Cerpen tersebut menceritakan seorang istri benama Atun membawa kertas buram
bertuliskan alamat TARDI, d/a H Rahim, Jalan Lingkar Luar Barat, Gang Langgar, Rt 003/ Rw
05, No 192, Kelurahan Kebon Bambu, Jakarta Barat. Itulah alamat suami atun yang tidak
memberikan kabar selama kurang lebih satu tahun. Atun mencari suaminya keluar kota.
Semua jalan telah dilewati Atun, namun ia belum juga menemukan suaminya. Hingga
sampailah ia pada suatu komplek atau rumah susun yang sangat ramai.
Ia bertemu pada satu lelaki setengah umur yang menyambut kedatangannya. Lelaki
itu bernama Sofyan. Atun dan lelaki itu mengobrol tentang suaminya yang ia cari saat ini.
Dan lelaki itu menjelaskan bahwa satu tahun yang lewat, perusahaan, rumah, dan seluruh
rumah milik karyawannya itu ludes terbakar. Lalu tempat itu dibongkar dan dijadikan
komplek ini. Kini pupus sudah harapan Atun untuk bertemu dengan suaminya itu.
Dan potongan kertas buram bertuliskan alamat Atun terus dibawa oleh Jimin, yang
saat ini sedang ia cari alamatnya. Ia bertanya pada salah satu satpam yang berada di
bangunan bertingkat. Satpam tersebut menjelaskan bahwa alamat itu adalah tempat tinggal
bule.
Lalu ada salah satu satpam datang menghampiri mereka, satpam tersebut
menceritakan bahwa komplek tiga tahun lalu itu telah dibongkar. Penduduk tersebut pindah
entah kemana. Sempat sesaat, alamat itu tertiup angin dan jatuh ke dalam selokan.
Sang Pahlawan
Karya : Jujur Prananto
Pak Kadirin merasa bahwa orang yang turun dari mobil dan berkacamata itu adalah
perampok. Mereka pun membuka kecamatanya dan ternyata mereka adalah rekan sekantor
pak Kadirin. Mereka bernama Rudi dan Molana
Ia diperintahkan untuk menghantarkan uang itu pada pak Baskara, salah satu
direktur jendral di Departemen Urusan Energi dan Kelistrikan Nasional. Lalu Molana
menjelaskan tugas-tugas pak Baskara beserta tanda terima kasih perusahaan terhadap
jasanya. Dan uang yang dibawa pak Kadirin itulah uang tanda terima kasih perusahaan
terhadap kan Baskara.
Parmin
Karya : Jujur Prananto
Perbuatan yang pahit dapat dirasakan oleh orang yang tidak patut dicurigai. Betapa
jahatnya perbuatan mencurigai itu. Apalahi jika orang yang dicurigai itu dalah Parmin.
Tukang kebun ibuku yang rajin dan cekatan, tidak pernah marah dan selalu tersenyum. Kini
sebutan itu tinggal sebutan, ia melaakukan semua pekerjaan rumah yang diperintah oleh
ibuku.
Cerpen tersebut menceritakan persahabatan antara Nana dan Winda. Kisah bermula
dari pesta ulang tahun yang diadakan oleh winda. Nana kemudian bersemangat menghadiri
pesta ulang tahun sahabatnya. Akhirnya ia hanya menitipkan hadiah untuk Winda dan ia
segera pulang. Winda yang mengetahui hal tersebut lalu ia segera menyusul dan berbicara
bahwa persahabatan tidak diukur dari baju yang bagus, karena kehadirannya jauh lebih
berharga.
Cerpen tersebut menggambarkan seorang adik yang suka sekali berhayal. Hingga mainan
miliknya juga ikut menjadi bahan khayalan nya. Ia memainkan mainan nya tanpa hati -
hati,ia sering sekali menabrak – nabrakan mainan nya dengan keras. Kakak nya sering kali
menasehatinya. Tetapi ia tidak memperdulikan nya.
Suatu hari pamannya datang dan memberikan sebuah mobil yang bagus. Sangking
asyiknya ia ceroboh akan pesan kakak nya. Mobilnya rusak, ia menangis dan kakak nya
memarahinya. Setelah selesai di perbaiki, ia pun tersenyum kembali.
Penyesalan
Karya : Agus Kurniawan
Ada seorang anak bernama Bagus yang berfikir bahwa belajar itu tidak penting baginya,
karena ia hanya memiliki kaki yang timpang sebelah. Ibu dan ayahnya selalu mencoba
membuatnya bangkit, tetapi ia tidak menperdulikannya.
Ia hanya menghabiskan waktunya dengan membaca buku dan masalah. Sampai ia hafal
nama penulis dari buku yang ia baca. Contohnya adalah Yudi setiawan. Mereka sering
bertanya jawab melalui surat. Pada minggu siang, ada tamu asing yang datang ke rumah
Bagus, tamu itu bertanya tentang Yudi setiawan. Ternyata tamu asing tersebut adalah Yudi
setiawan. Dan Yudi hanya memiliki satu lengan saja. Tak lama keemudian Bagus tak
menyesali cacat yang dideritanya.