Nim : P07520119107
2)kekurangan yodium sebagai bahan utama sintesis hormon tiroid, sehingga berujung pada kondisi
hipotiroidisme
3)peradangan pada kelenjar tiroid, bisa karena infeksi ataupun respon autoimun
2.Askep Struma
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Pasien
1) Nama Pasien : T. A
3) Umur : 44 tahun
4) Jenis Kelamin : Laki-laki
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : STM
1) Nama : Bp. P
2) Umur : 73 tahun
3) Pendidikan : SMP
2. Riwayat Kesehatan
a. Kesehatan Klien
Klien merasa ada benjolan di leher sebelah kiri. Pada saat mau
7cm dan sudah dilakukan operasi tanggal 26 Maret 2018. Setelah itu muncul benjolah di leher
kiri.
pernah patah tulang clavicula dan dioperasi pasang plate. Pasien memakai gigi palsu 3
Ibu dan budhe pasien pernah mengalami kanker payudara, bulik pasien mengalami DM, dan
pakde mengalami stroke.
3. Kesehatan Fungsional
1) Nutrisi
a) Sebelum Sakit
Pasien mengatakan biasanya makan 3 kali sehari sarapan, makan siang dan sore (nasi, sayur dan lauk),
minum kira-kira 6 gelas per hari, Tn.A mengatakan makan dengan garam juga, tetapi tidak tahu
kandungan yodium pada makan yang dimakannya,
b) Selama Sakit
2) Pola Eliminasi
a) Sebelum Sakit
Pasien mengatakan BAB 2 kali sehari dengan konsistensi lembek dan warna kuning. Biasanya BAK kira-
kira 6 kali sehari dengan warna urin jernih, tidak ada nyeri saat BAK, tidak ada rasa belum tuntas saat
BAK dan tidak ada anyang-anyangan saat BAK.
b) Selama Sakit
Pagi hari sebelum operasi pasien sudah BAB dengan konsistensi lembek dan BAK 1 kali pada pagi
sebelum operasi tanpa keluhan (warna jernih, lancar dan tidak ada nyeri).
3) Pola Aktivitas
a) Sebelum Sakit
Pasien mengatakan melakukan kegiatan sehari-hari bekerja di bengkel motor, tidak ada keluhan saat
melakukan aktivitas sehari-hari dan bekerja, tidak ada sesak nafas ataupun lemas.
b) Selama Sakit
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Kesadaran : Compos Mentis, agak gelisah
BB = 58 Kg
1) Kulit
Kulit bersih warna sawo matang, tampak baik, tidak ada sianosis.
2) Kepala
Bentuk mesocephal, bentuk simetris,vtak ada benjolan, rambut pendek, hitam dan bersih. Mata
ishokor, simetris, visus normal. Telinga simetris dan bersih.
3) Leher
Ada benjolan di leher kiri, merasa agak menekan dan mengganjal, tidak terasa nyeri. Ada bekas
luka operasi di leher sebelah kanan.
4) Tengkuk
5) Dada
a) Inspeksi
Bentuk dada simetris, retraksi otot normal, areola dada berwarna gelap dan simetris.
b) Auskultasi
Vesikuler
c) Perkusi
Sonor
d) Palpasi
6) Payudara
a) Inspeksi
b) Palpasi
7) Punggung
8)Abdomen
a) Inspeksi
Warna kulit sawo matang, tidak ada kemerahan dan kekuningan, tidak ada bekas luka. Perut
datar dan simetris.
b) Auskultasi
c) Perkusi
d) Palpasi
9) Panggul
Pasien mengatakan tidak pernah BAB darah dan tidak ada benjolan di anus.
11) Genetalia
a) Pada Wanita
b) Pada Pria
Pasien mengatakan genetalianya bersih dan tidak ada sekret yang keluar.
12) Ekstremitas
a) Atas
Mampu menggerakkan tangan secara mandiri, tidak teraba benjolan dan terpasang infus RL 20
tts/mnt di lengan kanan. Tidak ada kelainan bentuk dan fungsi.
b) Bawah
B. ANALISA DATA
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
D. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Hari/ DIAGNOSA KEPERAWATAN PERENCANAAN
Tgl/
TUJUAN INTERVENSI
Jam
Senin, Kecemasan berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Gunakan pendekatan
02/07 dengan krisis situasi (prosedur keperawatan 1x20 menit yang tenang.
tindakan operasi) tingkat kecemasan pasien 2. Jelaskan semua
menurun, dengan KH: tindakan dan apa yang
Pasien tidak mengalami dirasakan selama
kecemasan. tindakan.
Pasien tidak mengalami 3. Berikan informasi yang
gangguan tidur. aktual tentang diagnosa,
Pasien merasa nyaman tindakan dan prognosis.
4. Relaksasi nafas dalam.
5. Dorong keluarga untuk
mendampingi pasien.
Senin, Kurang pengetahuan tentang Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji tingkat
02/07 prosedur tindakan operasi keperawatan 1x20 menit pengetahuan pasien
berhubungan dengan kurang pasien akan mengetahui tentang tindakan operasi.
paparan informasi tindakan yang akan 2. Jelaskan secara objektif
dilakukan, dengan kriteria pendidikan kesehatan
hasil: yang diberikan kepada
Pasien mengetahui pasien.
informasi tentang tindakan 3. Libatkan keluarga
operasi. dalam pemberian
2. pasien berperilaku sesuai pendidikan kesehatan.
dengan kondisinya. 4. Jelaskan secara tepat
kemungkinan komplikasi
dan perdarahan, resiko
yang akan terjadi, dan
nyeri.
5. Dorong keluarga untuk
membantu pasien dalam
merubah perilaku
kesehatan.
E. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Hari/ DIAGNOSA KEPERAWATAN IMPLEMENTASI EVALUASI
Tgl/
Jam
Senin, Kecemasan berhubungan dengan 1. Menggunakan pendekatan S: Pasien merasa lebih
02/07 krisis situasi (prosedur tindakan yang tenang. tenang
jam operasi) 2. Menjelaskan semua O: wajah tenang, pasien
08.30 tindakan dan apa yang mampu rileks, keluarga
dirasakan selama tindakan. mendampingi pasien
3. Memberikan informasi sampai kamar oprasi
yang aktual tentang A: Masalah teratasi
diagnosa, tindakan dan P: Hentikan intervensi
prognosis.
4. Menyarankan pasien
untuk relaksasi nafas dalam.
5. Mendorong keluarga
untuk mendampingi pasien.
Senin, Kurang pengetahuan tentang 1. Mengkaji tingkat S: Pasien mengatakan
02/07 prosedur operasi berhubungan pengetahuan pasien tentang mengerti tentang
jam dengan kurang paparan informasi tindakan operasi. prosedur tindakan
08.30 2. Menjelaskan secara operasi.
objektif pendidikan O: Tingkat pendidikan
kesehatan yang diberikan STM, pasien mampu
kepada pasien. menjawab pertanyaan
3. Melibatkan keluarga setelah diberikan
dalam pemberian pendidikan kesehatan
pendidikan kesehatan. A: masalah teratasi
4. Menjelaskan secara teat P: Hentikan intervensi
kemungkinan komplikasi dan
perdarahan, resiko yang
akan terjadi, dan nyeri.
5. mendorong keluarga
untuk membantu pasien
dalam merubah perilaku
kesehatan.
3.Patofisologi DM
Pada DM tipe 1 terjadi penurunan produksi dan sekresi insulin akibat destruksi sel-sel beta
pankreas oleh proses autoimun. Insulin memegang peranan penting dalam proses sintesis
cadangan energi sel. Pada keadaan normal, insulin disekresikan sebagai respon terhadap
adanya peningkatan glukosa darah yang diatur oleh suatu mekanisme kompleks yang
melibatkan sistem neural, hormonal, dan substrat. Hal ini memungkinkan pengaturan disposisi
energi yang berasal dari makanan menjadi energi yang akan dipakai ataupun disimpan dalam
bentuk lain. Dengan menurunnya produksi insulin pada DM tipe 1, cadangan glukosa tidak
dapat masuk kedalam hepar ataupun sel otot untuk disimpan (glikogenesis) dan menimbulkan
keadaan hiperglikemia post prandial (sesudah makan) di dalam darah (Danescu dkk., 2009).
Menurunnya insulin post prandial pada DM tipe 1 akan mempercepat proses katabolisme.
Akibat glukosa yang tidak dapat memasuki hepar ataupun sel otot, maka akan dikirimkan sinyal
bahwa tubuh kekurangan cadangan glukosa. Hal ini mengakibatkan tubuh memproduksi
glukosa dengan berbagai cara, yaitu glikogenolisis (pemecahan glikogen dalam hepar untuk
diubah menjadi glukosa) dan glukoneogenesis (proses pembentukan glukosa dari bahan selain
karbohidrat). Kedua proses tersebut memperparah kondisi hiperglikemia yang sebelumnya
telah terjadi. Akan tetapi karena glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel hepar
ataupun sel otot, maka hepar akan berusaha lebih keras lagi untuk memproduksi glukosa.
Selain itu juga akan terjadi proteolisis (proses pemecahan cadangan protein dalam sel otot menjadi
asam amino) dan lipolisis (proses pemecahan lipid dalam jaringan adipose menjadi gliserol dan asam
lemak bebas). Keseluruhan proses tersebut akhirnya menimbulkan kondisi hiperglikemia puasa
(Rustama dkk., 2010).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi (>180 mg/dL), ginjal tidak dapat menyerap kembali
semua glukosa yang tersaring keluar. Hal ini mengakibatkan lolosnya glukosa tersebut dari proses
rearbsorpsi ginjal danglukosa akan muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan
diekskresikan ke urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan pula.
Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik yang menyebabkan pasien mengalami peningkatan dalam
berkemih (poliuria). Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami
dehidrasi dan rasa haus (polidipsia) (Homenta, 2012).
Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan
berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia) akibat menurunnya
simpanan kalori. Di dalam hepar juga terjadi proses ketogenesis yang mengakibatkan meningkatnya
konsentrasi keton di dalam darah, menyebabkan terjadinya kondisi asidosis metabolik yang disebut
ketoasidosis diabetikum pada pasien dengan DM tipe I.
4.Askep DM
TINJAUAN KASUS
1 Pengkajian
A. Identitas
Nama : Tn. T No.Mr :301295
Umur : 45 Th Ruangan Rawat :Mawar lantai 2
Agama : Kristen Tanggal Masuk :14- 08-2018
Jenis Kelamin :Laki laki Tanggal Pengkajian : 21-08-2018
Status :Kawin
Pekerjaan :Petani
Pendidikan :Smp
Alamat :Jl. jamin ginting km15
Penanggung Jawab
Nama : Ny. C
Umur : 40 Th
Hub. Keluarga : Istri
Pekerjaan : IRT
B. Alasan Masuk
Klien diantar keluarga ke Rumah Sakit Adam malik medan pada tanggal 14 agustus 2018
dengan keluhan badan lemas, pusing, gula darah tinggi dan juga ada luka di kaki sebelah
kiri,luka terasa nyeri.
C. Riwayat Kesehatan
Pada saat pengkajian klien mengatakan badan klien terasa letih Dan lemah, dan sering merasa
haus dan lapar,klien mengatakan klien sering mual dan muntah, dan belum BAB sejak masuk
rumah sakit, klien mengatakan sering BAK yaitu sebanyak 10 x/perhari, klien mengatakan gula
darah tinggi saat masuk rumah sakit, karena klien jarang kontrol ke rumah sakit kadar gula darah
klien yaitu: 284,klien mengatakan ada luka dikaki sebelah kanan dan nyeri pada bagian luka,klien
mengatakan tidak nyaman dengan luka nya dikaki terdapat pus pada kaki yang luka, klien
mengatkan susah saat beraktivitas
Klien menderita penyakit Diabetes selama 14 tahun yang lalu ,pasien tidak pernah dirawat karna
penyakit Diabetes, klien hanya berobat kepukesmas , tapi jarang minum obat.
Genogram
Keterangan
D.
Pemeriksaan fisik
Nadi = 80 x/i
P = 21 x/i
Suhu= 36,8 C
1. Kepala
a. Rambut
Bentuk kepala bulat, rambut hitam , tidak terdapat benjolan, rambut bersih,
tidak ada ketombe.
b. Mata
Simetris kiri dan kanan,congjungtiva tidak anemis,sklera tidak ikterik, tidak ada
menggunakan alat bantu penglihatan ( Kaca mata), reflek pupil isokor, reflek
cahaya (+/+), Ukuran pupil 2 ml.
c. Telinga
Simetris kiri dan kanan, tidak ada pendarahan, tidak ada serumen, telinga bersih,
cairan pada telinga tidak ada,pendengaran klien masih baik
d. Hidung
Simetris kiri dan kanan, ada benjolan di hidung, pasien tidak terpasang O2,
penciman normal
e. Mulut dan gigi
Keadaan mulut bersih, mukosa bibir kering, gigi klien kelihatan bersih , tidak ada
kelainan pada bibir seperti bibir sumbing.
2. Leher
Simetris kiri dan kanan, Vena jugularis tidak teraba, dan tidak ada pembengkan
kelenjar tiroid, dan tidak ada terdapat lesi
3. Thorax
1) Paru- paru
I : simetris kiri dan kanan pergerakan dinding dada
P : tidak teraba nyeri tekan , tidak ada pembengkakan
P : Terdengar bunyi sonor disemua lapang paru
A: Tidak ada suara nafas tambahan/ vesikuler
2) Jantung
I : dada simetris kiri dan kanan, tidak ada bekas luka, tidak ada pembesaran pada
jantung.
P: tidak ada pembengkakan/benjolan tidak ada nyeri tekan.
P: Bunyi suara jantung redup
A: bunyi jantung I (lup) dan bunyi jantung II (dup), tidak ada bunyi tambahan,
Teratur dan tidak ada bunyi tambahan seperti mur-mur dan gallop.
4. Abdomen
I : Simetris kiri dan kanan, tidak ada bekas operasi, warna kulit sama, tidak ada
terdapat lesi
P: tidak ada nyeri tekan pada abdomen
P: terdengar bunyi timpani
A: bising usus 12x/i di kuadran ke 3 kanan bawah abdomen
5. Punggung
Tidak teraba bengkak, simetris kiri dan kanan, dan tidak ada lesi pada punggung, dan
juga tidak ada dukubitus pada punggung.
6. Ektermitas
Bagian Atas : Tangan sebelah kiri terpasang infus Nacl 20 tts, tidak ada edema,
keadaan selang infus bersih.
Bagian Bawah : simetris kiri dan kanan, Kaki kiri terdapat luka ,terdapat edema
dikaki sebelah kanan
7. Genetalia
Klien tidak diperiksa , klien tidak terpasang kateter.
8. Integumen
Kulit tampak tidak bersih,ada bekas luka dikulit, kering, luka di bagian sela sela
kaki,terdapat edema kaki sebelah kanan
E. Riwayat Alergi
F. Data fokus
Data Subjektif
Data Objektif
Gula darah ,284)
Skala nyeri 7
ANALISA DATA
DO
DO
Skala nyeri 7
DO
Leukosit 27.33[10^3/ul}]
RENCANA KEPERAWATAN
- Identifikasi pengobatan
yang direkomendasi
Terapeutik : - Berikan
dukungan untuk
menjalani program
pengobatan dengan baik
dan benar
Edukasi: - Jelaskan
mamfaat dan efek
samping pengobatan -
Anjurkan mengosomsi
obat sesuai indikasi
2 Nyeri Akut b.d Agen cedera fisik Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
Keperawatan 1 x24 jam Observasi :
DS diharapkan nyeri menurun
KH : - Identifikasi identifikasi
Klien mengatakan nyeri pada lokasi, karakteristik,
kakinya yang luka Tingkat nyeri menurun durasi, frekuensi,
Keluarga mengatakan pasien tidak kualitas,intensitas nyeri -
Penyembuhan luka membaik Identifikasi skala nyeri
nyaman dengan lukanya
Tingkat cidera menurun Terapeutik :
DO
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian
analgetik
Observasi :
Edukasi:
- Monitor karakteristik
luka (drainase, warna
ukuran, bau)
Terapeutik :
- Bersihkan jaringan
nikrotik - Berikan salaf
yang sesuai kekulit
Edukasi:
- Jelaskan tanda,gejala
infeksi
Kolaborasi:
- Kolaborasi prosedur
debridement
- Libatkan keluarga
dalam aktivitas
Edukasi:
Manajenen program
latihan Observasi :
- Identifikasi pengetahuan
dan pengalaman aktivitas
fisik sebelumnya
- Identifikasi kemampuan
pasien beraktivitas
Terapeutik :
- Motivasi untuk
memulai/ melanjutkan
aktivitas fisik
Edukasi:
- Jelaskan mamnfaat
aktivitas fisik
1. Lepaskan penutup pen
Kamu perlu menyesuaikan pen dan jarum untuk akurasi sekaligus untuk mengukur dosis insulin
Kamu. Caranya dengan putar tombol pemilih dosis pada akhir pen. Kemudian
pegang pen dengan jarum mengarah ke atas. Tekan dosis kenop sepenuhnya sambil menonton
aliran insulin yang muncul. Ulangi, jika perlu, sampai insulin terlihat di ujung jarum. Kemudian
pengatur dosis harus kembali nol setelah menyelesaikan langkah ini.
4.Atur dosis Insulin yang akan Anda gunakan
Putar tombol dosis dalam keadaan "dial in" dosis insulin. Kamu akan menerima dosis insulin
sesuai dengan yang Kamu atur pada tombol dosis. Periksa juga jendela dosis untuk menjamin
dosis yang Kamu gunakan tepat
Pilih tempat untuk pengaplikasian suntikan insulin. Perut adalah tempat pilihan yang tepat
antara bagian bawah tulang rusuk dan garis kemaluan, hindari 3-4 inci sekitar pusar. Posisi
bagian paha atas dan lengan belakang bagian atas juga dapat digunakan.
6. Menyuntikkan insulin
Posisikan kembali pen Kamu seperti kondisi awal kemudian simpan dalam tempat yang bersih
dan kering. Dan jangan lupa siapkan selalu peralatan ini agar Kamu kapanpun dibutuhkan
sudah siap. Setelah mengetahui cara menggunakan insulin pen di atas, Kamu sebaiknya bisa
menjadi lebih paham lagi, ya! Sebelum menggunakannya tidak ada salahnya untuk melakukan
konsultasi ke dokter terlebih dahulu
1. Rapid-acting insulin
Rapid-acting insulin bekerja sangat cepat dalam menurunkan kadar gula darah tubuh.
Biasanya, suntikan insulin ini digunakan 15 menit sebelum makan.
Insulin glulisine (Apidra): obat insulin yang memerlukan waktu selama 20-30 menit untuk
sampai ke pembuluh darah dan mampu menurunkan darah hanya dalam waktu 30-90
menit. Insulin ini mampu mempertahankan kadar gula darah antara 1-2,5 jam.
Insulin reguler juga mampu menurunkan kadar gula darah dengan cepat, meskipun tak secepat
insulin rapid-acting. Biasanya, suntikan insulin ini diberikan 30-60 menit sebelum makan.
Novolin adalah salah satu merek insulin reguler. Obat ini mampu mencapai pembuluh darah
dalam waktu 30-60 menit, bekerja dengan cepat dengan menghabiskan waktu 2-5 jam. Novolin
mampu mempertahankan kadar gula darah selama 5-8 jam.
Intermediate acting insulin adalah jenis suntik insulin yang waktu kerjanya menengah. Jenis
insulin ini memakan waktu 1-3 jam untuk mulai bekerja. Kerja optimal insulin untuk diabetes ini
adalah selama 8 jam, tapi bisa mempertahankan kondisi gula darah selama 12-16 jam.
4. Long-acting insulin
Long-acting insulin juga disebut insulin kerja panjang. Jenis insulin ini dapat bekerja seharian.
Itu sebabnya, suntikan insulin ini lebih banyak digunakan ketika malam hari dan hanya
digunakan satu kali saja sehari.
Insulin glargine (Lantus, Toujeo), mampu mencapai pembuluh darah dalam 1-1,5 jam dan
mempertahankan kadar gula darah selama kurang lebih 20 jam.
Insulin detemir (Levemir), mencapai pembuluh darah sekitar 1-2 jam dan bekerja selama
24 jam.
Insulin degludec (Tresiba), masuk ke dalam pembuluh darah dalam waktu 30-90 menit
dan bekerja selama 42 jam.