Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PENGUKURAN POROSITAS

2.1. TUJUAN PERCOBAAN


Untuk mempengaruhi besarnya porositas batuan berdasarkan volume bulk
batuan, dan volume pori batuan dengan menggunakan metode penimbangan.

2.2. DASAR TEORI


Porositas suatu batuan adalah perbandingan volume rongga– rongga pori
terhadap volume total seluruh batuan. Perbandingan ini biasanya dinyatakan
dalam persen dan disebut porositas. Porositas juga dapat dinyatakan dalam ‘acre
– feet’, yang berarti volume yang dinyatakan sebagai luas dalam ‘acre’ dan
ketebalan reservoir dalam kaki (feet).
Selain itu dikenal juga istilah porositas efektif, yaitu apabila bagian rongga
– rongga di dalam batuan berhubungan, sehingga dengan demikian porositas
efektif biasanya lebih kecil daripada rongga pori – pori total.
Menurut proses geologinya, porositas dibagi dua, yaitu:
1. Porositas Primer
Porositas primer didefinisikan sebagai porositas yang terjadi bersamaan dengan
proses pengendapan batuan.
2. Porositas Sekunder
Porositas sekunder didefinisikan sebagai porositas yang terjadi setelah proses
pengendapan batuan, seperti yang disebabkan karena proses pelarutan atau
rekahan seperti kekar, celah, rekah, dolomitasi.
Dibahas dari sudut teknik reservoir, porositas dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Porositas absolute
Porositas absolute didefinisikan sebagai perbandingan antara volume seluruh
pori dengan volume total batuan, atau dapat ditulis:
Vp
∅ |¿| x 100 %
Vb
Vb−Vg
∅ |¿| x 100 %
Vb
Dimana
Vp = volume pori-pori batuan, cm3
Vb = volume total batuan, cm3
Vg = volume butiran, cm3
2. Porositas Efektif
Porositas efektif didefinisikan sebagai perbandingan volume pori yang
berhubungan dengan volume total batuan atau ditulis:
Volume pori yang berhubungan
∅ eff = x 100 %
Vb
Oleh karena minyak hanya dapat mengalir melalui pori yang saling
berhubungan maka yang penting dalam industri perminyakan dan yang kita
ukur dalam percobaan ini adalah porositas efektif. Biasanya besarnya
porositas berkisar antara 5 – 30 %. Secara teoritis besarnya porositas tidak
lebih dari 48 %. Di lapangan dapat kita mendapatkan perkiraan secara visual,
dimana penentuan ini besifat semi kuantitatif dan digunakan sebagai skala
berikut:
 0%-5% porositas sangat buruk dan dapat diabaikan
 5 % - 10 % porositas buruk
 10 % - 15 % porositas cukup
 15 % - 25 % porositas baik
 > 25 % porositas sangat baik
Faktor-faktor yang mempengaruhi porositas:
1. Bentuk butiran
Semakin kecil ukuran butir maka rongga yang terbentuk akan semakin kecil
pula dan sebaliknya jika ukuran butir besar maka rongga yang terbentuk juga
semakin besar.
2. Bentuk butir atau sphericity
Batuan dengan bentuk butir jelek akan memiliki porositas yang besar,
sedangkan kalau bentuk butir baik maka akan memiliki porositas yang kecil.
3. Susunan butir
Apabila ukuran butirnya sama maka susunan butir sama dengan bentuk kubus
dan mempunyai porositas yang lebih besar dibandingkan dengan bentuk
rhombohedral.
4. Pemilahan
Apabila butiran baik maka ada keseragaman sehingga porositasnya akan baik
pula. Pemilahan yang jelek menyebabkan butiran yang berukuran kecil akan
menempati rongga diantara butiran yang lebih besar akibatnya porositasnya
rendah.
5. Komposisi mineral
Apabila penyusun batuan terdiri dari mineral-mineral yang mudah larut
seperti golongan karbonat maka porositasnya akan baik karena rongga-
rongga akibat proses pelarutan dari batuan tersebut.
6. Sementasi
Material semen pada dasarnya akan mengurangi harga porositas. Material
yang dapat berwujud semen adalah silika, oksida besi dan mineral lempung.
7. Kompaksi dan pemampatan
Adanya kompaksi dan pemampatan akan mengurangi harga porositas.
Apabila batuan terkubur semakin dalam maka porositasnya akan semakin
kecil yang diakibatkan karena adanya penambahan beban.

2.3. ALAT DAN BAHAN


2.3.1. Alat
1. Timbangan dan anak timbangan
2. Vacum desikator dan compressor
3. Penjepit
4. Beaker Glass ceper
2.3.2. Bahan
1. Kerosene
2. Sampel Core
3. Air
2

2.3.3. Gambar Alat

Keterangan:
1. Anak timbangan
2. Timbangan

Gambar 2.1.
Timbangan dan Anak Timbangan
1
2
1

Keterangan:
1. Vacum desikator
2. Compressor

Gambar 2.2.

Vacum Desikator dan Compressor


2.4 PROSEDUR PERCOBAAN
1. Menimbang core kering yang digunakan, misalnya berat core kering
= W1 gram. Dan di masukkan ke Vakum Desikator dalam waktu 10
menit
2. Menimbang Core jenuh di dalam fluida air = W2
3. Menimbang Core ).jenuh di udara = W3

 Perhitungan :

- Volume total batuan (Vb) = W3 - W2


BJ Air

- Volume pori (Vp) = W3 - W1


BJ Air

- Porositas efektif = Vp x 100%


Vb
2.5. HASIL PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN
2.5.1. Hasil Percobaan
 Berat core kering = 29,147 gr
 Berat core jenuh di fluida = 18 gr
 Berat core jenuh di udara = 33,51 gr

2.5.2. Perhitungan

W3-W2
 Volume total batuan (Vb) =
Bj Air
33,51 -1 8
= 1

= 15,511 cc

W 3 -W 1
 Volume pori-pori (Vp) =
Bj Air
33,51 - 29,147
= Bj air

= 4,364 cc
W1-W2
 Volume grain (Vg) =
Bj Air
29,147 -18
= 1

= 11,147 cc

Vp
 Porositas efektif (∅ ¿ = x 100%
Vb
4,364
= x 100%
15,511
= 28,13 %

Anda mungkin juga menyukai