Minyak goreng
Minyak goreng berfungsi sebagai penghantar panas, penambah rasa gurih, dan penambah nilai kalori bahan pangan. Mutu
minyak goreng ditentukan oleh titik asapnya, yaitu suhu pemanasan minyak sampai terbentuk akrolein yang tidak diinginkan
dan dapat menimbulkan rasa gatal pada tenggorakan (Winarno, 1991).
Menurut Considine and Condidine (1982), rata-rata komposisi asam lemak kelapa sawit dapat dilihat pada tabel 4.
Komposisi asam lemak Jumlah (%) Komposisi asam lemak Jumlah (%)
Penggorengan merupakan salah satu metode memasak klasik untuk menghasilkan produk yang kering dan bercita rasa khas.
Bahan makanan menjadi kering karena ada proses hidrasi sebagai akibat pindah panas dari minyak goreng ke bahan. Cirri dari
produk goreng adalah permukaannya kering dan menyerap minyak goreng. Produk goreng umumnya mengandung proporsi
resapan minyak goreng yang tinggi sebagai akibat kontak bahan pangan dengan minyak goreng selama proses penggorengan
(Firdaus, dkk, 2000).
Metode Penggorengan
Metode penggorengan suhu rendah biasanya dilakukan dengan teknik shallow frying. Teknik penggorengan ini digunakan
untuk penggorengan produk dengan permukaan luas dan tidak memerlukan pemanasan yang intensif. Variasi teknik
penggorengan dengan prinsip shallow fryingini adalah saute frying (menumis). Sedangkan metode penggorengan suhu tinggi
lebih populer dengan istilah deep fat frying. Proses ini dilakukan dengan cara merendamkan produk pangan pada minyak
goreng bersuhu tinggi. Metode ini banyak digunakan di industri makanan ringan, industri mi instan, nugget, dan lain-lain
(Hariyadi, 2008).
Menurut Mukhtar (2003), proses memasak deep fat frying ada 3 cara yang paling populer yaitu :
1. Ala Franchise (French style) dimana makanan yang akan digoreng sebelumnya dilapisi dengan tepung
2. Ala Anglaise (English style), dimana makanan yang akan digoreng terlebih dahulu dibalur dengan telur
kemudian dilapisi dengan tepung roti
3. Ala Orly (Orly style), dimana makanan tersebut dicelupkan terlebih dahulu ke dalam frying better (adonan
tepung dan cairan yang digunakan untuk menggoreng)
Keuntungan dari penggunaan deep fat frying antara lain metode pemasakan yang cepat, mudah, menghasilkan tekstur ynag
menarik dan renyah serta menghasilkan warna yang bagus. Sedangkan kekurangan dari metode deep fat frying adalah lebih
berbahaya dari metode penggorengan lainnya jika tidak ditangani secara benar, minyak yang digunakan dalam jumlah besar
sehingga biayanya lebih tinggi (Anonymous, 2006).
menjaga kualitas warna yang menarik serta kerenyahan yang tidak di dapati pada produk
lain yang digoreng menggunakan penggorengan biasa.
vacum frying berpotensi untuk mengurangi pembentukan senyawa akrilamida pada
produk yang digoreng.
a) Kelebihan
Kadar air yang tinggi pada komoditi yang digoreng dapat diserap dengan keadaan
hampa dan tekstur, rasa, warna komoditi yang dihasilkan tidak berubah.
Dengan perlakuan dalam vacuum akan menghasilkan produk agroindustri yang
memiliki nilai tambah tinggi.
Aman digunakan, karena penggorengan dilakukan dalam keadaan tertutup rapat,
sehingga mencegah minyak goreng panas dari cipratan minyak selama proses
penggorengan
Kebersihan terjamin, tidak ada tumpahan minyak selama proses.
Dapat melakukan penggorengan dengan akurat, dengan peraturan temperatur secara
otomatis proses penggorengan dapat berjalan sesuai dengan temperature yang
diinginkan, sehingga terhindar dari panas yang berlebihan
Dapat menggoreng dengan proses yang cepat dan kapasitas yang besar
Hasil penggorengan lebih renyah.
Kandungan serat tinggi.
Lebih tahan lama meskipun tanpa bahan pengawet.
b) Kekurangan
Memerlukan biaya yang sangat mahal.
Tidak bisa diterapkan pada industri rumahan.
Vakum memerlukan bahan bakar ataupun listrik yang tinggi.
Bahan yang diolah harus memenuhi volume yang ditentukan, tidak sedikit.
1) Keripik kentang
2) Keripik nangka
3) Keripik nanas
4) Keripik salak
5) Keripik apel
6) Keripik jeruk
7) Keripik mangga
8) Keripik semangka
9) Keripik pepaya
10)Keripik wortel