Anda di halaman 1dari 17

Konsep

Learning & Memory


Kelompok 6:
Putra Iqbal D. B. - 13418074
Cyril Faustino Widyanto - 14418001
Andita Widya Valencia H. - 13419063
DAFTAR ISI

Contoh Real dan Original dari 5


01 Konsep pada materi Learning &
Memory

Rekapitulasi Hasil Wawancara dan


02 Analisis Penggolongan Proses
Learning terhadap Brand Xiaomi

Analisis dan Kesimpulan Pengujian


03 Brand Recall dan Brand Recognition
Produk Adidas
5 KONSEP LEARNING & MEMORY

Cognitive Learning Theories:


03 Model Generik
Behavioral Learning Theories:
01 Classical Conditioning

Cognitive Learning Theories:


04 Model Tiga Komponen Sikap
Behavioral Learning Theories:
02 Instrumental Conditioning

Cognitive Learning Theories:


05 Model AIDA
01
Behavioral Learning Theories: Contoh Kasus:
Tepung Beras
Classical Conditioning Rose Brand

Kunci dari classical conditioning adalah proses belajar yang didapat dengan pemberian perlakuan repetitif (berulang).
Di sini, contoh kasus adalah dari tepung beras Rose Brand. Rose Brand melakukan salah satu pemasarannya yaitu
dengan menampilkan iklan dengan durasi pendek namun berulang di suatu channel TV. Pada iklan tersebut pula, hal
yang ditonjolkan adalah jingle lagu dari istilah “Tepung Beras Rose Brand” itu sendiri.

● Hal ini berhubungan erat dengan memori seorang konsumen. Apabila


konsumen tersebut suatu hari pergi ke sebuah toko swalayan dan
masuk ke lorong dengan rak berisi pilihan tepung, jingle lagu yang
sebelumnya pernah didengar dapat saja tiba-tiba terngiang di dalam
konsumen tersebut.
● Konsumen kemungkinan besar memilih tepung beras Rose Brand
sebagai referensi utama dalam membeli tepung. Di kasus ini, jingle
lagu adalah stimulus yang dikondisikan (conditioned stimulus),
sedangkan tepung beras Rose Brand itu sendiri adalah stimulus yang
tidak dikondisikan (unconditioned stimulus).
Sumber : ● Dapat disimpulkan bahwa dengan pemasaran iklan yang dilakukan
https://youtu.be/oHY5qreWXwU secara berulang/repetitif, dapat mempengaruhi seorang konsumen
dalam memutuskan pembelian suatu produk atau pemilihan produk
sebagai referensi utama.
02
Behavioral Learning Theories: Contoh Kasus:
Instrumental Conditioning Riau Junction

● Dasar utama pada instrumental conditioning adalah bahwa untuk tiap


perilaku yang mendapatkan konsekuensi positif, cenderung akan diulangi.
Sedangkan untuk konsekuensi negatif, cenderung tidak akan diulangi.
● Contoh kasus yang diambil adalah penerapan/aplikasi instrumental pada
supermarket Riau Junction. Dapat dilihat bahwa terdapat program diskon
sebesar 10% pada setiap hari Senin dan Kamis untuk daging, ikan, sayur,
dan buah. Diskon ini termasuk ke dalam jadwal pemberian penguat
(reinforcement) yang tetap dengan pola munculnya konsekuensi interval.
● Program seperti ini dapat menarik perhatian konsumen untuk membeli
barang-barang yang diberi diskon pada hari yang telah ditentukan.
Tentunya, hal ini dapat meningkatkan penjualan barang-barang tersebut
juga. Konsumen akan memilih konsekuensi positif di mana membeli
barang yang sama dengan harga yang lebih murah di waktu atau hari yang
berbeda.

Berdasarkan pengalaman pribadi, ayah saya adalah orang pertama di keluarga yang tahu mengenai penawaran ini.
Keluarga saya juga adalah pecinta daging steak. Jadi, setiap kali ingin menyantap dan memasak daging steak di rumah,
ayah saya selalu menunggu hari Senin atau Kamis untuk membeli daging di supermarket tersebut.
03
Cognitive Learning Theories: Contoh Kasus:
Model Generik Realfood

Mengetahui produk beauty jelly Melakukan riset terkait khasiat


Melakukan pembelian terhadap
Realfood karena frekuensi dari komposisi penyusun produk
produk beauty jelly yang dijual
terpapar promosi yang di sosial Realfood dan program sehat 12
Realfood
media ads yang tinggi hari yang diadakan Realfood

Mengetahui Melakukan Evaluasi Perilaku


04
Cognitive Learning Theories: Contoh Kasus:
Model Tiga Komponen Sikap Tokopedia

Mengetahui bahwa Tokopedia Langsung teringat Tokopedia


Menyukai pengalaman berbelanja
adalah e-commerce yang menjual setiap ingin berbelanja sesuatu
di Tokopedia karena kelengkapan
produk yang bervariasi serta hal (menjadikan Tokopedia
produk dan banyaknya potongan
banyak mengadakan promo dan sebagai top of mind marketplace
harga yang menarik
gratis ongkos kirim untuk berbelanja online)

Kognitif Afektif Konaktif


05
Cognitive Learning Theories: Contoh Kasus:
Model AIDA Finansialku

Menarik perhatian pengikut sosial


media mereka dengan
menggunakan fitur polling dan
question box di Instagram

Attention
05
Cognitive Learning Theories: Contoh Kasus:
Model AIDA Finansialku

Memunculkan interest dan


keinginan untuk mengetahui
lebih lanjut terkait suatu hal
(pada kasus ini trading)

Interest & Desire


05
Cognitive Learning Theories: Contoh Kasus:
Model AIDA Finansialku

Di akhir, terdapat sebuah


postingan yang mengarah ke
promosi dengan disertai
call-to-action

Action
Penggolongan Proses Learning terhadap Brand Xiaomi
● Dilakukan wawancara terhadap salah seorang anggota
kelompok terkait pengalaman pertamanya menggunakan
suatu brand tertentu.
● Brand yang terpilih adalah Xiaomi, perusahaan asal Cina yang
memproduksi berbagai produk teknologi, produk rumah
tangga, dan produk fashion, seperti sepatu dan tas.
● Produk yang terpilih adalah smartphone Xiaomi Redmi 5 Pro
yang sekarang sedang digunakan oleh responden.
● Wawancara dilakukan dengan menanyakan beberapa
pertanyaan, yang menjurus pada kedua aspek berikut:
○ Awal mula mengenal brand Xiaomi Link wawancara :
https://drive.google.com/file/
○ Kepuasan terhadap brand Xiaomi d/1m85lSe_znZAM1lhWiP80Ckx
20scJnfUq/view?usp=sharing
Penggolongan Proses Learning terhadap Brand Xiaomi

Rekapitulasi Hasil Wawancara


● Alasan awal membeli smartphone Xiaomi Redmi ● Perbedaan utama produk Xiaomi dan POCO
5 Pro adalah karena ponsel sebelumnya (yang Phone terletak pada harga POCO Phone yang
bermerek POCO Phone) hilang lebih mahal Rp1 juta - Rp2 juta dibanding Xiaomi,
● Memutuskan untuk membeli Xiaomi Redmi 5 Pro tetapi kualitas tidak jauh berbeda
karena berdasarkan review dari Youtube (channel ● Kelebihan Xiaomi: untuk spesifikasi yang mirip,
Gadgetin), brand Xiaomi sesuai dengan kriteria Xiaomi lebih murah dibandingkan POCO Phone
responden, yakni dapat memenuhi kebutuhan ● Kekurangan Xiaomi: secara fungsionalitas dan
(memiliki banyak kegunaan dan spesifikasi cukup kecepatan prosesor, POCO Phone lebih unggul,
lengkap) dan harga terjangkau tetapi perbedaannya tidak terlalu mempengaruhi
● Tidak butuh waktu lama untuk beradaptasi dari kinerja pengguna
POCO Phone ke Xiaomi karena keduanya android
Penggolongan Proses Learning terhadap Brand Xiaomi

Rekapitulasi Hasil Wawancara (2) Analisis dan Penggolongan Proses Learning


● Ketahanan produk POCO Phone dan Xiaomi ● Proses learning pada kasus ini dapat didekati dengan
kurang lebih sama. Sampai sejauh ini, Xiaomi kedua jenis teori, yaitu cognitive dan behavioral
telah digunakan selama 2 tahun dan masih ● Pada kognitif, apabila didekati dengan model AIDA, sudah
berfungsi dengan baik mencakup ke ketiga tahapan yang ada. Pertama, Attention
● Sejauh ini merasa review produk smartphone (atensi) anggota kelompok dapat dijelaskan melalui
Xiaomi Redmi 5 Pro yang ditonton di Gadgetin tindakan anggota kelompok yaitu melihat channel
masih relevan dengan kondisi ponsel sekarang Youtube Gadgetin yang membahas tentang Xiaomi Redmi 5
● Untuk kedepannya, ingin mencoba produk Apple Pro. Selain itu, anggota kelompok juga bertanya kepada
didorong rasa penasaran, tetapi jika melihat teman-temannya untuk referensi handphone. Hal ini
trend sekarang, cenderung untuk tetap membeli membuktikan bahwa wawasan anggota kelompok
produk keluaran Xiaomi yang tergolong murah mengenai handphone tersebut mulai bertambah. Secara
dan berkualitas tidak langsung, anggota kelompok juga mulai aware
terhadap handphone itu.
Penggolongan Proses Learning terhadap Brand Xiaomi
Analisis dan Penggolongan Proses Learning (2)
● Untuk bagian Interest dan Desire (Tertarik) dapat
Analisis dan Penggolongan Proses Learning (3)

pula digambarkan melalui anggota kelompok yang ● Pada behavioral, berhubungan dengan tindakan

melihat dan penjelasan handphone melalui video yang akhirnya dilakukan oleh anggota kelompok.

Youtube GadgetIn. Melalui video ini, anggota ● Anggota kelompok merupakan pengguna

kelompok mulai merasa tertarik apabila terdapat handphone android sebelumnya, sehingga

fungsi dan fitur dari produk yang dirasa cocok dan mempengaruhi keputusan pembelian handphone

relevan dengan kebutuhan. Dari hal ini, sisi afektif berikutnya. Anggota kelompok merasa familiar

anggota kelompok mulai muncul. dengan barang baru yang akan dibeli.

● Pada bagian Action (Tindakan), dideskripsikan ● Konsekuensi positif berupa perasaan familiar inilah

melalui keputusan anggota kelompok untuk yang menjadi faktor besar dalam proses pembelian.

membeli produk Xiaomi Redmi Pro 5. Selain karena Konsekuensi positif lainnya adalah kelebihan fungsi

handphone yang sebelumnya hilang, anggota dan fitur yang ditawarkan dari produk yang familiar

kelompok membeli Xiaomi karena semua kelebihan tersebut.

yang telah memikat sisi afektif anggota kelompok.


Brand Recall and Brand Recognition Test
● Pengujian mengenai Brand Recall dan Brand Recognition
dilakukan kepada tujuh orang responden secara bergiliran
dengan setiap responden tidak mengetahui jawaban dari
responden lainnya.
● Brand yang akan diuji adalah Adidas, salah satu brand sepatu
olahraga yang cukup terkenal dan memiliki banyak
kompetitor, seperti Nike, Reebok, Puma, dan lain-lain.
● Pengujian dilakukan dengan menanyakan dua pertanyaan,
yaitu:
○ Brand apa yang terpikirkan ketika mendengar sepatu
olahraga? (Brand Recall)
○ Brand sepatu olahraga apa yang terpikirkan ketika
mendengar tagline Here to Create dan Impossible is
Nothing? (Brand Recognition)
Brand Recall and Brand Recognition Test (2)
Analisis dan Kesimpulan
● Dari jawaban responden pada pertanyaan pertama,
● Dua dari tujuh responden menjawab
dapat dilihat bahwa Adidas bukan brand yang menjadi
Adidas pada pertanyaan pertama,
Top-of-mind dalam konteks sepatu olahraga. Brand
sedangkan sisanya menjawab Nike.
yang menjadi Top-of-mind adalah Nike.
● Dua dari tujuh responden menjawab
● Dari jawaban responden pada pertanyaan kedua,
Adidas pada pertanyaan kedua,
terlihat bahwa strategi Brand Recognition yang
sedangkan sisanya menjawab Brand lain,
dilakukan, yaitu tagline, kurang efektif karena
seperti Nike (1), Puma (1), Converse (1),
menghasilkan hasil yang diluar ekspektasi.
dan Reebok (2).
● Kedepannya, Adidas dapat meningkatkan Brand Recall
● Pengujian dapat dilihat pada tautan
mereka dengan mengadakan kerja sama dengan
berikut:
olahragawan yang sedang naik daun, serta merevisi
○ https://drive.google.com/file/d/1
tagline atau mengganti strategi Brand Recognition agar
RDRGOK9AAwoZ8Odi0J8nd7hgyhy
Adidas dapat meningkatkan Brand Recognition di mata
mnRZp/view?usp=sharing
konsumen.
Sekian dan Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai