BAB 1
PENDAHULUAN
1
pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau
melengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene),
berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK (toileting) (Jalil, 2015).
Survei awal pada pembuatan askep pada skizofrenia ini dilakukan di Yayasan
Pemenagan Jiwa Sumatera dengan pasien Defisit Perawatan diri dengan pasien
nama inisial Ny T klien datang ke Yayasan Pemenangan Jiwa di antar adik klien
karena awalnya klien kurang perawatan diri seperti mandi (hygene),
berpakaian/berhias, makan dan BAB/BAK
1,3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawan jiwa pada Ny. T
dengan Defisit Perawatan Diri di Yayasan Pemenang Jiwa.
1.3.1 Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan keperawatan kepada klien dengan Defisit
Perawatan Diri mahasiswa/i diharapkan mampu :
1. Mahasiswa mampu mengetahui defenisi, penyebab, tanda dan gejala,
rentang respondan penatalaksanaan pada klien Defisit Perawatan Diri.
2. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian, analisa data pada Ny. T
dengan Defisit Perawatan Diri.
2
3. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada Ny. T
dengan Defisit Perawatan Diri.
4. Mahasiswa mampu menetapkan intervensi keperawatan pada Ny. T
dengan Defisit Perawatan Diri.
5. Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan pada Ny. T
dengan Defisit Perawatan Diri.
6. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil asuhan keperawatan pada Ny.
T dengan Defisit Perawatan Diri.
7. Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian pada Ny. T dengan
Defisit Perawatan Diri.
1.4 Manfaat
1. Responden
Diharapkan tindakan yang telah diberikan dapat diterapkan secara mandiri
untuk mengontrol dan mendukung kebersihan pasien
2. Diharapkan dapat menjadi acuan dalam menangani atau dalam memberikan
pelayanan kepada pasien dengan gangguan jiwa dengan Defisit Perawatan
Diri di Yayasan Pemenangan Jiwa Sumatera
3
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1.2 Etiologi
Menurut Rochmawati (2013) penyebab kurang perawatan diri adalah
kelelahan fisik dan penurunan kesadaran,menurut depkes terdapat
penyebab kurang perawatan diri adalah:
1. Faktor predisposisi
a. Perkembangan keluarga terlalu melindungi dan memanjakan
klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
c. Kemampuan realistis turun klien dengan kemampuan realistas
yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan
lingkungan termasuk perawatan diri.
4
d. Sosial kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
dilingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.
2. Fakor Presipitasi
Menurut Sutria (2020) Yang merupakan faktor presifitasi Defisit
Perawatan Diri adalah kurang penurunan motivasi,kerusakan kognisi
atau perceptual, cemas, lelah yang dialami individu sehingga
menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Rochmawati (2013) faktor faktor yang mempengaruhi
personal hygniene adalah :
a. Bodi Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga
individu tidak peduli dengan kebersian dirinya.
b. Praktik sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri maka
kemungkinan akan terjadi perubahan personal hygniene.
c. Status sosial ekonomi
Personal hygiene memerlukan alatt dan bahan seperti sabun,pasta
gigi,sikat gigi,sampo,alat mandi yang semuanya memerlukan
uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan misalnya
pada pasien penderita diabetes militus ia harus menjaga
kebersihan kakinya.
e. Budaya
Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak
dibolehkan mandi
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun,sampo dan lain-lain.
5
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu kemampuan utuk merawat diri berkurang
dan peru bantuan untuk meakukannya.
6
2.1.5 Pohon masalah
7
melakukan perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat
kebersihan diri makan secara mandi,berhias diri secara mandiri dan
eliminasi (buang air besar/buang air kecil) secara mandiri. (Hastuti,
2018).
8
2. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara
baik
3. Pasien mampu melakukan makan dengan baik
4. Pasien mampu melakukan defekasi/berkemih secara
mandiri.
b. Tindakan keperawatan
1. Melatih pasien tentang cara-cara perawatan
kebersihan
2. Melatih pasien berdandan/berhias
3. Melatih pasien makan secara mandiri
4. Melatih pasien defekasi/berkemih secara mandiri
9
SP 2 pasien : Melatih pasien berhias (Laki-laki :
berpakaian, menyisir rambut, dan bercukur. Perempuan :
berpakaian, menyisir rambut dan berhias)
SP 3 pasien : Melatih pasien makan secara mandiri
(menjelaskan cara mempersiapkan makan, menjelaskan cara
makan yang tertib, menjelaskan cara merapikan peralatan
makan setelah makan, praktik makan sesuai dengan tahapan
makan yang baik).
SP 4 pasien : Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK
secara mandiri (menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai,
menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK,
menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK).
10
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Inisial : Ny T
Umur : 30 Tahun
Alamat : Jln Terompet, Setia Budi
Tgl Pengkajian : 18 Februari 2021
Agama : Kristen Protestan
Status : Belum Nikah
Infoment : Status pasien dan komunikasi dengan pasien
Klien awalnya mengamuk dan marah-marah tanpa sebab, emosi labil dan
berbicara-bicara sendiri, dan penampilan kotor, bau, dan kumal
3.4 Fisik
11
3.5 Psikososial
1. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: meninggal
Klien mengganggap bahwa keluarganya adalah orang yang sangat berarti dalam
hidupnya, terutama orangtuanya. Klien aktif mengikuti kegiatan di
kelompok/masyarakat. Klien mengatakan tidak mempunyai hambatan dalam
berhubungan dengan orang lain
12
3.6.1 Spritual
a. Nilai dan Keyakinan : Klien beragama kristen dan yakin dengan agamanya
b. Kegiatan Ibadah : Klien selalu ikut dalam melakukan ibadah setiap hari
dari jam 10.00-12.00 wib
1. Penampilan
Penjelasan : Klien tampak kurang rapi dalam berpakaian, kuku agak
panjang dan kotor
2. Pembicaraan
Penjelasan : Pada saat wawancara klien cukup kooperatif namun tidak
mampu memulai pembicaraan.
3. Aktivitas Motorik
Penjelasan : tidak ada masalah
4. Suasana perasaan
Penjelasan :Klien sedih karena tinggal di yayasan pemenang jiwa
5. Afek
Penjelasan :afek wajah sesuai dengan topic pembicaraan
6. Interaksi selama wawancara
Penjelasan :Klien kooperatif saat wawancara
7. Persepsi
Penjelasan : Klien mengatakan bahwa ia mendengar ada suara-suara
8. Proses Pikir
Penjelasan : Klien mampu menjawab apa yang ditanya dengan baik.
9. Isi pikir
Penjelasan : Klien dapat mengontrol isi pikirnya,klien tidak
mengalami gangguan isi pikir dan tidak ada waham. Klien tidak
mengalami fobia, obsesi ataupun depersonalisasi.
10. Tingkat kesadaran
Penjelasan : Klien tidak mengalami gangguan orientasi, klien
mengenali waktu, orang dan tempat.
11. Memori
13
Penjelasan : Klien mampu menceritakan kejadian di masa lalu dan
yang baru terjadi.
12. Tingkat konsentrasi berhitung
Penjelasan : Klien mampu berkonsentrasi dalam perhitungan
sederhana tanpa bantuan orang lain.
Klien mampu berbicara dan berkomunikasi dengan orang lain, dan bisa
menyelesaikan masalah sederhana tanpa bantuan orang lain.
Klien tidak mengetahui tentang gangguan jiwa yang di alaminya dan obat
yang dikonsumsinya.
14
Terapi medis yang diberikan :
a. Resperidon 2x1
b. Depakote 1x1
15
suara tanpa wajah yang
menyuruhnya untuk
selalu beribadah
Klien merasa takut jika
mendengar suara
tersebut
Do
Klien sering marah-
marah, mondar-mandir.
Daftar Masalah
Pohon masalah
Halusinasi Pendengaran
16
3.7.2 Prioritas Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa Intervensi
1 Defisit Perawatan diri Sp 1 : Melatih cara perawatan diri :
Ds Mandi
Klien mengatakan Sp 2 : Melatih cara perawatan diri :
mandi 1x sehari Berhias
tanpa menggunakan Sp 3 : Melatih cara perawatan diri :
sabun Makan/Minum
Klien mengatakan Sp 4 : Melatih cara perawatan diri
jarang keramas :BAB/BAK
kadang-kadang 1x
seminggu
Klien mengatakan
jarang gosok gigi
Do
Badan Bau
Nafas Bau
Klien jarang
mandi
2. Gangguan Persepsi SP 1:
Sensorik : Halusinasi 1. Identifikasi isi, waktu terjadi,
Pendengaran situasi pencetus, dan respon
Ds terhadap halusinasi
Petugas yayasan 2. Jelaskan dan Latih teknik
pemenang jiwa menghardik
mengatakan bahwa
klien sering berteriak- SP 2:
17
teriak dan marah- Kontrol Halusinasi klien dengan
marah tanpa sebab minum obat secara teratur
Klien sering
mendengarkan suara- SP 3:
suara tanpa wajah Ajarkan cara mengontrol halusinasi
yang menyuruhnya dengan bercakap – cakap dengan orang
untuk selalu beribadah lain
Klien merasa takut
jika mendengar suara SP 4:
tersebut Ajarkan cara mengontrol halusinasi
Do dengan melakukan kegiatan terjadwal
Klien sering marah-
marah, mondar-
mandir
3.9 Implementasi dan Evaluasi
pentingnya
A: Defisit Perawatan Diri
kebersihan diri
Menjelasakan
P: Pertemuan selanjutnya,
cara menjaga
dengan topik cara berhias
kebersihan diri
dan cara mandi
18
Melatih Cara
O : Klien mampu menjelaskan
Perawatan diri :
pentingnya berdandan supaya
Berhias
dapat membantu merubah
Menjelaskan cara
penampilan agar terlihat lebih
berdandan.
rapi lagi
Membantu klien
.
memperaktekkan A : Defisit Perawatan Diri
cara berdandan.
P: Pertemuan selanjutnya,
dengan topik cara perawatan
diri makan/minum
Selasa 23- Sp 3: S : senang dan antusias
02-21 Melatih Cara O: Klien mampu menjelaskan
Perawatan diri : alat untuk makan yang benar dan
Makan/Minum mampu mempersiapkan dan
Menjelaskan merapikan peralatan makan
cara makan
A : Defisit Perawatan Diri
yang benar
contoh sebelum P : Pertemuan selanjutnya,
makan terlebih dengan topik cara perawatan
dahulu mencuci diri BAB/BAK
tangan pake
sabun.
Menjelaskan
cara
membersihkan
kuku yang kotor
Sp 4 : S: Senang dan antusia
Melatih cara perawatan O: Klien mampu mengetahui
diri BAB/BAK cara BAB/BAK yang baik, dan
klien mampu BAB/BAK
Menjelaskan ditempat yang sesuai
kepada klien
A: Defisit perawatan diri
19
disaat
P: Masalah Teratasi
membuang air
besar dan air
kecil jangan
lupa di siram,
supaya orang
lain tidak
terganggung
20
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
Pada pembahasan ini diuraikan tentang hasil pelaksanaan tindakan
keperawatan dengan pemberian terapi generalis pada klien Defisit Perawatan
Diri. Pembahasan menyangkut analisis hasil penerapan terapi generalis
terhadap masalah keperawatan Defisit Perawatan Diri. Tindakan keperawatan
didasarkan pada pengkajian dan diagnosis keperawatan yang terdiri dari
tindakan generalis yang dijabarkan sebagai berikut.
21
Dalam pengkajian ini, penulis menemukan kesenjangan karena ditemukan.
Pada kasus Ny. T, klien tampak kurang bersih, tidak rapi, dan merasa bau.
Gejala gejala yang muncul tersebut tidak semua mencakup dengan yang ada
diteori klinis Defisit Perawatan Diri . Akan tetapi terdapat faktor predisposisi
maupun presipitasi yang menyebabkan kekambuhan penyakit yang di alami
oleh Tn.T.
4.2 Diagnosa
4.3 Perencanaan
Keperawatan disesuaikan dengan strategi pertemuan pada pasien Defisit
Perawatan Diri.
4.4 Implementasi
Pada tahap implementasi, penulis keperawatan yakni:diagnosa keperawatan
Klien mengidentifikasi Definsit Perawatan Diri dapat mengendalikan Defisit
Perawatan Diri, latihan melakukan kebersihan mandiri, melakukan berhias,
melakukan makan dengan baik,Melakukan eliminasi secara mandiri.
22
Selain itu, dapat dilihat dari setiap evalusi yang dilakukan pada asuhan
keperawatan, dimana terjadi penurunan gejala yang dialami oleh Tn.T dari hari
kehari selama proses interaksi.
4.5 Evaluasi
Pada tinajauan teoritis evaluasi yang diharapkan adalah : Pasien mempercayai
perawat sebagai terapis, pasien menyadari bahwa yang dialaminya tidak ada
objeknya, dapat mengidentifikaasi Defesit Perawatan Diri Pada tinjauan kasus
evaluasi yang didapatkan adalah: Klien mampu melakukan tindakan defisit
perawatan diri, Klien mampu melakukan terapi sp 1-4 Selain itu, dapat dilihat
dari setiap evalusi yang dilakukan pada asuhan keperawatan, dimana terjadi
penurunan gejala yang dialami oleh Ny.T dari hari kehari selama proses
interaksi.
23
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan diatas, maka penulis dapat disimpulkan
bahwa:
1. Pengkajian dilakukan secara langsung pada klien dan juga dengan menjadikan
status klien sebagai sumber informasi yang dapat mendukung data-data
pengkajian. Selama proses pengkajian, perawat mengunakan komunikasi
terapeutik serta membina hubungan saling percaya antara perawat-klien. Pada
kasus Jarang membersihkan Diri,Kurang berhias.
2. Diagnosa keperawatan yang diagnosa keperawatan utama pada klien dengan
Defisit Perawatan Diri:Hygiene diri,berhias,makan,dan eliminasi.
5.2 Saran
1) Diharapkan pada keluarga sering mengunjungi pasien selama waktu
perawatan karena dengan seringnya keluarga berkunjung, maka pasien
merasa berarti dan dibutuhkan dan juga setelah pulang keluarga harus
memperhatikan obat dikonsumsi serta membawa pasien kontrol secara
teratur kepelayana kesehatan jiwa ataupun di Yayasan Pemenang Jiwa
Sumatera.
2) Bagi mahasiswa/mahasiwi agar lebih memperdalam ilmu pengetahuan
khusus tentang keperawatan jiwa
24
DAFTAR PUSTAK
Emilyani, D. (2019). Pengaruh terapi Kelompok Suportif Terhadap Kemandirian
Pasien Skizofrenia Yang Mengalami Defisit Perawatan Diri di Rumah Sakit
Jiwa Propinsi NTB. Jurnal Analis Medika Biosains (JAMBS), 2(2), 171-180.
http://jambs.poltekkes-mataram.ac.id/index.php/home/article/view/45
Hastuti, R. Y., & Rohmat, B. (2018). Pengaruh Pelaksanaan Jadwal Harian
Perawatan Diri Terhadap Tingkat Kemandirian Merawat Diri Pada Pasien
Skizofrenia Di Rsjd Dr. Rm Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah. Gaster,
16(2),177-190.
http://jurnal.aiska-university.ac.id/index.php/gaster/article/view/294
Jalil, A. (2015). Faktor Yang Mempengaruh Penurunan Kemampuan Pasien
Skizofrenia Dalam Melakukan Perawatan Di Rumah Sakit Jiwa. Jurnal
KeperawatanJiwa,3(2),70-77.
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKJ/article/view/3933
Kemenkes RI. (2019). Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS.Jakarta: Kemenkes RI.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/10/08/persebaran-
prevalensi-skizofreniapsikosis-di-indonesia#
Madalise, S., Bidjuni, H., & Wowiling, F. (2015). Pengaruh Pemberian Pendidikan
Kesehatan Pada Pasien Gangguan Jiwa (Defisit Perawatan Diri) Terhadap
Pelaksanaan Adl (Activity Of Dayli Living) Kebersihan Gigi Dan Mulut Di
Rsj Prof. Dr. V. L Ratumbuysang Ruang Katrili. Jurnal Keperawatan,3
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/8142
Pardede, J. A., Sirait, D., Riandi, R., Emanuel, P., & Laia, R. (2016). Ekspresi
Emosi Keluarga Dengan Frekuensi Kekambuhan Pasien Skizofrenia. Idea
NursingJournal,7(3),53-61.
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/INJ/article/view/6446
Pardede, J. A., & Laia, B. (2020). Decreasing Symptoms of Risk of Violent
Behavior in Schizophrenia Patients Through Group Activity Therapy. Jurnal
Ilmu Keperawatan Jiwa, 3(3), 291-300.
http://journal.ppnijateng.org/index.php/jikj/article/view/621/338
Pardede, J. A., Keliat, B. A., & Yulia, I. (2015). Kepatuhan dan Komitmen Klien
Skizofrenia Meningkat Setelah Diberikan Acceptance And Commitment
Therapy dan Pendidikan Kesehatan Kepatuhan Minum Obat. Jurnal
Keperawatan Indonesia, 18(3), 157-166 Doi: 10.7454/jki.v18i3.419
Putra, R. S., & Hardiana, S. (2019). Komunikasi Terapeutik Perawat Pada Pasien
Dengan Masalah Defisit Perawatan Diri. In Prosiding Seminar Nasional (pp.
152-156). http://prosiding.stikesmitraadiguna.ac.id/index.php/
PSNMA/article/view/21
Rochmawati, D. H., Keliat, B. A., & Wardani, I. Y. (2013). Manajemen Kasus
Spesialis Jiwa Defisit Perawatan Diri Pada Klien Gangguan Jiwa di RW 02
dan RW 12 Kelurahan Baranangsiang Kecamatan Bogor Timur. Jurnal
KeperawatanJiwa,1(2).
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKJ/article/view/972
25
Sutria, E. (2020). Intervention Of Nurse Deficit Self Care In The Skizofrenia
Patient: Systematic Review. Journal Of Nursing Practice, 3(2), 244-252.
DOI:https://doi.org/10.30994/jnp.v3i2.94
26