Penggorengan merupakan proses memasak maupun mengeringkan bahan pangan dengan menggunakan media pemindah panas berupa minyak. Pengertian tersebut senada dengan penyataan Muchtadi (2008), bahwa “Penggorengan merupakan proses pemanasan bahan pangan yang menggunakan minyak sebagai medium penghantar panas”. Tujuan utama bahan pangan tersebut melalui proses penggorengan yaitu untuk mendapatkan cita rasa produk yang diinginkan, sedangkan tujuan sekundernya yaitu untuk menurunkan kadar air pada produk dan menginvaksi enzim atau mikroba. Untuk menghasilkan produk yang kering bagian dalam dan basah bagian dalamnya diperlukan suhu tinggi (180°C - 200°C), sedangkan untuk kematangan atau tingkat kering yang merata diperlukan suhu yang lebih relative lebih rendah. Daya simpan setiap produk yang melewati proses penggorengan sendiri bergantung pada kadar air yang terkandung pada produk tersebut, seperti kerupuk yang kadar airnya rendah daya simpan untuk dikonsumsi dikemudian harinya lebih panjang dibanding ikan yang digoreng.
2. Jenis – Jenis Penggorengan
2.1. Deep Fat Friying Produk yang melalui proses penggorengan secara deep fat frying mengalami proses panas secara konveksi yang terjadi di dalam minyak dan juga konduksi di bahan produk tersebut. Metode deep fat frying ini cocok untuk digunakan untuk hampir semua bahan makanan karena bahan akan terendam seluruhnya oleh minyak sehingga seluruh permukaan bahan mendapat suhu yang sama. Bahan produk yang diproses menggunakan metode ini akan mengalamani pengeluaran atau penguapan air yang cepat sehingga bahan akan mekar, renyah, dan kering luar dalam. 2.2. Shallow Frying Bahan yang digoreng menggunakan proses ini cukup memerlukan banyak minyak, namun tidak sebanyak Deep Fat Frying yang membuat semua permukaan bahan terendam semuanya. Pada cara ini bahan hanya terendam minyak setinggi setengah maupun sepertiga dari ketinggian bahan tersebut seperti sedang menggoreng daging. 2.3. Vacuum Frying Pada metode menggoreng ini perlu menggunakan alat yang dinamakan vacuum fryer, dimana vacuum fryer memanaskan minyak di suatu wadah yang kemudian oleh alat tersebut udara disedot hingga mencapai kondisi vakum. Kemudian seluruh permukaan bahan dimasukkan kedalam minyak yang telah mendidih seperti yang terjadi dengan Deep Fat Frying, namun pada cara ini kandungan air dalam bahan akan lebih cepat menguap karena pada alat tersebut terjadi kehampaan udara yang mana pada tekanan yang rendah titik didih air pun akan menjadi rendah. Menurut Widaningrum (2009), “ Produk hasil pengorengan yang menggunakan mesin vakum memiliki kandungan minyak yang sedikit dan bersifat prous (lebih ringan) dan biasanya memiliki daya rehidrasi yang baik”. Hasil dari penggorengan dengan metode Vacuum Frying yaitu bahan yang digoreng lebih renyah seperti produk keripik buah apel. 3. Kelebihan Proses Penggorengan Pada proses menggoreng tidak perlu dibutuhkan waktu yang lama, mudah untuk dilakukan, memiliki cita rasa yang khas pada bahan yang digoreng, dan dapat membunuh bakteri maupun virus yang ada pada bahan makanan yang digoreng tersebut.
4. Kekurangan Proses Penggorengan
Makanan yang digoreng dapat menghilangkan kadar gizi yang terkandung dan memiliki kandungan lemak yang cukup banyak yang diperoleh dari minyak sehingga dapat menimbulkan penyakit obesitas, diabetes, maupun penyakit lainnya
Muchtadi, T. R., 2008. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. Fakultas Teknologi
Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. Widaningrum dan Nurdi Setyawan 2009, Standarisasi Keripik Sayuran (Wortel) Sebagai Upayapeningkatan Daya Saing Produk Olahan Hortikultura . Balai besar Litbang Pascapanen Pertanian, Bogor.