PENDAHULUAN
Latar Belakang
Oksigen sangat dibutuhkan oleh tubuh dan harus selalu dipenuhi dengan
segera. Tanpa adanya oksigen yang cukup, sel dalam tubuh akan mengalami
kerusakan bahkan kematian. Sebagai contoh organ otak. Otak adalah suatu
kurangnya oksigen dalam jangka waktu tiga sampai lima menit. Apabila lebih
dari itu, sel otak akan mengalami kerusakan secara permanen (Haswita &
metabolism terganggu akibat kurangnya suplai oksigen dalam darah yang akan
kematian terbesar yang masih dapat diatasi dengan berbagai cara. Penolong
harus bisa menganalisis gejala dan tanda adanya sumbatan jalan nafas dan
efektifan bersihan jalan nafas antara lain adalah dengan melakukan suction,
(Bulechek, Butcher, Dochterman, & Wagner, 2016). Namun pada studi kasus ini
penulis melakukan fisioterapi dada dengan melihat keadaan pasien yang tidak
bisa melakukan batuk efektif dikarenakan terdapat luka post operasi laparatomi
hari ke IV, terpasang kantong kolostomi, terdapat suara nafas tambahan ronchi
pada paru sebelah kiri atas dengan frekuensi pernafasan 30x/menit. Indikasi
dilakukannya fisioterapi dada secara umum adalah pada pasien dengan
menyatakan bahwa fisioterapi dada adalah suatu bentuk terapi yang digunakan
perkusi dan vibrasi. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sevgi
Ozalevli, dkk tahun (2009) tentang “the effect of in patient chest physiotherapy
in lung cancer patients” bahwa fisioterapi dada dengan latihan relaksasi yang
efektif dapat mengurangi beban kerja otot pernafasan dengan mengurangi gejala
Berdasarkan studi kasus yang dilakukan penulis, kondisi pasien atas nama
Tn. K dengan post operasi laparatomi hari ke IV yang terpasang selang drainase
Ketidak efektifan Bersihan Jalan Nafas” pada Tn. K dengan Ileus Paralitik Post
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Kebutuhan Oksigenasi
Mubarak, Chayatin (2008) mengungkapkan oksigen merupakan kebutuhan
dasar paling vital dalam kehidupan manusia. Dalam tubuh, oksigen berperan
penting dalam proses metabolisme sel. Kekurangan oksigen akan
menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah satunya kematian.
Karenanya, berbagai upaya perlu selalu dilakukan untuk menjamin agar
kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik. Dalam pelaksanaanya, pemenuhan
kebutuhan dasar tersebut masuk ke dalam bidang garapan perawat.
Karenanya, setiap perawat harus faham dengan
a) Respirasi eksternal
Merupakan proses pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida di
paru-paru dan kapiler pulmonal dengan lingkungan luar. Pertukaran
gas ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan dan konsentrasi
antara udara lingkungan dengan di paru-paru. Konsenterasi gas di
atmosfer terdiri atas nitrogen (78,62 , oksigen (20,84 ),
karbon dioksida (0,04 ), dan air (0,5 . Adanya konsentrasi gas
menimbulkan tekanan parsial dari masing-masing gas tersebut.
Tekanan parsial gas adalah tekanan yang di berikan oleh gas dalam
suatu gas campuran (hukum gas). Dengan demikian, perbedaan
konsentrasi gas mengakibatkan perbedaan tekanan parsial gas.
Sebagai contoh, kosentrasi oksigen di alveoli lebih tinggi dari
konsentrasi di kapiler pulmonal, sehingga tekanan parsial gas juga
lebih tinggi pula. Keadaan ini mengakibatkan pergerakan oksigen
masuk ke kapiler pulmonal. Sementara itu, tekanan parsial karbon
dioksida di alveoli lebih rendah dibandingkan di kepiler pulmonal
sehingga karbon dioksida akan bergerak keluar kapiler, respirasi
eksternal melibatkan kegiatan-kegiatan berikut:
1. Pertukaran udara dari luar atau atmosfer dengan udara alveoli
melalui aksi mekanik yang disebut ventilasi.
2. Pertukaran oksigen dan karbondioksida antara alveoli dengan
kapiler pulmonal melalui proses difusi.
3. Pengangkutan oksigen dan karbondioksida oleh darah dari paru-
paru ke seluruh tubuh dan sebaliknya.
4. Pertukaran oksigen dan karbondioksida darah dalam pembuluh
kapiler jaringan dengan sel-sel jaringan melalui proses difusi.
b) Respirasi internal
Merupakan proses pernafasan oksigen dalam sel yang terjadi di
mitokondria untuk metabolisme dan produksi karbon
dioksida. Proses pertukaran gas pada respirasi internal hampir sama dengan proses respirasi
eksternal. Adanya peranan tekanan parsial gas dan proses difusi untuk pertukaran gas antara
kapiler sistemik dengan ke jaringan. Tekanan parsial oksigen (PO2) di jaringan selalu lebih
rendah dari darah arteri sistemik dengan perbandingan 40 mmHg dan 140 mmHg. Dengan
demikian, oksigen akan masuk dari kapiler sistemik ke jaringan sampai terjadi keseimbangan,
sedangkan karbondioksida akan bergerak dengan cepat masuk ke aliran vena dan kembali ke
jantung.
2) Mekanisme pernapasan
Pernapasan atau ventilasi pulmonal merupakan proses pemindahan
udara dari dan ke paru-paru. Proses bernapas terdiri atas dua fase, yaitu:
inspirasi (periode ketika aliran udara luar masuk ke paru-paru) dan
ekspirasi (periode ketika udara meninggalkan paru-paru keluar atmosfer).
3) Inspirasi
Inspirasi terjadi ketika tekanan alveoli di bawah tekanan atmosfer. Otot
yang paling penting dalam inspirasi adalah diafragma, bentuknya
melengkung dan melekat pada iga paling bawah dan otot interkosta
eksterna.
4) Ekspirasi
Selama pernapasan biasa, ekspirasi merupakan proses pasif, tidak ada
kontraksi otot-otot aktif. Pada akhir inspirai, otot-otot respirasi relaksasi,
membiarkan elastisitas paru dan rongga dada untuk mengisi volume paru.
Ekspirasi terjadi ketika tekanan alveolus lebih tinggi dari tekanan volume
atmosfer.
5) Otot-otot pernapasan
Perubahan volume paru-paru terjadi karena kontraksi otot-otot skeletal,
khususnya otot-otot sela iga dan difragma yang merupakan pembatas
rongga toraks dan rongga abdomen. Otot-otot utama pernapasan adalah
difragma dan otot-otot interkosta eksterna pada
keras.
4. Myocardial iskhemial infark mengakibatkan kekurangan pasokan
1. Hiperventilasi
disebabkan karena :
a. Kecemasan
b. Infeksi/sepsis
c. Keracunan obat-obatan
2. Hipoventilasi
3. Hipoksia
a. Menurunnya hemoglobin
f. Kerusakan/gangguan ventilasi.
G. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi: nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku, bangsa,
pendidikan, pekerjaan, tanggal dan jam masuk Rumah Sakit, no register,
dan diagnosis medis.
b. Keluhan utama
Pada masalah oksigenasi biasanya pasien merasakan sesak napas,
batuk berdahak, batuk berdarah, nyeri dada.
c. Data riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
2. Riwayat penyakit dahulu
3. Riwayat penyakit keluarga
4. Riwayat alergi (makanan/obat/lainnya).
d. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada masalah kebutuhan oksigenasi meliputi 4
teknik, yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi.
1) Inspeksi
Pada saat inspeksi perawat meng penampilan umum, postur tubuh,
kondisi kulit dan membran mukosa, dada (kontur rongga intercosta;
diameter anteroposterior (AP), struktur toraks, pergerakan dinding
dada), pola napas (frekuensi dan kedalaman pernapasan; durasi
inspirasi dan ekspirasi), ekspansi dada secara umum, adanya sianosis,
adanya deformitas dan jaringan perut pada dada, dll.
2) Palpasi
Palpasi dilakukan dengan menggunakan tumit tangan pemeriksa
mendatar diatas dada pasien. Pemeriksaan ini berguna untuk
mendeteksi nyeri tekan, peradangan setempat, metastasis tumor ganas,
pleuritis, atau pembengkakan dan benjolan pada dada. Palpasi
dilakukan untuk mengkaji temperatur kulit, pengembangan
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017 diagnosis yang muncul pada
kasus stroke hemoragik antara lain:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi yang
tertahan
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
hipertensi
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
4. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan hipoksia serebral
5. Risiko jatuh berhubungan dengan penyakit serebrovaskuler
6. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot
7. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penurunan mobilisasi
8. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan