID: Alfabeta. Health, 03(03), 184-196. doi:https://doi.org/
10.26911/thejmch.2018.03.03.03.
Sugiyono. (2017). Metode penelitian pendidikan
pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R & Winarti, W. (2019). Hubungan antara tingkat
D. Bandung, ID: Alfabeta. pendidikan orang tua dengan orientasi
pola asuh anak usia dini. PROCEEDING:
Sulistino, E. (2016). Pengasuhan anak pada The Annual International Conference on
single parent (Disertasi). Bandung, ID:
Islamic Education, 4(1), 261-270.
Universitas Pendidikan Indonesia
Xu, M. A., & Storr, G. B. (2012). Learning the
Suryanda & Rustati, N. (2019). Hubungan pola concept of researcher as instrument in
asuh orang tua bekerja dengan qualitative research. The Qualitative
kemandirian anak. Ners dan Kebidanan,
Report, 17(21), 1-18.
6(1), 35-43.
doi:10.26699/jnk.v6i1.ART.p035-043. Yusuf, S. (2004). Psikologi perkembangan anak
dan remaja. Bandung, ID: PT Remaja
Tasu’ah, N. (2013). Pengaruh kegiatan extra Rosdakarya.
feeding dan pola asuh orang tua terhadap
kemandirian anak. Pendidikan Usia Dini, Zubaidah, E. (2004). Perkembangan bahasa
7(2), 321-334. anak usia dini dan teknik
pengembangannya di sekolah. Jurnal
Tridhonanto, A. (2014). Mengembangkan pola Cakrawala Pendidikan, 13(3), 459-479.
asuh demokratis. Jakarta, ID: Gramedia.
doi:https://doi.org/10.21831/cp.v3i3.7600.
Tussholekha, R. (2015). Mekanisme
pemrolehan bahasa pada anak usia satu

Anda mungkin juga menyukai