b. Sebagai pemimpin, apa yang dapat diterapkan di organisasi agar anggota-anggota Saudara
memiliki motivasi sebesar Alex Honnold tersebut?
Bebeberapa hal yang dapat dilakukan adalah dengan pengimplementasian Effective
Performance Management (terutama tahapan Define Performance ) pada seluruh Lini di
Perusahaan, Proses Effective Performance management) dapat dilakukan dengan beberapa
tahap yakni:
1. Define Performance (set Goal And Performance)
Dalam tahapan ini seorang pemimpin bersama dengan timnya harus dapat menentukan
Goals yang sesuai sehingga dapat memotivasi anggota timnya untuk mencapai goals
tersebut. Kriteria Goals yang ditetapkan sebaiknya memenuhi beberapa aspek yakni:
Spesifik
Measureble
Attainable
Result Oriented
Time Bound
2. Monitor and Evaluate Performance
(Measure and Evaluate Progress and Outcomes)
3. Review Performance
(Deliver Feedback and Coaching)
4. Provide Consequences
(Administer Valued Reward and Appropriate Punishment )
Proses penetapan goals yang sesuai akan sangat mempengaruhi motivasi dari karyawan
karena Goals dengan kriteria seperti di atas dianggap mampu menjadi pendorong
karyawan dalam proses mencapai tujuan.
Salah satu penyebab gagalnya group tersebut dalam ekspedisi Mount Everest adalah gagalnya
proses forming (kurang sempurna) pada ekspedisi dari kedua tim Rob Hall dan Scott Fischer
sesuai dengan Tuckman’s five-stage model of group development terdapat lima tahapan
yakni:
1. forming,
2. storming,
3. norming,
4. performing dan
5. adjourning
Proses forming merupakan fondasi dalam terbentuknya grup yang baik dalam hal ini adalah
ekspedisi Mount Everest. Dalam proses ini perkenalan antara anggota tim tidak dilakukan
dengan baik
Pada tim Rob Hall (Adventure Consultants) Leadernya gagal meningkatkan tingkat
kepercayaan antara anggota timnya sehingga banyak konflik yang terjadi di antara anggota tim
Selain itu proses gagalnya proses norming sehingga mengakibatkanl, hanya 11 anggota saja
yang berhasil yang mendaki Mount Everest sampai ke Summit.
Konsep Pool Interpedence juga diterapkan dalam kasus ini dimana dalam tim tersebut
semuanya bergantung pada tim leader yaitu Rob Hall dan Scott Fischer sehingga tim hanya
bergantung pada satu orang saja.
b. Berdasarkan konsep pembuatan keputusan, mengapa ekspidisi Mount Everest tersebut gagal?
Pada pembahasan terkait Decision Making kita mengetahui terdapat 2 jenis yaitu:
1. Rasional Decision Making
Dimana pendekatan dilakukan secara rasional untuk melakukan rasionalisasi:
Dimana komponen rasionalitas yaitu meliputi:
a. Pengumpulan informasi untuk mengidentifikasikan permasalahan
b. Tahap perancangan solusi dalam bentuk alternatif2 pemecahan masalah
c. Tahap memilih dari solusi dari alternatif2 yg disediakan
d. Tahap melaksanakan keputusan dan melaporkan hasilnya.
Jika dikaitkan dengan kasus Mount Everest kedua kelompok pendaki tersebut menggunakan
juga prinsip pengambilan keputusan dengan rasional, namun tetap memiliki kekurangan yaitu:
a) Diasumsikan atau dianggap bahwa ada pengetahuan yang telah dihasilkan.
b) Model rasional ini tidak dinamis, harus mengikuti langkah-langkah yang terkait.
c) Dimunculkan sebagai obyektif namun pengambilan keputusan oleh siapapun
membutuhkan justifikasi pribadi (tidak bebas nilai).
2. Non rasional Decision Making
Pengambilan keputusan secara intuitif dimana pengambilan keputusan didasarkan pada intuisi
atau perasaan dan naluri.
Jika dikaitkan dengan kasus Mount Everest kedua kelompok pendaki tersebut menggunakan
juga prinsip pengambilan keputusan dengan Non rasional, namun tetap memiliki kekurangan
yaitu : Hasil keputusan kurang tepat, Sulit untuk mencari pembanding, dan dasar-dasar lain
dalam pengambilan keputusan sangat diabaikan
Kedua kelompok tersebut juga menggunakan gabungan dari keputusan secara rasional dan
non rasional pada masalah-masalah tertentu dan anggota tim tetap memiliki pendapat yang
berbeda dari keputusn yang diambil sehingga kelompok pendaki dengan perlengkapan yang
minim gagal mendakit kepuncak Everest tersebut.
Kegagalan tersebut juga diakibatkan adanya Bias dalam pengambilan keputusan, dimana bias
yang terjadi yaitu sebagai berikut:
a. Bias terlalu percaya diri
b. Bias Konfirmasi
c. Berdasarkan dua pertanyaan di atas (a dan b), bagaimana menghadirkan sebuah tim yang
efektif?
Untuk menghadirkan tim yang efektif adalah ketika kita mengerti dengan baik karakteristik
dari high-performing teams serta mengaplikasikannya. Detail sebagai berikut:
1. Shared leadership –
Tidak boleh tergantung pada satu orang pemimpin saja.
2. Strong sense of accountability –
lingkungan di mana semua anggota tim merasa sebagai bertanggung jawab sebagai
pengelola atas kinerja unit kerja.
3. Alignment on purpose –
memiliki tujuan yang sama atas terbentuknya suatu tim dan fungsi-fungsi nya.
4. Open Communication –
jujur dan terbuka dalam berkomunikasi
5. High Trust –
percaya bahwa setiap Tindakan dan niatan dari setiap anggota adalah yang terbaik
dilakukan untuk tim nya
6. Clear role and operational expectations –
setiap individu dengan jelas dibagi peran dan tanggungjawabnya di dalam tim
7. Early conflict resolustion –
8. secepatnya menyelesaikan masalah / konflik jika terjadi
Collaboration – Kerjasama denganbaik untuk mencapai tujuan tim.