Setelah ditentukan area prioritas ditemukan analisa resiko tertinggi di pelayanan Farmasi.
Dari Failure Mode tersebut terdapat beberapa akibat antara lain: salah obat,dosis, frequency
dan rute pemberian obat.
1. Menulis terburu-buru
2. Dokter tidak mengetahui formularium obat yang ada di puskesmas
3. Keterbatasan waktu dan jumlah petugas untuk mengkorfirmasi resep dikarenakan
jumlah pasien banyak
4. Kurang teliti dan tidak menanyakan minimal 3 identitas yang jelas
5. Tidak bekerja sesuai SOP
Dari hasil perhitungan RPN didapatkan enam failure mode yang harus segera diatasi:
1. Menghubungi dokter penulis resep untuk konfirmasi setiap menemukan resep yang
tidak jelas
2. Penulis resep lebih teliti dalam menulis resep Setiap menemukan resep yang tidak
jelas dan dilakukan monitoring selama 1 bulan (5 Mei 2018)
3. Menanyakan kembali identitas pasien dan keluhan pasien Setiap akan menyerahkan
obat. Dilakukan monitoring selama 1 bulan (5 Mei 2018)
4. Menanyakan kembali identitas pasien dan keluhan pasien Setiap akan menyerahkan
obat. Dilakukan monitoring selama 1 bulan (5 Mei 2018)
5. Mengecek kembali etiket sesuai resep Setiap akan menyerahkan obat. Dilakukan
monitoring selama 1 bulan (5 Mei 2018)
6. Menanyakan kembali identitas pasien dan keluhan pasien Setiap akan menyerahkan
obat. Dilakukan monitoring selama 1 bulan (5 Mei 2018)
Setelah dilakukan rencana tindak lanjut dilakukan evaluasi SOP, dan dilakukan perubahan
SOP seperti berikut :