PEMBAHASAN
Analisa Inti batuan adalah tahap analisa setelah contoh formasi core
dibawah permukaan diperoleh, dimana tujuan dari Aalisa Inti Batuan ini adalah
untuk mengetahui secara langsung informasi sifat – sifat fisik batuan yang akan
dilakukan eksplorasi. Analisa core dibagi atas dua kegiatan yaitu Routine Core
Analysis dan Special Core Analisis. Yang termasuk kedalam pengukuran Routine
Core Analysis diantaranya adalah penentuan poroitas, saturasi dan permeabilitas.
Informasi dari data Analisa Inti Batuan sangat diperlukan dalam percobaan
eksplorasi yang akan digunakan untuk menyelidiki ada tidaknya hidrokarbon dari
suatu sumur yang akan diproduksi. Kegunaan lain yang dapat diketahui dari data
informasi Analisa Inti Batuan adalah dapat mengetahui jumlah cadangan minyak
yang terdapat disumur produksi atau dikenal dengan OOIP (Original Oil In
Place) sebelum melakukan pemboran.
Pada percobaan minggu pertama acara satu, kami melakukan percobaan
tentang Pengukuran Porositas, Porositas adalah perbandingan volume ruang pori –
pori terhadap volume batuan total (bulk volume). Porositas primer adalah
porositas yang terbentuk bersamaan dengan proses pengendapan, sedangkan
porositas sekunder merupakan porositas yang terbentuk setelah proses
pengendapan berlangsung yang dipengaruhi oleh faktor geologi, seperti rekahan
atau pelarutan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi nilai porositas, yaitu
derajat pembundaran, kemas, kompaksi, ukuran butir, keseragaman, dan faktor
sementasi. Praktikum Pengukuran Porositas kali ini memiliki tujuan yaitu untuk
mengetahui besarnya porositas batuan reservoir berdasarkan volume bulk batuan
dan volume pori batuan dengan cara menimbang lalu membandingkan antara nilai
keduanya. Maka prinsip kerja pada praktikum kali ini yaitu penimbangan.
Percobaan minggu pertama acara kedua yaitu Pengukuran Saturasi,
Saturasi fluida didefinisikan sebagi perbandingan antara volume pori – pori
batuan yang ditempati oleh suatu fluida tertentu dengan volume pori – pori total
pada suatu batuan berpori. Praktikum Pengukuran Saturasi kali ini bertujuan
untuk menghitung volume total batuan, serta menentukan nilai saturasi fluida
yang terdiri dari saturasi Minyak (So), Saturasi Air (Sw), Saturasi Gas (Sg) yang
terkandung dalam batuan reservoir dengan metoda distilasi. Secara umum,
percobaan penentuan saturasi memiliki prinsip kerja distilasi dan kondensasi,
distilasi merupakan suatu proses yang bertujuan untuk memisahkan dua fluida
yang memiliki titik didih yang berbeda. Kemudian kondensasi merupakan suatu
kondisi dimana uap mengalami penurunan suhu, dan kembali menjadi fasa cair.
Beralih kepraktikum selanjutanya yaitu Pengukuran Permeabilitas,
Permeabilitas didefinisikan sebagai suatu bilangan yang menunjukkan
kemampuan suatu batuan untuk mengalirkan atau meloloskan fluida.
Permeabilitas dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu Permeabiltas Absolut,
Permeabilitas Efektif, dan Permeabilitas Relatif. Dasar penentuan permeabilitas
erat kaitannya dengan percobaan yang dilakukan oleh Henry Darcy, yang
melakukan percobaan menggunakan batu pasir tidak kompak untuk kemudian
dialiri air. Sehingga dari percobaan tersebut ditemukanlah Permeabilitas Darcy
yang memiliki penegertian yaitu, batuan dengan panjang 1 cm, memiliki luas 1
cm2, berviskositas 1 cp, kemudian diberi tekanan masuk berupa (P1) dan tekanan
keluar berupa (P2) dengan gradien 1 atm, sehingga tercipta laju alir sebesar 1
cc/sec. Tujuan percobaan pengukuran permeabilitas yaitu, untuk menentukan nilai
permeabilitas absolut dari sample core dengan menggunakan rangkaian Liquid
Permeameter dan Gas Permeameter. Serta mengetahui faktor – faktor yang
mempengaruhi besar kecilnya nilai permeabilitas, dan untuk mengetahui aplikasi
pengukuran permeabilitas dilapangan serta hubungan nilai permeabilitas dengan
parameter yang lain.
Praktikum selanjutnya yaitu melakuka percobaan mengenai Sieve
Analysis, Percobaan Sieve Analysis merupakan suatu percobaan yang bertujuan
untuk mengetahui ukuran batuan pasir sehingga dapat menentukan ukuran screen
atau penyaring yang digunakan untuk menjebak batuan pasir untuk tidak ikut
terproduksi bersama fluida. Prinsip kerja pada percobaan kali ini adalah
penyaringan dan penimbangan. Sample seberat 200 gr dipecah terlebih dahulu
hingga menjadi fragmen kecil dan dimasukkan kedalam mortar kemudian digerus
hingga menjadi partikel yang lebih halus. Kemudian dimasukkan kedalam mesh /
saringan dan digoncangkan pada kekuatan terteentu selama 30 menit kemudian
menimbang sample pada masing – masing mesh dengan diameter yang berbeda.
Ukiran pasir yang didapat dari Sieve Analysis dapat diklasifikasikan berdasarkan
keseragaman besar butirnya.
Praktikum minggu ke tiga, kita melakukan percobaan mengenai Penentuan
Kadar Larut Sample Formasi dalam Larutan Asam. Dalam Percobaan Penentuan
Kadar Larut Sample Formasi Dalam Larutan Asam, praktikan mempelajari
mengenai salah satu model stimulasi yaitu pengasaman. Pengasaman adalah salah
satu cara menstimulasi reservoir yang terdiri atas batu gamping atau dolomite
serta batuan reservoir yang terlarut dalam asam. Hal ini dilakukan dengan
menginjeksikan asam kedalam reservoir untuk mendapatkan harga permeabilitas
dan porositas yang lebih besar atau lebih komersial dari suatu lapangan minyak.
Tujuan dari percobaan kali ini adalah, menentukan kadar kelarutan dari sample
formasi dengan pengasaman sehingga dapat dilakukan stimulasi dengan tepat.
Kemudian prinsip kerja dari percobaan ini adalah penjenuhan dengan asam berupa
HCL, pemanasan menggunakan oven, serta penimbangan menggunakan
timbangan digital.
Kemudian praktikum yang terakhir yaitu membahas mengenai Pengukuran
Tekanan Kapiler pada Sample Batuan Formasi. Tekanan kapiler adalah suatu
perbedaan tekanan yang terjadi diantara permukaan dua fasa fluida yang tidak
saling campur (immiscible) yaitu antara fasa yang tidak membasahi (non wetting
phase) dengan fasa yang membasahi (wetting phase). Percobaan penentuan
tekanan kapiler pada sample batuan reservoir bertujuan untuk mengetahui
distribusi saturasi fluida yang akan digunakan sebagai salah satu dasar untuk
menentukan secara efisien letak kedalaman sumur yang akan dikomplesi. Tekanan
kapiler terjadi karena efek kapilaritas, yaitu peristiwa dimana fluida bersifat lebih
membasahi daerah fluida yang kurang membasahi, yang menyebabkan
terbentuknya daerah transisi dimana variasi saturasi fluida dalam batua secara
vertikal.
BAB IX
KESIMPULAN UMUM