TUGAS 2 LOGIKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Telah kita ketahu, Logika mempelajari cara bernalar yang benar dan kita tidak
bias melaksanakannya tanpa memiliki dahulu pengetahuan yang menjadi
premisnya Bila kita bandingkan dengan sebuah bangunan, premis itu adalah
batu, pasir dan semennya; sedangkan proses penalaran itu dapat kita samakan
dengan bagan atau arsitekturnya.Dengan semen, batu dan pasir serta
arsitekturnya yang baik akan dihasilkan bangunan yang indah dan kokoh,
dengan premis yang dapat dipertanggungjawabkan dan melalui proses
penalaran yang sah akan dihasilkan kesimpulan yang benar Premis-premis di
mana Logika bergelut berupa pernyataan dalam bentuk kata-kata , meskipun
dalam penyelidikan lebih lanjut dijumpai pernyataan dalam bentuk kata-kata,
meskipun dalam penyelidikan lebih lanjut dijumpai pernyataan dalam rumus-
rumus.
1. RUMUSAN MASALAH
1. PENGERTIAN PROPOSISI
1. Subyek
2. Predikat;
Misalnya proposisi: ‘Semua manusia adalah hamba Allah’. Semua manusia sebagai subyek;
hamba Allah sebagai predikat; adalah sebagai kopula.
Menurut logika tradisional, proposisi mestinya terdiri atas tiga bagian, yaitu subyek, predikat
dan kopula. Kopula mesti ada dan fungsinya menyatakan hubungan yang terdapat antara
subyek dan predikat. Hubungan yang dinyatakan oleh kopula mungkin berupa afirmasi, artinya
kopula menyatakan bahwa diantara subyek dan predikat tidak terdapat suatu hubungan
apapun.
Dalam Logika dikenal adanya dua macam proposisi, menurut sumbernya, yaitu proposisi
analitik dan proposisi sintetik. Proposisi analitik adalah proposisi yang predikatnya mempunyai
pengertian yang sudah terkandung pada subyeknya, seperti Burung adalah hewan. Kata
“hewan” pengertiannya sudah terkandung pada subyek “burung”. Jadi predikat pada proposisi
analitik tidak mendatangkan pengetahuan baru. Untuk menilai benar tidaknya proposisi serupa
kit lihat ada tidaknya pertentangan dalam diri pernyataan itu. Prposisi analitik disebut juga
proposisi a priori
Proposisi sintetik adalah proposisi yang predikatnya mempunyai pengertian yang
bukan menjadi keharusan bagi subyeknya, seperti :
Manggis itu manis. Kata “manis” pengertiannya belum terkandung ada
subyeknya, yaitu “manggis”. Jadi kata “manis” merupakan pengetahuan baru
yang didapat melalui pengalaman. Roosisi sintetik adalah lukisan dari kenyataan
empirik maka untuk menguji benar salahnya diukur berdasarkan sesuai tidaknya
dengan kenyataan empiriknya.
Proposisi ini disebut proposisi a posteriori
1. Proposisi Kategorik
Perlu diketahui, meskipun dalam suatu proposisi tidak menyatakan quantifier-nya tidak berarti
subyek dari proposisi tersebut tidak mengandung pengertian banyaknya satuan diikatnya.
Perhatikan proposisi yang quantifier-nya dinyatakan :
Proposisi universal : Semua tanaman membutuhkan air.
Proposisi partikular : Sebagian manusia dapat menerima pendidikan tinggi.
Proposisi singular : Seorang yang bernama Hasan adalah seorang guru.
Proposisi singular positif karena kopulanya mengakui hubungan subyek dan predikat
secara keseluruhan maka juga dilambangkan dengan huruf A. Huruf A dan I masing-
masing sebagai lambang proposisi universal positif dan partikular positif diambil dari
dua huruf hidup pertama kata Latin Affirmo yang berarti mengakui.
2. Proposisi Hipotetik
Pada proposisi kategorik kopula menghubungkan dua buah term sedang pada
proposisi hipotetik kopula menghubungkan dua buah pernyataan. Sebuah
proposisi hipotetik misalnya : ‘Jika hujan turun maka desa akan banjir’ pada
dasarnya terdiri dari dua proposisi kategorik ‘Hujan turun dan ‘Desa akan
banjir’.’Jika’ dan ‘maka’ pada contoh diatas adalah kopula, ‘hujan turun’ sebagai
pernyataan pertama disebut sebab atau antecedent dan ‘desa akan banjir’
sebagai pernyataan kedua disebut akibat atau konsekuen Proposisi hipotetik
mempunyai dua buah bentuk. Yaitu:
Jika A adalah B maka A adalah C, seperti “Jika Feri rajin maka ia akan naik
kelas”.
3. Proposisi Disyungtif
Seperti juga proposisi hipotetik, proposisi disyungtif pada hakikatnya juga terdiri
dari dua buah proposisi kategorika. Sebuah proposisi disyungtif seperti,
Proposisi jika tidak benar maka salah ; jika dianalisis menjadi : ‘Poposisi itu
benar’ dan Proposisi itu salah Kopula yang berupa ‘jika’ dan ‘maka’ mengubah
dua proposisi kategorik menjadi permasalahan disyungtif. Kopula dari proposisi
disyungtif bervariasi sekali, seperti :
Distribusi berhubungan erat dengan pembahasan denotasi term obyek dan predikat
terutama sekali term predikat. Distribusi merupakan penyebaran. Ada dua istilah
yang harus diketahui adalah
Tertebar (distributed) : term obyek atau predikat melingkupi seluruh
denotasinya.
Berikut adalah contoh tertebar tidaknya predikat dalam proposisi kategorik dari
semua permasalahan :
Universal positif :
Distributed undistributed
Partikular positif :
Undistributed Undistributed
Universal negatif :
Distributed Distributed
Partikular negatif :
Undistributed Distributed
Leonard Euler (1707-1783) seorang ahli matematika Swiss menemukan jalan yang
memudahkan kita memahami masalah penyebaran dengan diagram sebagai berikut:
Diagram I :
S.P
Denotasi S (Subyek) dan denotasi P (predikat) sama luasnya, misalnya : Semua
makhluk
adalah ciptaan Tuhan. Diagram ini untuk bentuk A yang term subyek dan predikatnya
sama- sama tertebar
Diagram II :
P
S
Denotasi P (predikat) lebih luas daripada denotasi S (subyek); misalnya : Semua
anggota
MPR bisa baca tulis Diagram ini untuk bentuk A dan S tertebar dan P tidak tertebar.
Jadi ada dua diagram untuk bentuk A.
Diagram III
P
S
Diagram IV :
P
S
Denotasi S dan P tidak berkaitan secara keseluruhan : misalnya: Semua merpati bukan
Diagram V :
P
s
DAFTAR PUSTAKA
McCall, Raymond. 1966. Basic Logic. New York: Barnes and Noble
Mehra, Partap Sing. Pengantar Logika Tradisional. Bandung: Bina Cipta
White, Morton. 1960. The Age of Analysis. New York : New American Library