Anda di halaman 1dari 4

Nama : Fitriyanto NIM : 20/465247/PEK/26250

MAGISTER MANAJEMEN – KAMPUS JAKARTA


FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA

UJIAN TENGAH SEMESTER


Mata kuliah : Leadership and Organizational Behavior
Dosen Pengajar : Dr. C. Budi Santoso, M.Bus
Hari, tanggal : Jumat, 16 Oktober 2020
Waktu : 130 menit
Sifat Ujian : Close Book
Kelas EMBA 40-C

Silahkan mengerjakan semua soal di bawah ini.


Silahkan menjawab dengan menggunakan konsep2 atau teori yang relevan.

1. Kasus 01: Coach Knight: The Will to Win


a. Jelaskan profil kepribadian Coach Knight secara komprehensif?
Bob Knight merupakan seorang yang memiliki jiwa hardworking dan selalu berusaha untuk
menang (will to win). Hal ini terlihat dengan usaha kerasnya untuk memenangkan setiap
pertandingan yang diikuti oleh anak didiknya yakni tim basket Indiana University dan beberpa
tim lain. Dengan karakter ini Bob Knight mendidik seluruh atlit Basket tersebtu dengan
sangat keras dan disiplin. Salah satu konsep yang diterapkan oleh Bob Knight dalam melatih
seluruh anak didikknya adalah konsep Zero mistake dan dia selalu berkomitmen bahwa
pemain yang tidak akan masuk line up. Namun disisi lain Bob Knight memiliki permasalahan
dengan emosinya (bad temper) sehingga dia tidak ragu untuk memberikan hukuman kepada
anak didiknya, sehingga dapat disimpulkan bahwa karakter Bob Knight secara umum adalah
Berkomitmen tinggi baik secara individu maupun organisasi, Disiplin, Bad
Anger/Temprament, Perfectionist

b. Bagaimana profil kepemimpinan Coach Knight terbentuk?


Menurut saya karakter Bob Knight ini dapat terbentuk demikian karena memang adanya latar
belakang keluarganya dan mengakibatkan karakter Bob Knight menjadi seorang yang sangat
keras. Dalam artikel juga dijelaskan bahwa Bob Knight pernah bergabung dalam angkatan
darat (Army) yang semakin memperkuat karakter Bob knight.

2. Kasus 02: (Re) Building a Global Team: Tariq Khan at Tek


a. Berdasarkan perspektif Saudara sebagai pemimpin, apa isu pokok atas masalah-masalah yang
dihadapi oleh perusahan multinasional Tek tersebut?
1. Permasalahan Bahasa merupakan salah satu masalah yang terbesar dihadapi perusahan
multinasional Tek karena perusahaan ini berlokasi di beberapa negara
2. Hari Operasional yang berbeda yakni pada negara Arab Libur pada hari Kamis dan
Jumat dan Negara Lain libur pada hari sabtu dan minggu sehingga menjadi salah satu
penyebab terkendalanya komunikasi
3. Perbedaan Zona waktu juga menjadi sumber permasalahan pada kasus tersebut.
4. Tingkat diversity yang tinggi pada komposisi Kepegawaian perusahan multinasional
Tek.
5. Adanya perbedaan hari libur nasional pada setiap negara yang menyebabkan bentroknya
jadwal dan permasalahan koordinasi antara perusahaan di beberapa negara tersebut.
b. Jelaskan profil kepemimpinan untuk perusahaan multinasional tersebut?
Dapat dikatakan bahwa Tareq adalah salah satu sosok yang memiliki Jiwa Ledership dan
kemampuan managerial yang baik dan memiliki potensi yang tinggi untuk menjadi pimpinan,
dia mampu menganalisis masalah dengan mendalam dan tidak ragu untuk terjun ke lapangan
untuk mendapatkan data dengan melakukan tinjauan dan interview kepada karyawan, hal
tersebut terlihat dari pengalamannya. Tareq juga dapat beradaptasi dengan baik pada
lingkungan namun dapat pula dijelaskan bahwa Tareq terkadang memiliki keraguan untuk
mengambil keputusan yang memiliki risiko yang tinggi.

3. Kasus 03: Learning How to Honnold


a. Jelaskan teori-teori motivasi yang relevan untuk fenomena prestasi Alex Honnold
Menurut saya teori yang relevan untuk fenomena prestasi Honnold adalah teori Mc-Clelland
dalam hal ini adalah Need For Achievement. Dalam kasus Honnold Goals yang dia ingin
capai semenjak awal adalah dapat menaklukkan El-Capitan dengan Free soloing. Dalam teori
ini dijelaskan bahwa orang/manusia pada umumnya akan termotivasi oleh kebutuhan untuk
berprestasi atau untuk mencapai goal tertentu namun goal tersebut . Dalam proses mencapai
goal tersebut sebaiknya pekerjaan yang dilakukan cukup chalanging namun tujuan atau
Goalsnya sendiri bukanlah suatu hal yang tidak mungkin untuk dicapai. Jika dikaitkan dengan
prestasi yang dicapai oleh Honnold ini maka penentuan Goals yang dilakukan sangatlah
spesifik dan dalam proses pencapaiannya Honnold membutuhkan waktu sampai dengan
hampir 10 tahun dengan perencanaan yang matang dan latihan yang intensif.

b. Sebagai pemimpin, apa yang dapat diterapkan di organisasi agar anggota-anggota Saudara
memiliki motivasi sebesar Alex Honnold tersebut?
Bebeberapa hal yang dapat dilakukan adalah dengan pengimplementasian Effective
Performance Management (terutama tahapan Define Performance ) pada seluruh Lini di
Perusahaan, Proses Effective Performance management) dapat dilakukan dengan beberapa
tahap yakni:
1. Define Performance (set Goal And Performance)
Dalam tahapan ini seorang pemimpin bersama dengan timnya harus dapat menentukan
Goals yang sesuai sehingga dapat memotivasi anggota timnya untuk mencapai goals
tersebut. Kriteria Goals yang ditetapkan sebaiknya memenuhi beberapa aspek yakni:
 Spesifik
 Measureble
 Attainable
 Result Oriented
 Time Bound
2. Monitor and Evaluate Performance
(Measure and Evaluate Progress and Outcomes)
3. Review Performance
(Deliver Feedback and Coaching)
4. Provide Consequences
(Administer Valued Reward and Appropriate Punishment )
Proses penetapan goals yang sesuai akan sangat mempengaruhi motivasi dari karyawan
karena Goals dengan kriteria seperti di atas dianggap mampu menjadi pendorong
karyawan dalam proses mencapai tujuan.

4. Kasus 04: Mount Everest-1996


a. Berdasarkan konsep grup dan tim, mengapa ekspidisi Mount Everest tersebut gagal?

Salah satu penyebab gagalnya group tersebut dalam ekspedisi Mount Everest adalah gagalnya
proses forming (kurang sempurna) pada ekspedisi dari kedua tim Rob Hall dan Scott Fischer
sesuai dengan Tuckman’s five-stage model of group development terdapat lima tahapan
yakni:
1. forming,
2. storming,
3. norming,
4. performing dan
5. adjourning
Proses forming merupakan fondasi dalam terbentuknya grup yang baik dalam hal ini adalah
ekspedisi Mount Everest. Dalam proses ini perkenalan antara anggota tim tidak dilakukan
dengan baik
Pada tim Rob Hall (Adventure Consultants) Leadernya gagal meningkatkan tingkat
kepercayaan antara anggota timnya sehingga banyak konflik yang terjadi di antara anggota tim
Selain itu proses gagalnya proses norming sehingga mengakibatkanl, hanya 11 anggota saja
yang berhasil yang mendaki Mount Everest sampai ke Summit.
Konsep Pool Interpedence juga diterapkan dalam kasus ini dimana dalam tim tersebut
semuanya bergantung pada tim leader yaitu Rob Hall dan Scott Fischer sehingga tim hanya
bergantung pada satu orang saja.

b. Berdasarkan konsep pembuatan keputusan, mengapa ekspidisi Mount Everest tersebut gagal?
Pada pembahasan terkait Decision Making kita mengetahui terdapat 2 jenis yaitu:
1. Rasional Decision Making
Dimana pendekatan dilakukan secara rasional untuk melakukan rasionalisasi:
Dimana komponen rasionalitas yaitu meliputi:
a. Pengumpulan informasi untuk mengidentifikasikan permasalahan
b. Tahap perancangan solusi dalam bentuk alternatif2 pemecahan masalah
c. Tahap memilih dari solusi dari alternatif2 yg disediakan
d. Tahap melaksanakan keputusan dan melaporkan hasilnya.
Jika dikaitkan dengan kasus Mount Everest kedua kelompok pendaki tersebut menggunakan
juga prinsip pengambilan keputusan dengan rasional, namun tetap memiliki kekurangan yaitu:
a) Diasumsikan atau dianggap bahwa ada pengetahuan yang telah dihasilkan.
b) Model rasional ini tidak dinamis, harus mengikuti langkah-langkah yang terkait.
c) Dimunculkan sebagai obyektif namun pengambilan keputusan oleh siapapun
membutuhkan justifikasi pribadi (tidak bebas nilai).
2. Non rasional Decision Making
Pengambilan keputusan secara intuitif dimana pengambilan keputusan didasarkan pada intuisi
atau perasaan dan naluri.
Jika dikaitkan dengan kasus Mount Everest kedua kelompok pendaki tersebut menggunakan
juga prinsip pengambilan keputusan dengan Non rasional, namun tetap memiliki kekurangan
yaitu : Hasil keputusan kurang tepat, Sulit untuk mencari pembanding, dan dasar-dasar lain
dalam pengambilan keputusan sangat diabaikan

Kedua kelompok tersebut juga menggunakan gabungan dari keputusan secara rasional dan
non rasional pada masalah-masalah tertentu dan anggota tim tetap memiliki pendapat yang
berbeda dari keputusn yang diambil sehingga kelompok pendaki dengan perlengkapan yang
minim gagal mendakit kepuncak Everest tersebut.

Kegagalan tersebut juga diakibatkan adanya Bias dalam pengambilan keputusan, dimana bias
yang terjadi yaitu sebagai berikut:
a. Bias terlalu percaya diri
b. Bias Konfirmasi

c. Berdasarkan dua pertanyaan di atas (a dan b), bagaimana menghadirkan sebuah tim yang
efektif?
Untuk menghadirkan tim yang efektif adalah ketika kita mengerti dengan baik karakteristik
dari high-performing teams serta mengaplikasikannya. Detail sebagai berikut:
1. Shared leadership –
Tidak boleh tergantung pada satu orang pemimpin saja.
2. Strong sense of accountability –
lingkungan di mana semua anggota tim merasa sebagai bertanggung jawab sebagai
pengelola atas kinerja unit kerja.
3. Alignment on purpose –
memiliki tujuan yang sama atas terbentuknya suatu tim dan fungsi-fungsi nya.
4. Open Communication –
jujur dan terbuka dalam berkomunikasi
5. High Trust –
percaya bahwa setiap Tindakan dan niatan dari setiap anggota adalah yang terbaik
dilakukan untuk tim nya
6. Clear role and operational expectations –
setiap individu dengan jelas dibagi peran dan tanggungjawabnya di dalam tim
7. Early conflict resolustion –
8. secepatnya menyelesaikan masalah / konflik jika terjadi
Collaboration – Kerjasama denganbaik untuk mencapai tujuan tim.

Anda mungkin juga menyukai