Anda di halaman 1dari 25

Nama : Arta Nurcahaya Simanjuntak

Kelas : 2C DIII Keperawatan

Nim : P07520119107

Dosen Pengampu : Suriani Ginting SST S.Kep,Ns M.Kep

1.Tuliskan Patofisiologi Struma


Jb:Pembentukan hormon tiroid membutuhkan unsur yodium dan stimulasi dari TSH Salah satu penyebab
paling sering terjadi penyakit gondok karena kekurangan yodium. Aktivitas utama dari kelenjar tiroid
adalah untuk berkonsentrasi dalam pengambilan yodium dari darah untuk membuat hormon tiroid.
Kelenjar tersebut tidak cukup membuat hormon tiroid jika tidak memiliki cukup yodium. Oleh karena itu,
dengan defisiensi yodium individu akan menjadi hipotiroid. Kekurangan hormon tiroid (hipotiroid) tubuh
akan berkompensasi terhadap pembesaran tiroid, hal ini juga merupakan proses adaptasi terhadap
defisiensi hormon tiroid. Namun demikian pembesaran dapat terjadi sebagai respon meningkatnya
sekresi pituitari yaitu TSH. Adapun penyebab terbentuknya struma atau goiter adalah :

1)ketidakseimbangan hormon, yaitu :

*produksi melebihi nilai normal (hipertiroidisme)

*produksi di bawah nilai normal (hipotiroidisme)

2)kekurangan yodium sebagai bahan utama sintesis hormon tiroid, sehingga berujung pada kondisi
hipotiroidisme

3)peradangan pada kelenjar tiroid, bisa karena infeksi ataupun respon autoimun

4)tumor, meliputi tumor jinak dan tumor ganas (kanker)

2.Askep Struma
A. PENGKAJIAN

1. Identitas

a. Pasien

1) Nama Pasien : T. A

2) Tempat Tgl Lahir : Yogyakarta, 08-11-1974

3) Umur : 44 tahun
4) Jenis Kelamin : Laki-laki

5) Agama : Islam

6) Pendidikan : STM

7) Pekerjaan : Swasta (bengkel motor di Banciro)

8) Status Perkawinan : Belum menikah

9) Suku / Bangsa : Jawa

10) Alamat : Gendeng GK 4/322 Gunung Kidul

11) No. RM : 720xxx

12) Tanggal Masuk RS : 01-07-2018

b. Penanggung Jawab / Keluarga

1) Nama : Bp. P

2) Umur : 73 tahun

3) Pendidikan : SMP

4) Pekerjaan : Pensiunan PNS

5) Alamat : Gendeng GK 4/322 Gunung Kidul

6) Hubungan dengan pasien : Bapak kandung

7) Status perkawinan :Menikah

2. Riwayat Kesehatan

a. Kesehatan Klien

1) Keluhan Utama saat Pengkajian

Klien merasa ada benjolan di leher sebelah kiri. Pada saat mau

operasi di ruang persiapan gelisah, tidur di brankar sering ganti

posisi, Tn A mengatakan “sedikit cemas”.

2) Riwayat Kesehatan Sekarang


a) Alasan masuk RS :

Adanya benjolan di leher sebelah kiri kira-kira 3cm, jika

menunduk leher terasa kaku dan mengganjal.

b) Riwayat Kesehatan Pasien ;

Sebelumnya pernah ada benjolan di leher kanan kurang lebih

7cm dan sudah dilakukan operasi tanggal 26 Maret 2018. Setelah itu muncul benjolah di leher
kiri.

3) Riwayat Kesehatan Dahulu

Pasien pernah operasi benjolan di leher kanan dan tahun 2009

pernah patah tulang clavicula dan dioperasi pasang plate. Pasien memakai gigi palsu 3

b. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ibu dan budhe pasien pernah mengalami kanker payudara, bulik pasien mengalami DM, dan
pakde mengalami stroke.

3. Kesehatan Fungsional

a. Aspek Fisik – Biologis

1) Nutrisi

a) Sebelum Sakit

Pasien mengatakan biasanya makan 3 kali sehari sarapan, makan siang dan sore (nasi, sayur dan lauk),
minum kira-kira 6 gelas per hari, Tn.A mengatakan makan dengan garam juga, tetapi tidak tahu
kandungan yodium pada makan yang dimakannya,

b) Selama Sakit

Pasien mengatakan makan siang dan sore sebelum operasi.

2) Pola Eliminasi

a) Sebelum Sakit

Pasien mengatakan BAB 2 kali sehari dengan konsistensi lembek dan warna kuning. Biasanya BAK kira-
kira 6 kali sehari dengan warna urin jernih, tidak ada nyeri saat BAK, tidak ada rasa belum tuntas saat
BAK dan tidak ada anyang-anyangan saat BAK.
b) Selama Sakit

Pagi hari sebelum operasi pasien sudah BAB dengan konsistensi lembek dan BAK 1 kali pada pagi
sebelum operasi tanpa keluhan (warna jernih, lancar dan tidak ada nyeri).

3) Pola Aktivitas

a) Sebelum Sakit

(1) Keadaan aktivitas sehari – hari

Pasien mengatakan melakukan kegiatan sehari-hari bekerja di bengkel motor, tidak ada keluhan saat
melakukan aktivitas sehari-hari dan bekerja, tidak ada sesak nafas ataupun lemas.

(2) Keadaan pernafasan

Suara nafas vesikuler, tidak ada wheezing

(3) Keadaan Kardiovaskuler

Pasien mengatakan tidak sesak nafas

b) Selama Sakit

(1) Keadaan aktivitas sehari – hari

Pasien selama sebelum operasi masih bisa melakukan

aktivitas sehari-hari, seperti mandi, mengganti baju operasi

dan berjalan di kamar.

(2) Keadaan pernafasan

Suara nafas vesikuler, tidak ada wheezing, tidak ada

kesulitan bernafas, hanya merasa ngganjel di leher.

(3) Keadaan kardiovaskuler

Pasien mengatakan tidak sesak nafas.

(4) Skala ketergantungan

4. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum
1) Kesadaran : Compos Mentis, agak gelisah

2) Status Gizi : TB = 168 cm

BB = 58 Kg

IMT= 20,5 (normal)

3) Tanda Vital : TD= 120/80 mmHg Nadi = 84 x/mnt

Suhu = 36,2 °C RR = 18 x/mnt

b. Pemeriksaan Secara Sistematik (Cephalo – Caudal)

1) Kulit

Kulit bersih warna sawo matang, tampak baik, tidak ada sianosis.

2) Kepala

Bentuk mesocephal, bentuk simetris,vtak ada benjolan, rambut pendek, hitam dan bersih. Mata
ishokor, simetris, visus normal. Telinga simetris dan bersih.

3) Leher

Ada benjolan di leher kiri, merasa agak menekan dan mengganjal, tidak terasa nyeri. Ada bekas
luka operasi di leher sebelah kanan.

4) Tengkuk

Tidak ada benjolan

5) Dada

a) Inspeksi

Bentuk dada simetris, retraksi otot normal, areola dada berwarna gelap dan simetris.

b) Auskultasi

Vesikuler

c) Perkusi

Sonor

d) Palpasi

Tidak ada benjolan, simetris, tidak ada nyeri tekan.

6) Payudara
a) Inspeksi

Areola dada berwarna gelap dan simetris.

b) Palpasi

Tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan.

7) Punggung

Tidak ada nyeri punggung, tidak ada skoliosis dan lordosis.

8)Abdomen

a) Inspeksi

Warna kulit sawo matang, tidak ada kemerahan dan kekuningan, tidak ada bekas luka. Perut
datar dan simetris.

b) Auskultasi

Bisisng usus 18x/menit.

c) Perkusi

Terdengar redup, tidak ada hepatomegali

d) Palpasi

Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan

9) Panggul

Tidak ada nyeri panggul

10) Anus dan Rectum

Pasien mengatakan tidak pernah BAB darah dan tidak ada benjolan di anus.

11) Genetalia

a) Pada Wanita

b) Pada Pria

Pasien mengatakan genetalianya bersih dan tidak ada sekret yang keluar.

12) Ekstremitas

a) Atas
Mampu menggerakkan tangan secara mandiri, tidak teraba benjolan dan terpasang infus RL 20
tts/mnt di lengan kanan. Tidak ada kelainan bentuk dan fungsi.

b) Bawah

Mampu menggerakkan kaki secara mandiri dan tidak teraba benjolan

B. ANALISA DATA

No Data Penyebab Masalah

1 DS: Pasien mengatakan “saya tidak Kurang terpapar Kurang pengetahuan


tahu tentang prosedur tindakan informasi tentang prosedur
operasi”. Pasien mengatakan “saya operasi
hanya tahu jika benjolannya akan
diambil”.

DO: Pasien tidak mampu menjawab


pertanyaan tentang prosedur
tindakan operasi.

2 DS: Pasien mengatakan “sedikit Krisis situasi Kecemasan


cemas mau melakukan operasi” (prosedur tindakan
operasi)
DO: Gelisah, tidur di brankar sering
mengganti posisi, dan tidur tidak
nyenyak malam sebelum oprasi

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan pre operasi

1. Kecemasan berhubungan dengan krisis situasi (prosedur tindakan operasi).

2. Kurang pengetahuan tentang prosedur tindakan operasi berhubungan dengan kurang


paparan informasi.

D. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Hari/ DIAGNOSA KEPERAWATAN PERENCANAAN
Tgl/
TUJUAN INTERVENSI
Jam
Senin, Kecemasan berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Gunakan pendekatan
02/07 dengan krisis situasi (prosedur keperawatan 1x20 menit yang tenang.
tindakan operasi) tingkat kecemasan pasien 2. Jelaskan semua
menurun, dengan KH: tindakan dan apa yang
 Pasien tidak mengalami dirasakan selama
kecemasan. tindakan.
 Pasien tidak mengalami 3. Berikan informasi yang
gangguan tidur. aktual tentang diagnosa,
 Pasien merasa nyaman tindakan dan prognosis.
4. Relaksasi nafas dalam.
5. Dorong keluarga untuk
mendampingi pasien.
Senin, Kurang pengetahuan tentang Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji tingkat
02/07 prosedur tindakan operasi keperawatan 1x20 menit pengetahuan pasien
berhubungan dengan kurang pasien akan mengetahui tentang tindakan operasi.
paparan informasi tindakan yang akan 2. Jelaskan secara objektif
dilakukan, dengan kriteria pendidikan kesehatan
hasil: yang diberikan kepada
 Pasien mengetahui pasien.
informasi tentang tindakan 3. Libatkan keluarga
operasi. dalam pemberian
 2. pasien berperilaku sesuai pendidikan kesehatan.
dengan kondisinya. 4. Jelaskan secara tepat
kemungkinan komplikasi
dan perdarahan, resiko
yang akan terjadi, dan
nyeri.
5. Dorong keluarga untuk
membantu pasien dalam
merubah perilaku
kesehatan.

E. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Hari/ DIAGNOSA KEPERAWATAN IMPLEMENTASI EVALUASI
Tgl/
Jam
Senin, Kecemasan berhubungan dengan 1. Menggunakan pendekatan S: Pasien merasa lebih
02/07 krisis situasi (prosedur tindakan yang tenang. tenang
jam operasi) 2. Menjelaskan semua O: wajah tenang, pasien
08.30 tindakan dan apa yang mampu rileks, keluarga
dirasakan selama tindakan. mendampingi pasien
3. Memberikan informasi sampai kamar oprasi
yang aktual tentang A: Masalah teratasi
diagnosa, tindakan dan P: Hentikan intervensi
prognosis.
4. Menyarankan pasien
untuk relaksasi nafas dalam.
5. Mendorong keluarga
untuk mendampingi pasien.
Senin, Kurang pengetahuan tentang 1. Mengkaji tingkat S: Pasien mengatakan
02/07 prosedur operasi berhubungan pengetahuan pasien tentang mengerti tentang
jam dengan kurang paparan informasi tindakan operasi. prosedur tindakan
08.30 2. Menjelaskan secara operasi.
objektif pendidikan O: Tingkat pendidikan
kesehatan yang diberikan STM, pasien mampu
kepada pasien. menjawab pertanyaan
3. Melibatkan keluarga setelah diberikan
dalam pemberian pendidikan kesehatan
pendidikan kesehatan. A: masalah teratasi
4. Menjelaskan secara teat P: Hentikan intervensi
kemungkinan komplikasi dan
perdarahan, resiko yang
akan terjadi, dan nyeri.
5. mendorong keluarga
untuk membantu pasien
dalam merubah perilaku
kesehatan.

3.Patofisologi DM
Pada DM tipe 1 terjadi penurunan produksi dan sekresi insulin akibat destruksi sel-sel beta
pankreas oleh proses autoimun. Insulin memegang peranan penting dalam proses sintesis
cadangan energi sel. Pada keadaan normal, insulin disekresikan sebagai respon terhadap
adanya peningkatan glukosa darah yang diatur oleh suatu mekanisme kompleks yang
melibatkan sistem neural, hormonal, dan substrat. Hal ini memungkinkan pengaturan disposisi
energi yang berasal dari makanan menjadi energi yang akan dipakai ataupun disimpan dalam
bentuk lain. Dengan menurunnya produksi insulin pada DM tipe 1, cadangan glukosa tidak
dapat masuk kedalam hepar ataupun sel otot untuk disimpan (glikogenesis) dan menimbulkan
keadaan hiperglikemia post prandial (sesudah makan) di dalam darah (Danescu dkk., 2009).

Menurunnya insulin post prandial pada DM tipe 1 akan mempercepat proses katabolisme.
Akibat glukosa yang tidak dapat memasuki hepar ataupun sel otot, maka akan dikirimkan sinyal
bahwa tubuh kekurangan cadangan glukosa. Hal ini mengakibatkan tubuh memproduksi
glukosa dengan berbagai cara, yaitu glikogenolisis (pemecahan glikogen dalam hepar untuk
diubah menjadi glukosa) dan glukoneogenesis (proses pembentukan glukosa dari bahan selain
karbohidrat). Kedua proses tersebut memperparah kondisi hiperglikemia yang sebelumnya
telah terjadi. Akan tetapi karena glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel hepar
ataupun sel otot, maka hepar akan berusaha lebih keras lagi untuk memproduksi glukosa.
Selain itu juga akan terjadi proteolisis (proses pemecahan cadangan protein dalam sel otot menjadi
asam amino) dan lipolisis (proses pemecahan lipid dalam jaringan adipose menjadi gliserol dan asam
lemak bebas). Keseluruhan proses tersebut akhirnya menimbulkan kondisi hiperglikemia puasa
(Rustama dkk., 2010).

Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi (>180 mg/dL), ginjal tidak dapat menyerap kembali
semua glukosa yang tersaring keluar. Hal ini mengakibatkan lolosnya glukosa tersebut dari proses
rearbsorpsi ginjal danglukosa akan muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan
diekskresikan ke urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan pula.
Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik yang menyebabkan pasien mengalami peningkatan dalam
berkemih (poliuria). Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami
dehidrasi dan rasa haus (polidipsia) (Homenta, 2012).

Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan
berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia) akibat menurunnya
simpanan kalori. Di dalam hepar juga terjadi proses ketogenesis yang mengakibatkan meningkatnya
konsentrasi keton di dalam darah, menyebabkan terjadinya kondisi asidosis metabolik yang disebut
ketoasidosis diabetikum pada pasien dengan DM tipe I.

4.Askep DM

TINJAUAN KASUS

1 Pengkajian
A. Identitas
Nama : Tn. T No.Mr :301295
Umur : 45 Th Ruangan Rawat :Mawar lantai 2
Agama : Kristen Tanggal Masuk :14- 08-2018
Jenis Kelamin :Laki laki Tanggal Pengkajian : 21-08-2018
Status :Kawin
Pekerjaan :Petani
Pendidikan :Smp
Alamat :Jl. jamin ginting km15

Penanggung Jawab
Nama : Ny. C
Umur : 40 Th
Hub. Keluarga : Istri
Pekerjaan : IRT

B. Alasan Masuk
Klien diantar keluarga ke Rumah Sakit Adam malik medan pada tanggal 14 agustus 2018
dengan keluhan badan lemas, pusing, gula darah tinggi dan juga ada luka di kaki sebelah
kiri,luka terasa nyeri.

C. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada saat pengkajian klien mengatakan badan klien terasa letih Dan lemah, dan sering merasa
haus dan lapar,klien mengatakan klien sering mual dan muntah, dan belum BAB sejak masuk
rumah sakit, klien mengatakan sering BAK yaitu sebanyak 10 x/perhari, klien mengatakan gula
darah tinggi saat masuk rumah sakit, karena klien jarang kontrol ke rumah sakit kadar gula darah
klien yaitu: 284,klien mengatakan ada luka dikaki sebelah kanan dan nyeri pada bagian luka,klien
mengatakan tidak nyaman dengan luka nya dikaki terdapat pus pada kaki yang luka, klien
mengatkan susah saat beraktivitas

b. Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien menderita penyakit Diabetes selama 14 tahun yang lalu ,pasien tidak pernah dirawat karna
penyakit Diabetes, klien hanya berobat kepukesmas , tapi jarang minum obat.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga


Klien dan keluarganya mengatakan ada anggota keluarganya yang menderita penyakit Diabetes,
yaitu ibu klien

Genogram

Keterangan
D.

Pemeriksaan fisik

a. Tingkat Kesadaran : Compos mentis

b. GCS : 15 (E=4 ,V=5, M=6)

c. BB/TB : 57 Kg/ 160 Cm

d. Keadaan umum : Baik

e. Tanda- tanda vital : TD = 120/80 mmHg

Nadi = 80 x/i

P = 21 x/i

Suhu= 36,8 C

1. Kepala
a. Rambut
Bentuk kepala bulat, rambut hitam , tidak terdapat benjolan, rambut bersih,
tidak ada ketombe.
b. Mata
Simetris kiri dan kanan,congjungtiva tidak anemis,sklera tidak ikterik, tidak ada
menggunakan alat bantu penglihatan ( Kaca mata), reflek pupil isokor, reflek
cahaya (+/+), Ukuran pupil 2 ml.
c. Telinga
Simetris kiri dan kanan, tidak ada pendarahan, tidak ada serumen, telinga bersih,
cairan pada telinga tidak ada,pendengaran klien masih baik
d. Hidung
Simetris kiri dan kanan, ada benjolan di hidung, pasien tidak terpasang O2,
penciman normal
e. Mulut dan gigi
Keadaan mulut bersih, mukosa bibir kering, gigi klien kelihatan bersih , tidak ada
kelainan pada bibir seperti bibir sumbing.
2. Leher
Simetris kiri dan kanan, Vena jugularis tidak teraba, dan tidak ada pembengkan
kelenjar tiroid, dan tidak ada terdapat lesi

3. Thorax
1) Paru- paru
I : simetris kiri dan kanan pergerakan dinding dada
P : tidak teraba nyeri tekan , tidak ada pembengkakan
P : Terdengar bunyi sonor disemua lapang paru
A: Tidak ada suara nafas tambahan/ vesikuler

2) Jantung
I : dada simetris kiri dan kanan, tidak ada bekas luka, tidak ada pembesaran pada
jantung.
P: tidak ada pembengkakan/benjolan tidak ada nyeri tekan.
P: Bunyi suara jantung redup
A: bunyi jantung I (lup) dan bunyi jantung II (dup), tidak ada bunyi tambahan,
Teratur dan tidak ada bunyi tambahan seperti mur-mur dan gallop.
4. Abdomen
I : Simetris kiri dan kanan, tidak ada bekas operasi, warna kulit sama, tidak ada
terdapat lesi
P: tidak ada nyeri tekan pada abdomen
P: terdengar bunyi timpani
A: bising usus 12x/i di kuadran ke 3 kanan bawah abdomen
5. Punggung
Tidak teraba bengkak, simetris kiri dan kanan, dan tidak ada lesi pada punggung, dan
juga tidak ada dukubitus pada punggung.
6. Ektermitas
Bagian Atas : Tangan sebelah kiri terpasang infus Nacl 20 tts, tidak ada edema,
keadaan selang infus bersih.
Bagian Bawah : simetris kiri dan kanan, Kaki kiri terdapat luka ,terdapat edema
dikaki sebelah kanan
7. Genetalia
Klien tidak diperiksa , klien tidak terpasang kateter.
8. Integumen
Kulit tampak tidak bersih,ada bekas luka dikulit, kering, luka di bagian sela sela
kaki,terdapat edema kaki sebelah kanan

E. Riwayat Alergi

Klien mengatakan tidak ada alergi obat, dan makanan

F. Data fokus

 Data Subjektif

 Pasien mengatakan badan lemah dan letih

 Pasien mengatkan sering merasa haus dan lapar

 Pasien Sering buang aiar kecil sebanyak 10 x

 klien mengatakan nyeri pada kaki pada kaki yang luka

 klien mengatkan tidak nyaman dengan luka di kakinya

 klien mengatakan luka sejak 3 bulan sebelum masuk

 klien mengatakan ada luka dikaki sebelah kiri

 klien mengatakan luka masih basah

 klien mengtakan aktivitas dibantu keluarga

 klien mengatkan aktivitas tebatas

 Data Objektif
 Gula darah ,284)

 Klien tampak lelah

 Klien tampak sering buang air kecil

 Klien tampak sering minum

 Klien meringis kesakitan

 Skala nyeri 7

 Klien tampak gelisah

 Terdapat nyeri tekan di daerah kaki yang luka

 Klien tampak mengerakan bagian yang nyeri saat disentuh kakinya

 Klien tampak meringis kesakitan pada kaki

ANALISA DATA

No Data Masalah Etiologi

1 DS Ketidakstabilan gula darah Resistensi insulin

 Pasien mengatakan badan lemah


dan letih

 Pasien mengatkan sering merasa


haus

 Pasien Sering buang air kecil


sebanyak 10 x

DO

 (Gula darah ,284)

 Klien tampak lelah

 Klien tampak sering buang air kecil

 Klien tampak sering minum

2 DS Nyeri Akut Agen Cedera fisik

 Klien mengatakan nyeri pada


kakinya yang luka

 Keluarga mengatakan pasien tidak


nyaman dengan lukanya

DO

 Klien meringis kesakitan

 Skala nyeri 7

 Klien tampak gelisah

 Terdapat nyeri tekan di daerah kaki


yang luka

 Klien tampak mengerakan bagian


yang nyeri saat disentuh kakinya

3 DS Infeksi Peningkatan Leukosit

 Klien mengatakan luka

masih basah dan berbau

 klien mengatakan ada luka dikaki


sebelah kiri

 klien mengatakan luka sejak 3 bulan


sebelum masuk

DO

 Terdapat pus didaerah kaki yang


luka

 Leukosit 27.33[10^3/ul}]

 Tampak edema, terdapat (luka


terbuka),ukuran 2x2x3 cm

4 DS Intoleransi Aktivitas Imobilitas

 klien mengtakan aktivitas dibantu


keluarga

 klien mengatakan aktivitas tebatas


DO

 aktivitas klien tampak dibantu


keluaraga

 saat makan klien nampak dibantu


keluarga

 saat duduk klien tampak dibantu


keluarga

 saat kekamar mandi klien tampak


dibantu keluarga

RENCANA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI

1 Ketidakstabilan gula darah b.d Setelah dilakukan tindakan  Manajemen


resistensi insulin keperawatan selama 1x 24 hiperglikemia Observasi :
jam maka ketidakstabilan gula
DS - Identifikasi
darah membaik KH :
kemungkinan penyebab
 Pasien mengatakan badan lemah  Kestabilan kadar glukosa hiperglikemia
dan letih darah membaik
- Monitor tanda dan
 Pasien mengatkan sering minum  Status nutrisi membaik gejala hiperglikemia
 Pasien Sering buang aiar kecil ±10  Tingkat pengetahuan Terapeutik :
X meningkat
- Berikan asupan cairan
DO oral
 Gula darah puasa ,284) Edukasi :
 Klien tampak lelah - Ajurkan kepatuhan
terhadap diet
 Klien tampa sering buang air kecil
Kolaborasi :
 Klien tampak sering minum
-Kolaborasi pemberian
insulin 6 Iu  Edukasi
program pengobatan
Observasi :

- Identifikasi pengobatan
yang direkomendasi
Terapeutik : - Berikan
dukungan untuk
menjalani program
pengobatan dengan baik
dan benar

Edukasi: - Jelaskan
mamfaat dan efek
samping pengobatan -
Anjurkan mengosomsi
obat sesuai indikasi

2 Nyeri Akut b.d Agen cedera fisik Setelah dilakukan tindakan  Manajemen nyeri
Keperawatan 1 x24 jam Observasi :
DS diharapkan nyeri menurun
KH : - Identifikasi identifikasi
 Klien mengatakan nyeri pada lokasi, karakteristik,
kakinya yang luka  Tingkat nyeri menurun durasi, frekuensi,
 Keluarga mengatakan pasien tidak kualitas,intensitas nyeri -
 Penyembuhan luka membaik Identifikasi skala nyeri
nyaman dengan lukanya
 Tingkat cidera menurun Terapeutik :
DO

 Klien meringis kesakitan - Berikan teknik non


farmakologis untuk
 Klien meringis kesakitan mengurangi rasa nyeri

 Skala nyeri 7 Edukasi:

 Klien tampak gelisah - Jelaskan penyebab dan


periode dan pemicu nyeri

Kolaborasi:

- Kolaborasi pemberian
analgetik

Observasi :

- Identifikasi kesiapan dan


kemampuan menerima
informasi Terapeutik :

- Sediakan materi dan


media pendidikan
kesehatan

Edukasi:

- Jelaskan tujuan dan


mamafaat teknik nafas
dalam

- Jelaskan prosedur teknik


nafas dalam

3 Infeksi b.d Peningkatan Leukosit. Setelah dilakukan tintdakan Terapetik:


keperawatan selama 1x 24
DS - Berikan perawatan kulit
jam maka tingkat infeksi
menurun pada area edema
 Klien mengatakan luka masih
basah dan berbau - Cuci tangan sebelum
KH :  Tingkat nyeri menurun
dan sesudah kontak
 klien mengatakan ada luka dikaki  Integritas kulit dan jaringan dengan pasien dan
sebelah kiri lingkungan pasien
membaik
Edukasi:
 klien mengatakan luka sejak 3  Kontrol resiko meningkat
bulan sebelum masuk - Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
DO
- Ajarkan cara memeriksa
 Terdapat pus didaerah kaki yang
kondisi luka
luka
Kolaborasi:
 Leukosit 27.33[10^3/ul]
- Kolaborasi pemberian
 Tampakedema, terdapat (luka
analgetik
terbuka) ,ukuran 2x2x3 cm
 Perawatan luka
Observasi :

- Monitor karakteristik
luka (drainase, warna
ukuran, bau)

- Monitor tanda tanda


infeksi

Terapeutik :

- Lepaskan balutan dan


plester secara perlahan

- Bersihkan dengan Nacl

- Bersihkan jaringan
nikrotik - Berikan salaf
yang sesuai kekulit

- Pertahan teknik steril


saat melakkanperawtan
luka

Edukasi:

- Jelaskan tanda,gejala
infeksi

Kolaborasi:

- Kolaborasi prosedur
debridement

4 Intoleransi Aktivitas b.d imobilitas Setelah dilakukan tintdakan  Terapi aktivitas


keperawatan selama 1x 24 Observasi :
DS jam intoleransi aktivitas
membaik - Identifikasi defisit
 klien mengtakan aktivitas dibantu tingkat aktivitas
keluarga KH :
- Identifikasikemapuan
 klien mengatkan aktivitas tebatas  Toleransi aktivitas berpartisipasi dalam
DO aktivitas tertentu
 Ambulasi
 aktivitas klien tampak dibantu Terapeutik :
 Tingkat keletihan
keluarga - Fasilitasi pasien dan
keluarga dalam
 aktivitas tampak terbatas
menyesuiakan lingkungan
 saat makan klien nampak dibantu untuk mengakomodasi
keluarga aktivitas yang di pilih

- Libatkan keluarga
dalam aktivitas

Edukasi:

- Ajarkan cara melakukan


aktivitas yang dipilih

 Manajenen program
latihan Observasi :

- Identifikasi pengetahuan
dan pengalaman aktivitas
fisik sebelumnya

- Identifikasi kemampuan
pasien beraktivitas

Terapeutik :

- Motivasi untuk
memulai/ melanjutkan
aktivitas fisik

Edukasi:

- Jelaskan mamnfaat
aktivitas fisik

5.cara penyuntikan insulin dan kadar gula dalam darah

1. Lepaskan penutup pen

Jika Kamu menggunakan insulin intermediate-acting, Kamu perlu melakukan gerakan


menggulung pen terlebih dahulu di telapak tangan selama 15 detik agar tercampur.

2. Lepas kertas penutup pen dan penutup jarum

Selanjutnya, Kamu harus melepaskan kertas penutup insulin pen. Kemudian lepaskan penutup


jarum bagian luar dan penutup jarum sehingga jarum tampak. Jarum pada pen pun tersedia
dalam berbagai ukuran. Kamu perlu konsultasikan dengan apoteker atau dokter Kamu sebagai
saran penggunaan yang baik.

3. Cek pen, apakah sudah dapat mengeluarkan larutan insulin

Kamu perlu menyesuaikan pen dan jarum untuk akurasi sekaligus untuk mengukur dosis insulin
Kamu. Caranya dengan putar tombol pemilih dosis pada akhir pen. Kemudian
pegang pen dengan jarum mengarah ke atas. Tekan dosis kenop sepenuhnya sambil menonton
aliran insulin yang muncul. Ulangi, jika perlu, sampai insulin terlihat di ujung jarum. Kemudian
pengatur dosis harus kembali nol setelah menyelesaikan langkah ini.
4.Atur dosis Insulin yang akan Anda gunakan

Putar tombol dosis dalam keadaan "dial in" dosis insulin. Kamu akan menerima dosis insulin
sesuai dengan yang Kamu atur pada tombol dosis. Periksa juga jendela dosis untuk menjamin
dosis yang Kamu gunakan tepat

5.Pilih tempat yang akan diaplikasikan

Pilih tempat untuk pengaplikasian suntikan insulin. Perut adalah tempat pilihan yang tepat
antara bagian bawah tulang rusuk dan garis kemaluan, hindari 3-4 inci sekitar pusar. Posisi
bagian paha atas dan lengan belakang bagian atas  juga dapat digunakan.

6. Menyuntikkan insulin

1.Gunakan jari Kamu untuk menahan ujung pen.


2.Lakukan gerakan mencubit dan menarik pada kulit dengan tangan Kamu.
3.Suntikan dengan cepat untuk memasukkan jarum pada sudut 90 derajat dan lepaskan
cubitan.
4.Gunakan ibu jari Kamu untuk menekan pada tombol dosis sampai berhenti (jendela dosis
akan kembali nol). Biarkan pen  dalam keadaan menancap selama 5-10 detik untuk
membantu mencegah insulin bocor dari tempat injeksi. Kemudian tarik pen jarum dari kulit
dan hindari memijat daerah tersebut. Setetes darah atau memar tentu akan muncul namun
tidak masalah Kamu cukup mengusapnya dengan tisu atau kapas.

7. Persiapan kembali insulin pen untuk penggunaan mendatang

Posisikan kembali pen Kamu seperti kondisi awal kemudian simpan dalam tempat yang bersih
dan kering. Dan jangan lupa siapkan selalu peralatan ini agar Kamu kapanpun dibutuhkan
sudah siap. Setelah mengetahui cara menggunakan insulin pen di atas, Kamu sebaiknya bisa
menjadi lebih paham lagi, ya! Sebelum menggunakannya tidak ada salahnya untuk melakukan
konsultasi ke dokter terlebih dahulu

6.Jenis – jenis Insulin

1. Rapid-acting insulin

Rapid-acting insulin bekerja sangat cepat dalam menurunkan kadar gula darah tubuh.
Biasanya, suntikan insulin ini digunakan 15 menit sebelum makan.

Beberapa contoh rapid-acting insulin, antara lain:


 Insulin lispro (Humalog): injeksi insulin yang hanya membutuhkan waktu sekitar 15-30
menit untuk mencapai pembuluh darah dan mampu menurunkan kadar gula darah
dalam 30-60 menit. Dapat menjaga gula darah normal selama 3-5 jam.

 Insulin Aspart (Novolog): suntikan insulin yang hanya membutuhkan waktu 10-20 untuk


masuk ke pembuluh darah dan dapat menurunkan kadar gula darah dalam 40-50 menit.
Suntik insulin jenis ini dapat mempertahankan kadar gula darah normal selama 3-5 jam.

 Insulin glulisine (Apidra): obat insulin yang memerlukan waktu selama 20-30 menit untuk
sampai ke pembuluh darah dan mampu menurunkan darah hanya dalam waktu 30-90
menit. Insulin ini mampu mempertahankan kadar gula darah antara 1-2,5 jam.

2. Insulin reguler (short-acting insulin)

Insulin reguler juga mampu menurunkan kadar gula darah dengan cepat, meskipun tak secepat
insulin rapid-acting. Biasanya, suntikan insulin ini diberikan 30-60 menit sebelum makan.

Novolin adalah salah satu merek insulin reguler. Obat ini mampu mencapai pembuluh darah
dalam waktu 30-60 menit, bekerja dengan cepat dengan menghabiskan waktu 2-5 jam. Novolin
mampu mempertahankan kadar gula darah selama 5-8 jam.

3. Intermediate acting insulin

Intermediate acting insulin adalah jenis suntik insulin yang waktu kerjanya menengah. Jenis
insulin ini memakan waktu 1-3 jam untuk mulai bekerja. Kerja optimal insulin untuk diabetes ini
adalah selama 8 jam, tapi bisa mempertahankan kondisi gula darah selama 12-16 jam.

4. Long-acting insulin

Long-acting insulin juga disebut insulin kerja panjang. Jenis insulin ini dapat bekerja seharian.
Itu sebabnya, suntikan insulin ini lebih banyak digunakan ketika malam hari dan hanya
digunakan satu kali saja sehari.

Biasanya, insulin long-acting akan dikombinasikan dengan insulin jenis rapid-acting atau short-


acting.Beberapa contoh long-acting insulin, antara lain:

 Insulin glargine (Lantus, Toujeo), mampu mencapai pembuluh darah dalam 1-1,5 jam dan
mempertahankan kadar gula darah selama kurang lebih 20 jam.

 Insulin detemir (Levemir), mencapai pembuluh darah sekitar 1-2 jam dan bekerja selama
24 jam.

 Insulin degludec (Tresiba), masuk ke dalam pembuluh darah dalam waktu 30-90 menit
dan bekerja selama 42 jam.

Anda mungkin juga menyukai