Anda di halaman 1dari 2

Gunung Lewotolo, juga disebut dalam bahasa setempat (bahasa Lamaholot[2]) sebagai 

Ili/Ile
Lewotolok atau Ile Ape, adalah gunung berapi stratovolcano yang terletak di bagian utara Pulau
Lembata, Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Ungkapan ile lewo
tolok berarti " gunung kampung/negeri runtuh" (Lewotolok adalah nama tempat gunung ini
berada), sedangkan ile ape berarti "gunung api"[3].
Secara geografi, gunung berada pada suatu semenanjung di sisi barat laut pulau. Posisinya ini
menyebabkan tingkat kebencanaan gunung ini tidak termasuk tinggi.
Puncak gunung ini memiliki kawah besar menyerupai kaldera berbentuk bulan sabit yang disebut
warga dengan nama Metong Lamataro. Ini adalah bagian dari kawah lama Gunung Lewotolo.
Sebentuk kerucut terbentuk di sisi tenggara Metong Lamataro dan menjadi puncak tertinggi
(+1.423 m) Gunung Lewotolo saat ini. Kerucut tersebut memiliki lubang kawah aktif di
puncaknya dengan hembusan uap solfatara di hampir semua bagian kerucut. Solfatara berwarna
kuning membara; hablur belerang hasil sublimasi banyak ditemukan di lerang timur, utara, dan
selatan dari kerucut baru ini

Riwayat letusan[sunting | sunting sumber]


Sejarah letusan Gunung Lewotolo tercatat sejak tahun 1660 kemudian tahun 1819, dan 1849.
Pada tanggal 5 dan 6 Oktober 1852 terjadi letusan yang merusak daerah sekitarnya dan
memunculkan kawah baru dan ladang solfatara di sisi timur-tenggara. Letusan Gunung Lewotolo
juga terjadi pada tahun 1864, 1889, dan terakhir pada 1920 dikabarkan oleh penduduk terjadi
letusan kecil. Selanjutnya pada tahun 1939 dan 1951 terjadi kenaikan aktivitas vulkanik Gunung
Lewotolo, berupa lontaran lava pijar, abu, awan panas, dan hembusan gas beracun.
Gunung api ini sempat mengalami masa krisis gempa pada Januari 2012. Pada saat
itu, PVMBG meningkatkan status gunung dari normal ke waspada hingga siaga, hanya dalam
waktu kurang dari satu bulan. Namun, pada 25 Januari 2012 pukul 16.00 WITA, PVMBG
menurunkan status dari Siaga ke Waspada dan turun lagi menjadi berstatus Aktif Normal pada
17 Oktober 2013 pukul 10.00 WITA.
Status aktivitas vulkanik gunung ini ditingkatkan dari Aktif Normal ke Waspada sejak terhitung
7 Oktober 2017, pukul 20.00 WITA[4].
Pada hari Ahad tanggal 29 November 2020 pukul 09.45 WITA terjadi erupsi eksplosif yang
memaksa warga yang menghuni kaki gunung ini menyelamatkan diri dan mengungsi[3]. Letusan
yang berlangsung sekitar 500 detik ini (lebih daripada 8 menit) menimbulkan kolom asap
setinggi 4000 m[5]. Peristiwa ini diawali oleh letusan kecil pada hari Jumat, 27 November 2020
pukul 05,57 WITA, yang menimbulkan kepulan asap dan abu setinggi 500 m[6]. Letusan-letusan
lanjutan dengan kekuatan lebih lemah terjadi beberapa kali hingga hari berikutnya tanggal 30
November 2020[7]. Status kebencanaan Ili Lewotolok dinaikkan PVMBG menjadi level III atau
Siaga sejak tanggal 29 November 2020 pukul 13.00 karena tercatat adanya lontaran material
padat berukuran besar[8].
Pendakian[sunting | sunting sumber]
Gunung Lewotolo merupakan salah satu gunung yang banyak diminati oleh para pendaki.
Pendakian dimulai dari Desa Atowatung atau Baupukang di Kecamatan Ile Api yang berada di
sisi utara Gunung Lewotolo. Jalur pendakian berupa jalan setapak yang tertutup ilalang.
Kemiringan lahan jalur pendakian antara 30-40 derajat. Waktu yang ditempuh untuk mendaki
sampai puncak umumnya adalah 5 jam.

Anda mungkin juga menyukai