Anda di halaman 1dari 42

Emotional Intelligence

and Interpersonal Skill


for Leaders

http://www.free-powerpoint-templates-design.com
Kelompok 5

Amanda Indri H Nindy Nirmala P Viona Budi C


PROTAGONIS EKSEKUTIF CAMPAIGNER

ENFJ-A/ENFJ-T ESTJ-A/ESTJ-T ENFP-A/ENFP-T


Outline
01 Memahami Bagaimana Kecerdasan
Emosional Terungkap

02 Meningkatkan Self Awareness


dengan Memahami Kepribadian

03 Menampilkan Kecerdasan Emosional -


Keterampilan Interpersonal

04 Meningkatkan Kemampuan
NonVerbal

05 Meningkatkan Kemampuan
Mendengar
Pendahuluan
Seorang pemimpin membutuhkan kecerdasan emosional
dan kemampuan interpersonal yang kuat. Dengan
kecerdasan emosional, seorang pemimpin berkomunikasi
baik secara verbal maupun nonverbal, dan terhubung
dengan orang lain secara efektif. Pada Bab ini kami akan
menguraikan penjelasan mengenai kecerdasan emosional
dan kemampuan interpersonal yang diperlukan oleh
seorang pemimpin.
Memahami bagaimana kecerdasan emotional terungkap

Mendefinisikan Kecerdasan
01
Emosional

02 Mengukur dan Meningkatkan


Kecerdasan Emosional
Memahami bagaimana kecerdasan
emosional terungkap
Kecerdasan emosional pemimpin dapat
dilihat melalui kemampuan dan gaya
berkomunikasi mereka. Kemampuan
berbahasa seorang pemimpin dapat
menunjukkan kecerdasan
emosionalnya. Seorang pemimpin yang
memiliki kecerdasan emosional yang
kurang, dapat menyebabkan kesalahan
dalam berkomunikasi, dan pada
akhirnya dapat menimbulkan masalah
dalam budaya perusahaan
Mendefinisikan Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional dimulai dengan kemampuan untuk


mengidentifikasi dan mengelola emosi dalam diri kita sendiri dan
pada orang lain.
Mendefinisikan Kecerdasan Emosional
Mengukur dan meningkatkan kecerdasan emosional
Pengukuran berisi "domain utama" kecerdasan emosional dengan kompetensi pribadi dan sosial terkait
mereka, lebih lanjut menggambarkan bagaimana kecerdasan emosional dapat diwujudkan dalam
interaksi dengan orang lain dan dalam upaya untuk berkomunikasi dan memimpin mereka.
Meningkatkan Self-Awareness dengan Memahami Kepribadian

Langkah pertama menuju kecerdasan


emosional adalah self-awareness.

Self-awareness merupakan tahapan dimana


seseorang secara aktif mengidentifikasi,
memproses, dan menyimpan informasi
tentang dirinya (Morin, 2011).

Self-awareness sebagai pondasi di mana


semua keterampilan kecerdasan emosional
lainnya dibangun dan mengatakan bahwa
self-awareness adalah proses yang
berkelanjutan. (Emotional Intelligence at
Work, Hendrie Weisinger)
Menggunakan Profil Psikologis Populer untuk Memahami Diri secara Lebih Baik

Salah satu metode untuk meningkatkan self-


awareness adalah melalui profil kepribadian.

Dengan memahami kepribadian dapat


meningkatkan self-awareness dimana kita
mengetahui siapa sejatinya diri kita dan
mengetahui kelemahan serta kelebihan diri. Kita
juga dapat mengidentifikasi karakteristik kita
yang mungkin menghalangi kemampuan kita
untuk berinteraksi secara efektif dengan orang
lain.

Banyak instrumen untuk melakukan self-


assesment terkait kecerdasan emosional.
terdapat tiga tes kepribadian dianggap masuk
akal dalam teori dan penerapan dalam
lingkungan profesional yaitu FIRO-B, the Five
Factors, dan Myers-Briggs Type Indicator
(MBTI).
MBTI

MBTI terdiri dari empat dikotomi dalam 16


kombinasi. Dikotomi tersebut adalah sebagai
berikut:

· Ekstrovert (E) vs. Introvert (I) :


menunjukkan bagaimana kita diberi energi.

· Sensing (S) vs. Intuitive (N) : menunjukkan


cara menerima informasi dan menafsirkan
atau memahami dunia.

· Thinking (T) vs. Feeling (F) : menunjukkan


kecenderungan dalam membuat keputusan.

Judging (J) vs. Perceiving (P) :


menunjukkan pendekatan kita terhadap
kehidupan dan pekerjaan
PEMIMPIN - Thinking vs Feeling

Pengambilan Keputusan :

THINKING → Rasional, Logika

FEELING → Empati, Isyarat non verbal

Ada stereotip bahwa mengambil keputusan


yang baik adalah dengan pendekatan rasional
yang dapat mengkalkulasi dengan baik
tindakan terbaik yang dapat dilakukan atas
suatu masalah, faktanya penemuan
neurological menyarankan bahwa intuisi
(feeling) juga penting untuk membuat
keputusan yang baik. (Damasio dalam
George, 2008)
Manfaat Mengetahui Tipe Kepribadian
MBTI

01 Untuk Tim → bermanfaat dalam


pengaturan tim

Untuk Tim Virtual → interaksi tanpa


tatap muka sehingga kecerdasan
02 emosional sangat penting membantu
pemimpin membimbing timnya.

Untuk Individu → membantu


03 mengembangkan self-awareness dan
memahami cara terbaik untuk
berinteraksi dengan orang lain
Mengembangkan Pendekatan untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosional

1. Anda ingin menjadi siapa?

2. Siapa Anda sekarang?

3. Bagaimana Anda mencapai dari sini ke sana?

4. Bagaimana Anda membuat perubahan menjadi


nyata?

5. Siapa yang dapat membantu Anda?

Kecerdasan emosional sangat penting untuk


diperbaiki, karena orang dengan tingkat
kecerdasan emosional yang tinggi akan lebih
mampu untuk mengatur emosinya dan dapat
mengurangi stres saat bekerja. Kecerdasan
emosional merupakan faktor kunci untuk menjadi
pemimpin transformasional dan memberikan
efek positif pada kinerja dan perilaku yang
diinginkan organisasi (Gilar,2019).
Menampilkan Kecerdasan Emosional - Keterampilan Interpersonal

Kecerdasan emosional berada di bawah permukaan


dalam kepribadian kita, dan kita menampilkannya
dengan bagaimana kita berinteraksi dengan orang
lain melalui keterampilan interpersonal.

Keterampilan interpersonal merupakan softskill.


Memiliki keterampilan interpersonal sebenarnya
hanya satu dari sekian banyak soft skill yang kita
butuhkan untuk menjadi sukses bekerja dan
sebagai pemimpin

Kecerdasan emosional dan keterampilan


interpersonal merupakan salah satu kemampuan
inti yang diperlukan berdasarkan The Leadership
Communication Framework.

Selain itu, menampilkan kecerdasan emosional


merupakan salah satu komposisi dalam
membangun positif ethos.
Meningkatkan Kemampuan NonVerbal
Mengetahui tentang komunikasi nonverbal jelas penting bagi siapa pun yang ingin meningkatkan keterampilan
komunikasinya dan tentu saja penting bagi setiap pemimpin.

Komunikasi non-verbal adalah komunikasi dan


interpretasi informasi dengan cara apa pun
selain bahasa (Ambady & Rosenthal, 1998,
hal.775 dalam Ciuffani, 2017).

Barret (2004) membuat kategori komunikasi


non verbal sebagai berikut:
Nonverbal yang Dapat Memengaruhi Ethos
1. Terlalu sering tersenyum atau tersenyum di saat tidak tepat bisa membuat kita terlihat tidak tulus dan
tidak tersenyum sama sekali dapat menyebabkan kita menjadi dianggap bermasalah atau tidak bisa
didekati.

2. Menggunakan gerakan yang tidak sesuai dengan pesan kita — dengan kata lain, tubuh kita
mengatakan sesuatu yang berlawanan dengan kata-kata yang kita ucapkan— dapat menyebabkan
orang lain mempertanyakan kejujuran kita.

3. Berdiri atau duduk kecil atau sedikit membungkuk akan membuat kita tampil malu-malu dan tidak
yakin pada diri kita sendiri.

4. Duduk mundur dari meja alih-alih ke depan menunjukkan kita tidak tertarik atau terlibat dalam
diskusi.

5. Memiringkan kepala kita ke satu sisi atau sisi lain dapat membuat kita tampak seperti
mempertanyakan pembicara, yang, jika memang demikian, adalah tepat.

6. Mengangkat alis juga menunjukkan pertanyaan.

7. Tidak mempertahankan kontak mata di banyak budaya bisa mengindikasikan kita tidak bisa
dipercaya, sedangkan di tempat lain, bisa dianggap kasar atau agresif.

8. Menempatkan komputer atau tas kerja kita di atas meja menunjukkan kurangnya perhatian untuk
orang lain

9. Menatap ponsel atau tablet kita juga menunjukkan kurangnya ketertarikan kita dan akan
menyinggung banyak orang.

10. Tidak menyentuh web ke web dalam jabat tangan bisa membuat jabat tangan lemah dimana hanya
jari-jari yang bersentuhan, yang biasanya ingin kita hindari. Kita harus memiliki jabat tangan yang kuat
tetapi tidak ketat.
Dari segi Pathos, kemampuan nonverbal
seorang pemimpin bisa dilihat dari bagaimana
menciptakan emosi dan imajinasi untuk
audience. Ini tentang menciptakan lingkungan
emosional yang tepat bagi pendengar kita
untuk menerima pesan kita seperti yang kita
inginkan. Salah satu cara untuk menghadirkan
pathos adalah penggunaan bahasa non-
verbal sebagai alat komunikasi. Dimensi non-
verbal seperti nada suara, bahasa tubuh yang
sesuai, dan menggunakan pengaturan fisik
yang tepat juga dapat membantu audiens
mengidentifikasi pesan kita
Cara meningkatkan Kemampuan Komunikasi
Nonverbal
01 Pelajari sebanyak mungkin tentang budaya
apa pun di mana kita akan berinteraksi.
Nilai Kecerdasan Emosional

02 Jangan menilai seseorang diluar


konteks

03 Kembangkan pemahaman dan


kepekaan terhadap isyarat nonverbal.

04 Kaji penggunaan komunikasi


nonverbal Anda sendiri.
Meningkatkan Kemampuan Mendengar

Madelyn Burley-Allen pada bukunya The Forgotten Skill, terdapat tiga level
mendengarkan :
Hambatan Umum untuk Mendengarkan secara Efektif

Barret (2004) juga mengklasifikasikan beberapa hambatan umum


untuk mendengarkan secara efektif:
Cara untuk Meningkatkan Kebiasaan Mendengarkan
Cara untuk Meningkatkan Kebiasaan Mendengarkan
Cara untuk Meningkatkan Kebiasaan Mendengarkan

Menurut Barret (2004) latihan berikut dapat membantu mempertajam


keterampilan mendengarkan:

1. Setelah melakukan percakapan dengan seseorang, kuliah, atau acara apa


pun di yang mana Anda adalah pendengar utamanya, coba rangkum apa
saja kata pembicara tersebut secepatnya baik di atas kertas atau di pikiran
Anda.

2. Dalam situasi pencatatan, lihatlah pembicara dan dengarkan dengan


sungguh-sungguh mereka; kemudian catat ide-ide utamanya, alih-alih
mencoba menuliskan setiap kata yang mereka ucapkan saat mereka
mengucapkannya.

3. Berlatihlah memparafrasakan orang lain saat mereka berbicara, tetapi


jangan menyela mereka.

4. Dengarkan berita atau sesuatu yang faktual dan kemudian cobalah untuk
meringkas apa yang telah Anda dengar.
Studi Kasus

Kami mengambil 2 narasumber untuk diobservasi menggunakan


kuisioner pada Appendix A
Studi Kasus

Ketentuan Penilaian Self Assesment Appendix A

1= Perlu banyak perbaikan di bidang ini


2 = Perlu berapa perbaikan di bidang ini
3 = Sudah baik, tetapi bisa lebih baik
4 = Kemampuan sangat baik, mendekati tingkat komunikasi kepemimpinan
5 = Kemampuan luar biasa, tingkat komunikasi kepemimpinan tercapai
Studi Kasus
Hasil Jawaban Appendix A Narasumber A :

Ia memiliki keunggulan pada area internal communication, dealing with own feeling,
dan organizational commnication. Pada tiga area ini narasumber A mendapatkan nilai
tertinggi. Hal ini berarti area ini merupakan keunggulan dari narasumber A.
Sedangkan, pada area lain narasumber A sudah mendapatkan nilai di atas 4 yang
menandakan Ia telah memiliki kemampuan sangat baik, mendekati tingkat komunikasi
kepemimpinan, kecuali pada area dealing with others dimana masih mendapatkan
skor 3,8 yang berarti sudah baik tetapi bisa ditingkatkan lebih baik.
Studi Kasus
Hasil Jawaban Appendix A Narasumber B :

Narasumber B memiliki keunggulan pada area ethos atau image, audience analysis and
strategy, dan external communication. Pada tiga area ini narasumber B mendapatkan nilai
tertinggi. Hal ini berarti area ini merupakan keunggulan dari narasumber B. Untuk area
visual communication, organizational communication, dan internal communication
narasumber B sudah mendapatkan nilai di atas 4 yang menandakan Ia telah memiliki
kemampuan sangat baik, mendekati tingkat komunikasi kepemimpinan. Tetapi, masih cukup
banyak area yang mendapatkan skor 3 yakni social media and other written communication,
oral communication, dealing with own feelings, dealing with others, cultural commnication
competency, group and team communication and dynamics yang berarti sudah baik tetapi
bisa ditingkatkan lebih baik. Berarti dapat dikatakan bahwa narasumber B masih memiliki
banyak area yang dapat ditingkatkan kemampuannya.
Studi Kasus
Setelah menyelesaikan bagian tentang kecerdasan emosional dalam penilaian diri di Lampiran A,
kami meminta narasumber untuk menyelesaikan soal application 8.2 berikut:

1. Jelaskan situasi di mana kekuatan Anda dalam menangani perasaan Anda membantu Anda untuk
mencapai beberapa tujuan atau sasaran. Pelajaran apa yang Anda dapatkan dari pengalaman ini?
2. Jelaskan situasi di mana kekurangan Anda dalam mengatasi perasaan Anda sendiri justru menyakiti
Anda atau orang lain. Jika Anda bisa menghidupkan kembali situasinya, apa yang akan kamu lakukan
secara berbeda sekarang?
3. Pikirkan saat Anda menyatakan gagasan atau hak Anda sendiri atau saat Anda tidak mengemukakan
pendapat Anda dan hasilnya tidak menyenangkan hati Anda. Apa yang seharusnya Anda katakan?
Apakah itu akan membawa hasil yang lebih baik?
4. Pikirkan saat Anda menjadi marah dengan seseorang, apa yang secara spesifik terjadi yang membuat
Anda kesal dan bagaimana Anda menghadapi situasi tersebut? Jika Anda menyesali situasi tersebut,
bagaimana Anda akan menanggapinya? Jika Anda merasa Anda merespons dengan tepat, mengapa?
5. Pikirkan saat seseorang datang kepada Anda dengan masalah pribadi, apakah Anda dapat membantu
mereka? Jika demikian, apa yang membuat Anda berempati dan ingin membantu? Jika tidak, mengapa?
6. Pikirkan tentang saat komunikasi nonverbal menciptakan masalah bagi Anda? Apa yang terjadi dan
mengapa Anda salah memahami situasinya?
7. Jika Anda melihat orang-orang memperdebatkan suatu masalah, bagaimana perasaan Anda dan apa
yang Anda lakukan jika ada?
8. Jelaskan seorang pemimpin yang menurut Anda inspiratif? Bagaimana dia menginspirasi dan
memotivasi orang lain? Apa kecerdasan emosionalnya yang paling Anda kagumi?
9. Setelah mengerjakan pertanyaan-pertanyaan ini, kembali ke pertanyaan self assesment sebelumnya
dan lihat apakah Anda seharusnya menilai diri Anda lebih tinggi atau mungkin lebih rendah. Jika Anda
diberi kesempatan untuk melakukan perubahan pada salah satu item, apa yang menyebabkan Anda
berubah pikiran tentang kekuatan atau kelemahan Anda?
Studi Kasus
Hasil Transkrip Jawaban Application 8.2 pada Narasumber A

1. Memanage tim dengan baik, sehingga saling support tugas untuk mencapai tujuan. Segera koordinasi dengan
tim kita, lalu masing-masing memiliki bagian yang harus dikerjakan dengan tanggung jawab. Lakukan
mentoring dan monitoring atas apa yang dikerjakan oleh tim
2. Jujur tentang kekurangan itu dan berusaha untuk memperbaikinya. Lebih baik mengutarakan di depan, agar
tidak terjadi miskomunikasi dengan orang lain. Bahasa komunikasi yang digunakan juga harus jelas.
3. Menyampaikan kepada forum, apa yang saya rasakan, berkomunikasi dgn orang lain jauh lebih baik dari pada
hanya diam saja. Orang lain akan mengetahui apa yang ada dalam diri kita, meskipun tidak memaksa orang
lain untuk ikut apa yang kita rasakan.
4. Berkaitan dengan penyelesaian tugas yang mundur dari deadline. Saya akan memanggil ybs dan minta ybs
menyampaikan kendala terkait hal tersebut, walau pada akhirnya tugas saya ambil alih. Tim seharusnya
menanyakan apa yang menjadi kendala, sehingga dapat diselesaikan bersama, tidak diam saja namun tidak
dikerjakan.
5. Pertama saya akan mendengarkan dulu apa masalahnya, apabila itu tidak masuk ke ranah pribadi, saya akan
membantunya. Namun jika terkait dengan masalah pribadi, saya hanya memberikan dukungan moril dan tidak
banyak mencampuri urusannya.
Studi Kasus
Hasil Transkrip Jawaban Application 8.2 pada Narasumber A

6. Membaca pesan teks whatsapp seringkali menjadi salah arti. Bahasa yang ditulis bisa memiliki banyak
makna dan bisa membuat masalah disitu. Karena kita tidak mengetahui ekspresi penulis baik melalui wajah
mau suara, sehingga membaca text wa bisa menjadi salah arti. Kita merasa semua baik-baik saja karena
bahasa yang ditulis hanya datar-datar saja ternyata penulis ingin meluapkan kekesalan dsb.

7. Mencari titik temu dr masalah yang diperdebatkan, apabila kita bisa memberikan pencerahan, atau
memberikan informasi yang diberikan, kita sampaikan, dan duduk bersama sebagai penengahnya

8. Pemimpin yang inspiratif menurut saya adalah Ibu Risma Walikota Surabaya karena Ia memiliki empati
yang tinggi kepada masyarakat bisa memiliki prinsip, yang bertindak cepat dan tepat menghadapi masalah,
mengayomi tim, memberikan solusi atas permasalahan yang terjadi, memberikan dukungan positif terhadap
tim. Kecerdasan emosional yg saya kagumi adalah empati, berprinsip, bisa terhubung dengan masyarakat
dan bisa menjadi inspirasi bagi banyak masyarakat

9. Terus berinovasi dan berkembang dalam suasana organisasi yang berbeda-beda. Adaptasi terhadap
perubahan yang terjadi dalam organisasi. Hal yang ingin saya perbaiki adalah kemampuan beradaptasi,
berempati, dan menginspirasi.
Studi Kasus
Hasil Transkrip Jawaban Application 8.2 pada Narasumber B

1. Mencapai sebuah tujuan di butuhkan intuisi untuk menentukan apa strategi yang akan untuk
mencapainya
2. Tidak semua hal dapat menyenangkan semua pihak. Saya memiliki kesulitan untuk menyampaikan
sesuatu kepada orang lain, karena takut menyinggung perasaan orang tersebut. Sehingga terkadang
mengakibatkan kepentingan saya sendiri harus dikorbankan. Menyampaikan segala sesuatu dengan
benar dengan pertimbangan yang tepat untuk sebuah tujuan harus di sampaikan. Jika saya dapat
mengulang lagi situasi tersebut, saya akan mengutarakan perasaan saya terhadap orang lain dengan
cara yang lebih bijak.
3. Pernah suatu ketika pada suatu rapat, saya tidak mengungkapkan pendapat dan menerima saja hasil
kesepakatan. Namun pada akhirnya,ternyata saya mendapatkan tugas yang cukup berat dari atasan.
Seharusnya saya bisa mengutarakan keberatan saya dan tentunya akan memberi hasil lebih baik.
4. Saya bukan tipe orang yang bisa marah pada orang lain, saya cenderung menahannya. Tetapi terkadang
justru menimbulkan perasaan kesal yang berkepanjangan. Biasanya terkait masalah pekerjaan yang
dilakukan orang lain tidak sesuai keinginan saya. Seharusnya saya bisa lebih spontan mengungkapkan
kekecewaan saya agar masalah serupa tidak terulang.
5. Mendengarkan apa yang menjadi permasalahannya. Sikapi dengan memberikan saran sebagai teman.
Bantu secara langsung jika diperlukan
Studi Kasus
Hasil Transkrip Jawaban Application 8.2 pada Narasumber B

6. Terkait komunikasi non verbal saya sering mengalami kesulitan dalam melakukan eye contact dengan
lawan bicara. Pernah ada yang mempermasalahkan hal itu dan menganggap saya sombong, padahal saya
tidak berani melakukan eye contact karena malu.

7. Cari titik temu apa yang di permasalahkan,. jika tidak ada urgensinya dari perdebatan itu tinggalkan saja

8. Pemimpin inspiratif menurut saya adalah Soekarno karena ia adalah pemimpin yang punya kepercayaan
diri yang tinggi, kemampuan menginspirasi orang lain, berkarisma, dan memiliki intuisi dan dan kepekaan
dalam melihat sebuah permasalahan, bertindak cepat, berani ambil resiko yang terukur, mampu
mengekspresikan hal-hal positif, memiliki passion yang kuat dan dapat berkomunikasi dengan baik pada
semua level

9. Yang ingin saya ubah adalah kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain secara lebih baik,
meningkatkan kepercayaan diri.
Studi Kasus
Analisis Studi Kasus Jawaban Application 8.2 Narasumber A

Berdasarkan hasil assesment, narasumber A masih memerlukan peningkatan pada area


dealing with others, jika dilihat pada hasil jawaban pada aplikasi 8.2, kita bisa melihat bahwa
ia cenderung berterus terang dengan lawan bicaranya dengan mengungkapkan
perasaannya meskipun itu bisa menimbulkan konflik pribadi di antara keduanya. Sebagai
pemimpin, kita harus bisa connect dengan anggota tim dengan pendekatan interpersonal
sehingga kedua belah pihak akan merasa nyaman dalam mengemukakan perasaannya.
Selain itu, pemimpin yang baik juga harus memiliki empati yang tinggi kepada anggota
dengan memahami emosi dan perasaan anggota pada saat diajak berbicara sehingga
terjadi komunikasi yang harmonis.
Studi Kasus
Analisis Studi Kasus Jawaban Application 8.2 Narasumber A

Jika dilihat pada jawaban nomor 8 dimana ia mengidolakan Ibu Tri Rismaharani dan
jawaban nomor 9 dimana ia ingin memperbaiki kemampuan untuk beradaptasi, berempati,
dan menginspirasi, maka ia dapat mengembangkan kecerdasan emosionalnya dengan
mencoba meniru sosok Ibu Tri Rismaharani. Sebagaimana diuraikan oleh Goleman bahwa
salah satu cara untuk mengembangkan kecerdasan emosional adalah mengetahui sosok
yang menjadi inspirasi kita, kemudian menilai posisi diri kita, dan mencari cara untuk dapat
memiliki kecerdasan emosional seperti sosok yang kita kagumi.

Disini, narasumber A mengagumi sosok Ibu Tri Rismaharani, sedangkan berdasarkan hasil
analisis Appendix A diketahui bahwa ia masih memiliki area yang perlu dikembangkan
dalam hal dealing with others. Oleh karena itu, narasumber A dapat memperbaiki area
dealing with others dengan meniru sikap Ibu Tri Rismaharani yang memiliki empati yang
tinggi kepada masyarakat, berprinsip, bertindak cepat dan tepat menghadapi masalah,
mengayomi tim,solutif dan supportif. Strategi yang dapat dilakukan adalah dengan melatih
diri secara terus menerus sampai hal tersebut menjadi sesuatu yang alami bagi dirinya.
Studi Kasus
Analisis Studi Kasus Jawaban Application 8.2 Narasumber B

Berdasarkan hasil assesment, narasumber B masih memerlukan peningkatan pada banyak


area diantaranya dealing with others dan dealing with own feelings jika dilihat pada hasil
jawaban pada aplikasi 8.2, pada pertanyaan nomor 2,3 dan 4 kita bisa melihat bahwa
narasumber memiliki kendala dalam mengekspresikan perasaannya yang menimbulkan
kesalahpahaman pada orang lain dan dapat merugikan dirinya sendiri. Sebagai pemimpin
yang baik, tentu kita harus memiliki kecerdasan emosional yakni kemampuan untuk
mengatur perasaannya, mengekspresikan perasaan tersebut kepada orang lain dengan
cara yang bijak. Dari sisi dealing with others, kita bisa melihat bahwa narasumber cenderung
lebih senang untuk memendam emosinya dan tidak terlibat dalam proses resolusi konflik
karena ia tidak ingin mengutarakan hal-hal yang tidak menyenangkan lawan bicaranya.
Sebagai pemimpin, kita tidak bisa hanya memendam emosi tapi harus connect dengan
orang lain salah satunya dengan mengkomunikasikan permasalahan untuk menemukan
solusi yang terbaik bagi semua pihak.
Studi Kasus
Analisis Studi Kasus Jawaban Application 8.2 Narasumber B

Mengenai visual communication pada soal nomor 6 kita bisa melihat bahwa narasumber
cenderung menghindari eye contact padahal eye contact sangatlah penting dalam sebuah
komunikasi sebagai bentuk komunikasi nonverbal. Komunikasi non verbal yang baik
merupakan salah satu hal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, agar ia dapat
terkoneksi dengan seluruh anggota yang dipimpin. Dengan memiliki kemampuan non verbal
yang baik, pemimpin dapat membangun hubungan emosi yang baik dengan membantu
anggota untuk mengidentifikasi pesan, dan juga membantu kita untuk mengkomunikasikan
kredibilitas kita. Pemimpin perlu membantu anggotanya untuk mengidentifikasinya, dan
melalui proses identifikasi inilah persuasi dapat terjadi. Salah satu cara untuk menghadirkan
pathos adalah penggunaan bahasa non-verbal sebagai alat komunikasi. Dimensi non-verbal
seperti nada suara, bahasa tubuh yang sesuai, dan menggunakan pengaturan fisik yang
tepat juga dapat membantu audiens mengidentifikasi pesan kita.
Studi Kasus
Analisis Studi Kasus Jawaban Application 8.2 Narasumber B

Jika dilihat pada jawaban nomor 8 dimana ia mengidolakan Soekarno dan jawaban nomor 9
dimana ia ingin memperbaiki kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain secara lebih baik
dan meningkatkan kepercayaan diri, maka ia dapat mengembangkan kecerdasan emosionalnya
dengan mencoba meniru sosok Soekarno. Sebagaimana diuraikan oleh Goleman bahwa salah
satu cara untuk mengembangkan kecerdasan emosional adalah mengetahui sosok yang menjadi
inspirasi kita, kemudian menilai posisi diri kita, dan mencari cara untuk dapat memiliki kecerdasan
emosional seperti sosok yang kita kagumi. Jika kita mengagumi kepemimpinan orang lain, dalam
meningkatkan kemampuan nonverbal kita maka kita harus meniru gerakan dan perilakunya.
mencontoh gerakan orang lain dan mempraktikkannya sampai alami bagi kita dapat membantu
dalam menghentikan kebiasaan yang ingin kita ubah. Komunikasi nonverbal sama berartinya
dengan kata-kata yang diucapkan, bahkan lebih bermakna dalam banyak situasi dan budaya.
Pemimpin harus memperhatikannya dalam situasi komunikasi apa pun dan berusaha untuk lebih
memperhatikan sinyal nonverbal yang dikirim orang lain kepada kita.
Kesimpulan

Pemimpin transformasional terhubung dengan orang lain secara terbuka dan jujur. Mereka
memiliki kecerdasan emosional dan menampilkan ketrampilan interpersonal mereka.

Memiliki pemahaman kepribadian yang baik akan membantu pemimpin untuk menentukan
bagaimana cara yang tepat untuk bersikap dan berinteraksi dengan orang lain. Selain itu
merupakan hal yang penting bagi pemimpin untuk mampu menampilkan kecerdasan
emosionalnya karena hal ini merupakan salah satu komponen dalam membangun positif etos.

Dari analisa studi kasus, kita bisa mengukur bagaimana kemampuan kecerdasan emosional dan
kemampuan interpesonal kita yang bisa divisualisasikan dari narasumber A dan B. Dengan
menilai kemampuan diri kita, kita bisa mengetahui mana kemampuan kita yang unggul mana yang
kurang dan mana yang bisa ditingkatkan.

Diperlukan latihan untuk menciptakan citra diri yang baik sebagai pemimpin karena kemampuan
komunikasi nonverbal dan kecerdasan emosional menjadi satu kelengkapan untuk menciptakan
transformational leaders yang connect dan menginspirasi banyak orang.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai