Anda di halaman 1dari 4

Penatalaksanaan Stroke Iskemik

1. Pengkajian Diagnostik (Hospital Authority, 2016), (Yasmara, 2016),


 CT- Scan : Mendeteksi abnormalitas struktur, pada pasien stroke iskemik akan
terlihat infark.
 EKG
 MRI : untuk menentukan posisi, besar/luas terjadinya lesi atau perdarahan di otak
 Ultrasonik doppler pembuluh darah leher (USG Karotis) : Untuk mendeteksi
adanya penyakit di arteriovena
 Doppler transkranial
 Elektroensefalografi (EEG) : Menurunkan impuls listrik di dalam otak.
 Angiografi serebral : Memperjelas kerusakan pada diskulasi serebral dan
mengetahui aliran darah serebral keseluruhan
 Temografi emisi-positron : Mendeteksi metabolisme serebral dan perubahan
aliran darah di serebral
2. Terapi farmakologi
 Terapi trombolisis (rtPA IV)
Terapi rtPA IV menunjukan hasil dan terbukti menurunkan angka kematian
dan kecacatan pada pasien stroke iskemik akut. Terapi trombolisis
dikontraindikasikan kepada pasien stroke iskemik berat, pasien yang memiliki
tekanan darah yang tak terkontrol dan pasien stroke yang memiliki penyakit
diabetes dengan kadar gula kurang dari 50mg/dL atau lebihbdari 400mg/dL.
Kriteria inklusi yang diperbolehkan mengonsumsi trombolisis diantaranya yakni
berusia lebih dari 18 tahun, memiliki diagnosa klinis stroke iskemik dengan defisit
neurologis dan onset kurang dari 6 jam, tidak terdapat perdarahan atau lesi pada
otak. Sedangkan untuk kriteria eksklusinya yakni tidak memiliki riwayar
perdarahan intrakranial, memiliki riwayat terdiagnosis aneurisma atau perdarahan
arteri vena, memiliki riwayat bedah syaraf, mengalami cedera kepala berat,
memiliki riwayat stroke berat dalam 3 bulan terakhir, memiliki riwayat
perdarahan pada saluran cerna atau saluran kemih dalam 21 hari terakhir,
memiliki riwayat pembedahan atau operasi berat, arterial puncture dalam 14 hari
terakhir, memiliki gejala perdarahan subaraknoid, memiliki gejala minor atau
perbaikan dalam waktu yang singkat, tekanan darah sistolik lebih dari 185mmHg
atau tekanan darah diastolik lebih dari 110mmHg, mengalami kejang selama 1
onset , mengalami penurunan kesadaran berat atau koma, memiliki riwayat
mengonsumsi obat antikoagulan (heparin atau novel anticoagulan) dan
trombositnya kurang dari 100.000/uL. Pemberian trombolisis dapat dilakukan jika
pasien termasuk kedalam seluruh kriteria inklusi dan tidak termasuk kedalam
kriteria eksklusi (Tangkudung G, Muliawan E, Pertiwi JM, & Dompas A, 2020).
 Citicolin
Citicolin merupakan terapi farmakologi untuk pasien stroke iskemik yang
berfungsi untuk mengatasi pasien dengan penurunan kesadaran yanv
mengakibatkan fungsi otak berkurang, citicolin bekerja meningkatkan aliran darah
ke otak, meningkatkan konsumsi oksigen, dan menurunkan resistensi vaskuler
(Praja, Hasmono, & Syifa, 2013)
 Antiplatelet
Antiplatelet adalah terapi farmako yang berperan untuk menghambat agregasi
trombosit yang dapat menyebabkan terhambatnya trombus pada sistem arteri.
Antiplatelet digunakan pada pasien stroke iskemik untuk mencegah kekambuhan
dengan mencegah agregasi platelet, dan obat antiplatelet yang sering digunakan
adalah clopidogrel, clopidogrel bekerja sebagai penghambat anti regresi trombosit
yang bertujuan untuk mencegah terjadinya stroke susulan (Anggraini, Ayu, &
Masruhim, 2016)
 Nootropik dan Neurotropik
Nootropik dan Neurotropik merupakan golongan obat yang bekerja sebagai
pemacu kerja otak dan melancarkan fungsi otak akibat penurunan kesadaran. Obat
dari golongan ini yang sering digunakan adalah piracetam. Piracetam berfungsi
untuk meningkatkan atau mengalirkan darah pada daerah yang iskemik otak dan
membantu meningkatkan fungsi kognitif otak yang menurun. Selain piracetam,
golongan obat mecobalmin yaang berbentuk vitamin B12 sering digunakan oleh
pasien dengan stroke iskemik. Mecobalmin berfungsi untuk meningkatkan
metabolisme asam nukleat, protein dan lemak (Praja et al., 2013).
 Antikoagulan
Golongan obat yang biasa digunakan untuk pasien stroke iskemik adalah
Wafarin yang bekerja untuk mengencerkan darah, wafarin bekerja untuk
mengurangi fungsi pembekuan darah sehingga mencegah pembekuan darah dalam
jantung atau pembuluh darah. Selain wafarin obat golongan antikoagulan yang
biasa diberikan pada pasien stroke iskemik adalah unfractionated heparin (UFH),
dan lower molecular weight heparin (LMWH), Antihipertensi (Hospital
Authority, 2016).
3. Pembedahan (Hospital Authority, 2016)
 Endosterektomi karotis : Membentuk kembali arteri karotis dengan membuka
arteri karotis di leher
 Revaskularisasi
 Ugasi arteri karotis komunis di leher (pada aneurisma)
4. Pemeriksaan Laboratorium (Hospital Authority, 2016)
 Lumbal fungsi
 Analisa Gas Darah
 Gula darah/Kimia darah
 Pemeriksaan darah lengkap
 Creatinin Kinase
 C-Reaktif Protein (CRP)
 Lemak darah (Kolesterol)
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, R., Ayu, W. D., & Masruhim, M. A. (2016). Terapi Penggunaan Obat Stroke pada
Pasien Stroke Iskemik di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. (April 2016), 89–
97. https://doi.org/10.25026/mpc.v3i1.71

Hospital Authority. (2016). Stroke. 1–12.

Praja, D. S., Hasmono, D., & Syifa, N. (2013). Studi Penggunaan Obat Neuroprotektan pada
Pasien Stroke Iskemik (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang). 10.

Tangkudung G, Muliawan E, Pertiwi JM, & Dompas A. (2020). Tatalaksana Stroke Iskemik
Akut dengan Trombolisis Intravena: Suatu Serial Kasus. Jurnal Sinaps, 3(2), 1–12.

Anda mungkin juga menyukai