FRYING
KELOMPOK D4
Tarcisius Risang Pratanaa1), Tan,Setya Laras W.b1), Lily Gunawanc1),Vetrin Simviannyd1)
1)
Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Katolik
Soegijapranata, Semarang
Diterima: 15 April 2019
ABSTRAK
Penggorengan adalah proses yang terjadi secara kompleks dimana terjadi pertukaran panas, uap
air dan minyak secara simultan pada bahan pangan, serta terbentuknya crust pada akhir
penggorengan. Penggorengan juga merupakan salah satu metode yang bertujuan sebagai
pengawetan bahan pangan karena mikroba dan enzim di destruksi oleh panas yang digunakan
selama penggorengan serta berkurangnya uap air dalam bahan pangan. Penggorengan dapat
dilakukan melalui tiga metode, yaitu shallow/pan frying, deep fat frying, dan vacuum frying.
Shallow frying merupakan metode penggorengan dengan menggunakan minyak dalam jumlah
sedikit sehingga bahan tidak terendam seluruhnya di dalam minyak. Deep fat frying merupakan
metode penggorengan dengan menggunakan minyak dalam jumlah banyak sehingga bahan
terendam seluruhnya di dalam minyak. Vacuum frying adalah metode penggorengan yang
dilakukan dengan tekanan vacuum dan biasanya diaplikasikan pada penggorengan sayur dan
buah-buahan. Faktor yang mempengaruhi waktu penggorengan antara lain suhu minyak goreng,
metode frying, ketebalan makanan, dan jenis makanan yang digoreng. Keunggulan vacuum frying
dibandingkan dengan metode frying lainnya dimana metode vacuum frying ini lebih dapat menjaga
kandungan gizi dan nutrisi pada bahan pangan.
Kata kunci: penggorengan (frying), shallow frying, deep fat frying, vacuum frying
(tiap kelompok dalam satu kloter harus yaitu dengan membagi Panjang kerupuk
yang ditaruh di atas kertas millimeter menjadi
berbeda warna), jarum jahit, baskom, shallow
beberaoa bagian sama panjang. Kemudian
fryer, vaccum fryer, deep fat fryer, kertas
luas area yang dibatasi garis tak beraturan
milimeter blok, kertas karbon, texture
antara titik dari satu ujung ke ujung lain
analyzer, chromameter, moisture balance,
dihitung menggunakan rumus pendekatan
lumpang porselin, dan cawan porselin. sebagai berikut :
a
Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum
Frying Kloter D ini adalah buah pepaya dan
minyak goreng.
h0 h1 h2 h3 h4 h5
Metode
Pengukuran Luas Pengembangan
Luas A = 1/3 a (h0 + 4h1+ 2h2 + 4h3 + 2h4 + …
Pertama – tama sampel diiris melintang tipis-
+ hn)
tipis (1-2 mm) dengan menggunakan pisau,
Luas B = 1/3 a (h0 + 4h1+ 2h2 + 4h3 + 2h4 + …
usahakan ukuran sampel tiap kelompok
+ hn)
relative seragam, kemudian sampel masing –
masing kelompok ditandai dengan benang
Luas A = luas daerah kurva di bagian atas
jahit. Penampang melintang sampel buah
Luas B = luas daerah kurva di bagian bawah
papaya dijiplak pada kertas milimeter blok
a = panjang bagian yang sama antara
dan dihitung luasnya dengan formula
garis h0 dan h1 dan seterusnya
Simpson. Sementara itu, minyak goreng
Luas sampel = Luas A – Luas B
dimasukkan ke dalam vacuum fryer, deep fat
%Pengembangan=
fryer dan shallow fryer dan dipanaskan
(luas setelah digoreng−luas sebelum digoreng)
hingga mencapai suhu 82o C. Setelah suhu luas sebelum digoreng
minyak mencapai yang diinginkan, irisan x100%
sampel dimasukkan ke dalam vacuum fryer, (Fellows, 1990)
deep fat fryer dan shallow fryer. Shallow dan
deep fat frying penggorengan dilakukan Analisa Warna
selama 15 menit, sedangkan untuk vacuum Pertama – tama sampel yang sudah
frying dilakukan selama 32 menit, dimana digoreng dimasukkan ke dalam plastik bening
setiap 5 menit irisan sampel dibalik dengan dan diusahakan jangan sampai kusut.
3
Sementara itu, kromameter dikalibrasi dahulu HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan ditembakkan ke plat putih. Sampel Penggorengan adalah metode proses
papaya dianalisa dengan cara ditembak pengolahan pangan yang paling tua karena
cahaya oleh kromameter. Kromameter akan mudah dan menghasilkan makanan yang
mengeluarkan data-data yang terdiri dari memiliki karakteristik sensori yang disukai
L*,a*, b*. Jika L* bernilai positif maka sampel akibat adanya interaksi antara makanan dan
memiliki warna terang dan sebaliknya. Jika a* minyak. Penggorengan adalah proses yang
bernilai positif, maka sampel cenderung terjadi secara kompleks dimana terjadi
berwarna merah (reddish), apabila sampel pertukaran panas, uap air dan minyak secara
bernilai negatif maka sampel cenderung simultan pada bahan pangan, serta
berwarna hijau (greenish). Sedangkan untuk terbentuknya crust pada akhir penggorengan.
b*, jika b* positif maka sampel cenderung Penggorengan juga merupakan salah satu
berwarna kuning (yeloowish), apabila sampel pengawetan bahan pangan karena mikroba
benilai negatif maka sampel cenderung dan enzim di destruksi oleh panas yang
memiliki warna biru (bluish). digunakan selama penggorengan serta
berkurangnya uap air dalam bahan pangan
Pengujian Sensori (Oke, Idowu, et al., 2017). Perubahan
Pada uji sensori ini, dilakukan penilaian fisikokimia yang terjadi selama proses
terhadap variabel warna, kerenyahan, penggorengan adalah terjadinya gelatinisasi
kenampakan dari sampel yang telah pati yang disebabkan membengkaknya
digoreng. granula pati, denaturasi protein, pencoklatan
dan terbentuknya crust, sehingga produk
Analisa Kerenyahan akhir menjadi kering pada permukaannya,
Untuk Analisa kerenyahan secara kuantitatif menghasilkan flavor khas bahan yang
digunakan texture analyzer. Hasil texture digoreng; selain itu dapat juga terjadi
analyzer yang dilihat adalah nilai breaking penyusutan dan pengembangan bahan yang
strength kemudian dicatat. digoreng (Oke, Idowu, et al., 2017).
prinsipnya mengurangi kadar air makanan dengan metode frying lainnya lebih
dan suhu penggorengan relatif rendah dapat menjaga kandungan gizi dan
mikroorganisme dan inaktivasi enzim metode lain lebih ada kontak langsung
11
dibandingkan dengan metode vacuum e m i n a r Nasional Pengembangan
Pulau-Pulau Kecil. 2(7): 67-7
ini.
12
13