Anda di halaman 1dari 12

Green Behaviour ditengah Pandemi

By : Fitriyanto
Disusun untuk memenuhi Tugas Marketing Management

Pandemi covid-19 yang mulai terjadi dan berdampak sangat luas terhadap tatanan kehidupan
manusia di seluruh penjuru dunia sejak awal Tahun 2020. Dunia usaha dalam hal ini menjadi
salah satu sektor yang mengalami penetrasi yang sangat luar biasa hingga saat ini sehingga
banyak perusahaan dengan terpaksa harus menutup usaha mereka karena kondisi yang tidak
memungkinkan dan hal tersebut tentunya bedampak negative pada semua stake holder sampai
dengan pemerintah. Selain isu terkait dunia usaha, isu lain yang tak kelah penting adalah terkait
dengan dampak lingkungan pascaberlangsungnya pandemic covid-19 ini.

Pada saat terjadinya covid-19 beberapa negara termasuk Indonesia telah memberlakukan
lockdown serta pembatasan (PSBB) pada beberapa wilayah dan hal yang dapat kita rasakan
dengan sangat jelas adalah membaiknya kualitas udara saat itu. Di daerah Jakarta misalnya
yang kita sangat kenal dengan tingkat polusinya yang sangat tinggi sehingga ketika melihat
langit di siang hari di jakarta yang cenderung keabuan ataupun coklat. Jika dibandingkan
dengan saat beberapa hari ketika diberlakukannya PSBB maka dapat kita rasakan bahwa langit
menjadi sangat cerah dan udara menjadi bersih karena semua aktivitas di luar ruangan
berkurang dengan sangat drastis.

Hal lain yang terjadi setelah diberlakukannya kebijakan lock down oleh pemerintah adalah
meningkatnya jumlah sampah (terutama plastik) baik dari rumah tangga maupun sampah
rumah sakit karena tingginya permintaan sarana penunjang terutama untuk penanganan covid-
19. Seperti yang kita ketahui bahwa sebelum pandemi ini terjadi masalah pengelolaan sampah
merupakan masalah klasik yang terjadi di seluruh dunia terutama di negara berkembang,
dimana sampai dengan 2 milyar manusia tidak memiliki akses pembuangan sampah dan
sampai dengan 3 Milyar manusia tidak memiliki akeses pembuangan limbah yang memadai
(UN-Habiat 2020) tentu dengan terjadinya pandemi ini semakin memperburuk keadaan dan
sistem pengelolaan sampah yang sudah ada sebelumnya. Berdasarkan artikel dari Tanveer M.
Adyel tahun 2020 terdapat beberapa aspek yang menjadi penyebab naiknya jumlah sampah
yang terjadi di seluruh dunia antara lain Tidak stabilnya harga minyak dunia yang
mengakibatkan pengolahan plastik dari minyak bumi lebih murah dariapada mengolah dari
plastik daur ulang dan adanya permintaan yang tinggi dari industry kesehatan serta berubahnya
gaya hidup masyarakat secara umum menghasilkan kenaikan sampah plastik yang sangat
signifikan.

Selama masa pandemi ini permintaan akan personal protective equipment (PPE) baik dari
kalangan medis maupun masyarakat umum meningkat dengan tajam. Karena adanya
peningkatan permintaan ini maka terjadi peningkatan kapasitas produksi sampai dengan dua
belas kali atau 116 juta lembar masker per hari pada bulan feburari menurut data (Adyel,
2020). Selain itu WHO juga memerintahkan untuk menambah jumlah produksi dari PPE yakni
sebesar 40% dan apabila setiap negara memberlakukan peraturan tersebut maka secara
signifikan akan meningkatkan sampah PPE berupa sarung tangan dan masker sebanyak 129
milyar masker dan 65 milyar sarung tangan dan hal tersebut akan menjadi pemicu
meningkatnya jumlah sampah.

Goncangan yang kuat dari sector ekonomi membuat pemerintah semakin mengencangkan ikat
pinggang dalam hal penggunaan anggarannya. Pada negara berkembang yang memiliki
struktur anggaran negara yang lemah tentu akan memprioritaskan penggunaan anggaran pada
sector kesehatannya (penanganan covid) sementara untuk pengelolaan sampah bukan menjadi
hal yang diprioritaskan. Sebelum pandemi ini terjadi pengelolaan sampah seperti waste
management, pengangkutan sampah, penampungan sampah, pemusnahan sampah dsb
menjadi aspek yang kurang diperhatikan terutama pada negara berkembang. Dengan
terjadinya pandemic ini hal tersebut menjadi salah satu aspek yang akan ditunda terlebih
dahulu untuk pengembangan dan penyempurnaan sistemnya.

Berubahnya perilaku individu yang harus melakukan sebagian aktivitas pekerjaan dan
pendidikan di rumah atau tempat tinggal menyebabkan tingkat meningkatnya jumlah volume
sampah. Dikutip dari CNBC Indonesia menurut Peneliti Pusat Penelitaian Oseanografi LIPI
Intan Suci Nurhayati menyatakan bahwa pandemic saat ini dihadapkan pula pada isu plastik di
Indonesia yang semakin meningkat. Berdasarka survey dari 1.095 responden usia 15 tahun ke
atas menunjukkan bahwa terjadi perubahan perilaku berbelanja online yang meningkat 62%
dan 47% peningkatan terjadi pada pemesanan makanan secara online. Survei ini juga
menyebutkan bahwa sebelum pandemi terjadi responden melakukan belanja online 1 sampai 5
kali dalam satu bulan namun setelah pandemi ini terjadi meningkat menjadi 1 sampai 10 kali
dalam 1 bulan. Selain itu survei ini juga menunnjukkan peningkatan pembelian obat dari 14,1%
menjadi 36.5%, alat pelindung dari 4.6% menjadi 34.6% serta desinfektan meningkat dari 10%
menjadi 42,1%. Peningkatan pembelian ini selain meningkatkan jumlah sampah terutama
plastik juga akan meningkatkan sampah-sampah jenis lain karena pada awal pandemic terjadi
panic buying oleh masyarakat yang menyebabkan stock produk tertentu habis di pasaran dan
hal tersebut akan berimbas pada naiknya sampah produk yang tidak terpakai karena overstock
yang telah dilakukan sebelumnya. Sementara itu fenomoena yang sama juga terjadi di negara
tetangga seperti Thailand, mengutip dari kompas.com rata-rata konsumsi plastik di Bangkok
mencapai 2115 ton per hari sedangkan di masa pandemi naik menjadi 3.400 ton per hari, di
seluruh Thailand terjadi peningkatan jumlah sampah dari 5000 ton per hari menjadi 6.300 ton.
Pada tahun 2018 Thailan menghasilkan kurang lebih 2 juta ton sampah plastik setiap tahun dan
hanya 500.000 ton yang dapat di daur ulang (kutipan dari institute Lingkungan Thailand,
Pichmol Rugord)

Dari sudut pandang Pengusaha sendiri fenomena pandemi menuntut adanya perubahan besar-
besaran dalam strategi pemasarannya yakni mengalihkan sebagian besar transaksi pembelian
via online terutama untuk perusahaan yang menjual barang. Dengan adanya pembatasan
aktivitas bekerja, berkembangnya sistem belanja secara online dan adanya campaign dan
promo menarik ini tentu akan mengingkatkan transaksi penjualan secar online dan berujung
pada meningkatmya jumlah pengiriman barang ke seluruh wilayah dan semua paket pengiriman
rata-rata menggunakan bahan plastik sebagai pengamamnya maka tak heran beberapa data
yang disajikan diatas menunjukkan terjadinya lonjakan yang signfikan dalam hal konsumsi
plastik di seluruh dunia. Dari fakta-fakta yang ada ini kira-kira strategi apa yang dapat kita
lakukan sebagai seorang pemasar? Dan bagaimana strategi ini diimplementasikan agar setiap
program pemasaran yang kita lakukan dipandang etis dan memiliki nilai yang lebih di benak
konsumen dan bagaimana pemasar bisa membangun mindset green behavior pada
konsumennya?. Salah satu jawaban yang dirasa paling tepat adalah penerapan konsep Green
Marketing pada seluruh strategi marketing dan proses bisnis perusahaan, apa itu green
marketing? dan seperti apa langkah-langkah pelaksanaanya?

Apa itu Green Marketing?

Green marketing is the holistic management for identifiying, anticipating and satisfying the
requirement of customer and society in a profitable and sustainable way (Peattie. 1995)
sedangkan menurut (Salmon dan Stewart, 2014) Green marketing adalah strategi pemasaran
yang mendukung lingkungan dengan menciptakan keuntungan terhadap lingkungan hal ini
didasarkan oleh apa yang konsumen harapkan. Secara umum aspek green marketing sama
dengan aspek marketing pada umumnya namun hal yang perlu di tekankan dalam hal ini
adalah aspek sustainability yakni perusahaan harus memperhatikan factor lingkungan yang ada
pada setiap prose bisnis perusahaan atau dengan kata lain dalam proses bisnis ini perusahaan
harus tetap mengahasilkan income namun di lain hal harus memiliki etika untuk menjaga
lingkungan. Ada tiga requirement dalam konsep Green marketing yakni:

1. Proses produksi harus compatible dengan lingkungan


2. Compatible dengan tujuan perusahaan
3. Memuaskan kebutuhan pelanggan

Konsep dari Green Marketing muncul pada akhir tahun 80an dan awal tahun 90an atau sekitar
10 tahun setelah diadakannya workshop tentang ecological mareking oleh American Marketing
Assosiation (AMA) pada tahun 1975 dengan pengetahuan terkini pada saat itu terkait efek
rumah kaca dan efek dari pembuangan limbah perusahaan akhirnya menyadari bahwa green
marketing merupakan strategi atau Teknik yang ampuh dalam membidik dan membetuk
persepsi customer tentang bagaimana produk yang diciptakan perusahaan merupakan
alternative yang lebih baik untuk lingkungan. Perbedaan produk dan jasa yang dihasilkan dari
green marketing dengan proses marketing pada umumnya adalah bisa dari produknya sendiri,
metode pemprosesannya atau kemasan dari produk tersebut.

Apa tujuan Green Marketing?

Pada dasarnya tujuan utama dari Teknik ini kurang lebih sama dengan marketing secara umum
yakni mendapatkan profit melalui value yang ditawarkan oleh sebuah produk dengan
mengutamakan kepuasan customer. Menurut (John Grand,2007) dalam bukunya yang berjudul
The Green Marketing Manifesto mendeskripsikan tujuan green markering kedalam tiga tahap
yakni:

 Green bertujuan ke arah untuk berkomunikasi bahwa merek atau perusahaan adalah
peduli lingkungan hidup. Tahapan ini merupakan tahapan awal bagi perusahaan yang
menerapkan konsep green marketing.
 Greener, selain untuk komersialisasi sebagai tujuan utama perusahaan, tetapi juga untuk
mencapai tujuan yang berpengaruh kepada lingkungan hidup. Perusahaan mencoba
merubah gaya konsumen mengkonsumsi/memakai produk. Misalnya penghemat kertas,
menggunakan kertas bekas maupun kertas recycle, menghemat air, listrik, penggunaan AC
dan lain-lain.
 Greenest, perusahaan berusaha merubah budaya konsumen ke arah yang lebih peduli
lingkungan hidup. Budaya konsumen yang diharapkan adalah kepedulian terhadap
lingkungan dalam semua aktivitas tanpa terpengaruh oleh produk perusahaan yang
ditawarkan.

Apa saja komponen Green Marketing?

Menurut (Wu dan Chen, 2014) komponen-komponen yang terdapat dalam green marketing
adalah sebagai berikut:

 Green customers, merupakan orang-orang yang melakukan pembelian dan mengkonsumsi


produk-produk yang aman bagi tubuh dan lingkungannya untuk tetap menjaga
lingkungannya.
 Green production process, merupakan suatu cara memproduksi dengan teknologi yang
membatasi polusi atau memiliki manfaat terhadap lingkungan.
 Green financialaffairs, merupakan jenis-jenis pendekatan akuntansi yang mencoba untuk
mempertimbangkan nilai-nilai keuangan dan moneter untuk investasi ekologi dan
kerusakan hutan.
 Reasons of being green, merupakan sebuah alasan seseorang atau perusahaan untuk
mengubah perilakukanya untuk peduli terhadap lingkungan.

Apa Manfaat Green Marketing?

 Menghasilkan produk yang ramah lingkungan


 Para produsen dan pemasang iklan mengembangkan produk yang mereka upayakan
untuk memenuhi keinginan masyarakat yang peduli akan lingkungan
 Inovasi Kecintaan terhadap lingkungan akan membuat perusahaan menjadi lebih inovatif,
baik inovatif dalam input, process, output, bahkan strategi marketing/pemasaran.

Apa itu Green Behaviour?

Pro-environmental or green behaviour is behaviour that minimises harm to the environment as


much as possible, or even benefits it (Steg & Vlek, 2009) sebagai contoh adalah meminimalisir
penggunaan energi dan mengurangi pembuangan sampah. Selain itu pengertian Green
Behaviour lain adalah as ‘doing good and avoiding bad’ (Cushman-Roisin, 2012), pendapat lain
menyatakan bahwa green behavior dimaknai sebagai suatu perilaku yang tindakannya didasari
oleh suatu nilai, norma dan aturan yang mengutamakan kepedulian terhadap lingkungan
(Indikka 2012), sedangkan menurut (Yusuf ,1988) bahwa green behaviour melingkupi proses
mengorganisasikan nilai dan memperjelas konsep untuk membina keterampilan dan sikap
untuk memahami dan menghargai hubungan antar manusia, kebudayaan dan lingkungan
fisiknya. Dalam hal ini aspek green behavior lebih menekankan pada perilaku terkait keputusan
konsumen dalam Purchase decision produk dengan metode green marketing yang diterapkan
pemasar.

Dari beberapa peneliatan juga menunjukkan hasil bahwa Green marketing merupakan tekhnik
yang ampuh dalam menghadapi tantangan pemasaran kedepan karena “As consumers are
becoming more and more concern about the environment, organizations have begun to change
how they produce their products and what are more they have begun to adopt new marketing
strategy "green marketing” (Diglel and Yazdanifard, 2014) sementara itu menurut (Wong, and
Yazdanifard, 2015) menyimpulkan bahwa “As environmental issues continue to affect human
activities, society is now regards them with much concern. Most firms have started using
sustainable development framework which is known as green marketing and most of the
organizations have acknowledged green products which are environmentally friendly. Marketing
managers can use green marketing to earn profit”.

Bagaimana Praktik Green Marketing di Indonesia?

Di Indonesia Sendiri Pemerintah telah menetapkan standart sertifikasi Industri Hijau (SIH)
melalui Permenperin Nomor 39 tahun 2018 tentang tata cara sertfikasi industri hijau dan
membentuk sebuah Lembaga sertifikasi industry Hijau (LSIH). Dilansir dari wartaekonomi.co.id
Kemenperin memberikan penghargaan kepada 138 Perusahaan berpredikat indsutri hijau pada
tahu 2019 meliputi 85 perusahaan memperoleh level 5 dan 53 perusahaan memperoleh level 4.
Penghargaan ini selain mendukung komitemen Indonesia dalam upaya penurunan emisi gas
rumah kaca sebesar 29% atau 41% dari bantuan luar pada tahu 2030, juga sebagai bentuk
dukungan dari Kemenparin untuk mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan atau
sustainable development goals (SDG’s). Dengan diberikannya penghargaan sebanyak 138
perusahaan tersebut dirasa masih sangat kecil apabila dibandingkan dengan jumlah
perusahaan yang ada di Indonesia pada, sampai dengan tahun 2017 saja jumlah perusaan di
Indonesia adalah sebanyak 33.577 perusaahan, sehingga dapat kita simpulkan bahwa jumlah
perusaahaan yang telah tersertifikasi oleh Lembaga sertifikasi hijau masih sangat kecil jika
disbanding total dari perusahaan existing
Jumlah perusahaan di Indonesia tahun 2015-2017

Jumlah Perusahaan IBS (KBLI 2009) (Unit)


KBLI 2 digit (Deskripsi)
2015 2016 2017
10 Makanan 6.453 7.708 7.508
11 Minuman 422 696 650
12 Pengolahan Tembakau 940 777 706
13 Tekstil 2.612 2.481 2.740
14 Pakaian Jadi 2.360 3.595 2.972
15 Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 738 1.141 929
16 Kayu, Gabus (Tidak Termasuk Furnitur) dan
Anyaman dari Bambu, Rotan dsj 1.220 1.678 1.505
17 Kertas dan Barang dari Kertas 508 805 743
18 Pencetakan dan Reproduksi Media Rekaman 616 1.266 1.008
19 Produk dari Batu Bara dan Pengilangan
Minyak Bumi 81 134 142
20 Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia 1.075 1.500 1.519
21 Farmasi, Produk Obat Kimia dan Obat
Tradisional 256 402 379
22 Karet, Barang dari Karet dan Plastik 1.875 2.517 2.624
23 Barang Galian Bukan Logam 1.714 2.046 2.008
24 Logam Dasar 330 707 568
25 Barang Logam, Bukan Mesin dan
Peralatannya 1.022 1.599 1.542
26 Komputer, Barang Elektronik dan Optik 365 406 506
27 Peralatan Listrik 345 536 552
28 Mesin dan Perlengkapan ytdl 407 637 728
29 Kendaraan Bermotor, Trailer dan Semi
Trailer 412 640 687
30 Alat Angkutan Lainnya 380 544 537
31 Furnitur 1.400 1.797 1.794
32 Pengolahan Lainnya 654 1.034 860
33 Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin dan
Peralatan 137 517 370
  - - -
JUMLAH 26.322 35.163 33.577
Source: www.bps.go.id

Perusahaan yang menerapkan nilai Green Marketing.


Salah satu Perusahan global yang berhasil menerapkan green marketing dalam keseluruhan
sector bisnisnya adalah adidas, hal ini dapat kita lihat dari dipublikasikannya Green
Perfomance Analysis semenjak tahun 2010 oleh Adidas. Adidas berkomitmen untuk melakukan
environmental management system dengan melakukan sertifikasi proses bisnisnya semenjak
tahun 1998 dimulai di Jeman oleh EMEA dan sertifikasi ISO pada tahun 2010 di beberapa
negara tempat beroperasinya usaha Adidas.

Pada 2019 Green Perfomance Analysis adidas melakukan klaim bahwa mereka dapat
mencapai target yang telah mereka tetapkan sebelumnya yakni 52% akumulasi Emisi CO2 dari
target 12%, 37% water saving dari target 32% , 49% waste diversion rate dari 44% Targetnya
dan 49% rate of printing paper employe juga tercapai dan digambarkan pada table berikut:
Adidas green performace analysis 2019

Dilansir dari forbes (Danzinger, 2019 ) pada tahun 2019 Adidas menempati posisi ketiga pada
kategori penjulalan apparel dan aksesoris yang tercantum dalam Forbes Worlds Largest Public
Company setelah Dior/LVMH dan Nike. Pada tahun 2019 Adidas juga berkomitmen untuk
hanya menggunakan plastik daur ulang pada tahun 2024, Eric Liedtke yakni Head Of Adidas
Global Brand menjelaskan pula bahwa sekitar 50% material yang digunakan untuk membuat
produk adidas adalah polyester dan sebanyak 900 juta produk tersebut telah terjual di pasaran.
Apabila material tersebut diganti dengan plastik daur ulang maka tentu efek lingkungan yang
ditimbulkan akan sangat besar. Pada tahun 2017 adidas telah memproduksi 5 juta pasang
sepatu dan pada tahun 2018 diproyeksikan sebanyak 5 juta sepatu yang berbahan platik daur
ulang. Selain dari pengalihan bahan baku dari plastik alam menjadi plastik daur ulang menurut
Gail Steyaert salah satu petinggi adidas menyatakan bahwa Adidas berhsil menghemat kurang
lebih 40 ton konsumsi sampah plastik pada kantor, retail store, Gudang dan jaringan distribusi
mereka.

Selain dengan hal tersebut diatas komitmen adidas dalam menjalankan stategi green marketing
dapat kita lihat dari dipulikasikannya Adidas green performace analysis 2019 setiap tahunnya
semenjak tahun 2010. Dalam laporan tersebut adidas menjelakan pencapaian-pencapaian
yang telah dialakukan dan pada tahun 2020 KPI menetapkan antara lain adalah:

 3% reduksi CO2 per tahun (base line 2015)


 35% water saving (base line 2008)
 50% waste diversion rate in owned operation (base line 2008)
 75% reduksi dari penggunaan kertas oleh pegawai (base line 2008)

Dengan komitmen yang yang dilakukan adidas tersebut nampaknya menjadi ancaman
tersendiri bagi kedua pesaingnya yakni Dior/LVMH dan Nike, apabila pada tahun 2024 nanti
adidas berhasil secara konsisten menjalankan semua program geen marketingnya bukan tidak
mungkin adidas dapat menyaingi penjualan dari Dior/LVMH dan Nike.

Apa yang harus dilakukan untuk mengurangi jumlah sampah plastik disaat pandemi?

Konsep green marketing merupakan salah satu konsep yang dapat diterapkan untuk
mengurangi pertambahan jumlah sampah terutama sampah plastik yang membahayakan
lingkungan serta keberlangsungan hidup generasi selanjutnya. Walaupun penerapan green
marketing pada semua lini usaha dibutuhkan perencaanaan yang baik dan biaya yang tidak
sedikit namun hal tersebut akan terbayar dengan terciptanya kesadaran akan pentingnya
menjaga lingkungan dan berubahnya persepsi konsumen terhadap pentingnya Green behaviour
dalam kehidupan sehari-hari. Semakin sadarnya generasi muda akan pentingnya menjaga
lingkungan juga akan semakin menjadi poin lebih ketika sebuah perusahaan menerapkan green
marketing dan mengkomunikasikan dengan baik kepada kosumennya. Mengingat jumlah usaha
hijau yang masih yang relative masih sangat kecil dibanding dengan total perusahaan di
Indonesia maka bisnis proses dengan Teknik green marketing ini masih dapat berkembang dan
tumbuh. Dengan pertumbuhan bisnis yang menggunakan Teknik green marketing diharapkan
akan memperkecil produksi sampah berbahaya, limbah, dan efek rumah kaca yang pada
akhirnya akan menimbulkan kehidupan yang lebih suistain selain itu praktik green marketing
jika dijalankan dengan baik maka akan semakin meningkatkan green behavior di kalangan
konsumen.

Selain konsep green marketing hal yang tidak kalah penting adalah bagaimana pemerintah dan
perusahaan dapat bersinergi untuk menanamkan kebiasaan yang dapat meumbuhkan green
behavior pada konsumen. Penanaman nilai-nilai yang berhubungan dengan green behavior
harus dilakukan sejak dini pada Pendidikan formal dan tentunya lewat media social maupun
media berita. Dalam hal ini green marketing dapat menjadi sarana yang sangat ideal untuk
menyampaikan nilai-nilai tersebut. Memang hasil dari Teknik green marketing ini tidak akan
didapatkan dalam semalam artinya dengan instan namun hal ini dapat dikatakan sebuah
investasi jangka Panjang dan pada suatu titik tertentu ketika adanya kenaikan awarnes terkait
pentingnya green behavior, nilai dari green produk, dan perubahan pola hidup menjadi lebih
ramah lingkungan maka semua keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen akan
selalu mempehatikan aspek lingkungan.

Peran pemerintah dalam hal ini juga diperlukan untuk menumbuhkan kesadaran akan
pentingnya menjaga lingkungan. Pemerintah sebagai regulator harus memiliki strategic planing
terkait jumlah industri hijau yang ada di pasar dan harus dengan agresif mengeluarkan
kebijakan dan peraturan terkait praktik green marketing pada seluruh sector industry dengan
mempersyaratkan presentase tertentu dan secara kontinu meningkatkan presentasi tersebut.
Perbaikan Regulasi dan reviu regulasi secara berkala merupakan hal yang sangat mendesak
untuk dilakukan selain itu penambahan anggaran terkait pengelolaan limbah dan sampah juga
harus disesuaikan dengan kebutuhan, mengingat Indonesia termasuk negara berkembang
sehingga regulasi dan anggaran penangangan hal ini masih sangat minim.

Sinergi antara Pemerintah dengan regulasi dan kebijakan serta peran pengusaha dalam
menerapkan Green Marketing secara berkelanjutan diharapkan dapat mengurangi produksi
sampah secara signifikan. Momentum pandemi ini dapat dimanfaatkan pemasar untuk
meningkatkan awarness konsumen terkait green behavior melalui green marketing yang
disampaikan dari berbagai media. Memang ini adalah pekerjaan rumah kita Bersama dan
bukan hal yang mudah untuk menciptakan kondisi dimana seluruh kalangan masyarakat sadar
akan pentingnya menjaga lingkungan dan tentunya diperlukan sinergi yang luar biasa dari
beberapa pihak serta membutuhkan waktu yang lama mengingat mengubah persepsi
konsumen bukanlah hal yang mudah. Praktik green marketing pada era pandemic ini mungkin
akan sedikit membantu dan menyadarkan masyarakat tentang purchase behavior yang selama
ini mereka lakukan pada masa pandemic dan dampaknya terhadap lingkungan dan diharapkan
mengubah pola tersebut dan tentunya dapat menurunkan konsumsi sampah secara bertahap
namun goals yang perlu dikita capai lebih kepada goals jangka Panjang sehingga pada
akhirnya apabila suatu saat terjadi lagi siklus seperti ini purchase behavior konsumen akan
lebih terkontrol dan konsumen akan lebih bijak dalam meilih produk-produk yang lebih ramah
lingkungan.

Bibliography

https://www.mongabay.co.id/2020/04/28/produksi-sampah-dari-rumah-meningkat-di-masa-
pandemi-corona-kok-bisa/
https://search.proquest.com.ezproxy.ugm.ac.id/docview/2084171152/998EE7ACECCF4A35PQ/
5?accountid=13771
https://search.proquest.com.ezproxy.ugm.ac.id/docview/1014243837/fulltextPDF/998EE7ACEC
CF4A35PQ/9?accountid=13771
https://science.sciencemag.org/content/sci/369/6509/1314.full.pdf
https://eprints.whiterose.ac.uk/77341/7/SD%20young%20et%20al%202008.pdf
https://ec.europa.eu/environment/integration/research/newsalert/pdf/FB4_en.pdf
https://search.proquest.com.ezproxy.ugm.ac.id/docview/2084171152/998EE7ACECCF4A35PQ/
5?accountid=13771
Maki, Fadi Et all, 2020, “Plastics and the coronavirus pandemic: a behavioral science perspective”
https://media.neliti.com/media/publications/130743-EN-the-influence-of-green-marketing-on-
cons.pdf
https://www.researchgate.net/publication/313256754_The_influence_of_green_marketing_on_c
onsumer_purchase_behavior
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200728114800-4-175910/gunung-limbah-apd-dan-
sampah-plastik-hantui-ri
https://www.kompas.com/tren/read/2020/08/10/070000165/mengapa-pandemi-corona-picu-
lonjakan-limbah-plastik-di-asia-tenggara?page=all
https://www.dosenpendidikan.co.id/green-marketing/
https://ec.europa.eu/environment/integration/research/newsalert/pdf/FB4_en.pdf
https://globaljournals.org/GJMBR_Volume15/2-Green-Marketing-A-Study.pdf
https://globaljournals.org/GJMBR_Volume14/2-Green-Marketing-Its-Influence-on-Buying-
Behavior.pdf
https://www.youtube.com/watch?v=Q7o_Lo41bb8
https://www.youtube.com/watch?v=wn4a52bsLeU
https://www.forbes.com/sites/pamdanziger/2019/07/18/adidas-challenges-the-fashion-industry-in-
sustainability-pledging-only-recycled--plastic-by-2024/?sh=641b0e1a1049

https://www.adidas-group.com/media/filer_public/e6/75/e6758712-d8b5-466c-8335-
64be36f354c9/green_company_performance_analysis_2010.pdf
https://www.adidas-group.com/media/filer_public/7e/2a/7e2a30c2-0548-4413-afc0-
d22ae653d490/2019_green_company_report.pdf

Nama : Fitriyanto

NIM : 20/465247/PEK/26250

Kelas EMBA 40-C

Anda mungkin juga menyukai