PENGGORENGAN
Latar Belakang
Salah satu pengolahan bahan pangan yang sering kita jumpai setiap hari yaitu
penggorengan. Penggorengan merupakan teknologi pengolahan bahan pangan dengan
memanaskan bahan ke dalam pan yang berisi minyak. Tujuan dilakukannya
penggorengan ini adalah untuk melakukan pengeringan pada bahan. Dengan adanya
teknologi penggorengan maka nilai Aw pada bahan akan menurun sehingga
pertumbuhan mikroorganisme semakin sedikit dan juga mikroba serta enzim pada
bahn menjadi inaktif. Berkurangnya kadar air dalam bahan pangan akan
memperpanjang daya simpan produk.
Proses yang terjadi selama penggorengan yaitu perpindahan panas dan massa,
dimana minyak menjadi media penghantar panas. Minyak goreng berasal drai lemak
tumbuhan atau hewan yang dimurnikan. Minyak goreng digunakan dalamproses
penggorengan berfungsi sebagai penghantar panas, penambah flavor, dan nilai kalori
dalam bahan pangan. "asil dari penggorengan adalah bahan pangan yang matang,
renyah danminyak goreng sisa proses. Minyak goreng yang digunakan berulang-
ulang akan mengubah warna, dan kekentalan pada minyak dan bahan pangan.
Tujuan Praktikum
Metode penggorengan ada dua yaitu pan frying dan deep frying. Berdasarkan
kondisi prosesnya, penggorengan dapat dilakukan pada kondisi tekanan atmosfir,
bertekanan lebih tinggi dari tekanan atmosfir, dan pada kondisi vakum. Perbedaan
metode dan kondisi proses penggorengan akan berpengaruh terhadap kualitas produk
akhir yang dihasilkan. Ballard,T.S.and Maallikarjunan (2006) menyatakan bahwa
untuk menggoreng dengan metode deep frying with pressure dibutuhkan waktu yang
lebih singkat jika dibandingkan dengan kondisi atmosfir. Pada penggorengan
bertekanan atmosfir terjadi penyerapan minyak pada makanan sekitar 0,2-14%
bahkan mencapai 40%.Panas yang cukup tinggi selama penggorengan berlangsung
menyebabkan pori-pori produk terbuka dan minyak dapat masuk hingga ke bagian
dalam produk. Saat ditiriskan , minyak terhambat oleh adanya gelatinisasi tepung
terigu dan ikatan pada jaringan makanan yang solid mengakibatkan minyak tidak
tertiris sempurna dan terperangkap di dalam produk (Phujihastuti dkk, 2019).
Metode pengolahan dan pemasakan akan mempengaruhi kualitas produk
akhir. Untuk mempertahankan kualitas produk dibutuhkan pemilihan metode dan
kondisi proses penggorengan yang tepat. Metode penggorengan ada dua yaitu pan
frying dan deep fat frying. Berdasarkan kondisi prosesnya, penggorengan dapat
dilakukan pada kondisi tekanan atmosfer, bertekanan lebih tinggi dari tekanan
atmosfer, dan pada kondisi vakum. Perbedaan metode dan kondisi proses
penggorengan akan berpengaruh terhadap kualitas produk akhir yang dihasilkan.
Saguy and Pinthus (1995) melaporkan bahwa proses penggorengan dapat merubah
kualitas fisik dan kimia produk seperti gelatinisasi, denaturasi protein dan penguapan
air. Penggorengan dapat mentrasfer suatu massa produk yang ditandai dengan adanya
penyerapan minyak dan migrasi air yang menguap melalui miyak goring (Suprapto,
2018).
Metode penggorengan yang dilakukan pada praktikum ada dua yaitu pan
frying dan deep frying. Berdasarkan kondisi prosesnya, penggorengan juga dilakukan
pada kondisi tekanan atmosfer, bertekanan lebih tinggi dari tekanan atmosfer, dan
pada kondisi vakum. Pan frying atau penggorengan dangkal, yaitu teknologi
penggorengan yang hanya menggunakan minyak dalam jumlah yang sedikit.
Biasanya dilakukan saat menggoreng telur. Dalam penggorengan ini tidak
memerlukan wadah yang besar sehingga waktu yang dibutuhkan lama sampai bahan
pangan matang merata. Sedangkan deep frying
Dari ketiga metode penggorengan, metode vacuum frying dinilai metode terbaik
karena hasil penggorengan yang lebih baik dari segi warna, aroma dan citarasa.
Selama proses penggorengan, makin tinggi suhu selama penggorengan maka makin
cepat penggorengan bahan pangan selesai. Jumlah minyak yang terserap dalam bahan
pangan dipengaruhi oleh lama waktu dan suhu penggorengan. Semakin lama waktu
maka minyak yang terserap semakin tinggi, semakin tinggi suhu penggorengan maka
bahan pangan lebih cepat matang. Semakin lama penggorengan dan waktu, maka
penguapan air semakin tinggi sehingga minyak yang terserap semakin tinggi dan
mengisiruang kosong pada bahan pangan. Minyak yang terserap dalam bahan pangan
akan melunakkan dan membasahi bahan pangan yang digoreng sehingga bahan
menjadi renyah.
KESIMPULAN
Pudjihastuti, I., Siswo, S., Oky, D. N., & Yusuf, A. Y. 2019. Pengaruh Perbedaan
Metode Penggorengan Terhadap Kualitas Fisik Dan Organoleptik Aneka
Camilan Sehat. Jurnal Prosiding Seminar Nasional Unimus, Vol.2
Tumbel, N., & Supardi, M. 2017. Pengaruh Suhu Dan Waktu Penggorengan
Terhadap Mutu Keripik Nanas Menggunakan Penggoreng Vakum. Jurnal
Penelitian Teknologi Industri, Vol. 9(1).