Anda di halaman 1dari 7

Kepada Yang Terhormat,

KETUA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

Di Jalan Medan Merdeka Barat Nomor. 6

Jakarta Pusat 10110

Perihal: Permohonan Keberatan atas Hasil Penghitungan Suara Pemilian Umum Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kota Depok Tahun 2016

Dengan hormat,

Perkenankanlah saya:

Jihan Safira, S.H., M.H., M.Kn

Yang mana adalah Advokat/Pengacara Publik/Asisten Advokat/Asisten Pengacara Publik,yang


memilih domisili hukum pada kantor Konsultan Hukum Indonesia, yang beralamat di Jl. Bawal
No. 4 Depok, Jawa Barat 12345, Telp/Fax. 021-7810265, bertindak untuk dan atas nama Para
Pemberi Kuasa di bawah ini, berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 1 Maret 2016 dalam hal
ini bertindak sendiri untuk dan atas nama:

1. Safri Faisal, Warga Negara Indonesia, Lahir di Depok, 9 September 1965, Pekerjaan
Pegawai Negeri Sipil, Agama Islam, Bertempat tinggal di Jl. Sunarmo, RT/RW 003/002, Depok,
Jawa Barat;

2. Fauzi Achmad, Warga Negara Indonesia, Lahir di Bogor, 9 Juli 1964, Pekerjaan Pegawai
Negeri Sipil, Agama Islam, Bertempat tinggal di Jl. Sunter, RT/RW 001/002, Depok, Jawa
Barat;

adalah Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Kota Depok Provinsi Jawa Barat
Tahun 2016 dalam Pemilu Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Pemilukada) Tahun
2016 yang selanjutnya disebut sebagai Pemohon I (Bukti P-1)
Dengan ini mengajukan permohonan atas Berita Acara Rekapitulasi Hasil Penghitungan
Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah di Tingkat Kota oleh Komisi
Pemilihan Umum Depok dan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kota Depok Nomor
12/Kpts/Kpu-DPK/II/2016 tentang Penetapan Hasil dan Calon Terpilih Pemilihan Umum Kepala
Daerah Kota Depok Tahun 2016 tanggal 28 Februari 2016, yang dikeluarkan oleh Komisi
Pemilihan Umum Depok, beralamat di Jalan Ahmad Yani, Depok, Jawa Barat, untuk selanjutnya
disebut sebagai; Termohon;

A. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI

1. Bahwa dalam Pasal 24C Ayat (1) UUD 1945 menyatakan, “Mahkamah Konstitusi
berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk
menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan
lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus
pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum”;

2. Bahwa berdasarkan Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang Undang Nomor 24 Tahun 2003
sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas
Undang Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) dan Pasal 29
ayat (1) huruf d Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman,
Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama da terakhir yang putusannya
bersifat final untuk memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.;

3. Bahwa dalam Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang


Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4721) ditentukan, "Pemilihan Umum
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah pemilihan umum untuk memilih Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara langsung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945";
4. Bahwa berdasarkan Pasal 157 ayat (3) Undang Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang
Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota yang menyatakan kembali kewenangan
menyelesaikan hasil Pemilihan Kepada Daerah kepada Mahkamah Konstitusi yang secara a quo
dinyatakan bahwa, “perkara perselisihan penetapan perolehan suara hasil Pemilihan diperiksa
dan diadili oleh Mahkamah Konstitusi sampai dibentuknya badan peradilan khusus”;

4. Bahwa Permohonan Pemohon adalah mengenai Pembatalan Keputusan Komisi


Pemilihan Umum Depok Nomor Nomor 12/Kpts/Kpu-DPK/II/2016 tentang Penetapan Hasil dan
Calon Terpilih Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Depok Tahun 2016 yang tertanggal 28
Februari 2016 pukul 21.58 WIB (BUKTI P-2)

5. Bahwa dengan demikian berdasarkan uraian tersebut di atas, Mahkamah Konstitusi


berwenang mengadili permohonan PHPU dalam Pemilukada Depok

B. KEDUDUKAN HUKUM PEMOHON

Bahwa Pasal 106 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah juncto Pasal 3 dan Pasal 4 Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 15 Tahun 2008
tentang Pedoman Beracara dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah
(selanjutnya disebut PMK 15/2008) menentukan hal-hal, sebagai berikut;
Pasal 3 PMK 15/2008
1. Para pihak mempunyai kepentingan langsung dalam perselisihan hasil Pemilukada
adalah:
a. Pasangan calon sebagai Pemohon;
b. KPU/KIP Provinsi atau KPU/KIP Kabupaten/Kota sebagai Termohon
2. Pasangan calon selain Pemohon dapat menjadi Pihak Terkait dalam Perselisihan hasil
Pemilukada.
3. Pemohon, Termohon, dan Pihak Terkait dapat diwakili dan/atau didampingi oleh
Kuasa Hukumnya masing-masing yang mendapatkan surat kuasa khusus dan/atau surat
keterangan untuk itu.
Pasal 4 PMK 15/2008
Objek Perselisihan Pemilukada adalah hasil perhitungan suara yang ditetapkan oleh
Termohon yang mempengaruhi:
a. Penentuan Pasangan Calon yang dapat mengikuti Putaran Kedua Pemilikada, atau
b. Terpilihnya pasangan calon sebagai kepala daerah dan wakil kepala daerah;
Bahwa oleh karenanya Pemohon yang merupakan Pasanagn Calon Kepala Daerah Depok
dengan Nomor Urut 2 dengan objek sengketa yakni hasil penghitungan suara yang dimenangkan
oleh Pasangan Calon Nomor Urut 1 (Ahmad-Bani), sehingga terbukti memiliki kedudukan
hukum (legal standing) dalam mengajukan permohonan a quo;

C. TENGGANG WAKTU PERMOHONAN

Bahwa Pasal 5 PMK Nomor 15 Tahun 2008 menentukan, “Permohonan hanya dapat
diajukan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah Termohon menetapkan
hasil penghitungan suara Pemilukada di daerah yang bersangkutan”.
Bahwa hasil penetapan hasil penghitungan suara Pemilukada Kota Depok yang tertuang
dalam Keputusan Komisi Pemilihan Umum Depok Nomor Nomor 12/Kpts/Kpu-DPK/II/2016
tentang Penetapan Hasil dan Calon Terpilih Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Depok Tahun
2016 yang tertanggal 28 Februari 2016, sedangkan permohonan Keberatan/Pembatalan terhadap
penetapan tersebut oleh Pemohon diajukan dan didaftarkan di Kepaniteraan Mahkamah
Konstitusi pada tanggal 2 Maret 2020.
Maka dari itu permohonan Pemohon masih dalam tenggang waktu sebagaimana
ditentukan dalam Pasal 5 PMK Nomor 15 Tahun 2008;

D. POKOK PERMOHONAN

1. Bahwa berdasarkan penelusuran tim hukum pasangan calon Nomor Urut 2 yang
mendatangi beberapa pos, ditemukan kejanggalan kurangnya kotak suara dari beberapa TPS
yang terdaftar secara acak pada saat pengumpulan kotak suara kepada KPUD Depok, kemudian
tim hukum bertanya kepada beberapa pegawai KPUD setempat dimana kotak suara lainnya dari
TPS 6, 8, dan 18 dan kemudian terbukti bahwa kotak suara sengaja disembunyikan di kamar
mandi kantor KPUD Depok; (BUKTI P-3)

2. Bahwa sehari sebelum Pemilukada serentak di Kota Depok, terdapat laporan dari
beberapa warga di Beji dan sekitarnya bahwa tim pendukung pasangan Nomro Urut 1
membagikan bingkisan berupa sembako, sejumlah uang, dan baju yang berslogan Nomor Urut 1;
(BUKTI P-4)
3. Bahwa di samping bingkisan yang diberikan juga terdapat beberapa warga yang
melaporkan bahwa amplop yang seharusnya berisikan uang bersamaan dengan diberikannya
bingkisan tersebut ternyata kosong dan tidak ada uang sepersen pun di dalamnya; (BUKTI P-5)

4. Bahwa pemohon menjelaskan selisih perolehan suara pada beberapa daerah pemilihan
disertai alat bukti yang akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Bahwa telah terjadi pengurangan perolehan suara Pemohon di TPS 6 Kalimulya,


Cilodong, Depok, Jawa Barat sebanyak 2 suara dikarenakan adanya pembukaan kotak suara dan
perhitungan surat suara ulang yang seharusnya 2 surat suara tersebut dinyatakan sah;

b. Bahwa telah diketahui sebanyak 3 kotak suara di TPS 8 Cilodong telah ditukar
dengan identitas palsu yang bahkan nama anggota pemilih suara tidak terdaftar pada Keluruhan
Cilodong

c. Bahwa telah diketahui sebanyak 2 kotak suara di TPS 8 Mekarsari telah ditukar
dengan identitas palsu yang bahkan nama anggota pemilih suara tidak terdaftar pada Keluruhan
Mekarsari

E. PETITUM

Berdasarkan seluruh uraian sebagaimana tersebut di atas, Pemohon memohon kepada Mahkamah
Konstitusi untuk menjatuhkan putusan sebagai berikut:

1. Mengabulkan seluruh permohonan yang diajukan oleh Pemohon;

2. Membatalkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Depok Nomor Nomor 12/Kpts/Kpu-


DPK/II/2016 tentang Penetapan Hasil dan Calon Terpilih Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota
Depok Tahun 2016 tertanggal 28 Februari 2016 adalah batal demi hukum;

3. Memerintahkan Komisi Pemilihan Umum Daerah Depok untuk melakukan Pemungutan


Suara Ulang (PSU) pada TPS 6 Kelurahan Kalimulya, TPS 8 Kelurahan Cilodong, dan TPS 18
Kelurahan Mekarsari;

4. Memutuskan Pemohon pasangan Safri Faizal dengan Fauzi Achmad sebagai pasangan
terpilih pada Pemilukada Depok Tahun 2016;
Atau

apabila Majelis Mahkamah Konstitusi berpendapat lain mohon putusan yang seadil-adilnya (ex
aquo et bono).

Jakarta, 2 Maret 2020

Jihan Safira, SH., M.H.,M.Kn


Menimbang bahwa untuk menguatkan dalil dalil permohonannya, Pemohon mengajukan bukti
surat yang diberi tanda, yakni sebagai berikut:

BUKTI P-1: Kartu Tanda Penduduk Para Pemohon

BUKTI P-2: Keputusan Komisi Pemilihan Umum Depok Nomor Nomor 12/Kpts/Kpu-
DPK/II/2016 tentang Penetapan Hasil dan Calon Terpilih Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota
Depok Tahun 2016 yang tertanggal 28 Februari 2016

BUKTI P-3: 5 Kotak suara dari toilet KPUD Depok

BUKTI P-4: 26 Bingkisan untuk warga Beji dan sekitarnya

BUKTI P-5: 17 Amplop berlogokan pasangan Depok Ahmad-Banu

BUKTI P-6: Perbandingan Hasil Penjumlahan pada TPS 6 Kalimulya dengan Surat Suara yang
Terisi

BUKTI P-7: Hasil Penjumlahan pada TPS 8 Cilodong dengan Daftar Anggota Hak Pemilihan
Suara Kelurahan Cilodong

BUKTI P-8: Hasil Penjumlahan pada TPS 18 Mekarsari, dengan Daftar Anggota Hak Pemilihan
Suara Kelurahan Mekarsari

Anda mungkin juga menyukai