Anda di halaman 1dari 31

Praktek Profesi Ners

Stase Keperawatan Dasar Profesi (KDP)

LAPORAN PENDAHULUAN
PADA KASUS APPENDISITIS

DISUSUN OLEH:
YUSPITA YULIASARI

CI LAHAN CI INSTITUSI

(…………….….………) (…………….………..)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
2020/2021
KONSEP PENYAKIT APPENDISITIS

A. Pengertian

Appendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai

cacing ( apendiks ). Usus buntu sebenarnya adalah sekum(caecum). Infeksi ini

bisa mengakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan tindakan bedah

segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya. ( Wim de Jong et

al, 2010). Apendisitis merupakan inflamasi akut pada apendisitis verniformis

dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat.

(Brunner&Suddarth, 2014).

Usus buntu atau apendis merupakan bagian usus yang terletak dalam

pencernaan. Untuk fungsinya secara ilmiah belum diketahui secara pasti, namun

usus buntu ini terkadang banyak sekali sel-sel yang berfungsi untuk

mempertahankan atau imunitas tubuh. Dan bila bagian usus ini mengalami

infeksi akan sangat terasa sakit yang luar biasa bagi penderitanya (Saydam

Gozali, 2011).

Apendiks merupakan perluasan sekum yang rata-rata panjang adalah 10 cm.

Ujung apendiks dapat terletak di berbagai lokasi, terutama dibelakang sekum.

Apendiksitis merupakan penyakit bedah mayor


yang paling sering terjadi, walaupun apendiksitis dapat terjadi setiap

usia (Gruendemann 2006).

Apendiktomi menurut Jitowiyono & Kristiyanasari (2010) adalah

operasi untuk mengangkat apendiksitis yang dilakukan sesegera

mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. Jadi appendiktomi adalah

Apendiktomi adalah suatu tindakan pembedahan untuk mengangkat

apendiks, harus segera dilakukan tindakan untuk menurunkan risiko

perforasi apendiks, peritonitis. Sayatan dilakukan pada garis tegak

lurus pada garis yang menghubungkan spina iliaka anterior superior

(SIAS) dengan umbilicus pada batas sepertiga lateral (titik Mc

Burney).

Laparatomi merupakan suatu potongan pada dinding abdomen dan

yang telah didiagnosa oleh dokter dan dinyatakan dalam status atau

catatan medik klien. Laparatomi adalah suatu potongan pada dinding

abdomen seperti caesarean section sampai membuka selaput perut

(Jitowiyono, 2010).

Bedah laparatomi merupakan tindakan operasi pada daerah abdomen.

Laparatomi yaitu insisi pembedahan melalui pinggang (kurang begitu

tepat), tapi lebih umum pembedahan perut (Harjono, 1996). Ramali

Ahmad (2000) mengatakan bahwa laparatomi yaitu pembedahan perut,

membuka selaput perut dengan operasi. Sedangkan menurut Arif

Mansjoer (2000), laparotomi adalah pembedahan yang dilakukan pada


usus akibat terjadinya perlekatan usus dan biasanya terjadi pada usus

halus dan usus besar.

Jadi, dari referensi diatas yang di maksud dengan

apendisitismerupakan suatu peradangan pada bagian usus (Caecum)

yang disebabkan karena ada obstruksi yang mengharuskan

dilakukannya tindakan bedah.

B. Anatomi Fisiologi

Beberapa struktur organ pencernaan sebagai berikut menurut

(Drs.H.Syaifuddin ,AMK;2011)

1. Mulut

Mulut (Oris) merupakan organ yang pertama kali dari saluran

pencernaan yang meluas dari bibir sampai ke istmus fausium yaitu

perbatasan antara mulut dengan faring ,terdiri dari :

a. Vestibulum Oris : Bagian di antara bibir dari pipi di


luar

,gusi dan bibir bagian dalam.Bagian atas bawah

vestibulum dibatasi oleh lipatan membrane mukosa bibir

,pipi dan gusi.

b. Kavitas oris propia : Bagian di antara arkus alveolaris

,gusi ,dan gigi,memiliki atap yang dibentuk oleh

palantum durum (palatum keras )bagian depan palantum

mole (palantum lunak ) bagian belakang.


2. Gigi

Anatomi gigi

Gigi dan geraham terletak dalam alveolus dentalis dari tulang

maksiladan mandubula .Gigi mempunyai satu akar sedangkan

geraham mempunyai 2-3 akar.Akar gigi ditutupi oleh semen yang

merupakan bagian tebesar dari gigi yang dilapisi oleh email.

Fisiologi gigi

Menguyah makanan ,pemecahan partikel besar menjadi partikel

kecil yang dapat ditelan tampa menimbulkan tersedak.proses ini

merupakan proses mekanik pertama yang dialami makanan pada

waktu lincinkan ,dan membasahi makanan yang kering dengan

saliva serta mengaduk makanan sampai rata.

3. Lidah

Anatomi lidah

lidah terdapat dalam kavum oris, merupakan susunan otot serat

lintang kasa dilengkapi dengang mukosa.

Fisiologi lidah

Lidah berperan dalam proses mekanisme pencernaan di mulut

dengan mengerakan makanan ke segala arah.

a. Pangkal lidah : Terdapat epiglotis yang berfungsi

menutup jalan pernafasab pada waktu menelan supaya

makanan tidak masuk ke jala pernafasan .


b. panggal lidah : Fungsinya untuk mentukan rasa manis,

pahit, asam dan asin.

c. ujung lidah : Membatu membolakbalikan makanan,

proses berbicara, merasakan makan yang dimakan, dan

membantu proses menelan.

4. Farin

Anatomi faring

Faring terbentang lurus antara basis kranii setinggi vertebrae

servikalis VI, kebawah setinggi tulang rawan krikoidea. Faring

terbentuk dari jaringan yang kuat (jaringan otot melingkar).

Fisiologi faring

merupakan orgzn yang menghubungkan rongga mulut

kerongkongan panjangya (kira –kira 12 cm).

5. Esofagus

Anatomi esophagus

Esofagus (kerongkongan ) merupakan saluran pencernaan setelah

mulut dan faring. Panjangya kira –kira 25 cm, Posisi vertikel

dimulai dari bagian tengah leher bawah faring sampai ujung bawah

rongga dada di belakang trakea.

Fisiologi esophagus

Esophagus merupakan struktur organ pencernaan setelah mulut

yang memiliki fungsi.


6. Lambung

Anatomi lambung

Lambung merupakan sebuah kantong muskel yang letaknya antara

esophagus dan usus halus, sebelah kiri abdomen dibagian

diagfragma bagian depan pancreas dan limpa. Lambung

merupakan saluran yang dapat mengembang karena adanya

gerakan peristaltic terutama di daerah epigaster.

Fisiologi lambung

a. Fungsi penampungan makanan yang masuk melalui

esophagus, menghancurkan makanan dan menghaluskan

makanan dengan gerakan peristaltic lambung dan getah

lambung

b. Fungsi bakterisid : Oleh asam lambung

c. Membantu proses pembentukan eritosit: lambung

menghasilkan zat factor intrinsic bersama dengan factor

ekstrinsik dari makana, membentuk zat yang disebut

anti –anemik yang berguna untuk pertukaran eritrosit

yang disempan dalam hati.


7. Usus Halus

Gambar2.1UsusHalus(sumber: Yenicahyaningrum.wordpress.)
Usus halus merupakan bagian dari system pencernaan makanan

yang berpangkal pada pylorus dan berakir pada sekum.Panjangnya

kira-kira 6 meter, merupakan saluran pencernaan yang paling

panjang dari tempat proses pencernaan dan absorsip pencernaan.

bentuk dan susunanya berupaka lipatan melingkar,Makanan dalam

intestinum minor dapat masuk karena adanya gerakan yang

memberikan permukaan yang lebih halus.

Fisiologi usus halus

Usus halus dan kelenjarnya merupakan bagian yang sangat pentig

dari saluran pencernaan karena disini terjadinya proses pencernaan

yang terbesar dan penyerapan lebih kurang 85% dari seluruh

absorpsi, fungsi usus halus :


a. menyekresikan cairan usus :untuk menyempurnakan

pengolahan zat makanan di usus halus.

b. menerima cairan empedu dan pangreas melalui duktus

kholedukus dan duktus pankreatikus.

c. mencerna makanan: Getah usus dan pangkreas

mengandung enzim pengubah protein menjadi asam

amino, karbohidrat menjadi glukosa, lemak menjadi

asam lemak gliserol.

d. Mengabsobsi air garam dan vitamin, protein dalam

bentuk asam amino, karbohidrat dalam bentuk

monoksida. Makanan tersebut dikumpulkan dalam

vena-vena halus lalu dikumpulkan dalam vena besar

bermuara ke dalam vena porta langsung.

8. Usus Besar

Gambar 2.2 Usus Besar (sumber: Yenicahyaningrum.wordpress.)


Usus besar merupakan saluran pencernaan merupakan usus

berpenampang luas atau berdiameter besar dengan panjang kira-kira

1,5 -1,7 meter dan penampangan 5-5 cm. Lanjutan usus halus yang

tersusun seperti huruf U terbalik mengililinggi usus halus

terbentang dari valvula ilosekalis sampai ke anus.

Fisiologi usus besar

a. Menyerap air dan elektrolit, untuk kemudian sisa

massa membentuk massa yang lembek yang disebut

feses.

b. menyimpan bahan feses.

c. tempat tinggal bakteri koli.

9. Usus Buntu (sekum)

Usus buntu atau sekum (Bahasa latin:caecus ,”buta”) dalam isitilah

anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus

penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini

ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptile.

10. Umbai Caciang (Appendiks)

Appendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada

organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing.

Appendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan

bentuk nanah dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi

rongga abdomen).
11. Rektum atau anus

Sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar dan berakir di

anus. Organ ini berfungsi sebagai penyimpanan sementara fases.

Biasanya rectum ini kosong karena tinja disimpan ditempat yang

lebih tinggi yaitu pada kolon sehingga pada kolon penuh maka dari

itu terjadinya BAB.

Anus merupakan lubang diujung saluran pencernaan, dimana

bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari

permukaan tubuh dan sebagian lainnya dari usus (Syaifudin, 2011).

12. Anatomi dan Fisiologi Apendiks

Gambar 2.3 Apendiks (yayanakhya.Wordpress.com)


Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-

kira 10 cm (4 inci), lebar 0,3 - 0,7 cm dan isi 0,1 cc melekat pada

sekum tepat dibawah katup ileosekal. Pada pertemuan ketiga

taenia yaitu : taenia anterior,medial dan posterior. Secara klinis,

apendiks terletak pada daerah Mc.Burney yaitu daerah 1/3 tengah


garis yang menghubungkan spina iliaka anterior superior kanan

dengan pusat. Lumennya sempit dibagian proksimal dan melebar

dibagian distal. Namun demikian, pada bayi, apendiks berbentuk

kerucut, lebar pada pangkalnya dan menyempit kearah ujungnya.

Persarafan parasimpatis pada apendiks berasal dari cabang nervus

vagus yang mengikuti arteri mesentrika superior dan arteri

apendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari nervus

torakalis X. Oleh karena itu, nyeri viseral pada apendisitis

bermula disekitar umbilikus.

Fisiologi Apendiks

Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu

normalnya dicurahkan kedalam lumen dan selanjutnya mengalir

ke sekum. Lendir dalam apendiks bersifat basa mengandung

amilase dan musin. Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan

oleh GALT (Gut Associated Lymphoid Tissue) yang terdapat

disepanjang saluran cerna termasuk apendiks ialah IgA.

Immunoglobulin tersebut sangat efektif sebagai perlindungan

terhadap infeksi.

Namun demikian, pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi

sistem imun tubuh karena jumlah jaringan limfa disini kecil sekali

jika dibandingkan dengan jumlahnya disaluran cerna dan

diseluruh tubuh. Apendiks berisi makanan dan mengosongkan diri

secara teratur kedalam sekum. Karena pengosongannya tidak


efektif dan lumennya cenderung kecil, maka apendiks cenderung

menjadi tersumbat dan terutama rentan terhadapinfeksi

( Sjamsuhidayat, 2005.

C. Klasifikasi

Sedangkan menurut Sjamsuhidayat dan De (2005), apendisitis

diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :

1. Apendisitis akut

Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari

oleh radang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda

setempat, disertai maupun tidak disertai rangsangan peritoneum

lokal. Gejala apendisitis akut nyeri samar-samar dan tumpul yang

merupakan nyeri visceral didaerah epigastrium disekitar umbilicus.

Keluhan ini sering disertai mual dan kadang muntah. Umumnya

nafsu makan menurun. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah

ketitik mcBurney. Disini nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas

letaknya sehingga merupakan nyeri somatic setempat.

2. Apendisitis kronis

Diagnosis apendisitis kronis baru dapat ditegakkan jika ditemukan

adanya riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu,

radang kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik.

Kriteria mikroskopik apendisitis kronik adalah fibrosis menyeluruh

dinding apendiks, sumbatan parsial maupun total lumen apendiks,

adanya jaringan parut dan ulkus lama dimukosa dan adanya sel
inflamasi kronik. Insiden apendisitis kronik. Insiden apendisitis

kronik antara 1-5%.

D. Etiologi

Penyebab appendicitis adalah adanya obstruksi pada lumen

appendikeal oleh apendikolit, hyperplasia folikel limfoid submukosa,

fekalit (material garam kalsium, debris fekal ) atau parasit (Katz, 2009

)Apendisitis penyebabnya paling umum adalah inflamasi akut pada

kuadran bawah kanan dari rongga abdomen. Kira-kira 7% dari

populasi akan mengalami apendisitis pada waktu yang bersamaan

dalam hidup mereka: pria lebih sering dipengaruhi wanita, dan remaja

lebih sering dari pada dewasa. Diantara beberapa faktor diatas, maka

yang paling sering ditemukan dan kuat dugaannya sebagai penyebab

appendisitis adalah faktor penyumbatan oleh tinja/feces dan

hyperplasia jaringan limfoid.

Penyumbatan atau pembesaran inilah yang menjadi media bagi bakteri

untuk berkembang biak. Perlu diketahui bahwa dalam tinja/feces

manusia sangat mungkin sekali telah tercemari oleh bakteri/kuman

Escherichia Coli, inilah yang sering kali mengakibatkan infeksi yang

berakibat pada peradangan usus buntu (Anonim,2008). Adapun

penyebab lain terhadap apendisitis yaitu :

1. Sumbatan lumen

2. Kostipasi (kebiasaan memakan yang rendah serat) tinja yang

keras.
3. Hyperplasia jaringan limfoid

E. Manifestasi Klinis

Manifestasi Klinis menurut Lippicott williams &wilkins (2011)

Nyeri periumbilikal atau epigastik kolik yang tergeneralisasi maupun

setempat. Pada kasus apendisitis dapat diketahui melalui beberapa

tanda nyeri antara lain : Rovsing’s sign, Psoas sign dan Jump sign.

1. Apendiksitis

a. Nyeri samar-samar

b. Terkadang terasa mual dan muntah

c. Anoreksia.

d. Disertai demam dengan suhu 37,5-38,5˚C

e. Diare

f. Konstipasi

g. Nilai leukosit meningkat dari rentang normal.

2. Apendiksitis perforasi

a. Nyeri yang dirasakan di ulu hati, kemudian

berpindah diperut kanan bawah lalu nyeri dirasakan

diseluruh bagian perut. Nyeri dirasakan terus-menerus

dan tidak menjalar, nyeri semakin memberat.

b. Mual dan muntah sampai keluar lender

c. Nafsu makan menurun

d. Konstipasi BAB

e. Tidak ada flaktus


f. Pada auskultasi, bising usus normal atau

meningkat pada awal apendisitis dan bising

melemah jika sudah terjadi perforasi.

g. Demam dengan suhu 37,5-38,5˚C

h. Temuan hasil USG Abdomen berupa cairan yang

berada disekitar appendiks menjadi sebuah tanda

sonographik penting.

i. Respirasi retraktif.

j. Rasa perih yang semakin menjadi.

k. Spasma abdominal semakin parah.

l. Rasa perih yang berbalik (menunjukan adanya

inflamasi peritoneal).

F. Patofisiologi disertai Web of caution

Appendiks terimflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat

atau tersumbat, kemungkinan oleh fekalit (massa dank eras dan fases),

tumor, atau benda asing. Proses imflamasi meninggkatkan

intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat

secara progresif, dalam beberapa jamterlokalisasi di kuadrat kanan

bawah dari abdomen. Akhirnya appendiks yang terimflamasi menjadi

pus. Setelah dilihat penyebab dari appediksitis adalah adanya obstruksi

pada lumen appendikeal oleh apendikolit, hyperplasia folikel limfoid

submukosa, fekalit (material garam kalsium, debris fekal ) atau parasit

(Katz ,2009 ).
Kondisi obtruksi akan meningkat kan tekanan intraluminal dan

peningkatan perkembangan bakteri. Hal lain akan terjadi peningkatan

kogesif dan penuruna pada perfusi pada dinding apendiks yang

berkelanjutan pada nekrosis dan imflamasi, maka permukaan eksudat

terjadi pada permukaan serosa apendiks (santacroce,2009)

Dengan selanjutnya proses obtruksi, bakteri akan berproliferasi dan

meningkatkan tekanan intraluminal dan membentuk infiltrate pada

mukosa dinding apendiks yang disebut dengan apendisitis mukosa,

dengan manifestasi ketidak nyamanan abdomen.

Sebenarnya tubuh manusia juga melakukan usaha pertahanan untuk

membtasi proses peradangan ini dengan cara menutupi apendiks

dengan omentum dan usus halus sehingga terbentuk massa

periapendikular yang secara salah dikenal dengan istilah infiltrate

apendiks berlanjut kondisi apendiks akan meningkat risiko terjadinya

perforasi dan pembentukan massa periapendikular. perforasi dengan

cairan inflamasi dan bakteri masuk ke rongga abdomen lalu

memberikan respon imflamasi berbentuk periotenum atau terjadi pada

peritonitis. (Tzanakis, 2005).


G. Pemeriksaan penunjang

1. Laboratorium

Jumlah leukosit diatas 10.000 ditemukan pada lebih dari 90% anak

dengan appendicitis akuta. Jumlah leukosit pada penderita

appendicitis berkisar antara 12.000 - 18.000/mm3. Peningkatan

persentase jumlah neutrofil (shift to the left) dengan jumlah

normal leukosit menunjang diagnosis klinis appendicitis. Jumlah

leukosit yang normal jarang ditemukan pada pasien dengan

appendicitis.

2. Pemeriksaan Urinalisis

membantu untuk membedakan appendicitis dengan pyelonephritis

atau batu ginjal. Meskipun demikian, hematuria ringan dan pyuria

dapat terjadi jika inflamasi appendiks terjadi di dekat ureter.

3. Ultrasonografi Abdomen (USG)

Ultrasonografi sering dipakai sebagai salah satu pemeriksaan

untuk menunjang diagnosis pada kebanyakan pasien dengan gejala

appendicitis. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sensitifitas

USG lebih dari 85% dan spesifitasnya lebih dari 90%.

Gambaran USG yang merupakan kriteria diagnosis appendicitis

acuta adalah appendix dengan diameter anteroposterior 7 mm atau

lebih, didapatkan suatu appendicolith, adanya cairan atau massa

periappendix. False positif dapat muncul dikarenakan infeksi

sekunder appendix sebagai hasil dari salphingitis atau


inflammatory bowel disease. False negatif juga dapat muncul

karena letak appendix yang retrocaecal atau rongga usus yang

terisi banyak udara yang menghalangi appendiks.

4. CT-Scan

CT scan merupakan pemeriksaan yang dapat digunakan untuk

mendiagnosis appendicitis akut jika diagnosisnya tidak

jelas.sensitifitas dan spesifisitasnya kira-kira 95-98%. Pasien-

pasien yang obesitas, presentasi klinis tidak jelas, dan curiga

adanya abscess, maka CT-scan dapat digunakan sebagai pilihan

test diagnostik. Diagnosis appendicitis dengan CT-scan

ditegakkan jika appendix dilatasi lebih dari 5-7 mm pada

diameternya. Dinding pada appendix yang terinfeksi akan

mengeci.

H. Penatalaksaan

1. Keperawatan

a. Lakukan observasi TTV klien .

b. Baringkan pasien dalam posisi semi fowler.

c. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan,

selama pasien dipuasakan. Bila tindakan operas


I. Asuhan Keperawatan

i. Pengkajian

1. Indetitas klien

Biasanya indetitas klien terdiri Nama, umur, jenis kelamin, status,

agama, perkerjaan, pendidikan, alamat ,penanggung jawaban juga

terdiri dari nama,umur penanggung jawab ,hub.keluarga, dan

perkerjaan.

2. Alasan masuk

Biasanya klien waktu mau dirawat kerumah sakit denga keluhan sakit

perut di kuadran kanan bawah, biasanya disertai muntah dan BAB

yang sedikit atau tidak sama sekali, kadang –kadang mengalami diare

dan juga konstipasi.

3. Riwayat kehehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya keluhan yang terasa pada klien yaitu pada saat post op

operasi, merasakan nyeri pada insisi pembedahan, juga bisanya

tersa letih dan tidak bisa beraktivitas atau imobilisasisendiri.

b. Riwayat kesehatan dahulu

Biasanya klien memiliki kebiasaan memakan makanan rendah

serat, juga bisa memakan yang pedas-pedas.

c. Riwayat kesehatan keluarga


Biasanya tidak ada pengaruh ke penyakit keturunan seperti

hipertensi, hepatitis , DM, TBC, dan asma.

d. Pemeriksaan Fisik

Biasanya kesadaran klien normal yaitu composmetis, E :4 V:5

M:6. Tanda-tanda vital klien biasanya tidak normal karena tubuh

klien merasakan nyeri dimulai dari tekanan darah biasanya

tinggi, nadi takikardi dan pernafasan biasanya sesak ketika klien

merasakan nyeri.

e. Kepala

Pada bagian kepala klien bisanya tidak ada masalah kalau

penyakitnya itu apenditis mungkin pada bagian mata ada yang

mendapatkan mata klien seperti mata panda karena klien tidak

bisa tidur menahan sakit.

f. Leher

Pada bagian leher biasanya juga tidak ada terdapat masalah pada

klien yang menderita apedisitis.

g. Thorak

Pada bagian paru-paru biasanya klien tidak ada masalah atau

gangguan bunyi normal paru ketika di perkusi bunyinya biasanya

sonor kedua lapang paru dan apabila di auskultrasi bunyinya

vesikuler. Pada bagian jantung klien juga tidak ada masalah

bunyi jantung klien regular ketika di auskultrasi, Bunyi jantung

klien regular (lup dup), suara jantung ketiga disebabkan osilasi


darah antara orta dan vestikular. Suara jantung terakir (S4)

tubelensi injeksi darah. Suara jantung ketiga dan ke empat

disebab kan oleh pengisian vestrikuler, setelah fase

isovolumetrik dan kontraksi atrial tidak ada kalau ada suara

tambahan seperti murmur (suara gemuruh, berdesir) (Lehrel

1994).

h. Abdomen

Pada bagian abdomen biasanya nyeri dibagian region kanan

bawah atau pada titik Mc Bruney. Saat di lakukan inspeksi.

Biasanya perut tidak ditemui gambaran spesifik. Kembung

sering terlihat pada klien dengan komlikasi perforasi. Benjolan

perut kanan bawah dapat dilihat pada massa atau abses

periapedikular.

Pada saat di palpasi biasnya abdomen kanan bawah akan

didapatkan peninggkatan respons nyeri. Nyeri pada palpasi

terbatas pada region iliaka kanan, dapat disertai nyeri lepas.

Kontraksi otot menunjukan adanya rangsangan periotenium

parietale. Pada penekanan perut kiri bawah akan dirasaka nyeri

diperut kanan bawah yang disebut tanda rofsing. Pada apendisitis

restroksekal atau retroileal diperlukan palpasi dalam untuk

menemukan adanya rasa nyeri. (Sjamsuhidayat 2005).


ii. Diagnosa Keperawatan Menurut NANDA
Berdasarkan data-data hasil pengkajian, diagnose keperawatan yang

biasanya muncul pada klien dengan appendicitis adalah :

1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera fisik (mis,

Abses, amputasi, lukabakar, terpotong, mengangkat berat,

trauma,

prosedur pembedahan, olah raga berlebihah).Domain : 12

Kenyamanan ,Kelas : 1 kenyamanan fisik, Halaman: 469

NANDA

2. Pelambatan pemulihan pasca-bedah berhubungan hambatan

mobilitas (1998,2006,2013 ;LOE 2.1) Domain : 11 Keamanan

/perlindungan, Kelas : 2 Cedera fisik, Halaman :429

3. Ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna makanan.

(1975,2000) Domain :2 Nutrisi, Kelas : 1 Makan, Halaman : 177

4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan Imobilisasi. (1980, 1998,

2006, LOE 2.1)Domain : 4 Aktivitas /Istirahat ,Kelas : 1 Tidur

/istirahat, Halaman : 229

5. Risiko Infesksi (1986, 2010, 2013; LOE 2.1) Domain: 11

Keamanan /Perlindungan,Kelas:1Infeksi,Halaman:405
Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam

rencana keperawatan. Tindakan mencakup tindakan mandiri dan

tindakan kolaborasi. (Tarwoto & Wartonah, 2011).

Pada tahap ini perawat menggunakan semua kemampuan yang

dimiliki dalam melaksanakan tindakan keperawatan terhadap klien

baik secara umum maupun secara khusus pada klien post

appendictomy pada pelaksanaan ini perawat melakukan fungsinya

secara independen. Interdependen dan dependen.

Evaluasi
Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana

perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap

asuhan keperawatan yang diberikan. (Tarwoto & Wartonah, 2011).

Untuk menentukan masalah teratasi, teratasi sebagian, tidak teratasi

atau muncul masalah baru adalah dengan cara membandingkan

antara SOAP dengan tujuan, kriteria hasil yang telah di tetapkan.

Format evaluasi mengguanakan :

S : subjective adalah informasi yang berupa ungkapan yang didapat

dari klien setelah tindakan diperbaiki

O : objective adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,

penilaian, pengukuran, yang dilakukan oleh perawat setelah

dilakukan tindakan
A : analisa adalah membandingkan antara inormasi subjektif dan

objektif dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil

kesimpulan bahwa masalah teratasi, masalah belum teratasi, masalah

teratasi sebagian, atau muncul masalah baru.

P : planning adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan

dilakukan berdasarkan hasil analisa, baik itu rencana diteruskan,

dimodifikasi, dibatalkan ada masalah baru, selesai (tujuan tercapai)


40

Anda mungkin juga menyukai