Anda di halaman 1dari 24

2.6.

PEMBAHASAN

Porositas adalah perbandingan volume ruang pori – pori terhadap volume


batuan total (bulk volume). Menurut cara terbentuknya, porositas terbagi menjadi
dua, yaitu porositas primer dan porositas sekunder. Porositas primer adalah
porositas yang terbentuk bersamaan dengan proses pengendapan, sedangkan
porositas sekunder merupakan porositas yang terbentuk setelah proses
pengendapan berlangsung yang dipengaruhi oleh faktor geologi, seperti rekahan
atau pelarutan. Meunurut aspek reservoirnya, terdapat dua jenis porositas, yaitu
porositas absolut yang merupakan perbandingan antara volume ruang pori total
batuan terhadap volume bulk batuan, dan porositas efektif yang merupakan nilai
perbandingan antara ruang pori yang saling terhubung dengan volume bulk
batuan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi nilai porositas, yaitu derajat
pembundaran, kemas, kompaksi, ukuran butir, keseragaman, dan faktor sementasi.
Praktikum Pengukuran Porositas kali ini memiliki tujuan yaitu untuk
mengetahui besarnya porositas batuan reservoir berdasarkan volume bulk batuan
dan volume pori batuan dengan cara menimbang lalu membandingkan antara nilai
keduanya. Maka prinsip kerja pada praktikum kali ini yaitu penimbangan.
Volume bulk diperoleh dari berat core jenuh diudara dikurangi dengan
berat core jenuh dalam air lalu dibagi dengan berat jenis air sebesar 1 gr/cc, pada
percobaan kali ini kami memperoleh volume bulk sebesar 15,511 cc, dilanjutkan
dengan menghitung volume grain dengan menghitung selisih berat core kering
diudara dengan berat core jenuh dalam air lalu dibagi dengan berat jenis air, dan
memperoleh hasil sebesar 11,47 cc. Selisih antara volume bulk dengan volume
grain merupakan volume pori – pori batuan. Sesuai dengan definisi porositas yang
merupakan perbandingan dari volume pori – pori dibanding dengan volume bulk,
maka diperoleh harga porositas sebesar 28,13%. Harga porositas yang diperoleh
menggambarkan seberapa besar rongga pori pada batuan reservoir. Dari
perhitungan yang telah dilakukan maka dapat dikatakan sample core tersebut
tergolong memiliki porositas dengan tingkatan excellent.
Aplikasi lapangan dari praktikum kali ini adalah, pada aspek reservoir
yaitu untuk mengetahui / memperkirakan cadangan hidrokarbon dengan metode
volumetrik, yaitu menggunakan rumus OOIP dan OGIP, selain itu dapt juga untuk
korelasi logging menggunakan density log, porosity log, dan neutron log yang
bertujuan untk memfalidasi hasil yang ada.
Kemudian pada aspek pemboran yaitu untuk menentukan lumpur yang
tepat pada suatu pemboran, pemilihan lumpur yang tepat dapat mencegah
terjadinya problem dalam pemboran, menentukan zona pemasangan casing, jenis
well completion, dan sebagainya. Pada aspek produksi, dapat berguna untuk
menentukan keefektifan produktivitas dari nilai porositas. Nilai porositas yang
didapat dialboratorium dapat digunakan sebagai pembanding untuk menguji data
hasil logging, sehingga akan didapatkan hasil interpretasi log yang baik.
2.7. KESIMPULAN

1. Dari percoban diperoleh data hasil percobaan sebagai berikut :


 Porositas dari metode penimbangan sebesar 28,13%
2. Tujuan dari praktikum kali ini yaitu untuk mengetahui besarnya
porositas batuan reservoir berdasarkan volume bulk batuan dan volume
pori batuan dengan cara menimbang lalu membandingkan antara nilai
keduanya.
3. Prinsip kerja pada praktikum kali ini yaitu penimbangan.
4. Metode yang digunakan dalm praktikum porositas ialah metode
penimbangan.
5. Porositas yang diperoleh dari percobaan tersebut merupakan porositas
efektif.
6. Aplikasi lapangan dari praktikum kali ini adalah, pada aspek reservoir
yaitu untuk mengetahui / memperkirakan cadangan hidrokarbon
dengan metode volumetrik, yaitu menggunakan rumus OOIP dan
OGIP, selain itu dapt juga untuk korelasi logging menggunakan
density log, porosity log, dan neutron log yang bertujuan untk
memfalidasi hasil yang ada.
3.6. PEMBAHASAN

Saturasi fluida didefinisikan sebagi perbandingan antara volume pori –


pori batuan yang ditempati oleh suatu fluida tertentu dengan volume pori – pori
total pada suatu batuan berpori. Pada batuan reservoir minyak umumnya terdapat
lebih dari satu macam fluida, kemungkinan terdapat air, minyak, dan gas yang
tersebar keseluruh bagian reservoir. Praktikum Pengukuran Saturasi kali ini
bertujuan untuk menghitung volume total batuan, serta menentukan nilai saturasi
fluida yang terdiri dari saturasi Minyak (So), Saturasi Air (Sw), Saturasi Gas (Sg)
yang terkandung dalam batuan reservoir dengan metoda distilasi.
Secara umum, percobaan penentuan saturasi memiliki prinsip kerja
distilasi dan kondensasi, distilasi merupakan suatu proses yang bertujuan untuk
memisahkan dua fluida yang memiliki titik didih yang berbeda. Kemudian
kondensasi merupakan suatu kondisi dimana uap mengalami penurunan suhu, dan
kembali menjadi fasa cair.
Pada percobaan kali ini diperlukan corei yang sudah dijenuhi dengan air
dan minyak, saat penjenuhan core harus dimasukkan kedalam air terlebih dahulu,
kemudian kedalam kerosin. Setelah core jenuh, barulah kita dapat melakukan
percobaan dengan cara distilasi menggunakan alat Dean and Stark Destilation
Apparatus. Sample corei dimasukkan kedalam labu erlenmeyer yang sudah terisi
toluen dan kerikil.
Penggunaan toluene sebagai katalisator karena sifatnya yang tidak
bercampur dengan air sehingga tidak ikut bereaksi dan memiliki titik didih yang
tinggi (lebih tinggi dari titik didih air). Kerikil berguna untuk meratakan panas
pada seluruh bagian dari toluena, agar proses penguapan fluida lebih cepat. Uap
air yang keluar dari sample core bergerak menuju water trap dan mengalami
kondensasi menjadi cairan. Pada fasa cair minyak akan terpisah dengan air
sehinngga volume air dan minyak dapat diketahui dengan membaca skala pada
water trap. Proses pemanasan yang dilakukan harus dilakukan pada suhu yang
sesuai dengan waktu yang teepat, agar toluen tidak ikut serta menguap bersama
uap air.
Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan nilai So = 0,91 dan Sw =
0,09. Saturasi gas tidak ada karena volume gas yang mengisi pori batuan tidak
dihitung atau diabaikan, sebab core dijenuhi dengan air dan kirosin sampai tidak
terdapat gelembung – gelembung udara yang muncul. Maka dapat diasumsikan
bahwa udara telah terdesak keluar, dan yang mengisi volume pori – pori core
adalah air dan minyak saja. Penjenuhan dengan minyak dilakukan setelah
penjenuhan air, karena pada reservoir air terlebih dahulu ada, sehingga
merepresentasikan kondisi reservoir. Terdapat hubungan antara harga porositas
yang berbanding lurus dengan nilai saturasi, dimana semakin banyak jumlah
ruang pori dalam suatu batuan, maka kemampuan batuan untuk dijenuhi oleh
fluida juga semakin besar. Selain itu tedapat juga hubungan antara saturasi air
dengan tekanan kapiler, pada saat minyak mengalami migrasi terjadi proses
drainage dimana minyak mendesak air yang pada awalnya memenuhi seluruh
ruang reservoir, kemudian minyak mengisi ruang pori dan berada diposisi paling
atas sedangkan air berada dibawah lapisan minyak dengan perbandingan 60 %
minyak dan 40% air, hal ini disebabkan oleh perbedaan massa jenis antara air
dengan minyak. Kemudian pada saat diproduksikan, volume minyak yang
mengisi reservoir menurun dan kemudian air mendesak ruang yang telah
ditinggalakan oleh minyak, hal ini disebut dengan proses Imbibisi, dimana fluida
yang membasahi mendesak fluida yang tidak membasahi.
Aplikasi dilapangan dari penentuan harga saturasi yaitu digunakan untuk
mengitung hidrokarbon mula – mula di reservoir yang meliputi original oil in
place (OOIP) dan original gas in place (OGIP), sehingga kita dapat mengetahui
besarnya hidrokarbon yang dapat diproduksi. Selain itu, saturasi terutam satrasi
air merupakan salah satu dasar untuk menentukan letak kedalaman bidang sentuh
antara air dan minyak (water oil contact / WOC) sehingga dapat diperoleh hasil
prooduksi yang maksimal.
3.7. KESIMPULAN
1. Dari percobaan diperleh hasil sebagai berikut :
Saturasi minyak = 0,91
Saturasi air = 0,09
2. Praktikum Pengukuran Saturasi kali ini bertujuan untuk menghitung
volume total batuan, serta menentukan nilai saturasi fluida yang terdiri
dari saturasi Minyak (So), Saturasi Air (Sw), Saturasi Gas (Sg) yang
terkandung dalam batuan reservoir dengan metoda distilasi.
3. Percobaan penentuan saturasi memiliki prinsip kerja distilasi dan
kondensasi.
4. Saturasi fluida akan bervariasi dari suatu tempat ketempat lain dalam
reservoir, saturasi air cenderung berada di tempat paling bawah dari
fluida lainnya.
5. Saturasi akan berubah terus menerus seiring dengan proses produksi
yang mengakibatkan ruang fluida reservoir digantikan oleh fluida lain.
6. Aplikasi dilapangan dari penentuan harga saturasi yaitu digunakan
untuk mengitung hidrokarbon mula – mula di reservoir yang meliputi
original oil in place (OOIP) dan original gas in place (OGIP), sehingga
kita dapat mengetahui besarnya hidrokarbon yang dapat diproduksi.
Selain itu, saturasi terutam satrasi air merupakan salah satu dasar untuk
menentukan letak kedalaman bidang sentuh antara air dan minyak
(water oil contact / WOC) sehingga dapat diperoleh hasil prooduksi
yang maksimal.
4.7. PEMBAHASAN

Permeabilitas didefinisikan sebagai suatu bilangan yang menunjukkan


kemampuan suatu batuan untuk mengalirkan atau meloloskan fluida.
Permeabilitas dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu Permeabiltas Absolut,
Permeabilitas Efektif, dan Permeabilitas Relatif. Permeabiltas Absolut adalah
permeabilitas dimana fuida yang mengalir dalam media berpori hanya terdiri dari
satu fasa, Permeabilitas Efektif merupakan permeabilitas dimana fluida yang
mengalir melalui media berpori lebih dari satu fasa. Sedangkan Permeabilitas
Relatif adalah perbandingan antara permeabilitas efektif dengan relatif. Dasar
penentuan permeabilitas erat kaitannya dengan percobaan yang dilakukan oleh
Henry Darcy, yang melakukan percobaan menggunakan batu pasir tidak kompak
untuk kemudian dialiri air. Sehingga dari percobaan tersebut ditemukanlah
Permeabilitas Darcy yang memiliki penegertian yaitu, batuan dengan panjang 1
cm, memiliki luas 1 cm2, berviskositas 1 cp, kemudian diberi tekanan masuk
berupa (P1) dan tekanan keluar berupa (P2) dengan gradien 1 atm, sehingga
tercipta laju alir sebesar 1 cc/sec. Terdapat pula hubungan antara sifat
permeabilitas batuan dengan porositas, batuan dengaan porositas yang besar
belum tentu memiliki permeabilitas yang besar pula, sedangkan batuan yang
permeable sudah barang tentu porous. Hal ini disebabkian karena batuan yang
berporositas besar belum tentu pori - porinya berhubungan antara satu dengan
yang lain.
Tujuan percobaan pengukuran permeabilitas yaitu, untuk menentukan nilai
permeabilitas absolut dari sample core dengan menggunakan rangkaian Liquid
Permeameter dan Gas Permeameter. Serta mengetahui faktor – faktor yang
mempengaruhi besar kecilnya nilai permeabilitas, dan untuk mengetahui aplikasi
pengukuran permeabilitas dilapangan serta hubungan nilai permeabilitas dengan
parameter yang lain.
Pada praktikum pengukuran permeabilitas ini kami menggunakan dua
metode percobaan, yaitu Metode Liquid Permeameter dan Metode Gas
Permeameter, prinsip kerja dari kedua alat tersebut sama yaitu mengalirkan fluida
melalui suatu media berpori, dalam praktikum kali ini kita menggunakan core
pada tekanan tertentu, untuk membuktikan apakah core tersebut permeable atau
tidak. Perbedaan alat ini terletak pada fluida yang digunakan untuk mengaliri
core, yaitu gas dengan liquid.
Dari percobaan yang telah dilakukan dengan Liquid Permeameter
diperoleh harga sebesar 0,303 Darcy, sedangkan pada percobaan dengan Gas
Permeameter yang telah dikoreksi dengan faktor Klinkenberg diperoleh hasil
sebesar 0,419 Darcy yang merupakan nilai permeabilitas absolut. Faktor
Klinkenberg adalah faktor pengoreksi nilai permeabilitas mula – mula agar
diperoleh harga permeabilitas yang sebenarnya, dimana hanya berlaku pada
pengukuran permeabilitas gas. Klinkenberg Effect atau Gas Slippage Effect
merupakan fenomena dimana jalur gas mengalir (mean free path) lebih besar dari
pada diameter pori/ kapiler yang dilalui oleh molekul gas sehingga enrgi kinetik
digunakan untuk perpindahan molekul gas melalui pipa kapiler, dan terjadinya
slip antara molekul gas dengan dinding pori / kapiler. Slippage ini mengakibatkan
molekul gas bergerak lebih cepat pada pori / kapiler pada arah perpindahannya
sehingga data permeabilitas terhadap gas yang didapat lebih besar dari pada
permeabilitas absolutnya.
Aplikasi lapangan dari pecobaan ini adalah, nilai permeabilitas suatu
formasi menunjukkan kemampuan suatu sumur untuk berproduksi yaitu
berkenaan dengan laju alir fluida yang akan diproduksi. Baik tidaknya potensi
suatu sumur dapat dilihat dari nilai permeabilitas juga menentukan penggunaan
lumpur pemboran dengan komposisi yang tepat untuk membuat mud cake pada
dinding sumur, sehingga meminimalisir terjadinya mud filtrat. Dengan
mengetahui besarnya permeabilitas, maka kita dapat juga menentukan jumlah
fluida atau hidrokrbon yang dapat diproduksi serta dapat mengetahui laju alirnya.
4.8. KESIMPULAN

1. Dari hasil percobaan, didapatkan hasil sebagai berikut :


a. Pengukuran permeabilitas dengan gas permeameter :
 ∆ P 0,25 = 0,08235 Darcy
 ∆ P 0,50 = 0,1281 Darcy
 ∆P 1 = 0,172 Darcy
 Permeabilitas real (K*) = 0,419 Darcy
b. Pengukuran permeabilitas dengan liquid permeameter dengan ∆P 1
atm diperoleh 0,303 Darcy.
2. Tujuan percobaan pengukuran permeabilitas yaitu, untuk menentukan
nilai permeabilitas absolut dari sample core dengan menggunakan
rangkaian Liquid Permeameter dan Gas Permeameter.
3. Pada praktikum pengukuran permeabilitas ini menggunakan dua
metode percobaan, yaitu Metode Liquid Permeameter dan Metode Gas
Permeameter, prinsip kerja dari kedua alat tersebut sama yaitu
mengalirkan fluida melalui suatu media berpori.
4. Faktor Klinkenberg adalah faktor pengoreksi nilai permeabilitas mula –
mula agar diperoleh harga permeabilitas yang sebenarnya, dimana
hanya berlaku pada pengukuran permeabilitas gas.
5. Terdapat hubungan antara sifat permeabilitas batuan dengan porositas,
batuan dengaan porositas yang besar belum tentu memiliki
permeabilitas yang besar pula, sedangkan batuan yang permeable sudah
barang tentu porous.
6. Aplikasi lapangan dari pecobaan ini adalah, nilai permeabilitas suatu
formasi menunjukkan kemampuan suatu sumur untuk berproduksi yaitu
berkenaan dengan laju alir fluida yang akan diproduksi.
5.7. PEMBAHASAN

Percobaan Sieve Analysis merupakan suatu percobaan yang bertujuan


untuk mengetahui ukuran batuan pasir sehingga dapat menentukan ukuran screen
atau penyaring yang digunakan untuk menjebak batuan pasir untuk tidak ikut
terproduksi bersama fluida. Permasalahan terproduksinya pasir erat kaitannya
dengan laju alir. Bila memproduksikan fluida dengan laju alir yang tinggi maka
kemungkinan intensitas pasir untuk ikut terproduksi juga semakin tinggi,
begitupun sebaliknya, dengan catatan apabila kita memprodukikan fluida dengan
laju yang rendah maka target produksi tidak akan terpenuhi.
Prinsip kerja pada percobaan kali ini adalah penyaringan dan
penimbangan. Sample seberat 200 gr dipecah terlebih dahulu hingga menjadi
fragmen kecil dan dimasukkan kedalam mortar kemudian digerus hingga menjadi
partikel yang lebih halus. Kemudian dimasukkan kedalam mesh / saringan dan
digoncangkan pada kekuatan terteentu selama 30 menit kemudian menimbang
sample pada masing – masing mesh dengan diameter yang berbeda. Ukiran pasir
yang didapat dari Sieve Analysis dapat diklasifikasikan berdasarkan keseragaman
besar butirnya. Saringan tersebut disusun berdasarkan besar – kecilnya luas
opening diameter dimana jika semakin kebawah maka diameter lubang semakin
kecil. Setiap series memiliki jumlah lubang yang berbeda, sebagai contoh nomor
40 berarti terdapat 40 lubang dalam setiap inch2.
Berdasarkan percobaan harga d40 (opening diameter berat komulatif 40%)
sebesar 0.47 mm dan harga d90 (opening diameter berat komulatif 90%) sebesar
0.19 mm. Sehingga dapat diperoleh sortasi coefficient sebesar 2,473 menurut
Schwartz hal ini menunjukkan bahwa pemilahan butiran pasir didalam batuan
reservoir tersebut seragam.
Aplikasi lapangan dari percobaan ini adalah, kita dapat mengetahui acuan
untuk menentukan ukuran screen liner dan gravel packing yang akan dipasang
pada formasi produktif. Hal ini dilakukan untuk memungkinkan minyak bebas
masuk kedalam lubang sumur tanpa disertai butiran – butiran pasir yang ikut
terproduksi kepermukaan. Apabila pasir ikut terproduksi kepermukaan maka
dapat menyebabkan dampak berupa menyumbatan pada dasar sumur, mengurangi
volume pipa, serta dapat merusak peralatan produksi yang terpasang akibat sifat
abrasif yang ditimbulkan oleh pasir. Problem kepasiran biasanya disebabkan oleh
batuan yang tidak terssemen dengan baik / unconsolidated sehingga apabila
terjadi laju aliran yang melebihi titik kritis maka partikel pasirnya akan mudah
terlepas sehingga ikut terproduksi.
5.8. KESIMPULAN

1. Dari hasil percobaan, didapatkan hasil sebagai berikut :


 d40 (opening diameter berat komulatif 40%) = 0.47 mm
 d90 (opening diameter berat komulatif 90%) = 0.19 mm
 Harga koefisien keseragaman butiran pasir (C) adalah 2,473
2. Tujuan percobaan Sieve Analysis untuk mengetahui ukuran batuan pasir
sehingga dapat menentukan ukuran screen atau penyaring yang
digunakan untuk menjebak batuan pasir untuk tidak ikut terproduksi
bersama fluida.
3. Prinsip kerja pada percobaan kali ini adalah penyaringan dan
penimbangan.
4. Semakin besar nilai atau nomor dari mesh, maka makin kecil pula
diameter lubang pada mesh, sehingga menghasilkan ukuran butir yang
lebih kecil, begitu sebaliknya.
5. Berdasarkan klasifikasi Schwartz nilai sortasi coefficient semi log
menunjukkan pemilahan baik / seragam.
6. Aplikasi lapangan dari percobaan ini adalah, kita dapat mengetahui
acuan untuk menentukan ukuran screen liner dan gravel packing yang
akan dipasang pada formasi produktif agar pasir tidak ikut terproduksi.
7. Pasir ikut terproduksi dapat menyebabkan dampak buruk berupa
menyumbatan pada dasar sumur sehingga dapat mengurangi volume
pipa, serta dapat merusak peralatan produksi yang terpasang akibat sifat
abrasif yang ditimbulkan oleh pasir.menyumbatan pada dasar sumur,
mengurangi volume pipa, serta dapat merusak peralatan produksi yang
terpasang akibat sifat abrasif yang ditimbulkan oleh pasir.
6.7. PEMBAHASAN

Dalam Percobaan Penentuan Kadar Larut Sample Formasi Dalam Larutan


Asam, praktikan mempelajari mengenai salah satu model stimulasi yaitu
pengasaman. Pengasaman adlah salah satu cara menstimulasi reservoir yang
terdiri atas batu gamping atau dolomite serta batuan reservoir yang terlarut dalam
asam. Hal ini dilakukan dengan menginjeksikan asam kedalam reservoir untuk
mendapatkan harga permeabilitas dan porositas yang lebih besar atau lebih
komersial dari suatu lapangan minyak.
Tujuan dari percobaan kali ini adalah, menentukan kadar kelarutan dari
sample formasi dengan pengasaman sehingga dapat dilakukan stimulasi dengan
tepat. Kemudian prinsip kerja dari percobaan ini adalah penjenuhan dengan asam
berupa HCL, pemanasan menggunakan oven, serta penimbangan menggunakan
timbangan digital.
Pada tahap sumur telah selesai diproduksi, laju rata – rata produksi sumur
kemungkinan akan menurun. Metode stimulasi umumnya digunakan untuk
mengoptimalkan produksi. Namun, terdapat perbedaan teknik stimulasi untuk
batu pasir dan batu karbonat. Pada batu pasir umumnya teknik stimulasi yang
digunakan adalah hydraulic fracturing. Sedangkan pada butiran karbonat
umumnya dilakukan pengasaman atau Acidizing.
Pengasaman bertujuan untuk memperbesar porositas dan memperbaiki
permeabilitas batuan reservoir. Terdapat tiga metode pengasaman, yaitu Matrix
Acidizing, Fracturing Acidizing, dan Acid Washing. Pada metode Matrix
Acidizing, larutan asam dipompakan atau diinjeksikan agar melarutkan batuan dan
endapat disekitar lubang sumur. Tekanan yang digunakan lebih kecil dari tekanan
rekah formasi. Dengan demikian dapat bereaksi dengan dinding pori – pori batuan
dan akhirnya akan memperbesar pori. Pada Metode Fracturing Acidizing larutan
zat asam dialirkan melalui rekahan atau fracturing. Terdapat dua operasi pada
Fracturing Acidizing, yaitu Acidizing melalui rekahan yang ada dan Acidizing
dengan tekanan yang tinggi melalui tekanan. Metode pengasaman yang terakhir
adalah Acid Washing, metode ini memiliki operasi yang direncanakan untuk
menghilangkan endapan organik berupa scale yang dapat larut dalam larutan asam
yang terdapat didalam lubang sumur untuk membuka perforasi yang tersumbat.
Selain bereaksi dengan batuan reeservoir, asam juga bereaksi dengan logam,
sehingga dapat menyebabkan korosi pada tubing, casing, ataupun wellhead.
Sehingga diperlukan corrosion inhibitor untuk mencegah korosi.
Penentuan kadar larut sample formasi dalam larutan asam dilakukan
dengan cara menimbang berat core kering sebelum diasamkan (W1) kemudian
memasukkan core kedalam larutan HCL selama 10 menit lalu dikeringkan
didalam oven selama 30 menit selanjutnya menimbang berat core setelah
dimasamkan (W2). Dari hasil percobaan diperoleh berat core sebelum diasamkan
sebesar 24,927 gr yang bereaksi dengan asam adalah 17,1 gr, sehingga persen
kelarutan asamnya dapat dihitung yakni sebesar 31,39 %.
Pada aplikasinya dilapangan, metode pengasaman dapat meningkatkan
permeabilitas batuan reservoir, hal ini disebabkan karena terjadi penambahan pori
– pori batuan yang saling berhubungan. Selain itu pengasaman juga dapat
menghilangkan skin, yaitu faktor pada formasi yang dapat mempengaruhi
permeabilitas pada formasi, seperti masuknya lumpur pemboran kedalam formasi
yang dapat menyumbat pori – pori (mud filtrat), serbuk mesui saat melakukan
perforasi (well completion) atau masalah kepasiran. Pengasaman juga dapat
menghilangkan scale, yaitu endapan kimia dalam formasi, misalnya dalam batuan
karbonat pada suhu dan tekanan tertentu.
6.8. KESIMPULAN

1. Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, maka didaptkan data


sebagai berikut :
 Berat kering core sebelum diasamkan (W1) = 24,927 gr
 Berat kering core setelah diasamkan (W2) = 17,1 gr
 Acid Solubility batu gamping = 31,39 %
2. Tujuan dari percobaan kali ini adalah, menentukan kadar kelarutan dari
sample formasi dengan pengasaman sehingga dapat dilakukan
stimulasi dengan tepat.
3. Prinsip kerja dari percobaan ini adalah penjenuhan dengan asam
berupa HCL, pemanasan menggunakan oven, serta penimbangan
menggunakan timbangan digital.
4. Terdapat tiga metode pengasaman, yaitu Matrix Acidizing, Fracturing
Acidizing, dan Acid Washing.
5. Pengasaman dapat menyebabkan korosi pada tubing, casing, ataupun
wellhead, sehingga diperlukan corrosion inhibitor untuk mencegah
korosi.
6. Aplikasi Lapangan dari percobaan ini yaitu, metode pengasaman dapat
meningkatkan permeabilitas batuan reservoir, hal ini disebabkan
karena terjadi penambahan pori – pori batuan yang saling
berhubungan. Selain itu pengasaman juga dapat menghilangkan skin,
yaitu faktor pada formasi yang dapat mempengaruhi permeabilitas
pada formasi, seperti masuknya lumpur pemboran kedalam formasi
yang dapat menyumbat pori – pori (mud filtrat).
7.7. PEMBAHASAN

Tekanan kapiler adalah perbedaan tekanan yang melewati kelengkungan


antara muka yang terbentuk oleh dua fluida yang tidak saling campur didalam
suatu pipa kapiler atau terdapat definisi lain, yaitu suatu perbedaan tekanan yang
terjadi diantara permukaan dua fasa fluida yang tidak saling campur (immiscible)
yaitu antara fasa yang tidak membasahi (non wetting phase) dengan fasa yang
membasahi (wetting phase). Pada percobaan kali ini, fasa yang tidak membasahi
yaitu udara dan fasa pebasahnya berupa Hg. Semakin besar saturasi mercury maka
semakin banyak pori batuan yang terisi udara.
Percobaan penentuan tekanan kapiler pada sample batuan reservoir
bertujuan untuk mengetahui distribusi saturasi fluida yang akan digunakan
sebagai salah satu dasar untuk menentukan secara efisien letak kedalaman sumur
yang akan dikomplesi. Tekanan kapiler terjadi karena efek kapilaritas, yaitu
peristiwa dimana fluida bersifat lebih membasahi daerah fluida yang kurang
membasahi, yang menyebabkan terbentuknya daerah transisi dimana variasi
saturasi fluida dalam batua secara vertikal.
Pada prinsipnya tekanan kapiler adalah untuk pengukuran tekanan kapiler
dari sample core batuan melalui penginjeksian mercury. Alat yang digunakan
pada praktikum ialah mercury injection capilary pressure apparatus. Namun
sebelum melakukan pengukuran yang dimaksud, alat harus terlebih dahulu
dikalibrasikan dengan ukuran standart untuk mendapatkan hasil pengukuran yang
lebih akurat. Kalibrasi alat ini bertujuan untuk menentukan volume picnometer,
bila terjadi perubahan volume picnometer dan mercury akibat dari penggunaan
tekanan yang besar, oleh karena itu harus dilakukan pressure value correction.
Data dari indicator pressure dan indicator volume of mercury injection didapat
dari hasil pengukuran dengan menggunakan alat yaitu mercury injection capilary
apparatus.
Dalam percobaan ini, kita tidak melakukan percobaan karena faktor teknis
seperti keterbatasan alat, sehingga kita hanya diperlihatkan prosedur percobaan
melalui video dan diberikan data – data percobaan.
Aplikasi lapangan dari percobaan ini adalah, sebagai alat untuk
menentukan secara efisien dari kedalaman sumur yang akan dikomplesi. Data
tekanan kapiler juga bermanfaat dalam meningkatkan recovery karena tekanan
kapiler yang sangat besar mengakibaatkan produksi melambat, maka tekanan
kapiler harus diturunkan, dapat pula menentukan surfactan yang cocok untuk
menurunkannya.
7.8. KESIMPULAN

1. Tekanan kapiler yaitu suatu perbedaan tekanan yang terjadi diantara


permukaan dua fasa fluida yang tidak saling campur (immiscible) yaitu
antara fasa yang tidak membasahi (non wetting phase) dengan fasa
yang membasahi (wetting phase).
2. Percobaan penentuan tekanan kapiler pada sample batuan reservoir
bertujuan untuk mengetahui distribusi saturasi fluida yang akan
digunakan sebagai salah satu dasar untuk menentukan secara efisien
letak kedalaman sumur yang akan dikomplesi.
3. Pada prinsipnya tekanan kapiler adalah untuk pengukuran tekanan
kapiler dari sample core batuan melalui penginjeksian mercury. Alat
yang digunakan pada praktikum ialah mercury injection capilary
pressure apparatus.
4. Aplikasi lapangan dari percobaan ini adalah, sebagai alat untuk
menentukan secara efisien dari kedalaman sumur yang akan
dikomplesi. Data tekanan kapiler juga bermanfaat dalam meningkatkan
recovery karena tekanan kapiler yang sangat besar mengakibaatkan
produksi melambat, maka tekanan kapiler harus diturunkan, dapat pula
menentukan surfactan yang cocok untuk menurunkannya.
BAB VIII
PEMBAHASAN UMUM

Analisa Inti batuan adalah tahap analisa setelah contoh formasi core
dibawah permukaan diperoleh, dimana tujuan dari Aalisa Inti Batuan ini adalah
untuk mengetahui secara langsung informasi sifat – sifat fisik batuan yang akan
dilakukan eksplorasi. Analisa core dibagi atas dua kegiatan yaitu Routine Core
Analysis dan Special Core Analisis. Yang termasuk kedalam pengukuran Routine
Core Analysis diantaranya adalah penentuan poroitas, saturasi dan permeabilitas.
Informasi dari data Analisa Inti Batuan sangat diperlukan dalam percobaan
eksplorasi yang akan digunakan untuk menyelidiki ada tidaknya hidrokarbon dari
suatu sumur yang akan diproduksi. Kegunaan lain yang dapat diketahui dari data
informasi Analisa Inti Batuan adalah dapat mengetahui jumlah cadangan minyak
yang terdapat disumur produksi atau dikenal dengan OOIP (Original Oil In
Place) sebelum melakukan pemboran.
Pada percobaan minggu pertama acara satu, kami melakukan percobaan
tentang Pengukuran Porositas, Porositas adalah perbandingan volume ruang pori –
pori terhadap volume batuan total (bulk volume). Porositas primer adalah
porositas yang terbentuk bersamaan dengan proses pengendapan, sedangkan
porositas sekunder merupakan porositas yang terbentuk setelah proses
pengendapan berlangsung yang dipengaruhi oleh faktor geologi, seperti rekahan
atau pelarutan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi nilai porositas, yaitu
derajat pembundaran, kemas, kompaksi, ukuran butir, keseragaman, dan faktor
sementasi. Praktikum Pengukuran Porositas kali ini memiliki tujuan yaitu untuk
mengetahui besarnya porositas batuan reservoir berdasarkan volume bulk batuan
dan volume pori batuan dengan cara menimbang lalu membandingkan antara nilai
keduanya. Maka prinsip kerja pada praktikum kali ini yaitu penimbangan.
Percobaan minggu pertama acara kedua yaitu Pengukuran Saturasi,
Saturasi fluida didefinisikan sebagi perbandingan antara volume pori – pori
batuan yang ditempati oleh suatu fluida tertentu dengan volume pori – pori total
pada suatu batuan berpori. Praktikum Pengukuran Saturasi kali ini bertujuan
untuk menghitung volume total batuan, serta menentukan nilai saturasi fluida
yang terdiri dari saturasi Minyak (So), Saturasi Air (Sw), Saturasi Gas (Sg) yang
terkandung dalam batuan reservoir dengan metoda distilasi. Secara umum,
percobaan penentuan saturasi memiliki prinsip kerja distilasi dan kondensasi,
distilasi merupakan suatu proses yang bertujuan untuk memisahkan dua fluida
yang memiliki titik didih yang berbeda. Kemudian kondensasi merupakan suatu
kondisi dimana uap mengalami penurunan suhu, dan kembali menjadi fasa cair.
Beralih kepraktikum selanjutanya yaitu Pengukuran Permeabilitas,
Permeabilitas didefinisikan sebagai suatu bilangan yang menunjukkan
kemampuan suatu batuan untuk mengalirkan atau meloloskan fluida.
Permeabilitas dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu Permeabiltas Absolut,
Permeabilitas Efektif, dan Permeabilitas Relatif. Dasar penentuan permeabilitas
erat kaitannya dengan percobaan yang dilakukan oleh Henry Darcy, yang
melakukan percobaan menggunakan batu pasir tidak kompak untuk kemudian
dialiri air. Sehingga dari percobaan tersebut ditemukanlah Permeabilitas Darcy
yang memiliki penegertian yaitu, batuan dengan panjang 1 cm, memiliki luas 1
cm2, berviskositas 1 cp, kemudian diberi tekanan masuk berupa (P1) dan tekanan
keluar berupa (P2) dengan gradien 1 atm, sehingga tercipta laju alir sebesar 1
cc/sec. Tujuan percobaan pengukuran permeabilitas yaitu, untuk menentukan nilai
permeabilitas absolut dari sample core dengan menggunakan rangkaian Liquid
Permeameter dan Gas Permeameter. Serta mengetahui faktor – faktor yang
mempengaruhi besar kecilnya nilai permeabilitas, dan untuk mengetahui aplikasi
pengukuran permeabilitas dilapangan serta hubungan nilai permeabilitas dengan
parameter yang lain.
Praktikum selanjutnya yaitu melakuka percobaan mengenai Sieve
Analysis, Percobaan Sieve Analysis merupakan suatu percobaan yang bertujuan
untuk mengetahui ukuran batuan pasir sehingga dapat menentukan ukuran screen
atau penyaring yang digunakan untuk menjebak batuan pasir untuk tidak ikut
terproduksi bersama fluida. Prinsip kerja pada percobaan kali ini adalah
penyaringan dan penimbangan. Sample seberat 200 gr dipecah terlebih dahulu
hingga menjadi fragmen kecil dan dimasukkan kedalam mortar kemudian digerus
hingga menjadi partikel yang lebih halus. Kemudian dimasukkan kedalam mesh /
saringan dan digoncangkan pada kekuatan terteentu selama 30 menit kemudian
menimbang sample pada masing – masing mesh dengan diameter yang berbeda.
Ukiran pasir yang didapat dari Sieve Analysis dapat diklasifikasikan berdasarkan
keseragaman besar butirnya.
Praktikum minggu ke tiga, kita melakukan percobaan mengenai Penentuan
Kadar Larut Sample Formasi dalam Larutan Asam. Dalam Percobaan Penentuan
Kadar Larut Sample Formasi Dalam Larutan Asam, praktikan mempelajari
mengenai salah satu model stimulasi yaitu pengasaman. Pengasaman adalah salah
satu cara menstimulasi reservoir yang terdiri atas batu gamping atau dolomite
serta batuan reservoir yang terlarut dalam asam. Hal ini dilakukan dengan
menginjeksikan asam kedalam reservoir untuk mendapatkan harga permeabilitas
dan porositas yang lebih besar atau lebih komersial dari suatu lapangan minyak.
Tujuan dari percobaan kali ini adalah, menentukan kadar kelarutan dari sample
formasi dengan pengasaman sehingga dapat dilakukan stimulasi dengan tepat.
Kemudian prinsip kerja dari percobaan ini adalah penjenuhan dengan asam berupa
HCL, pemanasan menggunakan oven, serta penimbangan menggunakan
timbangan digital.
Kemudian praktikum yang terakhir yaitu membahas mengenai Pengukuran
Tekanan Kapiler pada Sample Batuan Formasi. Tekanan kapiler adalah suatu
perbedaan tekanan yang terjadi diantara permukaan dua fasa fluida yang tidak
saling campur (immiscible) yaitu antara fasa yang tidak membasahi (non wetting
phase) dengan fasa yang membasahi (wetting phase). Percobaan penentuan
tekanan kapiler pada sample batuan reservoir bertujuan untuk mengetahui
distribusi saturasi fluida yang akan digunakan sebagai salah satu dasar untuk
menentukan secara efisien letak kedalaman sumur yang akan dikomplesi. Tekanan
kapiler terjadi karena efek kapilaritas, yaitu peristiwa dimana fluida bersifat lebih
membasahi daerah fluida yang kurang membasahi, yang menyebabkan
terbentuknya daerah transisi dimana variasi saturasi fluida dalam batua secara
vertikal.
BAB IX
KESIMPULAN UMUM

Dari berbagai Praktikum Analisa Inti Batuan didapatkan kesimpulan


sebagai berikut :
1. Pada percobaan Pengukuran Porositas kesimpulan sebagai berikut :
 Porositas dari metode penimbangan sebesar 28,13%
 Tujuan dari praktikum kali ini yaitu untuk mengetahui besarnya
porositas batuan reservoir berdasarkan volume bulk batuan dan volume
pori batuan dengan cara menimbang lalu membandingkan antara nilai
keduanya.
 Prinsip kerja pada praktikum kali ini yaitu penimbangan.
2. Pada percobaan Pengukuran Saturasi didapatkan kesimpulan sebagai
berikut :
 Dari percobaan diperleh hasil sebagai berikut :
Saturasi minyak = 0,91
Saturasi air = 0,09
 Praktikum Pengukuran Saturasi kali ini bertujuan untuk menghitung
volume total batuan, serta menentukan nilai saturasi fluida yang terdiri
dari saturasi Minyak (So), Saturasi Air (Sw), Saturasi Gas (Sg) yang
terkandung dalam batuan reservoir dengan metoda distilasi.
 Percobaan penentuan saturasi memiliki prinsip kerja distilasi dan
kondensasi.
3. Pada percobaan Pengukuran Permeabilitas didapatkan kesimpulan sebagai
berikut :
 Dari hasil percobaan, didapatkan hasil sebagai berikut :
 Pengukuran permeabilitas dengan gas permeameter :
 ∆ P 0,25 = 0,08235 Darcy
 ∆ P 0,50 = 0,1281 Darcy
 ∆P 1 = 0,172 Darcy
 Permeabilitas real (K*) = 0,419 Darcy
 Pengukuran permeabilitas dengan liquid permeameter
dengan ∆P 1 atm diperoleh 0,303 Darcy.
 Tujuan percobaan pengukuran permeabilitas yaitu, untuk
menentukan nilai permeabilitas absolut dari sample core dengan
menggunakan rangkaian Liquid Permeameter dan Gas
Permeameter.
 Pada praktikum pengukuran permeabilitas ini menggunakan dua
metode percobaan, yaitu Metode Liquid Permeameter dan Metode
Gas Permeameter, prinsip kerja dari kedua alat tersebut sama yaitu
mengalirkan fluida melalui suatu media berpori.
4. Pada percobaan Sieve Analysis didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
 Dari hasil percobaan, didapatkan hasil sebagai berikut :
 d40 (opening diameter berat komulatif 40%) = 0.47 mm
 d90 (opening diameter berat komulatif 90%) = 0.19 mm
 Harga koefisien keseragaman butiran pasir (C) adalah 2,473
 Tujuan percobaan Sieve Analysis untuk mengetahui ukuran batuan
pasir sehingga dapat menentukan ukuran screen atau penyaring
yang digunakan untuk menjebak batuan pasir untuk tidak ikut
terproduksi bersama fluida.
 Prinsip kerja pada percobaan kali ini adalah penyaringan dan
penimbangan.
5. Pada percobaan Penentuan Kadar Larut Sample Formasi dalam Larutan
Asam didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
 Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, maka didaptkan data
sebagai berikut :
 Berat kering core sebelum diasamkan (W1) = 24,927 gr
 Berat kering core setelah diasamkan (W2) = 17,1 gr
 Acid Solubility batu gamping = 31,39 %
 Tujuan dari percobaan kali ini adalah, menentukan kadar kelarutan
dari sample formasi dengan pengasaman sehingga dapat dilakukan
stimulasi dengan tepat.
 Prinsip kerja dari percobaan ini adalah penjenuhan dengan asam
berupa HCL, pemanasan menggunakan oven, serta penimbangan
menggunakan timbangan digital.
6. Pada percobaan Pengukuran Tekanan Kapiler pada Sample Batuan
Formasi didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
 Tekanan kapiler yaitu suatu perbedaan tekanan yang terjadi
diantara permukaan dua fasa fluida yang tidak saling campur
(immiscible) yaitu antara fasa yang tidak membasahi (non wetting
phase) dengan fasa yang membasahi (wetting phase).
 Percobaan penentuan tekanan kapiler pada sample batuan reservoir
bertujuan untuk mengetahui distribusi saturasi fluida yang akan
digunakan sebagai salah satu dasar untuk menentukan secara
efisien letak kedalaman sumur yang akan dikomplesi.
 Pada prinsipnya tekanan kapiler adalah untuk pengukuran tekanan
kapiler dari sample core batuan melalui penginjeksian mercury.
Alat yang digunakan pada praktikum ialah mercury injection
capilary pressure apparatus.

Anda mungkin juga menyukai