Anda di halaman 1dari 21

Resume Perbandingan

UU 13/2003 dengan
UU Cipta Kerja – Bagian
Ketenagakerjaan
Dr.HIMAWAN ESTU BAGIJO, SH, MH
KEPALA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
PROVINSI JAWA TIMUR

Oktober 2020
URGENSI U U C I PT A KERJA

Jika hal ini tidak dilakukan,


maka akan terjadi:
Lapangan kerja akan pindah ke
negara lain yang lebih kompetitif

Daya saing pencari kerja relatif


rendah dibanding negara lain

Penduduk yang tidak atau belum


bekerja akan semakin tinggi

Indonesia terjebak dalam middle


income trap
S A S A RA N U U C I PT A K E R J A

Bagi Tenaga Bagi Bagi


Kerja Belum Pekerja/Buruh Pekerja/Buruh
Bekerja Existing Yang Mengalami
PHK
Terbuka kesempatan Kelangsungan bekerja
kerja yang lebihluas dan peningkatan Peningkatan perlindungan
perlindungan hak dalam hal terjadi PHK
pekerja/buruh
K e t e r l i b a t a n P u b l i k d a la m P e n y u s u n a n
U U Cipta Kerja

• Proses penyusunan UU Cipta Kerja telah melibatkan


partisipasi publik baik dari unsur pekerja/buruh yang
diwakili Serikat Pekerja/Serikat Buruh, Pengusaha,
Kementerian/Lembaga, Praktisi, Akademisi, serta
lembaga/organisasi lainnya.

• Rumusan klaster ketenagakerjaan yang ada dalam UU Cipta


Kerja merupakan intisari dari hasil kajian ahli, FGD, Rembug
Tripartit (unsur Pemerintah, Pekerja/Buruh, dan Pengusaha).

4
Keterlibatan Publik d a la m Penyusunan U U Cipta Kerja

• Pembahasan UU Cipta Kerja di DPR dilakukan sebanyak 64


kali terdiri dari 2 kali Rapat Kerja, 56 kali Rapat Panja, 6 kali
Rapat Tim Perumus, dan Tim Sinkronisasi.

• Pembahasan Daftar Inventarisasi Masalah (DIM),


dilakukan oleh Panja secara intensif dengan tetap
menggunakan prinsip musyawarah untuk mufakat,
dimulai dari 20 April 2020.

• Proses pembahasan UU Cipta Kerja antara Pemerintah


dan DPR berjalansecara transparan dan disiarkan
melalui kanal-kanal media sosial yang tersedia

• UU Cipta Kerja disahkan menjadi Undang-Undang pada


tanggal 2 November 2020

4
P R INSIP
UMUM
Dalam rangka penguatan
perlindungan kepada tenagakerja
dan meningkatkan peran dan
kesejahteraan pekerja/buruh
dalam mendukung ekosistem
investasi
PRINSIP U M U M

Penyusunan Ketentuan mengenai


ketentuan klaster sanksi Ketenagakerjaan
ketenagakerjaan dikembalikan Kepada UU
13/ 2003 dengan
memperhatikan hasil penyesuaian ketentuan
putusan Mahkamah sanksi di bidang
Konstitusi atas uji perizinan & putusan
materi UU 13/2003. mahkamah konstitusi
P E M B E N A HA N UU SEBELUMNYA

• Dalam klaster ketenagakerjaan, UU CIPTA KERJA


mengubah, menghapus dan menetapkan
pengaturan baru terhadap beberapa ketentuan
yang diatur sebelumnya dalam 4Undang-Undang,
yaitu:
• Pasal 81 UU CIKA terkait perubahan UU 13/2003
tentang Ketenagakerjaan;
• Pasal 82 UU CIKA terkait perubahan UU 40/2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional;
• Pasal 83 UU CIKA terkait perubahan UU 24/2011
tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;
• Pasal 84 UU CIKA terkait perubahan UU 18/2017
tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia
S u b s t a n s i P o ko k K l a s t e r K e t e n a g a k e r j a a n

• Perjanjian Kerja
Tenaga KerjaAsing Waktu Tertentu

Alih Daya • Waktu Kerjadan


Waktu Istirahat

Upah Minimum • PHK, Pesangon,dan


JKP

• Perizinan dibidang
PengenaanSanksi • Ketenagakerjaan
PELATIHAN KERJA
UU No. 13 Tahun 2003 UU Cipta Kerja
Pasal 14 PASAL 81
POIN 1 S/D 3
▪ Pelatihan kerja diselenggarakan oleh:
▪ Pelatihan kerja diselenggarakan oleh: a. lembaga pelatihan kerja pemerintah;
a. lembaga pelatihan kerja pemerintah; dan/atau b. lembaga pelatihan kerja swasta; atau
b. lembaga pelatihan kerja swasta. c. lembaga pelatihan kerja perusahaan.

▪ Lembaga pelatihan kerja swasta wajib memenuhi


▪ Lembaga pelatihan kerja swasta dapat berbentuk Perizinan Berusaha yang diterbitkan oleh Pemerintah
badan hukum Indonesia atau perorangan. Wajib Daerah Kabupaten/Kota. Untuk yang terdapat
memperoleh izin atau mendaftar ke instansi yang penyertaan modal asing, Perizinan Berusaha diterbitkan
bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan di oleh Pemerintah Pusat.
kabupaten/kota.
▪ Pelaksana penempatan tenaga kerja terdiri atas:
▪ Penempatan tenaga kerja oleh pelaksana dilakukan
a. instansi pemerintah yang bertanggung jawab di
dengan memberikan pelayanan penempatan tenaga
bidang ketenagakerjaan; dan
kerja (tidak spesifik pemerintah atau swasta).
b. lembaga penempatan tenaga kerja swasta
(memperoleh izin usaha dari Pemerintah Pusat).
10
TENAGA KERJA ASING (TKA)
UU No. 13 Tahun 2003 UU Cipta Kerja
Pasal 42 PASAL 81
POIN 4 S/D 11
▪ Pemberi Kerja yang akan mempekerjakan TKA, ▪ Pemberi Kerja yang akan mempekerjakan TKA, wajib
(sebelum Perpres 20/2018 tentang Penggunaan TKA) memiliki pengesahan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja
wajib mengurus Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (RPTKA) oleh Pemerintah Pusat. (tidak perlu IMTA
Asing (IMTA) dan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja lagi)
Asing (RPTKA)
▪ Terdapat perluasan tidak berlakunya RPTKA. Selain
▪ Pengecualian izin TKA hanya bagi perwakilan negara perwakilan negara asing , juga tidak berlaku untuk:
asing yang mempergunakan tenaga kerja asing sebagai a. direksi atau komisaris dengan kepemilikan
pegawai diplomatik dan konsuler. saham tertentu atau pemegang saham sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
b. tenaga kerja asing yang dibutuhkan oleh Pemberi
Kerja pada jenis kegiatan produksi yang terhenti
karena keadaan darurat, vokasi, start-up
berbasis teknologi, kunjungan bisnis, dan
penelitian untuk jangka waktu tertentu.
11
PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT)
UU Cipta Kerja
UU No. 13 Tahun 2003
Pasal 56 sd 62 PASAL 81 POIN 12 S/D 17
▪ PKWT tetap dibuat untuk pekerjaan tertentu yang
▪ PKWT hanya dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya
yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan akan selesai dalam waktu tertentu.
pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu.
▪ pengaturan lebih lanjut mengenai jenis, sifat,
▪ Jangka Waktu PKWT terbatas, untuk PKWT pertama kegiatan dan waktu dalam PKWT Akan diatur
maksimal 2 tahun, perpanjangan maksimal 1 tahun dengan PP.
atau Pembaruan maksimal 2 tahun setelah jeda lebih
dari 30 hari. ▪ Adanya kewajiban pemberian uang kompensasi
setiap berakhirnya PKWT sesuai dengan masa kerja
▪ Berakhirnya PKWT tidak adanya kewajiban pemberian pekerja/buruh di perusahaan yang bersangkutan.
uang kompensasi. Besarannya akan diatur lebih lanjut dalam PP.

12
ALIH DAYA (OUTSOURCING)
UU No. 13 Tahun 2003 UU Cipta Kerja
PASAL 64,65 DAN 66 PASAL 81
POIN 18 S/D 20
▪ Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan
lain harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : ▪ Mengenai Alih Daya/Outsourcing diatur:
a. dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama/ 1. Hubungan kerja pekerja dan vendor: PKWT/PKWTT
pokok dan bersifat penunjang; 2. Untuk PKWT, harus mensyaratkan pengalihan
b. tidak menghambat dan berhubungan dengan pelindungan hak-hak bagi pekerja apabila terjadi
proses produksi secara langsung; dan pergantian vendor dan sepanjang objek
c. dilakukan dengan perintah langsung atau tidak pekerjaannya tetap ada.
langsung dari pemberi pekerjaan. 3. Perusahaan Outsourcing wajib berbentuk badan
hukum dan memiliki izin berusaha.
▪ Terdapat sanksi bila pelaksanaan Outsourcing tidak 4. Perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat-syarat
sesuai normatif, maka hubungan kerja para pekerja kerja serta perselisihan yang timbul menjadi
vendor beralih menjadi hubungan kerja dengan tanggung jawab perusahaan alih daya.
pemberi kerja. 5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelindungan
pekerja/buruh dan Perizinan Berusaha diatur
dalam Peraturan Pemerintah.

13
WAKTU KERJA & WAKTU ISTIRAHAT
UU No. 13 Tahun 2003 UU Cipta Kerja
Pasal 77 sd 79 PASAL 81
POIN 21 S/D 23

▪ Waktu Kerja, meliputi: ▪ Waktu Kerja tetap sama, meliputi:


a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam
jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1
dalam 1 (satu) minggu; atau (satu) minggu; atau
b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh)
jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1
1 (satu) minggu. (satu) minggu.

▪ Jumlah waktu kerja lembur paling banyak 3 (tiga) jam ▪ Jumlah waktu kerja lembur meningkat menjadi paling
dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1 banyak 4 (empat) jam dalam 1 (satu) hari dan 18
(satu) minggu. (delapan belas) jam dalam 1 (satu) minggu
ketentuannya akan diatur dalam Peraturan
▪ Istirahat/Cuti panjang teknisnya diatur dalam Undang- Pemerintah..
Undang.
▪ Istirahat/Cuti Panjang diatur di Perjanjian
Kerja/Peraturan Perusahaan/PKB.
14
PENGUPAHAN (1)
UU No. 13 Tahun 2003 UU Cipta Kerja
PASAL 81
Pasal 88
POIN 24 S/D 36, POIN 45 Dan poin 68
▪ Upah minimum ditetapkan oleh Gubernur terdiri dari:
▪ Penetapan upah minimum oleh Gubernur:
a. upah minimum berdasarkan wilayah provinsi
a. Upah Minimum Provinsi (UMP) bersifat wajib; dan
atau kabupaten/kota;
b. Upah Minimum Kabupaten/ Kota (UMK) dapat
b. upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah
ditetapkan bila memenuhi syarat (pertumbuhan
provinsi atau kabupaten/kota.
ekonomi dan inflasi di Kab/Kota ybs)
▪ Tidak ada pengaturan mengenai upah di atas upah
▪ Tidak ada lagi UMSK
minimum.

▪ Upah Minimum berlaku untuk semua Pengusaha. ▪ Formula penghitungan upah minimum diatur dalam PP
turunan, memuat variabel pertumbuhan ekonomi atau
▪ Formula penghitungan upah minimum dalam PP inflasi.
turunan (78/2015), dengan penghitungan berdasarkan ▪ Bagi usaha mikro dan kecil berlaku upah berdasarkan
inflasi dan PDB Nasional. kesepakatan antara pengusaha dan pekerja, sekurang
kurangnya sebesar persentase tertentu dari rata-rata
konsumsi masyarakat.

15
PENGUPAHAN (2)
UU No. 13 Tahun 2003 UU Cipta Kerja

▪ Struktur skala upah dalam aturan turunan UU 13/2003 ▪ Struktur skala upah dalam Undang-Undang wajib
(Permenaker 1/2017) wajib disusun oleh Pengusaha. disusun oleh Pengusaha

▪ Terdapat pengaturan detail mengenai upah tetap ▪ Pengaturan mengenai upah tetap dibayar meskipun
dibayar meskipun pekerja tidak melakukan pekerjaan, pekerja tidak melakukan pekerjaan, seperti: sakit, haid,
seperti: sakit, haid, tugas negara, ibadah, urusan tugas negara, ibadah, urusan keluarga, tugas serikat,
keluarga, tugas serikat, dan pendidikan dari dan pendidikan dari perusahaan) tidak diubah dalam
perusahaan) UU Ciptaker (berlaku pengaturan seperti sebelumnya).

▪ Untuk pertama kali Upah Minimum yang berlaku, yaitu


upah minimum yang telah ditetapkan berdasarkan
Peraturan Pelaksanaa UU 13 Tahun 2003

16
PHK & PESANGON

UU No. 13 Tahun 2003 UU Cipta Kerja


Pasal 151 sd 156 PASAL 81
POIN 37 S/D 44, Poin 46 s/d 62
▪ Alasan PHK diatur dengan detail dalam UU, dan untuk
setiap alasan PHK mendapatkan uang kompensasi yang ▪ UU hanya mengatur hal-hal pokok terkait alasan PHK.
berbeda-beda. Sedangkan hal-hal teknis, termasuk tata cara PHK dan
besaran kompensasi PHK diatur dalam Peraturan
▪ Nilai Kompensasi dasar PHK:
Pemerintah.
a. Pesangon 9x upah;
b. Penghargaan masa kerja maksimal 10x upah; ▪ Nilai Kompensasi PHK dasar:
dan a. Pesangon 9x upah;
c. uang penggantian hak diatur detail dalam UU. b. Penghargaan masa kerja maksimal 10x upah; dan
berbeda jenis PHK, berbeda besaran c. uang penggantian hak tetap diatur detail dalam
Kelipatan kompensasi PHK-nya (maks. 2x lipat). UU (namun dihapus uang penggantian
perumahan serta pengobatan dan perawatan
yang besarnya 15% dari kompensasi PHK)
tidak diatur berapa kali lipat kompensasi PHK-nya.

17
SANKSI
UU No. 13 Tahun 2003 UU Cipta Kerja
Pasal 184 sd 186 PASAL 81
POIN 63 S/D 67
▪ Terdapat pelanggaran yang bersifat administratif,
namun dikenakan sanksi Pidana, misalnya:
a. pelaksana penempatan tenaga kerja ▪ Untuk pelanggaran yang bersifat administratif, diubah
b. pelaksana penempatan tenaga kerja dari dikenakan sanksi pidana menjadi dikenakan sanksi
c. Pembuatan surat pengangkatan karyawan tetap administratif, seperti:
d. pemberitahuan dan penjelasan isi serta a. pelaksana penempatan tenaga kerja
pemberian naskah peraturan Perusahaan; b. pelaksana penempatan tenaga kerja
e. dsb. c. Pembuatan surat pengangkatan karyawan tetap
d. pemberitahuan dan penjelasan isi serta
pemberian naskah peraturan Perusahaan;
e. dsb.

Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi administratif


diatur dalam Peraturan Pemerintah.

18
JAMINAN SOSIAL
UU 40/2004 tentang SJSN dan UU Cipta Kerja
UU 24/2011 tentang BPJS PASAL 82
POIN 1 S/D 2
▪ Tidak adanya Jaminan Kehilangan Pekerjaan, hanya ▪ Terdapat penambahan program baru yang
terdapat: diselenggarakan oleh BP Jamsostek dan Pemerintah,
a. Jaminan Kesehatan yakni Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP).
b. Jaminan Kecelakaan Kerja;
▪ JKP diselenggarakan berdasarkan prinsip asuransi sosial
c. Jaminan Kematian;
dengan tujuan untuk mempertahankan derajat
d. Jaminan Hari Tua; dan
kehidupan yang layak pada saat pekerja/buruh
e. Jaminan Pensiun
kehilangan pekerjaan.
▪ Sumber pendanaan JKP berasal dari:
a. modal awal pemerintah;
b. rekomposisi iuran program jaminan sosial; dan/atau
c. dana operasional BPJS Ketenagakerjaan.
▪ Manfaat jaminan kehilangan pekerjaan berupa uang
tunai, akses informasi pasar kerja dan pelatihan kerja.

19
PEKERJA MIGRAN
UU No. 18 Tahun 2017 UU Cipta Kerja
Pasal 84
▪ Surat Izin Perusahaan Penempatan Pekerja Migran
Indonesia (SIP3MI) mengacu pada Undang-Undang ▪ SIP3MI dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun
Nomor 18 Tahun 2017 tentang Pelindungan Pekerja 2017 tentang Pelindungan Pekerja Migran Indonesia
Migran Indonesia. menyesuaikan dengan ketentuan mengenai
Perizinan Berusaha.
▪ Perusahaan yang akan menjadi Perusahaan
Penempatan Pekerja Migran Indonesia wajib mendapat ▪ Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia
izin tertulis berupa SIP3MI dari Menteri. wajib memiliki izin yang memenuhi Perizinan
Berusaha dan diterbitkan oleh Pemerintah Pusat.
▪ Kantor cabang Perusahaan Penempatan Pekerja
Migran Indonesia wajib terdaftar di Pemerintah
▪ Kantor cabang Perusahaan Penempatan Pekerja
Daerah provinsi.
Migran Indonesia wajib memenuhi Perizinan
Berusaha yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota.

20
T E R IM A K A S I H

Anda mungkin juga menyukai