Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KARYA ILMIAH

HUKUM INTERNASIONAL

PENYELASAIAN KASUS NARKOBA DALAM


JARINGAN INTERNASIONAL

Dosen Pengampu :
Bambang Sutedja. SH.,M.Si

Disusun oleh :
Wisnu Adhitya Ananda (1910631010286 )

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG


FAKULTAS HUKUM
KARAWANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa
nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang No.
35 tahun 2009). Narkotika digolongkan menjadi tiga golongan
sebagaimana tertuang dalam lampiran 1 undang-undang tersebut.
Yang termasuk jenis narkotika adalah:

Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing,


jicingko), opium obat, morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja,
dan damar ganja.

Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta


campuran-campuran dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan
tersebut di atas.
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis
bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan
pada aktivitas mental dan perilaku (Undang-Undang No. 5/1997).
Terdapat empat golongan psikotropika menurut undang-undang
tersebut, tetapi setelah diundangkannya UU No. 35 tahun 2009
tentang narkotika, maka psikotropika golongan I dan II dimasukkan
ke dalam golongan narkotika. Dengan demikian saat ini apabila
bicara masalah psikotropika hanya menyangkut psikotropika
golongan III dan IV sesuai Undang-Undang No. 5/1997. Zat yang
termasuk psikotropika antara lain:

Sedatin (Pil BK), Rohypnol, Magadon, Valium, Mandrax,


Amfetamine, Fensiklidin, Metakualon, Metifenidat, Fenobarbital,
Flunitrazepam, Ekstasi, Shabu-shabu, LSD (Lycergic Syntetic
Diethylamide) dan sebagainya.
Bahan Adiktif berbahaya lainnya adalah bahan-bahan alamiah, semi
sintetis maupun sintetis yang dapat dipakai sebagai pengganti
morfina atau kokaina yang dapat mengganggu sistem saraf pusat,
seperti:
Alkohol yang mengandung ethyl etanol, inhalen/sniffing (bahan
pelarut) berupa zat organik (karbon) yang menghasilkan efek yang
sama dengan yang dihasilkan oleh minuman yang beralkohol atau
obat anaestetik jika aromanya dihisap. Contoh: lem/perekat, aceton,
ether dan sebagainya.
Rumusan Masalah :
1. Bagaimana proses masuknya narkoba ke Indonesia ?
2. Apa saja bentuk kerja sama indonesia dengan negara lain dalam menangani
narkoba ?

Tujuan :
1. Membantu pemerintah dalam menghadapi kasus penyebarana narkoba di Indonesia
2. Memahami kerja sama Indonesia dengan negara lain dan hukum internasional yang
berlaku dalam menangani narkoba
BAB II
PEMBAHASAN

1. Bagaimana proses masuknya narkoba ke Indonesia ?


A. Mantan Deputi Pemberantasan Badan Narkotika Nasional
(BNN), Irjen (Purn) Benny Mamoto, mengatakan berbagai
cara dilakukan oleh jaringan narkoba internasional agar dapat
mengedarkan barang haramnya di Indonesia.
Salah satunya, kata Benny, yakni dengan melibatkan koperasi
yang memiliki kedekatan dengan aparat, baik Polri maupun
TNI. Sehingga, hal itu akan menyulitkan BNN dalam memutus
rantai peredaran narkoba.

Ia menambahkan, beberapa pelabuhan seperti Tanjung Priok,


Tanjung Perak, serta Tanjung Emas di Semarang kerap
dimanfaatkan oleh jaringan internasional untuk mengirim
barang haramnya. Meski begitu, aparat juga harus
memproteksi adanya kemungkinan narkoba masuk melalui
bandara.
B. Sindikat narkoba luar biasa begitu mudah masuk di
Indonesia. Peredaran narkoba ditengarahi adanya jaringan
internasional paling dekat di Indonesia berasal dari   Thailand
dan Philipina. Modus perdaran narkoba bermacam-macam
mulai dari udara, laut dan darat. Selanjutnya peredaran
narkoba paling dominan lewat laut sekitar 80 % karena
narkoba diangkut dengan kapal yang bisa memuat dalam skala
besar.  Begitu luasnya wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia, menjadi peluang dan  sangat mudah dimanfaatkan
para sindikat narkoba ini lolos masuk ke Indonesia lewat laut
karena Indonesia memiliki banyak pulau-pulau dan pantai
serta  pelabuhan baik yang besar ataupun kecil. Kemudian
lewat udara sekitar 20 % dan bandar udara yang ada di
Indonesia belum memiliki alat khusus detektor narkoba di
setiap bandara udara. Alat detektor atau X-Ray yang ada
hanyalah untuk mendeteksi metal bukan untuk mendeteksi
narkoba. Alat detektor atay X-Ray untuk narkoba sudah
dipergunakan di perbatasan Meksiko dan Amerika Serikat
karena di kedua negara tersebut merupakan jalur paling rawan
peredaran narkoba yang berasal dari negara-negara Amerika
Latin.
Peredaran narkoba di darat kebanyakan lintasan Sumatera dan
Jawa, lintasan Pontianak - Entikong- Serawak (Malaysia)
adalah paling sering ditemui perredarannya. Khusus di
pelabuhan Merak- Bakauhuni menjadi pusat perhatian BNN
karena peredaran ganja  di angkut dengan truk. Pelabuhan
tersebu,  menurut informasi BNN belum memiliki alat deteksi
atau X-Ray yang bisa mengecek isi di dalam truk.

Badan  Narkotika Nasional (BNN)  telah berupaya maksimal


dengan melakukan pencegahan, pemberantasan,
penyalagunaan dan Peredaran Gelap Narkoba atau
disebut P4GN. BNN memiliki Visi dan Misi sebagaimana
diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009
tentang Narkoba.

2. Sejumlah negara ASEAN mengikuti pertemuan  The 3rd Meeting


of ASEAN Airport Interdiction Task Force   (AAITF) di Pecatu –
Bali, tanggal 20 – 21 Mei 2013, guna membahas kerjasama
dalam pemberantasan Narkoba di kawasan bandar udara,
pelabuhan dan wilayah perbatasan. AAITF merupakan sebuah
forum yang terbentuk atas gagasan Indonesia, untuk
mengimplementasikan kerja sama antar negara ASEAN.
Pertemuan yang diprakarsai oleh ASEAN  Secretariat dan BNN
ini adalah rangkaian pertemuan ke-3 yang dihadiri oleh anggota
ASEAN dan non ASEAN. Adapun pertemuan pertama dan kedua
telah berlangsung di Bangkok, Thailand, pada tanggal 1 – 3 Mei
2012 dan 1 November 2012.Tujuan yang ingin dicapai dari forum
ini adalah membangun jaringan kerja sama dan kolaborasi di
antara negara-negara ASEAN dalam bidang interdiksi,
khususnya airports interdiction,   guna  memutus jaringan
peredaran gelap Narkoba. Selain itu juga bertujuan memberikan
arti nyata dan kegiatan konkrit bagi upaya bersama negara-
negara ASEAN dalam mencapai ASEAN Drugs Free 2015, serta
membawa manfaat langsung bagi upaya Pencegahan dan
Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba
(P4GN) di Indonesia.Interdiksi sendiri bermakna suatu kegiatan
operasi memutus jaringan sindikat Narkoba nasional maupun
internasional dengan cara mengejar atau menghentikan orang,
kapal laut, pesawat terbang atau kendaraan yang diduga
membawa Narkotika atau Prekursor Narkotika, untuk dilakukan
penangkapan terhadap tersangka serta penyitaan barang bukti
dan asetnya. Dari negara anggota ASEAN, selain Indonesia,
turut hadir delegasi dari Kamboja, Malaysia, Singapura,
Thailand, dan Filipina. Hadir pula beberapa negara  observer,
seperti Jepang, Australia, dan India. Adapun peserta lain dari
lingkup nasional adalah para Kepala Badan Narkotika Nasional
Propinsi (BNNP), Direktur Narkoba Polda seluruh Indonesia
serta perwakilan 10 instansi pemerintah terkait.Dalam
pertemuan  ini para delegasi juga berdiskusi untuk dapat
menyelesaikan term of reference (TOR) yang akan menjadi acuan
kerangka kerjasama bagi para negara anggota ASEAN dan negara
mitra ujar Kepala BNN Anang Iskandar pada saat acara
pembukaan. Guna menambah wawasan, tiap delegasi
mendapatkan sesi untuk memaparkan tentang upaya-upaya yang
dapat dilakukan bersama dalam hal peningkatan kemampuan dan
kerjasama, sekaligus berbagi pengalaman dalam hal operasional
di lapangan. Pelaksanaan AAITF menjadi penting bila kita
mengacu pada Deklarasi Pemimpin ASEAN, mengenai komitmen
ASEAN Bebas Narkoba Tahun 2015. AAITF memiliki peran
strategis dalam memotong lalu lintas peredaran gelap Narkotika
dan Prekursor Narkotika, dari ataupun yang masuk ke wilayah
negara ASEAN dan negara mitra. Indonesia dalam hal ini BNN,
memiliki komitmen tinggi dalam mencegah dan memberantas
peredaran gelap Narkoba, utamanya yang terjadi di wilayah
udara, laut, perairan darat, dan lintas batas. Hal ini ditandai
dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Kepala BNN, Nomor :
KEP 516/XI/BNN/2012, tanggal 28 November 2012, tentang
Teknis Operasional Interdiksi, yang menjadi dasar dan pedoman
teknis bagi Tim Interdiksi Terpadu di tingkat pusat, propinsi,
dan kabupaten/kota dalam menjalankan operasi di
lapangan.Sebagai informasi, kedepannya Indonesia juga
berupaya untuk dapat lebih memaksimalkan keberadaan Satgas
Interdiksi, dari 6 (enam) satgas yang telah terbentuk saat ini
akan ditingkatkan menjadi enam puluh delapan (68). Keenam
satgas yang telah berdiri tersebut berada di wilayah Jakarta,
Medan, Manado, Bitung, Batam, dan Bali.Sebagaimana kita
ketahui, ancaman peredaran Narkoba di Indonesia telah
mencapai tahap yang mengkhawatirkan. Indonesia juga menjadi
tujuan sindikat Narkoba dalam memasukkan berbagai jenis
Narkoba, khususnya amphetamine type stimulants  (ATS), ekstasi
dan methamphetamine kristal. Data UNODC tahun 2011
menyebutkan bahwa terdapat sekitar 3,7 – 4,7 juta penyalahguna
Narkoba di Indonesia. Dari jumlah itu sebanyak 1,2 juta orang
adalah pengguna methamphetamine kristal, sedangkan 950.000
orang mengkonsumsi ekstasi.Oleh karenanya penting bagi kita
untuk tetap menjaga komitmen dalam mensukseskan bentuk
kerjasama ini, sekaligus saling berbagi dan belajar mengenai
pendekatan atau pengalaman dari tiap-tiap negara ASEAN dalam
hal pelaksanaan operasi interdiksi di wilayah yurisdiksinya
masing-masing.

Pentingnya kerja sama yang inklusif dalam rangka


menanggulangi ancaman narkoba menjadi fokus utama dalam
pembukaan sidang Commission on Narcotic Drug (CND) ke-61 di
Wina, pada Senin kemarin (12/3).Kepala BNN RI, Heru Winarko
yang juga hadir dalam kesempatan ini menekankan pentingnya
kerja sama global dalam mengatasi persoalan narkoba secara
terintegrasi dan komprehensif.Heru mengungkapkan
penanggulangan narkoba harus serius mengingat korbannya yang
begitu masif. Mengutip dari data World Drug Report 2017, Heru
menyebutkan bahwa diperkirakan ada sekitar 250 juta orang di
seluruh dunia menggunakan narkoba, dan hampir 30 juta di
antaranya menderita.Bicara soal kerja sama, sidang tahunan CND
merupakan momentum yang tepat bagi negara-negara untuk
meningkatkan kerja samanya dalam memberantas narkoba. Akan
tetapi, tantangan yang dihadapi terkait erat dengan kebijakan
masing-masing negara dalam menyikapi masalah narkoba.Seperti
dijelaskan Dubes/Wakil Tetap RI di Wina, Darmansjah Djumala
bahwa pemberantasan narkoba di dunia memiliki perbedaan
karena dipengaruhi faktor budaya, sosial dan ekonomi
masyarakatnya. Karena perbedaan kondisi inilah, pendekatan
berbagai negara dalam menangani persoalan narkoba juga
berbeda. Darmansjah menyebutkan sebagian besar negara maju
dan Amerika Latin memandang masalah narkoba dengan
pendekatan kesehatan dan cenderung menafikan pendekatan
penegakan hukum. Lain halnya dengan Indonesia dan sejumlah
negara berkembang lainnya yang melihat masalah narkoba secara
komprehensif yaitu menekankan pentingnya penegakan hukum
dalam mengatasi kejahatan narkoba. Kepala BNN menambahkan
pula bahwa, kebijakan penanganan masalah narkoba di Indonesia
dilakukan secara komprehensif, berimbang, dan terintegrasi
mulai dari pencegahan hingga rehabilitasi. Sementara itu, Sekjen
PBB, Antonio Guterres mengungkapkan bahwa dalam
penanggulangan narkoba, masyarakat dunia memiliki sebuah
kesempatan untuk menciptakan langkah yang seimbang dan lebih
baik selama beberapa dekade.Melalui konsensus dari sesi khusus
majelis umum PBB yang mana hal itu merupakan rancangan
cetak biru kita, kita bisa meningkatkan upaya untuk
menghentikan kejahatan terorganisir tapi tetap melindungi hak
asasi, menciptakan pembangunan dan memastikan pengobatan
dan dukungan berdasarkan hak, kata Antonio.Saya telah meminta
UNODC untuk membangun strategi komprehensif yang
melibatkan tiga pilar dengan badan PBB lainnya untuk
meningkatkan upaya kita.Sementara itu, Yury Fedotov, Direktur
Eksekutif UNODC, saat pembukaan mengatakan bahwa pihaknya
masih terus melanjutkan strategi besar terkait persoalan
narkoba.Ia juga menjelaskan tentang pentingnya peran komisi :
Komisi untuk narkoba telah membuktikan perannya dalam
mengkoordinir negara anggota, badan-badan PBB, organisasi
regional, masyarakat sipil, generasi muda dan para
ilmuan.Komitmen politis, pengalaman dan keahlian diakomodir
di sini sebagai sumber penting dalam rangka mencari solusi yang
terintegrasi, seimbang dan mendukung dalam upaya penguatan
konvensi pengawasan narkoba di level dunia, kewajiban hak
asasi, dan upaya pencapaian target pembangunan berkelanjutan,
kata Fedotov seperti dilansir dalam situs resmi UNODC.Dalam
sidang CND tahun ini, Delegasi Indonesia diketuai oleh Kepala
BNN, Heru Winarko dengan anggota delegasi, antara lain Kepala
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), perwakilan
Bareskrim Polri, Mahkamah Agung, Kejaksaan Agung,
Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, dan Kementerian
Luar Negeri.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan :

Narkoba masuk ke Indonesia melalui negara yang berada di


Amerika Latin dan Meksiko dan narkoba pun tidak akan terdeteksi
melalui mesin X-ray karena mesin itu hanya bisa mengscan bahan
metal saja. Bentuk kerjasama Indonesia itu seperti dengan
mengadakan rapat untuk mencegah menyebarnya barang narkotika
di ASEAN.

Saran :
Saran saya untuk mencegahnya dengan sering mengadakan
sosialisasi dari BNN tentang bahaya narkoba dan sebaiknya
pemerintah lebih bertindak tegas kepada aparat yang melakukan
penyebaran barang narkotika tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

https://bnn.go.id/kerja-sama-global-dalam-upaya-perangi-
narkoba/

https://bnn.go.id/asean-bersatu-berantas-narkoba-melalui-
kerjasama-interdiksi/

https://nasional.okezone.com/read/2016/08/06/337/1456795/ini-
cara-masuknya-narkoba-jaringan-internasional-ke-indonesia

https://www.kompasiana.com/ekosetyobudi/550e3229813311892c
bc634e/kenapa-narkoba-mudah-masuk-indonesia

Anda mungkin juga menyukai