Anda di halaman 1dari 9

HABITAT, 30 (1), 2019, 35-43

DOI: 10.21776/ub.habitat.2019.030.1.5

Studi Pembiayaan Mikro Petani Dalam Pengambilan Keputusan Untuk


Kredit Formal dan Kredit Nonformal
Studi of Microfinance Farmer to Make Decision for Formal Credit and
Nonformal Credit
Destyana Ellingga Pratiwi1*, Mas Ayu Ambayoen2, Andrean Eka Hardana2
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Jalan Veteran 65145,
Malang, Jawa Timur, Indonesia
Received: 28 February 2019; Revised: 4 March 2019; Accepted: 28 March 2019
ABSTRAK
Akses terhadap sumber-sumber permodalan masih menjadi masalah utama yang dihadapi oleh petani-
petani di Indonesia yang mayoritas memiliki lahan yang sempit dan dianggap tidak bankable oleh
lembaga keuangan pemberi kredit. Oleh karena itu, penelitian ini berfokus pada pengaruh akses
pembiayaan mikro terhadap peningkatan kesejahteraan petani dengan mengamati perilaku petani dalam
menggunakan modal yang diterimanya. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) mengidentifikasi
pelaksanaan pembiayaan mikro oleh petani hortikultura di Jawa Timur 2) menganalisis faktor-faktor
apakah yang dipertimbangkan petani hortikultura di Jawa Timur dalam memilih lembaga keuangan.
Metode penentuan lokasi penelitian dilaksanakan di dua lokasi yaitu Desa Wonomulyo Kecamatan
Poncokusumo, Kabupaten Malang dan Desa Ngadirejo Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto. Kedua
lokasi dipilih karena merupakan sentra produksi hortikutura di Jawa Timur. Penentuan sampel yang akan
digunakan berdasarkan rumus Slovin dengan metode sampel bertingkat proposional. Total sampel pada
penelitian ini sejumlah 160 petani. Untuk menjawab permasalahan tersebut digunakan analisis deskriptif
dan analisis regresi logistik (logit). Lembaga keuangan formal mencakup bank pemerintah dan bank
swasta. Sedangkan lembaga informal yang melaksanakan penyaluran dana kredit mikro adalah pihak
swasta atau lembaga-lembaga berasal dari lingkungan petani itu sendiri. Mayoritas petani secara umum
mengetahui bahwa tingkat bunga sumber pembiayaan formal memang lebih rendah, namun prosedur
administrasi dinilai sulit. Berdasarkan hasil regresi untuk faktor yang mempengaruhi keputusan petani
dalam memilih pembiayaan mikro formal atau informal diantaranya pendidikan, lama usaha, dan bunga,
besar pinjaman.
Kata kunci: pembiayaan mikro; kredit formal; kredit nonformal; hortikultura
ABSTRACT
Access to capital sources is still the main problem faced by farmers in Indonesia, the majority of whom
have narrow land and was not considered bankable by financial institutions providing credit. Therefore,
this study focuses on the effect of microfinance access on improving farmers 'welfare by observing
farmers' behavior in using the capital they receive. The purpose of this study were 1) Identify the
implementation of microfinance by horticultural farmers in East Java 2) Analyze the factors that
influence the decision of horticultural farmers in East Java to choose finance institutions. The method of
determining the location of the research was carried out in two locations, namely (a) Wonomulyo Village,
Poncokusumo Subdistrict, Malang Regency, dan (b) Pacet Village, Pacet Subdistrict, Mojokerto Regency.
Both of these locations were chosen purposively because they were the centers producing vegetables in
East Java with the most financial institutions. Determination of the number of samples in this study was
carried out using the Slovin formula using proportional stratified sampling method. The total sample in
this study was 160 farmers. To answer these problems descriptive analysis, logistic regression analysis
(logit) was used. Formal institutions assigned to channel the funds include government banks and private
banks. Informal institutions that carry out the distribution of micro-credit funds are the private sector or
institutions from the farmers themselves. The majority of farmers generally know that the level of formal
financing sources is indeed lower, but administrative procedures are considered difficult. Based on the
results of logistic regression analysis for the factors that influence the decisions of Horticulture farmers
in East Java to credit access, including education, length of business, interest rate, and loan quantity.
Keywords: microfinance; formal credit; nonformal credit; horticulture
Available online at HABITAT website: http://www.habitat.ub.ac.id
ISSN: 0853-5167 (p); 2338-2007 (e)
HABITAT, 30 (1), 2019 36

How to cite:
Pratiwi, D. E., Ambayoen, M. A., & Hardana, A. E. (2019). Studi Pembiayaan Mikro Petani Dalam
Pengambilan Keputusan Untuk Kredit Formal dan Kredit Nonformal. HABITAT, 30(1), 35–43.
https://doi.org/10.21776/ub.habitat.2019.030.1.5

1. Pendahuluan berhubungan dengan kredit mikro lebih banyak


menyoroti tentang efektivitas program kredit
Permodalan merupakan salah satu faktor
dalam penanggulangan kemiskinan serta perilaku
produksi penting dalam usaha pertanian. Namun,
rumah tangga dan perusahaan, seperti konsumsi
dalam operasional usahanya tidak semua petani
per kapita, supply tenaga kerja, kinerja bisnis,
memiliki modal yang cukup. Aksesibilitas petani
dan bukti-bukti kesuksesan dari program
terhadap sumber-sumber permodalan masih
(Morduch, 1998; Madajewicz, 2003; McKernan,
sangat terbatas, terutama bagi petani-petani yang
2002). Sedangkan dalam penelitian ini akan lebih
menguasai lahan sempit yang merupakan
berfokus pada peningkatan kesejahteraan petani.
komunitas terbesar dari masyarakat pedesaan.
Hal ini berdasarkan pemikiran bahwa program
Dengan demikian, tidak jarang ditemui bahwa
pembiayaan dinilai efektif apabila mendukung
kekurangan biaya merupakan kendala yang
petani untuk melakukan akumulasi modal dan
menjadi penghambat bagi petani dalam
terjadi peningkatan kondisi sosial ekonominya.
mengelola dan mengembangkan usahatani.
Menurut Ahlin dan Jiang (2008), kunci sukses
Pembiayaan usaha di sektor pertanian yang
dari pembiayaan mikro dalam jangka panjang
ada saat ini, hampir semua berbasis perhitungan
adalah mengusahakan akumulasi pengembalian
bunga (Ashari dan Saptana, 2005). Pihak
(return). Oleh karenanya dalam penelitian ini
perbankan umumnya menunjukkan kekurang-
akan lebih difokuskan pada keputusan petani
tertarikan untuk membiayai sektor pertanian yang
dalam mengambil keputusan mengambil kredit,
dipandang beresiko tinggi, baik karena gangguan
pola penggunaan kredit tersebut dan
alam seperti banjir dan kekeringan, serangan
efektivitasnya terhadap peningkatan
hama dan penyakit tanaman, maupun fluktasi
kesejahteraan petani. Hasil penelitian ini
harga output. Kondisi minimnya pembiayaan
diharapkan dapat membantu pihak perbankan
bank untuk sektor pertanian karena kurang
maupun pemerintah dalam merumuskan model
cocoknya karakteristik usaha disektor ini dengan
program kredit pertanian (formal) di masa depan.
usaha diperbankan.
Sehingga program kredit tersebut dapat tepat
Menurut Indiastuti (2005) disebabkan oleh:
sasaran dan sesuai dengan kebutuhan petani,
(a) Pengalaman dan trauma beberapa bank
sehingga efektif dalam meningkatkan
menghadapi kenyataan kredit bermasalah
kesejahteraan petani melalui akumulasi modal
sewaktu pengucuran kredit; (b) Aturan BI yang
(return). Dalam jangka panjang, diharapkan
cukup ketat agar bank prudent dalam penyaluran
petani dapat mandiri secara permodalan dan tidak
dana; serta (c) Banyak bank (khususnya bank
lagi terjebak dalam hutang pada lembaga-
besar) yang tidak memiliki pengalaman
lembaga nonformal yang justru memberatkan
menyalurkan kredit mikro. Sehingga sumber
petani karena memberikan bunga pinjaman yang
permodalan informal seringkali menjadi opsi lain
tinggi.
bagi petani untuk mendapatkan pinjaman modal
Jawa Timur merupakan salah satu sentra
karena prosedur pengajuan yang lebih mudah.
pertanian penting di Indonesia karena 6%
Pemerintah telah berupaya membantu
penduduknya bekerja di sector pertanian
meringankan beban permodalan petani dengan
(Kominfo Jatim, 2017). Besarnya potensi ini
menetapkan berbagai skim pembiayaan yang
menjadikan perilaku petani di daerah ini cukup
mudah diakses oleh petani kecil. Kebijakan ini
merepresentasikan perilaku petani di Indonesia
diharapkan dapat memberikan dampak positif
secara umum. Sedangkan sub sektor tanaman
bagi perkembangan usahatani petani kecil di
hortikultura, khususnya sayuran, merupakan sub
Indonesia.
sektor dengan pertumbuhan kontribusi sektoral
Penelitian-penelitian terdahulu yang
(terhadap PDB Indonesia) tertinggi kedua setelah
------------------------------------------------------------------ tanaman perkebunan (Pusdatin, 2015). Oleh
* karenanya, penelitian ini difokuskan pada petani
Penulis korespondensi
hortikultura di Jawa Timur. Berdasarkan fakta
E-mail: destyana.ub@gmail.com
tersebut, maka tujuan penelitian yaitu 1)
Available online at HABITAT website: http://www.habitat.ub.ac.id
ISSN: 0853-5167 (p); 2338-2007 (e)
HABITAT, 30 (1), 2019 37

Mendeskripsikan pelaksanaan kredit pertanian x2 = Pendidikan


oleh petani hortikultura di Jawa Timur; 2) x3 = Jumlah anggota keluarga
menganalisis faktor-faktor apakah yang x4 = Lama usahatani
mempengaruhi keputusan petani horikultura di x5 = Luas lahan
Jawa Timur dalam dalam memilih lembaga x6 = Status lahan
keuangan. x7 = Pendapatan usahatani
Variabel-variabel bebas dalam model
2. Metode Penelitian tersebut diukur berdasarkan nilai total skor dari
pengukuran masing-masing indikator yang
Pengumpulan data penelitian dilaksanakan dimiliki. Dengan demikian,
pada bulan juni hingga september 2018, didua
lokasi, yaitu: (a) Desa Wonomulyo, Kecamatan
Poncokusumo, Kabupaten Malang, dan (b) Desa
Pacet, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto. Karena probabilitas (P) harus terletak
Kedua lokasi ini dipilih secara purposive karena antara 0 dan 1, maka terdapat
merupakan sentra penghasil sayur mayur di jawa pembatasan: . Interpretasi pada
timur dengan lembaga keuangan terbanyak (BPS, model logit menunjukkan besarnya probabilitas
2017a; BPS, 2017b). Jumlah lembaga keuangan, petani yang memanfaatkan fintech yang
akses lokasi terhadap lembaga keuangan yang ditunjukkan oleh persamaan:
mudah, beragamnya komoditi sayuran, dan
tingginya potensi pengembangan komoditi
sayuran merupakan alasan pemilihan lokasi
penelitian.
Jumlah populasi rumah tangga petani
hortikultura di Desa Wonomulyo berjumlah 307,
dengan proporsi 95 petani bukan pengguna 3. Hasil dan Pembahasan
kredit, 70 petani pengguna kredit formal, dan 142 3.1. Pelaksanaan Microfinance Untuk
petani pengguna kredit nonformal, dimana Pertanian Oleh Petani Hortikultura di
dengan menggunakan rumus Slovin pada tingkat Jawa Timur
kesalahan 10%, maka diperoleh jumlah sampel
yang memenuhi syarat adalah 76 responden. Permodalan merupakan salah satu faktor
Sedangkan umlah populasi rumah tangga petani produksi penting dalam usahapertanian. Namun,
hortikultura di Desa Pacet berjumlah 530, dengan dalam operasional usahanya tidak semua petani
proporsi 175 petani bukan pengguna kredit, 165 memiliki modal yang cukup. Aksesibilitas petani
petani pengguna kredit formal, dan 191 petani terhadap sumber-sumber permodalan masih
pengguna kredit nonformal. Menggunakan rumus sangat terbatas, terutama bagi petani-petani yang
Slovin pada tingkat kesalahan 10%, maka menguasai lahan sempit yang merupakan
diperoleh jumlah sampel yang memenuhi syarat komunitas terbesar dari masyarakat pedesaan.
adalah 84 responden. Dengan demikian, tidak jarang ditemui bahwa
Analisis statistik deskriptif dalam kekurangan biaya merupakan kendala yang
penelitian ini digunakan untuk menggambarkan menjadi penghambat bagi petani dalam
pelaksanaan kredit pertanian oleh petani mengelola dan mengembangkan usahatani.
hortikultura di lokasi penelitian. Selain itu, Secara umum, kelembagaan ekonomi di
penelitian ini juga menggunakan analisa regresi dua desa sampel penelitian tidak berkembang
model logit yang diperlukan untuk menjawab baik akibat terlalu banyaknya campur tangan
faktor-faktor apakah yang mempengaruhi yang cenderung berlebihan dari sistem birokrasi
keputusan petani untuk menggunakan kredit dari pemerintah. Tindakan ini melumpuhkan sebagian
lembaga keuangan formal untuk permodalan kelembagaan lokal yang selama ini berkembang
usahataninya. Variabel yang digunakan dalam dan berperanan di masyarakat dalam pemerataan
model adalah sebagai berikut. pendapatan, termasuk kelembagaan pembiayaan
Y = 1, jika petani memanfaatkan salah satu kredit pertanian. Lemahnya peranan kelembagaan
usahatani pembiayaan pertanian tersebut membawa
Y = 0, jika petani tidak memanfaatkan salah satu konsekuensi semakin terbatasnya akses petani
kredit usahatani terhadap sumber-sumber pembiayaan. Disamping
x1 = Usia itu, campur tangan pemerintah yang berlebihan
Available online at HABITAT website: http://www.habitat.ub.ac.id
ISSN: 0853-5167 (p); 2338-2007 (e)
HABITAT, 30 (1), 2019 38

juga menciptakan kondisi informasi yang tidak pembiayaan sistem syariah belum diterapkan di
simetris antara sebagian besar masyarakat (dalam masyarakat pedesaan. Sumber permodalan yang
hal ini petani) dengan kelompok masyarakat berasal dari petani sendiri seringkali disisihkan
lainnya. Hal ini membawa implikasi yang luas dari hasil pertanian dan disimpan/ditabung dalam
berupa rendahnya aksesibilitas pelaku agribisnis bentuk hewan ternak atau perhiasan, dan dalam
terhadap sumberdaya modal, teknologi, bentuk-bentuk lain dengan pertimbangan bahwa
peningkatan kemampuan, informasi pasar dan jenis barang ini mudah untuk diuangkan.
lain sebagainya. Pada kenyataannya, hanya Sementara, alternatif sumber pembiayaan lain
sebagian kecil masyarakat pedesaan yang akses yaitu dengan cara meminjam pada lembaga
terhadap sumber-sumber permodalan yang pembiayaan yang ada juga dilakukan sesuai
disediakan. Padahal, akses terhadap kredit dengan aksesibilitas masing-masing petani.
permodalan merupakan hak dasar manusiayang Pembiayaan mikro pertanian di pedesaan
fundamental dalam meningkatkan usahanya, telah diaplikasikan dan disalurkan tidak hanya
pendapatannya dan kebutuhan dasarnya (Yunus melalui lembaga-lembaga formal tapi juga
dan Jolis, 2007). melalui lembaga informal. Lembaga formal yang
Di kedua desa yang diteliti, terdapat dua ditugasi menyalurkan dana tersebut antara
jenis pasar kredit atau pasar pembiayaan, yaitu lainbank-bank pemerintah dan bank swasta.
pasar pembiayaan formal dan pasar pembiayaan Sedangkan lembaga informal yang melaksanakan
informal. Pembiayaan formal (khususnya untuk penyaluran dana kredit mikro adalah pihak
kegiatan non program) beroperasi di pedesaan swasta atau lembagalembaga berasal dari
yang dalam mekanisme pengajuan dan lingkungan petani itu sendiri.Lembaga-lembaga
penyalurannya mengikuti mekanisme pasar. informal yang turut berperan antara lain
Artinya, kaidah-kaidah kelayakan diberlakukan pedagang input pertanian, pedagang hasil-hasil
secara formal, seperti tingkat bunga yang pertanian dan juga para pedagang yang berfungsi
dibebankan adalah tingkat bunga komersial dan kedua-duanya, yaitu pedagang input dan
dilayani oleh lembaga formal. Selain itu, masih pedagang output (Supandi dan Nurmanaf, 2006).
banyak lagi program-program serupa yang telah Sementara, menurut kebiasaan atau dari segi
diimplementasikan, termasuk program perilaku dan pola sikap masyarakat petani,
pembiayaan yang mendukung pengembangan mempunyai hutang bukanlah merupakan sesuatu
usaha pertanian di pedesaan. yang memalukan. Bahkan berhutang untuk
Pembiayaan mikro pertanian di pedesaan memenuhi keperluan pembiayaan usahatani
telah diaplikasikan dan disalurkan tidak hanya sudah merupakan hal yang biasa dilakukan.
melalui lembaga-lembaga formal tapi juga Aturan main pada skim pembiayaan formal
melalui lembaga informal. Lembaga formal yang bagi usaha pertanian bersifat rigid yang
ditugasi menyalurkan dana tersebut antara lain mengakibatkan petani dan masyarakat pedesaan
bank-bank pemerintah dan bank swasta. tidak mudah mengakses sumber-sumber
Sedangkan lembaga informal yang melaksanakan pembiayaan seperti ini. Kebijakan pembiayaan
penyaluran dana kredit mikro adalah pihak yang diharapkan untuk mendukung
swasta atau lembaga-lembaga berasal dari pengembangan usaha pertanian dirasakan sangat
lingkungan petani itu sendiri. lemah dan cenderung mengabaikan sektor ini.
Lembaga-lembaga informal yang turut Selama kurun waktu satu dasa warsa terakhir
berperan antara lain pedagang input pertanian, alokasi kredit yang disalurkan untuk sektor
pedagang hasil-hasil pertanian dan juga para pertanian sangat rendah dibandingkan dengan
pedagang yangberfungsi kedua-duanya, yaitu untuk sektor-sektor lain. Sistem perbankan
pedagang input dan pedagang output. Sementara, konvensional yang berlaku saat ini seakan-akan
menurut kebiasaan atau dari segi perilaku dan tidak tertarik terhadap sektor pertanian.
pola sikap masyarakat petani, mempunyai hutang Timpangnya alokasi kredit tersebut bukan
bukanlah merupakan sesuatu yang memalukan. semata-mata disebabkan rendahnya kemampuan
Bahkan berhutang untuk memenuhi keperluan sektor ini dalam hal mengembalikan kredit, tapi
pembiayaan usahatani sudah merupakan hal yang lebih disebabkan karena sangat rendah
biasa dilakukan. keberpihakan terhadap petani disamping aturan
Penerapan sistem bunga umumnya dapat main (kelembagaan) yang kaku.
diterima masyarakat karena dinilai sebagai Para petani beranggapan bahwa lembaga
pembayaran jasa pinjaman. Sedangkan lembaga ini memiliki prosedur administrasi sederhana,

Available online at HABITAT website: http://www.habitat.ub.ac.id


ISSN: 0853-5167 (p); 2338-2007 (e)
HABITAT, 30 (1), 2019 39

pencairan pinjaman cepat/tepat waktu sesuai a. Usia (X1)


kebutuhan tapi dengan tingkat bunga lebih tinggi. Nilai Wald pada variabel umur (0,473) <
Namun demikian, penilaian petani nilai χ2 tabel pada df 1 (3,841) dengan tingkat
terhadaptingkat bunga sangat relatif. Beberapa di kepercayaan 95%. Hal tersebut menunjukkan
antara mereka beranggapan bahwa dengan bahwa variabel umur tidak mampu menjelaskan
kesediaan memberikan pinjaman lebih diartikan pengambilan keputusan petani dalam
sebagai “bantuan” atau “pertolongan” terhadap menggunakan kredit. Nilai signifikansi variabel
mereka dalam mengatasi masalah pembiayaan umur adalah 0,492 > α = 0,05 sehingga dapat
usahatani (Hastuti, 2006). Sehingga tingkat dikatakan bahwa umur tidak memiliki pengaruh
bunga yang harus dibayar lebih tinggi dianggap yang signifikan terhadap pengambilan keputusan
sebagai balas jasa dan merupakan hal yang wajar petani dalam menggunakan kredit.
dan tidak memberatkan. Hal tersebut tidak sesuai dengan
Kasus di lokasi penelitian, mayoritas pernyataan Muhongayire (2012) yang
petani lebih akses terhadap lembaga informal. menyatakan bahwa umur dapat mencerminkan
Sangat sedikit petani yang memanfaatkan karakteristik yang berbeda dari seseorang dalam
lembaga pembiayaan formal dalam mendukung rangka kemampuan akses kredit. Orang yang
permodalan usahataninya. Di Kabupaten Malang, lebih tua memiliki lebih banyak pengalaman
walaupun jumlah petani yang memanfaatkan dalam kegiatan pembiayaan ekonomi dan
sumbersumber pembiayaan mikro formal memiliki tingkat kepercayaan yang lebih tinggi
terdapat dalam porsi yang relatif besar (terutama terhadap lembaga pemberi kredit (Gershon et al.,
pada BRI Unit Desa dan jasa pegadaian untuk 1988 dan Zeller et al., 2001). Orang muda belum
modal usahataninya) dari pada di Kabupaten memiliki kekayaan yang cukup dan
Mojokerto, namun jumlah petani yang membutuhkan lebih banyak dana untuk adopsi
menggunakan sumber dana informal juga teknologi baru (Nguyen, 2003).
terdapat dalam jumlah yang dominan.
b. Pendidikan
3.2. Analisis Faktor-faktor yang Pendidikan berpengaruh terhadap
Mempengaruhi Keputusan Petani keputusan petani dalam memilih jenis kredit
Hortikultura di Jawa Timur Dalam formal dan informal, karena nilai statistik uji
Mengakses Kredit Mikro Wald lebih besar daripadanilai chi-square tabel
pada df 1 (4,166 > 2,71) dengan taraf signifikansi
Berdasarkan hasil uji regresi logistik
10% (0,1). Hal ini menunjukkan bahwa
dengan menggunakan uji wald dan tingkat
pendidikan memberikan pengaruh parsial yang
signifikansi, didapatkan model regresi sebagai
signifikan terhadap pemilihan jenis kredit formal
berikut:
dan informal. Variabel pendidikan memiliki odds
ratio 1,271, yang menunjukkan bahwa peluang
untuk memilih jenis kredit formal yang
dipengaruhi oleh pendidikan 1,271 kali lebih
besar dibandingkan memilih jenis kredit
Dimana: informal.
x1 = Pemilihan Jenis Kredit (1 = Formal; 0 = Pendidikan mempunyai koefisien positif
Informal) (0,239), maka variabel pendidikan mempunyai
hubungan positif terhadap keputusan petani
x2 = Usia
dalam memilih jenis kredit formal dan informal.
x3 = Pendidikan Semakin tinggi tingkat pendidikan petani, maka
x4 = Jumlah Anggota kemampuan petani dalam memilih jenis kredit
x5 = Lama Usaha formal akan semakin meningkat. Variabel
x6= Besar Pinjaman pendidikan dalam penelitianNguyen (2003)
x7 = Bunga memiliki koefisien positif, dimana petani yang
x8 = Luas Lahan berpendidikan memiliki pemahaman yang lebih
x9 = Status Lahan baik tentang prosedur dan aturan perbankan
x10 = Pendapatan untuk memperoleh dan menggunakan produk dan
x11 = Variabel Acak layanan keuangan perbankan formal. Maka dari
Pembahasan Hasil Analisis Logit itu, orang yang berpendidikan lebih tinggi
memiliki tingkat kesadaran yang lebih tinggi
Available online at HABITAT website: http://www.habitat.ub.ac.id
ISSN: 0853-5167 (p); 2338-2007 (e)
HABITAT, 30 (1), 2019 40

tentang fasilitas kredit yang tersedia di daerah menurun. Semakin lama usaha tani, maka
mereka dan lebih banyak mencari. kemampuan petani dalam memilih jenis kredit
formal akan semakin menurun. Hal ini
c. Jumlah Anngota Keluarga
dikarenakan petani yang telah lama menjalankan
Jumlah anggota tidak berpengaruh
usaha tani, dianggap lebih mampu mengelola
terhadap keputusan petani dalam memilih jenis
usaha tani. Keuangan dan permodalan petani juga
kredit formal dan informal, karena nilai statistik
lebih stabil, sehingga akses terhadap kredit sudah
uji Wald lebih kecil daripadanilai chi-square
tidak diperlukan lagi (Wati, 2015).
tabel pada df 1 (2,684 < 2,71) dengan taraf
signifikansi 10% (0,1). Hal ini menunjukkan e. Besar Pinjaman
bahwa jumlah anggota tidak memberikan Besar pinjaman berpengaruh terhadap
pengaruh parsial yang signifikan terhadap keputusan petani dalam memilih jenis kredit,
pemilihan jenis kredit formal dan informal. Hal karena nilai statistik uji Wald lebih besar
tersebut bertentangan dengan Lemessa dan daripada nilai chi-square tabel pada df 1 (15,145
Gemechu (2016), yang menyatakan bahwa > 2,71) dengan taraf signifikansi 10% (0,1). Hal
jumlah anggota akan mempengaruhi keputusan ini menunjukkan bahwa besar pinjaman
petani dalam memilih jenis kredit formal dan memberikan pengaruh parsial yang signifikan
informal. Petanidenganjumlah anggota yang terhadap keputusan pemilihan jenis kredit formal
banyak dapat menggunakan lebih banyak modal dan informal. Variabel besar pinjaman memiliki
untuk tenaga kerja dan input pertanian lainnya. odds ratio 1,000, yang menunjukkan bahwa
Hal tersebut akan meningkatkan permintaan peluang untuk memilih jenis kredit formal yang
kredit kepada lembaga perkreditan formal dipengaruhi oleh besar pinjaman 1,000 kali lebih
maupun informal. besar dibandingkan memilih jenis kredit
Hasil uji regresi logistik menyatakan informal.
bahwa tidak terdapat hubungan antara jumlah Besar pinjaman mempunyai koefisien
anggota keluarga dengan keputusan petani dalam positif (0,000), maka variabel besar pinjaman
memilih jenis kredit formal dan informal. Hal memiliki hubungan positif terhadap keputusan
tersebut dikarenakan banyak faktor yang petani dalam memilih jenis kredit formal dan
mempengaruhi petani dalam mempengaruhi informal. Semakin besar pinjaman yang diambil,
kredit dan saling berhubungan satu sama lain. keputusan petani untuk mengambil kredit formal
Berdasarkan hasil lapang menyatakan bahwa akan semakin tinggi. Besar pinjaman yang tinggi
keputusan petani untuk menggunakan kredit tidak dapat disediakan oleh lembaga keuangan
didasarkan pada kepemilikan modal rumah informal, sehingga petani akan cenderung
tangga petani. memilih lembaga keuangan formal yang dapat
menyediakan kredit dalam jumlah yang besar.
d. Lama Usaha
Hal ini sejalan dengan penelitian Rahayu (2015)
Lama usaha berpengaruh terhadap
yang menyebutkan bahwa lembaga keuangan
keputusan petani dalam memilih jenis kredit
formal dapat memenuhi kebutuhan petani yang
formal dan informal, karena nilai statistik uji
membutuhkan dana atau kredit yang besar
Wald lebih besar daripada nilai chi-square tabel
dibandingkan dengan lembaga keuangan
pada df 1 (4,945 > 2,71) dengan taraf signifikansi
nonformal.
10% (0,1). Hal ini menunjukkan bahwa lama
usaha memberikan pengaruh parsial yang f. Bunga
signifikan terhadap pemilihan jenis kredit formal Bunga berpengaruh terhadap keputusan
dan informal. Variabel lama usaha memiliki odds petani dalam memilih jenis kredit formal dan
ratio 0,883, yang menunjukkan bahwa peluang informal, karena nilai statistik uji Wald lebih
untuk memilih jenis kredit formal yang besar daripada nilai chi-square tabel pada df 1
dipengaruhi oleh lama usaha 0,883 kali lebih (3,536 > 2,71) dengan taraf signifikansi 10%
besar dibandingkan memilih jenis kredit (0,1). Hal ini menunjukkan bahwa bunga
informal. memberikan pengaruh parsial yang signifikan
Lama usaha mempunyai koefisien negatif terhadap keputusan pemilihan jenis kredit formal
(-0,124), maka variabel lama usaha mempunyai dan informal. Variabel bunga memiliki odds ratio
hubungan negatif terhadap keputusan petani 1,030, yang menunjukkan bahwa peluang untuk
dalam memilih jenis kredit formal dan informal. memilih jenis kredit formal yang dipengaruhi
Semakin lama usaha yang dijalankan maka oleh bunga 1,030 kali lebih besar dibandingkan
pemilihan jenis kredit formal akan semakin memilih jenis kredit informal.
Available online at HABITAT website: http://www.habitat.ub.ac.id
ISSN: 0853-5167 (p); 2338-2007 (e)
HABITAT, 30 (1), 2019 41

Bunga mempunyai koefisien positif mengemukakan bahwa setiap peningkatan luas


(0,030), maka variabel bunga memiliki hubungan lahan usaha, semakin membuka peluang bagi
positif terhadap keputusan petani dalam memilih petani untuk mengakses kredit, karena ekspektasi
jenis kredit formal dan informal. Hal tersebut akan meningkatnya biaya operasional usaha tani,
sesuai dengan pernyataan Mohieldin and Write termasuk biaya input, tenaga kerja, dan biaya
(2000) yang menyatakan bahwa kredit formal perawatan.
sebagian besar diketahui digunakan untuk
h. Status Lahan
membiayai produksi dan suku bunga relatif
Status lahan tidak berpengaruh terhadap
rendah yang biasanya disubsidi oleh pemerintah.
keputusan petani dalam memilih jenis kredit
Suku bunga kredit non formal lebih tinggi dan
formal dan informal, karena nilai statistik uji
dicirikan oleh ketidakberaturan dalam banyak
Wald lebih kecil daripadaniai chi-square tabel
aspek. Lembaga keuangan nonformal bekerja
pada df 1 (0,189 < 2,71) dengan taraf signifikansi
spekulatif dan tidak ada peraturan dari
10% (0,1). Hal ini menunjukkan bahwa status
pemerintah. Kegiatan pada pasar kredit formal
lahan tidak memberikan pengaruh parsial yang
dikendalikan oleh pemerintah yang memberikan
signifikan terhadap pemilihan jenis kredit formal
arahan antara deposan dan pemberi kredit.
dan informal.Hasil penelitian ini tidak sejalan
Sebaliknya, untuk pasar kredit non formal, uang
dengan penelitian Afandi (2010) yang
dipinjam dari orang perorangan, rentenir
menyebutkan bahwa status kepemilikan lahan
profesional, pedagang, agen komisi, tuan tanah,
dapat dijadikan sebagai jaminan (collateral) yang
teman dan keluarga.
dapat diberikan oleh petani ketika mengakses
Hasil uji logistik menunjukkan hubungan
kredit. Berdasarkan hasil penelitian, status lahan
yang positif antara suku bunga dengan keputusan
tidak mempengaruhi petani dalam memilih jenis
petani untuk memilih jenis kredit dimana
kredit formal dan informal. Hal tersebut
semakin tinggi suku bunga maka semakin tinggi
dikarenakan didaerah penelitian kebanyakan
peluang petani untuk memilih jenis kredit formal.
lahan yang diusahakan bukan milik sendiri
Pham dan Lensink (2007) menyatakan bahwa
(sewa).
peminjaman kredit dari sumber formal dan
nonformal tergantung pada kemungkinan i. Pendapatan
keuntungan yang dapat dihasilkan dari Pendapatan tidak berpengaruh terhadap
penggunaan kredit. Hal tersebut dapat diartikan keputusan petani dalam memilih jenis kredit
apabila suku bunga yang diterapkan rendah maka formal dan informal, karena nilai statistik uji
keuntungan yang didapatkan akan tinggi karena Wald lebih kecil daripadanilai chi-square tabel
pembayarannya akan lebih rendah bila pada df 1 (0,359 < 2,71) dengan taraf signifikansi
dibandingkan dengan lembaga keuangan yang 10% (0,1). Hal ini menunjukkan bahwa
menerapkan suku bunga yang tinggi. pendapatan tidak memberikan pengaruh parsial
Muhongayire (2012) juga menyatakan bahwa yang signifikan terhadap pemilihan jenis kredit
suku bunga mempengaruhi petani dalam formal dan informal. Pendapatan dalam setiap
penggunaan sumber kredit. Hal tersebut juga musim selalu fluktuatif, tergantung keadaan
sesuai dengan hasil lapang yang sebagian besar pasar, kadang harga tinggi, kadang harga dapat
petani pengguna kredit formal menyatakan menjadi rendah, sehingga, pendapatan tidak dapat
bahwa alasan untuk menggunakan kredit formal dijadikan sebagai tolak ukur dalam memilih jenis
dikarenakana tingkat bunga sesuai dengan yang kredit formal dan informal (Afandi, 2010).
diharapkan oleh petani.
4. Kesimpulan
g. Luas Lahan
Luas lahan tidak berpengaruh terhadap Lembaga formal yang ditugasi
keputusan petani dalam memilih jenis kredit menyalurkan dana tersebut antara lain bank-bank
formal dan informal, karena nilai statistik uji pemerintah dan bank swasta. Sedangkan lembaga
Wald lebih kecil daripadanilai chi-square tabel informal yang melaksanakan penyaluran dana
pada df 1 (0,012 < 2,71) dengan taraf signifikansi kredit mikro adalah pihak swasta atau lembaga-
10% (0,1). Hal ini menunjukkan bahwa luas lembaga berasal dari lingkungan petani itu
lahan tidak memberikan pengaruh parsial yang sendiri. Analisis faktor-faktor yang
signifikan terhadap pemilihan jenis kredit formal mempengaruhi keputusan petani hortikultura di
dan informal. Hal ini tidak sejalan dengan hasil Jawa Timur dalam mengakses kredit formal dan
penelitian Ibrahim dan Bauer (2013) yang
Available online at HABITAT website: http://www.habitat.ub.ac.id
ISSN: 0853-5167 (p); 2338-2007 (e)
HABITAT, 30 (1), 2019 42

kredit nonformal diantaranya pendidikan, lama Madajewicz, M. (2003). Does the credit contract
usaha, bunga, dan besar pinjaman. matter? The impact of lending programs
on poverty in Bangladesh. Working Paper.
Ucapan Terima Kasih New York: Columbia University.
Ucapan terima kasih disampaikan tim McKernan, S. M. (2002). The impact of
penulis kepada Lembaga Penelitian dan microcredit programs on self employment
Pengabdian Masyarakat Universitas Brawijaya profits: Do noncredit program aspects
(LPPM-UB), atas dukungan dalam pelaksanaan matter?.The Review of Economics and
penelitian tentang pembiayaan mikro dalam Statistics, 84(1), 93–115.
Hibah Peneliti Pemula (HPP) tahun 2018.
Mohieldin, Mahmoud & Wright, Peter. 2000.
Formal and Informal Credit Markets in
Daftar Pustaka
Egypt. Economic Development and
Afandi, Pandi. 2010. Analisis Implementasi 5C Cultural Change (48) : 657-70.
Bank BPR Dalam Menentukan Kelayakan
Pemberian Kredit Pada Nasabah. Jurnal Muhongayire, Wivine. 2012. An Economic
Among Makarti Volume 3 Nomor 5 Assessment Of The Factors Influencing
Halaman 55-69. Smallholder Farmers’ Access To Formal
Credit: A Case Study Of Rwamagana
Ashari dan Saptana. (2005). Prospek Pembiayaan District, Rwanda. University Of Nairobi,
Syariah untuk Sektor Pertanian. Pusat Department Of Agricultural Economics
Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Faculty Of Agriculture.
Pertanian. Forum Penelitian
Agroekonomi. Vol 23, 2 Desember 2005: Morduch, J. (1998). Does microfinance really
132-147. help the poor? New evidence from flagship
programs in Bangladesh. NYU Wagner
Gershon, F., Onchan, T., And Raparla, T.,. Graduate School working paper.
(1988). Collateral, Guarantees And Rural
Credit In Developing Countries: Evidence Nguyen, Han, Brian H. Kleiner. (2003). The
From Asia. Agricultural Economics, Vol. effective management of mergers.
2. Leadership & Organization Development
Journal, Vol. 24 Issue: 8, pp.447-454.
Hastuti, dkk, (2006), Kajian Cepat Pelaksanaan
Subsidi Langsung Tunai Tahun 2005 di Pham, T. T. T. and R. Lensink 2007. Lending
Indonesia : Studi Kasus di Lima policies of informal, formal and
Kabupaten Kota, Jakarta: Lembaga semiformal lenders - Evidence from
Penelitian SMERU. Vietnam. Economics of Transition 15(2):
181-209.
Ibrahim, Abdelateif Hassan dan Siegfried Bauer.
2013. Access to Micro credit and Its Pusdatin. (2015). Analisis PDB Sektor Pertanian
Impact on Farm Profit Among Rural Tahun 2015. Jakarta: Kementerian
Farmers in Dryland of Sudan. Global Pertanian.
Advanced Research Journal of Agricultural Rahayu, Lestari. 2015. Aksesibilitas Petani
Science Volume 2 Nomor 3 Halaman 88- Bawang Merah Terhadap Lembaga
102. Keuangan Mikro Sebagai Sumber
Indiastuti, R. Arti Tahun Keuangan Mikro bagi Pembiayaan. Jurnal Agraris Volume 1
Indonesia. 2005. http:www.pikiran- Nomor 1 Halaman 52-60.
rakyat.com/cetak/2005/0305/08/0608.htm Supandi dan Nurmanaf, A.R. (2006).
[12/03/18]. Pemberdayaan Petani Kelapa dalam
Lemessa, Assifaw, And Adeba Gemechu. (2016). Upaya Peningkatan Pendapatan. Jurnal
Analysis Of Factors Affecting Smallholder Litbang Pertanian Edisi 25 (1) Tahun
Farmers’ Access To Formal Credit In 2006. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan
Jibat District, West Shoa Zone, Ethiopia. Kebijakan Pertanian. Bogor.
International Journal Of African And Yunus, Muhammad dan Jolis, Alan. (2007). Bank
Asian Studies Vol.25. Kaum Miskin: Kisah Yunus dan Grameen
Bank Memerangi Kemiskinan.
Available online at HABITAT website: http://www.habitat.ub.ac.id
ISSN: 0853-5167 (p); 2338-2007 (e)
HABITAT, 30 (1), 2019 43

Terjemahan: Irfan Nasution, Pengantar:


Robert MZ. Lawang. Depok: Marjin Kiri.
Wati, Dewi Rohma. 2015. Akses Kredit Mikro
Pada Petani Padi Organik Di Kabupaten
Bogor. Jurnal Agribisnis Volume 9 Nomor
2 Halaman 97-110.
Zeller, M., Manohar. Sharma, Akhter.U. Ahmed
And Shahidur Rashid. (2001). Group-
Based Financial Institutions For The Rural
Poor In Bangladeshi: An Institutional And
Household Level Analysis. Research
Report 120. Ifpri, Washington, D.C.

Available online at HABITAT website: http://www.habitat.ub.ac.id


ISSN: 0853-5167 (p); 2338-2007 (e)

Anda mungkin juga menyukai