UU 13/2003 dengan
UU Cipta Kerja – Bagian
Ketenagakerjaan
Dr.HIMAWAN ESTU BAGIJO, SH, MH
KEPALA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
PROVINSI JAWA TIMUR
Oktober 2020
URGENSI U U C I PT A KERJA
4
Keterlibatan Publik d a la m Penyusunan U U Cipta Kerja
4
P R INSIP
UMUM
Dalam rangka penguatan
perlindungan kepada tenagakerja
dan meningkatkan peran dan
kesejahteraan pekerja/buruh
dalam mendukung ekosistem
investasi
PRINSIP U M U M
• Perjanjian Kerja
Tenaga KerjaAsing Waktu Tertentu
• Perizinan dibidang
PengenaanSanksi • Ketenagakerjaan
PELATIHAN KERJA
UU No. 13 Tahun 2003 UU Cipta Kerja
Pasal 14 PASAL 81
POIN 1 S/D 3
▪ Pelatihan kerja diselenggarakan oleh:
▪ Pelatihan kerja diselenggarakan oleh: a. lembaga pelatihan kerja pemerintah;
a. lembaga pelatihan kerja pemerintah; dan/atau b. lembaga pelatihan kerja swasta; atau
b. lembaga pelatihan kerja swasta. c. lembaga pelatihan kerja perusahaan.
12
ALIH DAYA (OUTSOURCING)
UU No. 13 Tahun 2003 UU Cipta Kerja
PASAL 64,65 DAN 66 PASAL 81
POIN 18 S/D 20
▪ Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan
lain harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : ▪ Mengenai Alih Daya/Outsourcing diatur:
a. dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama/ 1. Hubungan kerja pekerja dan vendor: PKWT/PKWTT
pokok dan bersifat penunjang; 2. Untuk PKWT, harus mensyaratkan pengalihan
b. tidak menghambat dan berhubungan dengan pelindungan hak-hak bagi pekerja apabila terjadi
proses produksi secara langsung; dan pergantian vendor dan sepanjang objek
c. dilakukan dengan perintah langsung atau tidak pekerjaannya tetap ada.
langsung dari pemberi pekerjaan. 3. Perusahaan Outsourcing wajib berbentuk badan
hukum dan memiliki izin berusaha.
▪ Terdapat sanksi bila pelaksanaan Outsourcing tidak 4. Perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat-syarat
sesuai normatif, maka hubungan kerja para pekerja kerja serta perselisihan yang timbul menjadi
vendor beralih menjadi hubungan kerja dengan tanggung jawab perusahaan alih daya.
pemberi kerja. 5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelindungan
pekerja/buruh dan Perizinan Berusaha diatur
dalam Peraturan Pemerintah.
13
WAKTU KERJA & WAKTU ISTIRAHAT
UU No. 13 Tahun 2003 UU Cipta Kerja
Pasal 77 sd 79 PASAL 81
POIN 21 S/D 23
▪ Jumlah waktu kerja lembur paling banyak 3 (tiga) jam ▪ Jumlah waktu kerja lembur meningkat menjadi paling
dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1 banyak 4 (empat) jam dalam 1 (satu) hari dan 18
(satu) minggu. (delapan belas) jam dalam 1 (satu) minggu
ketentuannya akan diatur dalam Peraturan
▪ Istirahat/Cuti panjang teknisnya diatur dalam Undang- Pemerintah..
Undang.
▪ Istirahat/Cuti Panjang diatur di Perjanjian
Kerja/Peraturan Perusahaan/PKB.
14
PENGUPAHAN (1)
UU No. 13 Tahun 2003 UU Cipta Kerja
PASAL 81
Pasal 88
POIN 24 S/D 36, POIN 45 Dan poin 68
▪ Upah minimum ditetapkan oleh Gubernur terdiri dari:
▪ Penetapan upah minimum oleh Gubernur:
a. upah minimum berdasarkan wilayah provinsi
a. Upah Minimum Provinsi (UMP) bersifat wajib; dan
atau kabupaten/kota;
b. Upah Minimum Kabupaten/ Kota (UMK) dapat
b. upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah
ditetapkan bila memenuhi syarat (pertumbuhan
provinsi atau kabupaten/kota.
ekonomi dan inflasi di Kab/Kota ybs)
▪ Tidak ada pengaturan mengenai upah di atas upah
▪ Tidak ada lagi UMSK
minimum.
▪ Upah Minimum berlaku untuk semua Pengusaha. ▪ Formula penghitungan upah minimum diatur dalam PP
turunan, memuat variabel pertumbuhan ekonomi atau
▪ Formula penghitungan upah minimum dalam PP inflasi.
turunan (78/2015), dengan penghitungan berdasarkan ▪ Bagi usaha mikro dan kecil berlaku upah berdasarkan
inflasi dan PDB Nasional. kesepakatan antara pengusaha dan pekerja, sekurang
kurangnya sebesar persentase tertentu dari rata-rata
konsumsi masyarakat.
15
PENGUPAHAN (2)
UU No. 13 Tahun 2003 UU Cipta Kerja
▪ Struktur skala upah dalam aturan turunan UU 13/2003 ▪ Struktur skala upah dalam Undang-Undang wajib
(Permenaker 1/2017) wajib disusun oleh Pengusaha. disusun oleh Pengusaha
▪ Terdapat pengaturan detail mengenai upah tetap ▪ Pengaturan mengenai upah tetap dibayar meskipun
dibayar meskipun pekerja tidak melakukan pekerjaan, pekerja tidak melakukan pekerjaan, seperti: sakit, haid,
seperti: sakit, haid, tugas negara, ibadah, urusan tugas negara, ibadah, urusan keluarga, tugas serikat,
keluarga, tugas serikat, dan pendidikan dari dan pendidikan dari perusahaan) tidak diubah dalam
perusahaan) UU Ciptaker (berlaku pengaturan seperti sebelumnya).
16
PHK & PESANGON
17
SANKSI
UU No. 13 Tahun 2003 UU Cipta Kerja
Pasal 184 sd 186 PASAL 81
POIN 63 S/D 67
▪ Terdapat pelanggaran yang bersifat administratif,
namun dikenakan sanksi Pidana, misalnya:
a. pelaksana penempatan tenaga kerja ▪ Untuk pelanggaran yang bersifat administratif, diubah
b. pelaksana penempatan tenaga kerja dari dikenakan sanksi pidana menjadi dikenakan sanksi
c. Pembuatan surat pengangkatan karyawan tetap administratif, seperti:
d. pemberitahuan dan penjelasan isi serta a. pelaksana penempatan tenaga kerja
pemberian naskah peraturan Perusahaan; b. pelaksana penempatan tenaga kerja
e. dsb. c. Pembuatan surat pengangkatan karyawan tetap
d. pemberitahuan dan penjelasan isi serta
pemberian naskah peraturan Perusahaan;
e. dsb.
18
JAMINAN SOSIAL
UU 40/2004 tentang SJSN dan UU Cipta Kerja
UU 24/2011 tentang BPJS PASAL 82
POIN 1 S/D 2
▪ Tidak adanya Jaminan Kehilangan Pekerjaan, hanya ▪ Terdapat penambahan program baru yang
terdapat: diselenggarakan oleh BP Jamsostek dan Pemerintah,
a. Jaminan Kesehatan yakni Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP).
b. Jaminan Kecelakaan Kerja;
▪ JKP diselenggarakan berdasarkan prinsip asuransi sosial
c. Jaminan Kematian;
dengan tujuan untuk mempertahankan derajat
d. Jaminan Hari Tua; dan
kehidupan yang layak pada saat pekerja/buruh
e. Jaminan Pensiun
kehilangan pekerjaan.
▪ Sumber pendanaan JKP berasal dari:
a. modal awal pemerintah;
b. rekomposisi iuran program jaminan sosial; dan/atau
c. dana operasional BPJS Ketenagakerjaan.
▪ Manfaat jaminan kehilangan pekerjaan berupa uang
tunai, akses informasi pasar kerja dan pelatihan kerja.
19
PEKERJA MIGRAN
UU No. 18 Tahun 2017 UU Cipta Kerja
Pasal 84
▪ Surat Izin Perusahaan Penempatan Pekerja Migran
Indonesia (SIP3MI) mengacu pada Undang-Undang ▪ SIP3MI dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun
Nomor 18 Tahun 2017 tentang Pelindungan Pekerja 2017 tentang Pelindungan Pekerja Migran Indonesia
Migran Indonesia. menyesuaikan dengan ketentuan mengenai
Perizinan Berusaha.
▪ Perusahaan yang akan menjadi Perusahaan
Penempatan Pekerja Migran Indonesia wajib mendapat ▪ Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia
izin tertulis berupa SIP3MI dari Menteri. wajib memiliki izin yang memenuhi Perizinan
Berusaha dan diterbitkan oleh Pemerintah Pusat.
▪ Kantor cabang Perusahaan Penempatan Pekerja
Migran Indonesia wajib terdaftar di Pemerintah
▪ Kantor cabang Perusahaan Penempatan Pekerja
Daerah provinsi.
Migran Indonesia wajib memenuhi Perizinan
Berusaha yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota.
20
T E R IM A K A S I H