Anda di halaman 1dari 47

PENGARUH JENIS KELAMIN SAPI BRAHMAN CROSS

TERHADAP KARAKTERISTIK KARKAS

USULAN PENELITIAN

Oleh:

Yelly Augusta Brilianto


NIM. 175050101111120

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020

i
PENGARUH JENIS KELAMIN SAPI BRAHMAN CROSS
TERHADAP KARAKTERISTIK KARKAS

USULAN PENELITIAN

Oleh:

Yelly Augusta Brilianto


NIM. 175050101111120

Usulan Penelitian Ini Merupakan Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Peternakan Pada Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS
BRAWIJAYA MALANG
2020

ii
PENGARUH JENIS KELAMIN SAPI BRAHMAN CROSS
TERHADAP KARAKTERISTIK KARKAS

USULAN PENELITIAN

Oleh:

Yelly Augusta Brilianto


NIM. 175050101111120

Mengetahui: Menyetujui:
Fakultas Peternakan Pembimbing Utama
Program Studi Peternakan
Ketua,

Dr.Herly Evanuarini, S. Pt, MP Dr. Ir. Sucik Maylinda, Ms.


NIP.  19750110 200801 2 003 NIP. 19560928 198103 2 003
Tanggal………………… Tanggal…………………….

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kedapa Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga usulan penilitan yang berjudul “Pengaruh
Jenis Kelamin Sapi Brahman Cross Terhadap Karakteristik Karkas” dapat
terselesaikan dengan baik. Usulan penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk
mengajukan penelitian tugas akhir yaitu skripsi. Terlepas dari itu penulis
menyampaikan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
menyelesaikan penulisan usulan penelitian ini, terkhusu kepada :
1. Kedua orang tua, Bapak Bambang Ismanto dan Ibu sukinah terkasih yang telah
memberikan dukungan, doa dan semangat yang luar biasa.
2. Dr. Ir. Sucik Maylinda, Ms. Selaku bimbingan utama yang telah memberikan
bimbingan, arahan, masukan, serta saran terhadap penulisan usulan penelitian ini.
3. Prof. Dr. Sc. Agr. Ir. Suyadi, MS., IPU., ASEAN Eng, selaku Dekan Fakultas
Peternakan Universitas Brawijaya.
4. Dr. Khothibul Umam Al Awwaly, S.Pt., M.Si. selaku Ketua Jurusan Fakultas
Peternakan Universitas Brawijaya
5. Dr. Herly Evanuarini, S.Pt, MP selaku Ketua Program Studi Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya.
6. Ir. Nur Cholis, M.Si., IPM., ASEAN Eng. selaku Ketua Minat Produksi ternak
Fakutas Peternakan Universitas Brawijaya.
7. Teman satu tim penelitian atas dukungan, kerjasama dan kekompakan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penulisan usulan
penelitian ini, sehingga penulis mengharapkan kepada pembaca untuk memberikan
masukan, saran serta kritik, guna menyempurnakan usulan penelitian ini. Penulis juga
berharap agar usulan penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak.

iv
RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Grobogan pada tanggal 23 Juli 1998 sebagai anak Tunggal.
Penulis merupakan putra Bapak Bambang Ismanto dan Sukinah, penulis memiliki
Riwayat pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah SD Negeri 1
Purwodadi (2005-2011), SMP Negeri 3 Purwodadi (2011-2014), SMA Negeri 1
Purwodadi (2014-2017) dan melanjutkan pendidian S-1 di Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya Malang pada tahun 2017. Selama di kampus penulis aktif di
beberapa kegiatan mahasiswa yang diikuti antara lain FAPET Sport Community
(FASCO), Panitia PKKMABA 2019 selaku anggota divisi transkoper, Panitia
pelaksana Qurban Nasional selaku anggota divisi transkoper. Penulis juga aktif
sebagai Asisten Praktikum mata kuliah Tingkah Laku Ternak pada tahun 2019-2020.
Selama menjalankan pendidikan di Universitas Brawijaya penulis
mendapatkan beasiswa PPA (Peningkatan Prestasi Akademik) dari Fakultas
Peternakan pada tahun 2019. Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapang (PKL)
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dengan Studi Literatur
dengan judul “Manajemen Pemeliharaan Sapi Bali Jantan di Provinsi Bali’’.

v
THE EFFECT OF GENDER DIFFERENCES ON BRAHMAN CROSS STEER
CHARACTERISTICS

Yelly Augusta Brilianto1), dan Sucik Maylinda2)


1) Student of the Faculty of Animal Husbandry, Universitas Brawijaya
2) Lecturer at the Faculty of Animal Husbandry, Universitas Brawijaya

Email : yellyaugusta11@student.ub.ac.id

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the carcass characteristics of


Brahman cross cattle, carcass lenght, fat weight, cut weight, initial weight and
everage growth daily. The total sample consisted of 20 brahman cross cows. Cutting
age is divided into three categories namely, Steer, Heifer and Bull. The quantitative
results show that the carcass lenghts of the brahman cross cattle Steer, Heifer and
Bull is 131,94 ± 7,47 cm, 131,82 ± 3,59 cm dan 13,74 ± 8,50 cm.The fat weights of
Steer, Heifer and Bull 8,82 ± 3,2kg , 9,12 ± 5,05 kg dan 8,40 ± 1,73 kg. cut weights
of Steer, Heifer and Bull 508,73 ± 77,81 kg, 414,88 ± 46,97 kg dan 560,13 ± 54,69
kg. The initial weight of Steer, Heifer and Bull 359,13 ± 71,36 kg, 296,70 ± 29,75 kg
dan 405,30 ± 44,69 kg.The everage growth daily of Steer, Heifer and Bull 1,39 ±
0,41kg, 1,22 ± 0,41kg dan 1,35 ± 0,33kg.

Key words: beef cattle, gender, and carcass characteristics.

vi
PENGARUH JENIS KELAMIN SAPI BRAHMAN CROSS TERHADAP
KARAKTERISTIK KARKAS

Yelly Augusta Brilianto1), dan Sucik Maylinda2)


1) 
Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
2) 
Dosen Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

Email : yellyaugusta11@student.ub.ac.id

RINGKASAN

Populasi sapi potong di indonesia pada saat ini masih belum bisa mencukupi
kebutuhan daging nasional karena pertambahan populasi sapi potong tidak seimbang
dengan pertambahan penduduk indonesia,sehingga pemerintah harus melakukan
impor sapi dan daging dari luar negeri. Pada tahun 2018 populasi sapi potong di
indonesia berjumlah 16.432.945 ekor sedangkang pada tahun 2019 berjumlah
17.118.650 ekor, meskipun populasi sapi potong secara nasional meningkat namun
belum bisa mengimbangi permintaan akan kebutuhan daging nasional. Badan Pusat
Statistik. Indonesia merupakan salah satu negara pengimpor sapi dengan jumlah yang
cukup besar dengan tujuan untuk memenuhi pasokan daging dalam
negeri. Pada tahun 2017 Indonesia memasukkan sapi sebanyak 165.588.530 kg sapi
dan 118.646.837 kg daging sapi (Statistik Peternakan dan Kesehatan
Hewan, 2018). Salah satu jenis sapi yang banyak diimpor ke Indonesia berasal dari
bangsa Brahman Cross (BX) yang kemudian digemukkan pada usaha
penggemukanuntuk mencapai bobot potong yang tinggi dalam waktu yang relatif
singkat sekitar 90-120 hari. Sapi Brahman Cross (BX) sangat bagus dikembangkan di
lingkungan tropis karena memiliki pertumbuhanyang cepat, tahan parasit, toleran
pada pakan berserat kasar tinggi, pakan yang berkualitas jelek dan mudah beradaptasi
di Indonesia (Kuswati dan Susilawati., 2016). Keberhasilan produksi usaha
penggemukan sapi potong dapat dilihat dari kualitas karkas, presentase bobot karkas
yang di hasilkan serta nilai ekonomi dari karkas, dan mutu karkas. Komposisi karkas
sapi berbeda satu dengan yang lainya, faktor yang menyebabkan perbedaan itu antara
lainya adalah umur, jenis kelmain, bangsa ternak dan nutrisi.
Penelitian ini dilaksanakan di RPH PT. Alif Jaya Sentosa, Desa Karang
Endah, Kecamatan Bandar Jaya, KabupatenLampung Tengah, Lampung .
Pelaksanaan penelitian dimulai pada tanggal 2 November sampai 26 Desember 2020.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh jenis kelamin terhadap
karakteristik karkas dari sapi Brahman Cross. Manfaat penelitian ini diharapkan
mampu menjadi suatu kajian ilmiah serta refrensi bagi akademisi tentang pengaruh
jenis kelamin terhadap karakteristik karkas sapi Brahman Cross. Sapi Brahman Cross

vii
digunakan sebagai bahan informasi untuk penelitian selanjutnya dengan
membandingkan 3 jenis kelamin yaitu Steer, Heifer dan Bull. Materi yang di gunakan
adalah Sapi Brahman Cross ( BX) sebanyak 20 ekor, terbagi menjadi10 ekor steer
dan 10 ekor bheifer yang berasal dari PT KASA dan RPH PT. Alif Jaya Sentosa.
Variabel yang diamati adalah karakteristik karkas yang meliputi panjang karkas,
bobot lemak, bobot potong, bobot bakalan dan pertambahan bobot badan (ADG).
Data sapi Brahman Cross steer berdasarkan jenis kelamin yang diperoleh kemudian
dianalisis dengan Uji Annova searah (one way annova) untuk mengetahui pengaruh
jenis kelamin terhadap karakteristik karkas dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata
Terkecil (BNT).
Hasil penelitian menunjukkan jenis kelamin terhadap panjang karkas, bobot
potong, dan bobot bakalan Brahman Cross berpengaruh nyata (P<0,05),
sedangkan bobot lemak, dan pertambahan bobot badan (ADG) tidak berpengaruh
nyata (P>0,05) terhadap sapi Brahman Cross. Panjang karkas sapi Brahman Cross
pada kelompok Steer, Heifer dan Bull berturut-turut 131,94 ± 7,47 cm, 131,82 ± 3,59
cm dan 13,74 ± 8,50 cm. Bobot potong pada kelompok Steer, Heifer dan Bull
berturut-turut 508,73 ± 77,81 kg, 414,88 ± 46,97 kg dan 560,13 ± 54,69 kg. Bobot
bakalan pada kelompok Steer, Heifer dan Bull berturut-turut 359,13 ± 71,36 kg,
296,70 ± 29,75 kg dan 405,30 ± 44,69 kg. Bobot lemak Brahman Cross pada
kelompok Steer, Heifer dan Bull berturut-turut 8,82 ± 3,2kg , 9,12 ± 5,05 kg dan 8,40
± 1,73 k. Pertambahan bobot badan (ADG) sapi Brahman Cross pada kelompok
Steer, Heifer dan Bull berturut-turut 1,39 ± 0,41kg, 1,22 ± 0,41kg dan 1,35 ± 0,33kg.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin sapi
Brahman Cross berpengaruh terhadap panjang karkas, bobot potong, dan bobot
bakalan tetapi tidak berpengaruh terhadap Bobot lemak dan Pertambahan bobot
badan (ADG). Faktor lingkungan, genetik, pakan dan manajemen sebelum dan
sesudah pemotongan dapat menjadi pengaruh dalam hasil akhir karakteristik karkas
tersebut.

viii
DAFTAR ISI
Isi Halaman

KATA PENGANTAR................................................................................................iv
RIWAYAT HIDUP......................................................................................................v
ABSTRACT..................................................................................................................vi
DAFTAR ISI...............................................................................................................ix
DAFTAR TABEL......................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................7
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................7
1. 2 Rumusan Masalah...............................................................................................8
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................................8
1. 4 Manfaat Penelitian..............................................................................................8
1.5 Kerangka Pikir.....................................................................................................9
1.6 Hipotesis............................................................................................................11
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................12
2.1 Sapi Brahman Cross..........................................................................................12
2.2 Pengertian Daging dan Karkas..........................................................................13
2.3 Jenis kelamin.....................................................................................................14
2.4 Bobot Awal (Hidup)..........................................................................................15
2.4 Pertambahan Bobot Badan................................................................................16
2.5 Bobot Akhir (Bobot Potong).............................................................................16
2.6 Panjang karkas...................................................................................................17
2.7 Presentase Lemak Karkas..................................................................................18
BAB III MATERI DAN METODE PENELITIAN................................................19
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................................19
3.2 Materi Penelitian................................................................................................19
3.2.1 Sapi Brahman Cross...................................................................................19
3.2.2 Peralatan.....................................................................................................19
3.3 Metode Penelitian..............................................................................................19

ix
3.4 Prosedur Penelitian............................................................................................19
3.5Variabel Penelitian.............................................................................................21
3.6 Analisis Data......................................................................................................21
3.7 Batasan Istilah....................................................................................................21
BAB IV PEMBAHASAN..........................................................................................22
4.1 Sapi Brahman Cross..........................................................................................22
4.2 Karakteristik Kuantitatif....................................................................................22
4.2.1 Panjang Karkas...............................................................................................23
4.2.2 Presentase Lemak...........................................................................................24
4.2.3 Bobot Potong..................................................................................................25
4.2.4 Bobot Bakalan (Bobot Awal).........................................................................26
4.2.5 Pertambahan Bobot Badan (ADG).................................................................27
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................29
5.1 Kesimpulan........................................................................................................29
5.2 Saran..................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................30
LAMPIRAN...............................................................................................................33

x
DAFTAR TABEL

Tabel
Halaman
1. Karakteristik Kuantitatif Sapi BX Steer, Heifer dan Bull Ditinjau dari Bobot
Hidup, Pertambahan Bobot Badan, Bobot Potong, Panjang Karkas, dan Bobot
Lemak.....................................................................................................................22

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pikir Penelitian........................................................................................10


2. Sapi Brahman Cross................................................................................................13
3. Grafik Panjang Karkas Sapi Brahman Cross...........................................................24
4. Grafik Presentase Lemak Sapi Brahman Cross.......................................................25
5. Grafik Bobot Potong Sapi Brahman Cross..............................................................26
6. Grafik Bobot Awal Sapi Brahman Cross................................................................27
7. Grafik Pertambahann Bobot Badan Sapi Brahman Cross.......................................28

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Data Panjang Karkas ...............................................................................................33
2. Data Bobot Lemak...................................................................................................34
3. Data Bobot Potong...................................................................................................35
4. Data Bobot Bakalan (Bobot Awal)..........................................................................36
5. Data Pertambahan Bobot Badan (ADG)..................................................................37
6. Analisis Annova Panjang Karkas............................................................................38
7. Analisis Annova Bobot Lemak................................................................................38
8. Analisis Annova Bobot Potong...............................................................................39
9. Analisis Annova Bobot Bakalan (Bobot Awal).......................................................39
10. Analisis Annova Pertambahan Bobot Badan (ADG)............................................40

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Populasi sapi potong di indonesia pada saat ini masih belum bisa mencukupi
kebutuhan daging nasional karena pertambahan populasi sapi potong tidak seimbang
dengan pertambahan penduduk indonesia, sehingga pemerintah harus melakukan
impor sapi dan daging dari luar negeri. Pada tahun 2018 populasi sapi potong di
indonesia berjumlah 16.432.945 ekor sedangkang pada tahun 2019 berjumlah
17.118.650 ekor, meskipun populasi sapi potong secara nasional meningkat namun
belum bisa mengimbangi permintaan akan kebutuhan daging nasional. Badan Pusat
Statistik (2020).
Produksi daging sapi nasional pada tahun 2010 adalah 490,4 ribu ton, sedang
konsumsi daging sapi nasional yang pada tahun 2011 berjumlah 600,5 ribu ton terus
mengalami peningkatan hingga tahun 2019 adalah 661,8 ribu ton. Melihat realitas
yang terjadi tentunya produksi daging nasional belum mampu memenuhi konsumsi
daging nasional yang setiap tahunya mengalami peningkatan. seiring terjadinya
peningkatan penduduk dan kesadaran akan pentingnya konsumsi protein hewani serta
belum berhasilnya usaha peternakan sapi potong dalam memaksimalkan
produksinya . Kementan (2019).
Indonesia merupakan salah satu negara pengimpor sapi dengan jumlah yang
cukup besar dengan tujuan untuk memenuhi pasokan daging dalam
negeri. Pada tahun 2017 Indonesia memasukkan sapi sebanyak 165.588.530 kg sapi
dan 118.646.837 kg daging sapi (Statistik Peternakan dan Kesehatan
Hewan, 2018). Salah satu jenis sapi yang banyak diimpor ke Indonesia berasal dari
bangsa Brahman Cross (BX) yang kemudian digemukkan pada usaha penggemukan
untuk mencapai bobot potong yang tinggi dalam waktu yang relatif singkat sekitar
90-120 hari. Sapi Brahman Cross (BX) sangat bagus dikembangkan di lingkungan
tropis karena memiliki pertumbuhan yang cepat, tahan parasit, toleran pada pakan
berserat kasar tinggi, pakan yang berkualitas jelek dan mudah beradaptasi di
Indonesia ( Kuswati dan Susilawati., 2016).
Keberhasilan produksi usaha penggemukan sapi potong dapat dilihat dari
kualitas karkas, presentase bobot karkas yang di hasilkan serta nilai ekonomi dari
karkas, dan mutu karkas. Komposisi karkas sapi berbeda satu dengan yang lainya,
faktor yang menyebabkan perbedaan itu antara lainya adalah umur dan nutrisi.
Menurut Suryadi (2006) bahwa Komposisi karkas sapi dapat bervariasi, hal ini
sebagian besar didominasi oleh pengaruh variasi bobot badan, dan sebagian kecil
dipengaruhi oleh umur. Kadar laju pertumbuhan, nutrisi, umur dan bobot badan

7
adalah faktor-faktor yang mempunyai hubungan erat antara satu dengan yang lain,
dan biasanya dapat secara sendiri atau Bersama mempengaruhi komposisi karkas.

1. 2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh jenis
kelamin terhadap karakteristik karkas sapi brahman cross.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh jenis kelamin terhadap
karakteristik karkas dari sapi brahman cross.

1. 4 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menjadi suatu kajian ilmiah serta
refrensi bagi akademisi tentang pengaruh jenis kelamin terhadap karakteristik karkas
sapi brahman cross.

8
1.5 Kerangka Pikir
Sapi brahman Cross merupakan sapi yang telah mengalami persilangan
genetik antara sapi brahman dengan sapi lainnya yang memiliki produksi daging
tinggi. sapi brahman cross memiliki keunggulan tahan terhadap kondisi panas,
pertambahan bobot badan harian tinggi, tahan akan berbagai serangan penyakit,
mudah beradaptasi serta mempunyai fertilitas yang tinggi. beberapa keunggulan
tersebut menjadikan sapi brahman cross primadona di dunia penggemukan sapi
potong khususnya di indonesia. Suyadi (2006) berpendapat bahwa Penggemukan sapi
Brahman Cross memperlihatkan keuntungan yaitu tahan terhadap peningkatan panas
lingkungan sehingga mudah beradaptasi terhadap lingkungan tropis dan mempunyai
kemampuan pertumbuhan cepat serta fertilitas tinggi, sehingga memiliki potensi
produksi daging yang tinggi ditinjau dari gatra karkasnya.
Jenis kelamin sangat berpengaruh terhadap produksi dan karakteristik karkas
yang di hasilkan pada seekor ternak (Hafid dan priyanto., 2006). Pernyataan tersebut
di dukung oleh (Zajulie, dkk, 2015) Produksi karkas seekor ternak dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain jenis kelamin, umur dan nutrisi. Jenis kelamin (sex)
mempengaruhi pertumbuhan jaringan dan komposisi karkas.
Wiyatna (2017) menyatakan bahwa bobot karkas akan dipengaruhi oleh
faktor bangsa, umur, berat hidup, jenis kelamin dan pakan yang dikonsumsi. Dengan
demikian semakin tinggi nilai genetik ternak kemudian diberikan tatalaksana yang
baik, maka akan dihasilkan bobot karkas dan perdagingan yang baik. Berdasarkan
uraian tersebut maka perlu dilakukan dilakukan penelitian tentang pengaruh jenis
kelamin terhadap karakteristik karkas. Konsep kerangka pikir penelitian dapat dilihat
pada gambar 1.

9
Gambar 1. Kerangka pikir penelitian

Sapi Brahman Cross Produktivitas tinggi

Jantan Betina

Faktor yang
mempengaruhi
bobot badan adalah
jenis kelamin

- jenis kelamin dapat


memperngaruhi komposisi
karkas dan berat tubuh atau
pada bobot karkas.
Muhammad, Ciptadi dan
Budiarto (2017).
- Salah satu faktor yang
mempengaruhi produksi
dan karakteristik karkas
adalah bobot badan.
- Terdapat hubungan erat
antara bobot badan dan
karakteristik karkas.

 Bobot awal  Bobot akhir (bobot


 Pertambahan bobot Karakteristik karkas potong)
badan  Panjang karkas

10
1.6 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh jenis kelamin
terhadap karakteristik karkas sapi brahman cross yang berbeda antara jantan dan
betina.

11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sapi Brahman Cross


Sapi Brahman Cross yang berasal dari perkawinan silang antara Brahman
dengan Shorthorn, Hereford, Angus atau dengan sapi Beefmaster. Perkawinan silang
ini menghasilkan satu jenis ternak yang mengandung Bos indicus dan juga darah,
sehingga memiliki kemampuan tumbuh dan beradaptasi yang baik terhadap suhu dan
kelembaban yang tinggi. Sapi yang diimpor umumnya berumur muda, steer atau
heifer. Sapi persilangan Brahman memiliki warna kulit merah dan putih karena sifat
persilangan induknya. Proporsi darah dari Brahman Cross adalah 25% sapi Brahman,
25% sapi Hereford ( Bos taurus) dan 25% sapi Shorthorn ( Bos taurus). ( Maylinda.,
2020).
Sapi Brahman Cross di tandai dengan punuk yang besar di atas bahu, tetapi
pada sapi betina punuk tersebut kecil. Di rahang hingga ujung ujung dada tumbuh
gelambir yang lebar dengan banyak lipatan. Tubuhnya berukuran besar dan panjang
dengan kedalaman tubuh sedang. Kulit sapi jantan berwarnaputih ke abu-abuan
sedangkan kulit sapi betina berwarna putih keabuan dan kemerahan. Kepalanya
panjang dengan telinga besar dan rebah menghadap ke bawah ( fikar dan ruhayadi.,
2010).
Mayoritas jenis sapi yang di impor di Indonesia adalah sapi Brahman Cross
BX. Sapi potong yang dijadikan bakalan pada industri penggemukan di Indonesia
berasal berasal dari jenis bangsa sapi Brahman Cross BX. Sapi Brahman Cross
banyak diminati oleh feedloter dikarenakan pertambahan bobot harian (Avarage
Daily Gain = ADG) dan persentase karkas lebih tinggi dengan komponen tulang lebih
rendah dibandingkan dengan sapi lokal (Annashru, Ihsan, Yekti dan Susilawati.,
2017).
Sapi jenis ini membutuhkan adaptasi yang baik karena terdapat perbedaan
lingkungan pemeliharaan antara daerah asalnya yang memiliki iklim subtropis dan
Indonesia yang beriklim tropis (Muslim, Nugroho dan Susilawati., 2013) Sapi
Brahman Cross mempunyai sifat pemalu dan cerdas serta dapat beradaptasi dengan
lingkungannya yang bervariasi. Sapi ini suka menerima perlakuan halus dan dapat
menjadi liar jika menerima perlakuan kasar. Konsekuensinya penanganan sapi ini
harus hatihati. Tetapi secara keseluruhan sapi Brahman mudah dikendalikan (Susanto,
Dewi dan Dahlan., 2017).

12
Gambar 2. Sapi Brahman Cross BX
2.2 Pengertian Daging dan Karkas
Daging merupakan salah satu bahan makanan yang sangat penting dalam
memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, karena di dalam daging mengandung nilai gizi
yang tinggi, seperti protein, lemak, karbohidrat, dan air. Nilai gizi yang tinggi yang
dimiliki daging merupakan media yang baik bagi aktivitas enzim dan pertumbuhan
mikroorganisme, sehingga daging merupakan bahan pangan yang cepat mengalami
kerusakan yang diakibatkan oleh aktivitas mikrobia dan proses enzimatis yang
berlanjut (Sarasati dan Agustina., 2015).
Daging tersusun dari jaringan ikat, epitelial, jaringan-jaringan syaraf,
pembuluh darah dan lemak. Jaringan ikat ini berhubungan dengan kealotan daging.
Banyaknya jaringan ikat yang terkandung di dalam daging akan menentukan tingkat
kealotan/kekerasan daging. Daging adalah sekumpulan otot yang melekat pada
kerangka. Istilah daging berbeda dengan karkas. Daging adalah bagian yang sudah
tidak mengandung tulang, sedangkan karkas berupa daging yang belum dipisahkan
dari tulang-tulangnya. Jadi daging adalah komponen utama karkas. Dan karkas sapi
tersusun dari lemak jaringan adipose, tulang, tulang rawan, jaringan ikat dan tendo.
( Hasnarti dan Rusnarti., 2011).
Faktor-faktor sebelum pemotongan yang dapat mempengaruhi kualitas
daging antara lain genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, umur, pakan
termasuk bahan aditif (hormon, antibiotik dan mineral) dan stres. Kondisi ternak
sebelum dipotong sangat berpengaruh terhadap kualitas daging yang dihasilkan
(Hidayat, Kuswati dan Susilawati., 2016).
Karkas merupakan produk akhir setelah ternak di sembelih dimana ternak
yang baik mampu menghasilkan presentase karkas dan daging yang dapat di
konsumsi dengan presentase yang tinggi. produksi karkas pada sapi di pengaruhi oleh
beberapa faktor yang antara lain umur, jenis kelamin dan nutrisi. Jenis kelamin
merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan jaringan otot
daging pada ternak. menurut pendapat Zajulie, Nasich, Susilawati dan Kuswati

13
(2015) bahwa Karkas Brahman Cross bervariasi antara 45% - 55% tergantung
kondisi sapi saat ditimbang hidup dan performan tiap individunya.
Karkas merupakan komponen penting dalam penilaian produksi usaha ternak
potong. Karkas merupakan bagian tubuh ternak setelah dipotong yang sudah
dipisahkan dari darah, kepala, kulit (pelt), dengkil (bagian bawah metacarpus dan
tarsus) serta jeroan (viscera). Karkas merupakan komponen utama dalam penilaian
suatu produksi usaha potong dan produk utama setelah ternak disembelih, karena
karkas merupakan produk yang memliki nilai tinggi, karena pada karkas diperoleh
daging yang merupakan bahan pangan yang bernutrisi tinggi (Socheh, Purbojo dan
Hakim., 2018).
Karkas yang didapat dari hasil pemotongan akan dipotong menjadi beberapa
bagian yang disebut dengan potongan komersial (commercial cut). Potongan
komersial pada sapi muda (veal) adalah shoulder, rib, loin, sirloin, round, breast, dan
shank sedangkan pada sapi dewasa adalah chuck, rib, short loin, sirloin, round, tip,
flank, short plate, brisket, dan foreshank. Hasil dari pemotongan ternak adalah karkas
dan non karkas ( Suryani, Adiwimarti dan Purbowati., 2012).
2.3 Jenis kelamin
Sapi terdiri atas tiga klasifikasi jenis kelamin (sex-class): cow, heifer dan
steer ( Hafid dan Priyanto., 2006) Faktor jenis kelamin juga dilaporkan berpengaruh
terhadap bobot badan, bobot karkas dan persentase karkas sapi Brahman Cross.
Zajulie dkk. (2015) melaporkan bahwa bobot potong, bobot karkas dan persentase
karkas dari sapi Brahman Cross jantan muda (steers) lebih tinggi dibandingkan yang
betina muda (heifer) (Zurahmah., 2015).
Sapi jantan biasanya mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dibanding
sapi betina, kerena pakan yang diberikan kepada sapi potong jantan lebih ditujukan
untuk produksi daging beda dengan sapi betina yang digunakan untuk reproduksi.
Pertumbuhan yang cepat karena adanya hormon Androgen yaitu suatu hormon
kelamin yang termasuk sebagai hormon pengatur atau stimulan pertumbuhan diantara
ternak jantan dan betina. Testosteron atau androgen merupakan suatu hormon steroid
yang dihasilkan oleh testis yang menyebabkan pertumbuhan ternak jantan lebih cepat
dibandingkan betina terutama setelah timbulnya pubertas ( Socheh, Purbojo dan
Hakim., 2018).
Fungsi fisiologis hormon kelamin ialah mempengaruhi metabolisme yang
berkaitan dengan pertumbuhan melalui stimulasi sintesis protein, meningkatkan
transpor asam amino ke dalam sel, mempengaruhi metabolisme karbohidrat,
meningkatkan glukogenesis dalam hati, merangsang mobilisasi lemak tubuh,
mempengaruhi metabolisme mineral dan memacu pertumbuhan tulang rawan, yang
pada gilirannya memacu pertumbuhan. Selain itu pertumbuhan urat daging ternak
jantan cenderung lebih besar daripada pertumbuhan urat daging ternak betina. Pada
bobot tubuh dan bobot karkas yang sama, ternak jantan mempunyai lebih banyak
daging dan tulang serta sedikit lemak dibandingkan ternak betina. Rata-rata bobot

14
daging tertinggi (206,5 ± 22,01 kg) terdapat pada sapi BX steer pada kelompok umur
pemotongan, sedangkan rata-rata bobot daging terendah (139,87 ± 27,47 kg) terdapat
pada steer ( Zajulie, dkk., 2015).

2.4 Bobot Awal (Hidup)


Secara umum bobot potong merupakan indikator penilaian dalam melakukan
pengukuran pertumbuhan. Jika pengukuran dilakukan pada waktu yang teratur, maka
akan diperoleh suatu kurva yang berbentuk sigmoidal. Pertumbuhan adalah
perubahan bentuk atau ukuran seekor ternak yang dapat dinyatakan dengan panjang,
volume ataupun massa. Bobot hidup akhir dipengaruhi oleh kecepatan pertumbuhan
ternak tersebut, semakin ternak tersebut tumbuh maka berat hidup akan semakin
besar ( Hafid, Patriani, irman dan Aka., 2019).
Berat karkas ternak sapi bervariasi dipengaruhi oleh bobot hidup, bangsa,
jenis kelamin, makanan dan kondisi tubuh ternak. ( Marino, Lomboan dan Sondakh.,
2020) Banyak faktor yang menyebabkan bobot sapi menjadi berbeda-beda seperti
kondisi wilayah (lingkungan), manajemen pemeliharaan, pakan dan kondisi ternak.
Indonesia merupakan negara yang memiliki kondisi wilayah yang beragam
menyebabkan sistem pemeliharaan yang dilaksanakan berbeda-beda tergantung
potensi wilaya tersebut. Perbedaan penggunaan bangsa atau tipe ternak serta pakan
yang digunakan akan menyebabkan bobot badan yang dicapai juga berbeda-beda
meskipun ukuran kerangka realtif sama. Perbedaan sistem manajemen , penggunaan
pakan dan bangsa ternak akan mengakibatkan adanya keragaman kondisi ternak. Hal
tersebut dapat memperlihatkan bahwa bobot badan dapat dioptimalkan karena sapi
yang dipotong umumnya berasal dari perusahaan yang memelihara sapi tersebut
dengan cara intensif. Ukuran kerangka dapat menjadi satu acuan dalam
memperlihatkan pertumbuhan ternak, Pertumbuhan ukuran tubuh meliputi jaringan
lemeak, otot dan tulang. Bobot Karkas Brahman Cross (BX) berkisaran antara
210.00-326.50 kg dengan rataan 282.19 ± 22.25 dan koefisein variasi 7.84. ( Juandhi,
Kurnia dan Anwar., 2019).
Pengaruh pemberian pakan dan minum sebelum pemotongan pada saat
penelitian menyebabkan adanya variasi bobot isi saluran pencernaan yang secara
tidak langsung mempengaruhi persentase karkas. sapi yang tidak dipuasakan tidak
mengalami penyusutan bobot hidup sehingga persentase karkas yang dihasilkan lebih
rendah. Faktor yang turut mempengaruhi persentase karkas adalah volume pakan dan
air minum yang mengisi saluran pencernaan,artinya semakin sedikit pakan dan air
minum dalam alat pencernaan dan kantung kemi maka persentase karkas semakin
tinggi ( Zajulie, dkk., 2015).

15
2.4 Pertambahan Bobot Badan
Bobot badan memiliki hubungan yang lebih baik terhadap tingkat
kegemukan ternak. Bila penyerapan kandungan nutrisi ternak tersebut berbeda, maka
akan mempengaruhi laju pertambahan bobot badan ternak ( Juandhi, dkk., 2019).
Peningkatan laju pertambahan bobot badan harian merupakan upaya utama
penggemukan untuk mencapai bobot potong tinggi dalam waktu relatif singkat
(Suryadi., 2006) Manajemen penggemukan yang digunakan adalah sistem feedlot
fatttening yang bertujuan menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi dengan
penggunaan pakan yang efisien sehingga menghasilkan karkas yang mempunyai
kualitas maupun kuantitas optimal ( Zajulie, dkk., 2015).
Pertambahan bobot badan harian sapi Brahman Cross jenis (BX) steer
sebesar 1,1 kg/hari, heifer 0,83 kg/hari dengan Average Daily Gain mencapai 1,0-1,8
kg/hari. Sapi jantan Brahman Cross (BX) memiliki bobot hidup 726,4 - 998,8 kg dan
betina 454-635,6 kg dengan produksi karkas yang dihasilkan sekitar 186,00-201,38
kg atau persentase karkas mencapai 48,58 - 52,87 %. Sapi yang memiliki nilai
ekonomis tinggi adalah sapi yang mampu menghasilkan karkas sebesar 59 % dari
bobot badan dan diharapkan 46,50 % dari karkas merupakan rencahan daging
konsumsi (Kuswati dan Susilawati, 2016).
Perbedaan pola pertumbuhan diantara bangsa sapi dapat mengakibatkan
perbedaan komposisi karkas dan hasil daging. Pola pertumbuhan otot, lemak dan
tulang serta distribusinya menentukan terjadinya perubahan komposisi dalam karkas
dan potongan komersial karkas (wholesale cuts). Pola pertumbuhan diawali dari distal
kaki mengarah ke badan (proksimal), pada bagian tungkai kaki (shin) depan menuju
ke pangkal lengan (blade), dada (brisket) dan pundak (chuck), sedangkan dari tungkai
kaki belakang (shank) menuju abdomen (flank), pangkal paha (rump) terus kearah
pinggang (loin). Pada bagian dorsal tubuh terlihat pola pertumbuhan diawali dari arah
leher dan punggung (chuck) menuju punggung (cuberoll) dan terhenti di pinggang
(loin). Hal ini berindikasi jika bagian tubuh yang paling lambat bertumbuh adalah
bagian pinggang (loin) sedang yang paling awal bertumbuh adalah tungkai kaki dan
kepala (cranium) (Hafid dan priyanto., 2006).

2.5 Bobot Akhir (Bobot Potong)


Secara umum bobot potong merupakan indikator penilaian dalam melakukan
pengukuran pertumbuhan. Jika pengukuran dilakukan pada waktu yang teratur, maka
akan diperoleh suatu kurva yang berbentuk sigmoidal. Pertumbuhan adalah
perubahan bentuk atau ukuran seekor ternak yang dapat dinyatakan dengan panjang,
volume ataupun massa. Bobot hidup akhir dipengaruhi oleh kecepatan pertumbuhan
ternak tersebut, semakin ternak tersebut tumbuh maka berat hidup akan semakin
besar. ( Hafid, dkk. 2019)

16
Bobot potong dan bobot karkas merupakan suatu indikator produktivitas
ternak yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainya
karena keduanya saling berhubungan, bobot potong semakin meningkat maka
produksi karkas pun meningkat. Meskipun memiliki pengaruh yang sangat penting
dalam menentukan produksi karkas, pemotongan ternak belum sepenuhnya
memperhatikan bobot potong (Neno., 2018).
Bobot karkas adalah bobot hidup setelah dikurangi bobot saluran
pencernaan, darah, kepala, kulit dan keempat kaki mulai dari persendihan carpus atau
tarsus kebawah. Seekor ternak sapi akan dianggap baik kualitasnya apabila dapat
menghasilkan karkas sebesar 59% dari bobot tubuh sapi tersebut. Sapi dengan bobot
potong yang tinggi berpengaruh terhadap bobot karkas, semakin tinggi bobot potong
semakin tinggi juga bobot karkas yang dihasilkan ( Hafid, dkk., 2019).

2.6 Panjang karkas


Panjang karkas Bos Taurus lebih panjang dari sapi-sapi dari Bos Indicus.
Nilai indeks perdagingan memberi gambaran tentang jumlah daging (otot dan lemak)
yang dikandung pada sebuah karkas. Sapi ACC menghasilkan panjang karkas yang
lebih pendek daripada sapi Bali dan sapi ACC sehingga indeks perdagingan sapi
ACC lebih tinggi. Indeks perdagingan merupakan perbandingan antara besarnya
bobot karkas dibagi dengan panjang karkas ( Yosita, dkk., 2012).
Pengukuran panjang adalah hasil pengukuran panjang pada karkas sapi
setelah pemotongan diukur dari ujung depan bahu sampai ujung akhir tulang pinggul
(os pubis). eningkatan panjang karkas tidak selalu diikuti dengan peningkatan bobot
karkas. Secara berturut-turut sapi Madura, Bali, PO dan ACC dengan panjang karkas
145,86 cm, 148,20 cm, 149,12 cm dan 135,80 cm memiliki bobot karkas masing-
masing 138,26 kg, 182,68 kg, 180,76 kg dan 192,56 kg. kastrasi berpengaruh
terhadap panjang karkas. Sapi jantan yang tidak dikastrasi, karkasnya lebih panjang
dibandingkan dengan sapi yang tidak dikastrasi ( Hafid, dkk., 2019).

17
2.7 Presentase Lemak Karkas
Breed sapi mempunyai dampak pada besarnya proporsi lemak dibandingkan
proporsi daging dan tulang. Bila proporsi salah satu komponen karkas tinggi maka
proporsi komponen lainnya akan lebih rendah. Secara genetik, Bos Taurus
menghasilkan proporsi lemak yang lebih banyak pada daerah subkutan, sedikit lemak
intermuskuler dan lemak internal dibandingkan Bos Indicus . ( Yosita, dkk., 2012).
Pakan akan mempengaruhi proporsi kenaikan lemak karkas dan proporsi
daging, pakan yang mengandung energi tinggi akan dapat meningkatkan persentase
karkas dan depot-depot lemak. Selanjutnya dikatakan bahwa nutrisi adalah salah satu
faktor penting yang berpengaruh terhadap proporsi kadar lemak dimana akan
mempengaruhi proses kenaikan lemak pada karkas. Tebal lemak subkutan sebagai
indikator dalam menentukan kualitas karkas (persentase daging dan persentase
lemak) lebih dipengaruhi oleh variasi bangsa, nutrisi dan jenis kelamin. (Ninu.,
2008).
Heifer mempunyai nilai rataan bobot lemak yang lebih rendah dari pada steer.
Kemungkinan besar hal ini terjadi karena heifer pada kelompok umur PI1 dan PI2
mempunyai bobot komponen daging dan tulang yang lebih rendah daripada steer
pada umur yang sama. Peningkatan bobot karkas biasanya diikuti oleh pertambahan
persentase lemak serta penurunan persentase daging dan tulang. Ternak yang lebih
tua mempunyai bobot lemak yang lebih tinggi dibandingkan dengan ternak muda.
Setelah umur ternak dewasa terjadi penimbunan lemak pada beberapa bagian tubuh,
di bawah kulit dan di sekitar organ dalam perkembangan deposisi lemak tubuh antara
lain lemak intermuskuler, perineal, ginjal, subkutan dan omental. Perbedaan distribusi
komponen daging, tulang dan lemak menunjukkan adanya perbedaan pola
pertumbuhan dari masing-masing individu ternak. (Zajulie, dkk, 2015).

18
BAB III
MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 September sampai 1 Oktober
2020 di di PT. Karunia Alam Sentosa Abadi ( KASA) dan Rumah Pemotongan
Hewan (RPH) Alif Jaya. Kampung Rengas, Dusun II, Kecamatan Bekri, Lampung
Tengah.
3.2 Materi Penelitian
3.2.1 Sapi Brahman Cross
Materi yang di gunakan adalah Sapi Brahman Cross yang digunakan
sebanyak 30 ekor ( BX) dari PT KASA
3.2.2 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan manual
dan digita, pita ukur, gloves serta alat tulis.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Penampungan data di
dasarkan pada data primer yang di peroleh dari hasil pencatatan karakteristik karkas
sapi Brahman Cross di Rumah Potong Hewan (RPH) Alif Jaya dan PT KASA.

3.4 Prosedur Penelitian

a. Antemortem
- Sapi diistirahatkan di kandang peristirahatan selama 18 jam untuk
mengurangi stres akibat perjalanan atau proses pengangkutan ternak dan
menetralkan asam basa rumen.
- Dilakukan pemeriksaan antemortem meliputi identitas ternak (bangsa,
jenis kelamin, umur), bobot ternak dan status fisiologis ternak.
b. Proses Pemotongan
- Sapi yang akan disembelih digiring menuju restraining box melalui
gangway.
- Dilakukan proses stunning dengan menggunakan prinsip kerja tekanan
angin yang ditembakkan di kepala sapi dengan tekanan 8-10 bar. Posisi
penembakan tepat pada persilangan antara kedua tanduk dan mata sapi.
- Prosesstunning berhasil, sapi akan pingsan selama 10-15 detik, kemudian
dibuka pintu samping retraining box, sehingga ternak terguling ke bawah.

19
Dilakukan penyembelihan (bleeding) secara islami dengan membaca
basmallah, menghadapkan ke arah kiblat kemudian memotong 4 saluran
yaitu arteri carotis, vena jugularis, saluran pencernaan (oesophagus) dan
saluran pernafasan (trachea). Penyembelihan ini berpedoman pada
prinsip ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal).
- Darah harus dikeluarkan secara maksimal dari tubuh ternak dengan cara
menggantung di bagian kaki belakang pada sendi tendo achilles,
kemudian dikaitkan dengan katrol otomatis yang akan menarik ke atas
sehingga posisi leher berada dibawah.
- Dilakukan pemotongan kepala ternak pada sendi occipito atlantis atau
diantara tulang Atlas dan Axis, kemudian dilakukan pemotongan kaki
(legging) pada bagian kaki depan pada sendi carpal-metacarpal dan pada
kaki belakang pada sendi tarso-metatarsal.
- Skinning atau pemisahan kulit dari tubuh ternak sampai lemak subcutan
dengan menggunakan pisau khusus agar tidak banyak bagian kulit dan
daging yang rusak. Pengulitan dilakukan dengan membuat garis vertikal
pada bagian perut dan dada ke arah bagian kaki dan punggung. Pengulitan
harus dilakukan secara cepat agar tidak terjadi penggumpalan lemak.
- Eviserasi atau pengeluaran organ dalam dilakukan dengan membelah
bagian abdomen dengan pisau, dilanjutkan dengan pembelahan dada
dengan menggunakan brisket saw untuk mengeluarkan isi rongga perut
berupa red offal (jantung, paru-paru, ginjal dan hati) dan green offal
(oesophagus sampai anus).
c. Pengamatan Karkas
- Karkas dibelah secara simetris sepanjang tulang belakang dengan
menggunakan gergaji karkas (carcass saw) yang dialiri air untuk
menghilangkan serbuk tulang yang dapat mengkontaminasi karkas,
kemudian masing-masing sisi karkas diberi identitas karkas dengan
menggunakan sticky note dan ditimbang dengan menggunakan timbangan
digital otomatis (carcass scale). Hasil penimbangan paruh karkas
dijumlahkan untuk memperoleh bobot karkas segar.
- Dilakukan pemisahan medula spinalis, pembukaan tendon pada sepanjang
tulang belakang dan dilakukan proses penggantungan karkas pada
tenderstretch.
- Dilakukan pengukuran panjang karkas dari tulang pinggul terpotong
(Sacrum) sampai ujung tulang rusuk pertama dengan menggunakan mistar
ukur, dan melakukan pengamatan visual pada persebaran lemak sub
kutan.

20
3.5Variabel Penelitian
Variabel yang di ukur dalam penelitian ini antara lain :
1. Bobot awal.
2. Pertambahan Bobot Badan.
3. Bobot Akhir (Bobot Potong).
4. Panjang Karkas.
5. Presentase Lemak

3.6 Analisis Data


Data yang di peroleh dari hasil penelitian dianalisis menggunakan rancangan
statistik ANOVA one way (satu arah)

3.7 Batasan Istilah


Steer : Sapi jantan yang di kastrasi di bawah umur 1 tahun
Heifer : Sapi betina dewasa yang belum pernah beranak.
Karkas : Bagian dari ternak setelah disembelih yang terdiri dari daging
dan tulang, tanpa kepala, kaki, kulit dan jeroan.
Viscera : Organ dalam yang meliputi hati, jantung, paru-paru dam
saluran pencernaan.
edible portion : Bagian karkas dan non karkas yang layak dimakan oleh
manusia.

21
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Sapi Brahman Cross


Sapi Brahman memiliki ciri khas yaitu mempunyai punuk atau gumba dan
bulu rambut yang berwwarna merah. Masyarakat akrab menyebut sapi brahman
tersebut dengan julukan sapi merah, selain peternak rakyat para pengusaha sapi juga
lebih minat terhadap sapi Brahman Cross karena sifatnya yang cepat beradaptasi dan
pertumbuhan yang relatif lebih cepat. Hal ini sebanding dengan pendapat fikar dan
ruhayadi (2010) bahwa Sapi Brahman Cross di tandai dengan punuk yang besar di
atas bahu, tetapi pada sapi betina punuk tersebut kecil. Di rahang hingga ujung ujung
dada tumbuh gelambir yang lebar dengan banyak lipatan. Tubuhnya berukuran besar
dan panjang dengan kedalaman tubuh sedang. Kulit sapi jantan berwarna putih ke
abu-abuan sedangkan kulit sapi betina berwarna putih keabuan dan kemerahan.
Kepalanya panjang dengan telinga besar dan rebah menghadap ke bawah Hal ini
didukung oleh pernyataan Annashru, Ihsan, Yekti dan Susilawati (2017) bahwa
mayoritas jenis sapi yang di impor di Indonesia adalah sapi Brahman Cross BX. Sapi
potong yang dijadikan bakalan pada industri penggemukan di Indonesia berasal
berasal dari jenis bangsa sapi Brahman Cross BX. Sapi Brahman Cross banyak
diminati oleh feedloter dikarenakan pertambahan bobot harian (Avarage Daily Gain =
ADG) dan persentase karkas lebih tinggi dengan komponen tulang lebih rendah
dibandingkan dengan sapi lokal.
4.2 Karakteristik Kuantitatif
Karakteristik kuantitatif merupakan ukuran tubuh ternak yang perlu dilakukan
pengukuran untuk mengetahui pertumbuhan ternak tersebu, ukuran tubuh tersebut
didapatkan dengan berbagai cara atau metode. Hasil pengamatan Bobot Hidup,
Pertambahan Bobot Badan, Bobot Potong, Panjang Karkas, dan Bobot Lemak pada
Sapi Brahman Cross (BX) pada jenis kelamin yang berbeda dapat dilihat pada Tabel
1.

Parameter Steer Heifer Bull


Panjang Karkas 131,94±7,47a 131,82±3,59a 136,74±8,50b
Bobot Lemak 8,82±3,27a 9,12±5,05a 8,40±1,73a
Bobot Potong 508,73±77,81b 414,88±46,97a 560,13±54,69c
Bobot Bakalan (Bobot 359,13±71,36b 296,70±29,75a 405,30±44,69c

22
Awal)
Pertambahan Bobot Badan
1,39±0,41a 1,22±0,41a 1,35±0,33a
(ADG)

4.2.1 Panjang Karkas


Panjang karkas adalah hasil pengukuran panjang pada karkas sapi
setelah pemotongan diukur dari ujung depan bahu sampai ujung akhir tulang pinggul
(os pubis). Berdasarkan pada Tabel 1. bahwa Jenis kelamin berpengaruh nyata
(P<0,05) terhadap panjang karkas Sapi Brahman Cross (BX). Produksi karkas seekor
ternak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jenis kelamin, umur dan
nutrisi. Berdasarkan hasil penelitian Sapi Brahman dengan Jenis Bull mempunyai
panjang karkas yang lebih panjang dibandingkan dengan jenis Steer dan Heifer, yaitu
pada Bull 134,74 cm, sedangkan Steer 131,94 cm, dan Heifer 131,82 cm. Hal ini
sebanding dengan pendapat Hafid, dkk (2019) bahwa kastrasi dapat berpengaruh
terhadap panjang karkas seekor ternak. Sapi jantan yang dikastrasi, karkasnya lebih
panjang dibandingkan dengan sapi yang tidak dikastrasi. Pernyataan ini didukung
oleh Yosita, dkk (2012) panjang karkas Bos Taurus lebih panjang dari sapi-sapi dari
Bos Indicus. Nilai indeks perdagingan memberi gambaran tentang jumlah daging
(otot dan lemak) yang dikandung pada sebuah karkas. Sapi ACC menghasilkan
panjang karkas yang lebih pendek daripada sapi Bali dan sapi ACC sehingga indeks
perdagingan sapi ACC lebih tinggi. Indeks perdagingan merupakan perbandingan
antara besarnya bobot karkas dibagi dengan panjang karkas. Panjang karkas akan
meningkat seiring bertambahnya umur dan meningkatnya ukuran tubuh ternak
tersebut. Hal ini sebanding dengan pendapat Marino, dkk (2020) bahwa ukuran
karkas ditentukan dari nilai indeks karkas (fleshing index). Fleshing index merupakan
perbandingan bobot karkas dengan panjang karkas, nilainya akan meningkat seiring
dengan meningkatnya bobot potong. Selama proses sapi digemukkan pertumbuhan
tulang relatif lambat, sedangkan pertumbuhan daging dan lemak lebih cepat. Berat
atau panjang karkas dapat dipengaruhi oleh bobot hidup ternak, jenis kelamin, pakan,
bangsa ternak, kondisi tubuh ternak. proporsi tulang, otot, dan lemak. Menurut
Herviyanto, dkk (2014) Panjang karkas tidak selalu diikuti dengan penambahan
bobot karkas atau bobot potong seekor ternak. Tulang adalah komponen utama
karkas yang memiliki laju pertumbuhan relatif lebih lambat dibandingkan
pertumbuhan otot dan lemak.

23
Panjang Karkas
138
137
136.74
136
135
134
133
132
131.94 131.82
131
130
129
Steer Heifer Bull

4.2.2 Presentase Lemak


Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa Jenis Kelamin tidak
berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap Bobot Lemak Sapi Brahman Cross (BX). Tabel
1. menunjukan bahwa kelompok Heifer memiliki bobot lemak yang paling tinggi
sebesar 9,12, kelompok Steer sebesar 8,82 dan kelompok Bull memiliki bobot lemak
paling sedikit yaitu hanya sebesar 8,40. Hal ini sebanding dengan hasil penelitian
Zajulie, dkk (2015) bahwa Bobot lemak heifer mempunyai nilai rataan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan steer yaitu (25,29±4,5 kg dan 17,52±2,36 kg) dan
(27,65±5,11 kg dan 23,85±4,79 kg). Ternak jantan Bull dan Heifer mempunyai lebih
banyak daging dan tulang serta lebih sedikit lemak jika dibandingkan dengan ternak
betina.
Hal ini tidak sebanding oleh pernyataan Herviyanto,dkk (2014) bahwa
Brahman cross steer lebih banyak mengandung lemak dari pada daging sehingga
bobot potong dan bobot karkasnya lebih ringan. Menurut Marino, dkk (2020)
proporsi tulang, otot, dan lemak sebagai komponen utama karkas dipengaruhi oleh
berat hidup, dan laju pertumbuhan. Kadar laju pertumbuhan, nutrisi, umur dan berat
tubuh adalah faktor-faktor yang mempunyai hubungan erat antara satu dengan yang
lain, dan dapat secara individu atau kombinasi mempengaruhi komposisi tubuh atau
karkas. Umur seleksi untuk berat potong yang tinggi secara relatif juga
mempengaruhi komposisi tubuh dan karkas.

24
Bobot Lemak
9.2

9.12
9

8.8
8.82

8.6

8.4
8.40

8.2

8
Steer Heifer Bull

4.2.3 Bobot Potong


Hasil annova menunjukkan bahwa jenis kelamin berpengaruh nyata (P<0,05)
terhadap bobot potong sapi Brahman Cross (BX). Berdasarkan hasil penelitian pada
Tabel 1. dapat dilihat bahwa kelompok Bull memiliki nilai bobot potong yang paling
tinggi yaitu sebesar 560,13 Kg, kelompok Heifer memiliki bobot potong paling
rendah sebesar 414,88 Kg, dan kelompok sedang adalah kelompok Steer dengan
bobot 508,73 Kg. Sapi dengan bobot potong yang tinggi dapat berpengaruh terhadap
bobot karkas, semakin tinggi bobot potong semakin tinggi juga bobot karkas yang
dihasilkan (Herviyanto, dkk 2014). Hal ini didukung oleh pernyataan Neno, (2018)
bahwa bobot potong dan bobot karkas merupakan suatu indikator produktivitas ternak
yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainya karena
keduanya saling berhubungan, bobot potong semakin meningkat maka produksi
karkas pun meningkat. Meskipun memiliki pengaruh yang sangat penting dalam
menentukan produksi karkas, pemotongan ternak belum sepenuhnya memperhatikan
bobot potong. Faktor yang dapat menyebabkan rendahnya berat potong sapi pada
antara lain genetik ternak, jenis kelamin, dan umur ternak. Hal ini didukung oleh
Hidayat et al. (2015) bahwa berat potong dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
sebelum dilakukan pemotongan antara lain genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis
kelamin, pakan, bahan adiktif termasuk umur. Bobot potong dapat mengalami
penyusutan karena tidak dipuasakan sebelum dipotong sehingga persentase nilai
karkas lebih rendah. Hal ini sebanding dengan pendapat Juandhi, dkk (2019) bahwa
bobot potong terlalu berat tidak menjamin diperolehnya penampilan karkas yang
diterima di pasaran, apabila disertai dengan penimbunan lemak subkutan yang tebal

25
sebab perlemakan tersebut merupakan bagian yang harus dibuang dan salah satu
faktor penentu klasifikasi kualitas daging. Sebaliknya bobot potong ringan akan
menghasilkan bobot karkas yang ringan sehingga produksinya tidak efisien.

Bobot Potong
600
560.13
500
508.73

400 414.88

300

200

100

0
Steer Heifer Bull

4.2.4 Bobot Bakalan (Bobot Awal)


Usaha penggemukan sapi potong bertujuan untuk menghasilkan daging
dengan memelihara sapi yang mempunyai peningkatan bobot badan tinggi dengan
pemberian pakan yang berkualitas dan waktu yang sesingkatnya. Hal ini didukung
oleh pernyataan Pitono, dkk (2014) bahwa Bos taurus banyak diminati para penusaha
ternak karena kemampuan mengeluarkan keringat pada sapi Bos taurus menjadi
penghambat dalam beradaptasi dengan cuaca panas sehingga berpengaruh terhadap
pertambahan bobot badan harian. Berdasarkan hasil analisis data pada Tabel 1. Jenis
kelamin Sapi Brahman Cross berpengaruh nyata terhadap Bobot Bakalan (Bobot
Awal) (P<0,05). Sapi Brahman Cross banyak dipelihara di Indonesia karena
memiliki produktivitas yang cukup baik. Hal ini sebanding dengan pendapat Wirogo,
dkk (2012) bahwa Sapi Brahman Cross adalah bangsa sapi yang dapat beradaptasi
dengan cepat di lingkungan Indonesia dan memiliki pertambahan bobot badan dan
memiliki bobot badan dasar yang tinggi. Hal ini didukung oleh pernyataan Pitono,
dkk (2014) menyatakan sapi Brahman cross steer banyak diminati oleh feedloter
sebab pertambahan bobot badan harian lebih tinggi dibanding sapi lokal.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa Bobot Bakalan Sapi Brahman Cross
tertinggi ada pada kelompok Bull dengan bobot 405,30 Kg, Kelompok Steer
memeiliki bobot 359,13 Kg dan kelompok Heifer meiliki bobot paling rendah yaitu
sebesar 296,70 Kg. Berat karkas ternak sapi bervariasi dipengaruhi oleh bobot hidup,
bangsa, jenis kelamin, makanan dan kondisi tubuh. Hal ini sebanding oleh pernyataan
Marino, Lomboan dan Sondakh (2020) banyak faktor yang menyebabkan bobot sapi

26
menjadi berbeda-beda seperti kondisi wilayah (lingkungan), manajemen
pemeliharaan, pakan dan kondisi ternak. Indonesia merupakan negara yang memiliki
kondisi wilayah yang beragam menyebabkan sistem pemeliharaan yang dilaksanakan
berbeda-beda tergantung potensi wilayah tersebut ternak. Hal ini didukung juga oleh
pernyataan Juandhi, dkk (2019) perbedaan penggunaan bangsa atau tipe ternak serta
pakan yang digunakan akan menyebabkan bobot badan yang dicapai juga berbeda-
beda meskipun ukuran kerangka realtif sama. Perbedaan sistem manajemen ,
penggunaan pakan dan bangsa ternak akan mengakibatkan adanya keragaman kondisi
ternak. Hal tersebut dapat memperlihatkan bahwa bobot badan dapat dioptimalkan
karena sapi yang dipotong umumnya berasal dari perusahaan yang memelihara sapi
tersebut dengan cara intensif. Ukuran kerangka dapat menjadi satu acuan dalam
memperlihatkan pertumbuhan ternak, Pertumbuhan ukuran tubuh meliputi jaringan
lemeak, otot dan tulang. Bobot Karkas Brahman Cross (BX) berkisaran antara
210.00-326.50 kg dengan rataan 282.19 ± 22.25 dan koefisein variasi 7.84.

Bobot Bakalan
450
400
405.30
350 359.13
300
296.70
250
200
150
100
50
0
Steer Heifer Bull

4.2.5 Pertambahan Bobot Badan (ADG)


Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa Jenis Kelamin tidak
berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap Pertambahan Bobot Badan (ADG) Sapi
Brahman Cross (BX). Sapi Brahman Cross merupakan bangsa sapi yang mampu
beradaptasi dengan cepat di Indonesia dan memiliki kecepatan pertambahan bobot
badan serta memiliki bobot badan dasar yang tinggi Wirogo,dkk (2012). Sapi
Brahman Cross merupakan sapi yang memiliki pertumbuhan yang cukup cepat
dibandingkan dengan sapi lokal lainnya. Berdasarkan hasil penelitian kelompok Steer

27
memiliki nilai ADG yang paling tinggi yaitu 1,39kg dibandingkan dengan Heifer dan
Bull yaitu dengan nilai 1,22kg dan 1,35kg. Hal ini sebanding dengan pendapat
Zajulie, dkk (2015) bahwa Average Daily Gain (ADG) sapi BX berkisar antara 1,0-
1,8 kg/hari, bahkan dalam kondisi tertentu bisa mencapai 2 kg/hari. Karkas Brahman
Cross bervariasi antara 45% - 55% tergantung kondisi sapi saat ditimbang hidup dan
performan tiap individunya. menyatakan bahwa heifer mencapai tingkat kedewasaan
yang lebih awal dan mempunyai masapenggemukan yang lebih cepat dari pada steer,
namun heifer mempunyai pertambahan bobot badan yang lebih rendah dan kurang
efisien dalam mengkonversi pakan. Pernyataan ini didukung juga oleh Kuswati dan
Susilawati, (2016) pertambahan bobot badan harian sapi Brahman Cross jenis (BX)
steer sebesar 1,1 kg/hari, heifer 0,83 kg/hari dengan Average Daily Gain mencapai
1,0-1,8 kg/hari. Sapi jantan Brahman Cross(BX) memiliki bobot hidup 726,4 - 998,8
kg dan betina 454-635,6 kg dengan produksi karkas yang dihasilkan sekitar 186,00-
201,38 kg atau persentase karkas mencapai 48,58 - 52,87 %. Sapi yang memiliki nilai
ekonomis tinggi adalah sapi yang mampu menghasilkan karkas sebesar 59 % dari
bobot badan dan diharapkan 46,50 % dari karkas merupakan rencahan daging
konsumsi.

ADG
1.45

1.4
1.39
1.35
1.35

1.3

1.25

1.22
1.2

1.15

1.1
Steer Heifer Bull

28
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin sapi
Brahman Cross berpengaruh terhadap panjang karkas, bobot potong, dan bobot
bakalan tetapi tidak berpengaruh terhadap Bobot lemak dan Pertambahan bobot
badan (ADG). Faktor lingkungan, genetik, pakan dan manajemen sebelum dan
sesudah pemotongan dapat menjadi pengaruh dalam hasil akhir karakteristik karkas
tersebut.

5.2 Saran
Disarankan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang korelasi jenis
kelamin dan umur sapi Brahman Cros terhadap karakteristik karkas sehingga dapat
mengetahui ternak pada umur berapa dan jenis kelamin apa yang mempunyai
produktivitas karkas tinggi.

29
DAFTAR PUSTAKA

Amri. U. 2009. Proporsi Potongan Utama Komersial Karkas (Primal Cut) Pada Sapi
Brahman Cross. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan. XII (4) : 165-170.

Annashru. F. A., M. N. Ihsan., A. P. A. Yekti dan T. Susilawati. 2017. Pengaruh


perbedaan waktu inseminasi buatan terhadap keberhasilan kebuntingan Sapi
Brahman Cross. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan. 27 (3): 17 – 23.

BPS. 2020. Ekonomi dan Perdagangan 2019.


https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/1016. Diakses tanggal 18
juli 2020.

Fikar. S., D. Ruhayadi. 2010. Berternak dan Bisnis Sapi Potong. PT. Agromedia
Pustaka. Jakarta

Hafid. H., P. Patriani dan R. Aka. 2019. ndeks Perdagingan Sapi Bali Jantan dan
Betina dari Pemeliharaan Tradisional di Sulawesi Tenggara. Prosiding
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. – (-) : 86-94.

Hafid. H dan R. Priyanto. 2006. Pengaruh Konformasi Butt Shape terhadap


Karakteristik Karkas Sapi Brahman Cross pada Beberapa Klasifikasi Jenis
Kelamin. Media Peternakan. 29 (3) : 162-168.

Hasnarti. E dan R. Rusnawati. 2011. Kajian Penggunaan Daging Ikan Mas (Cyprinus
Carpio Linn) Terhadap Tekstur Dan Cita Rasa Bakso Daging Sapi.
Agromedia. 29 (1) : 17-31.

Herviyanto. D., Kuswati., H. Nugroho., dan T. Susilawati. 2014. Bobot Dan Panjang
Karkas Sapi Brahman Cross Steer Pada Butt Shape Berbeda. -. – (-) : 1-9.

Hidayat. M. A., Kuswati dan T. Susilawati. 2016. Pengaruh lama istirahat terhadap
karakteristik karkas dan kualitas fisik daging sapi Brahman Cross Steer.
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (2): 71 – 79.

Juandhi. M. D., D. Kurnia dan P. Anwar. Pendugaan Body Condition Scoring (Bcs)
Terhadap Bobot Badan, Bobot Karkas Dan Persentase Karkas Sapi Brahman
Cross (Bx) Di Rph Kota Pekanbaru. Journal Of Animal Center. 1 (1) : 37-45.

Kementrian Perdagangan Indonesia. 2014. Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam


Negeri Badan Pengkajian Dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan
Kementerian Perdagangan : 1-72.

30
Kuswati dan T. Susilawati. 2010. Industri sapi Potong. Ubpress. Malang.

Marino. F. A.. Lomboan., E. Pudjihastuti dan E. H. B. Sondakh. 2020. Berat Potong,


Berat Karkas Dan Persentase Karkas Ternak Sapi Potong Lokal Yang
Dipotong Di Rumah Potong Hewan Manado. Zootec. 40 (1) : 191 – 195.

Muslim. K. N., H. Nugroho dan T. Susilawati. 2013. Hubungan antara bobot badan
induk dan bobot lahir pedet sapi Brahman cross pada jenis kelamin yang
berbeda. J. Ilmu-Ilmu Peternakan 23 (1):18 – 24.

Neno. M. 2018. Korelasi Bobot Potong terhadap Produksi Karkas Ternak Sapi Bali di
RPH Kota Kefamenanu. Journal of Animal Science. 3 (4) : 60-62.

Ngadiyono. N., H. Hartadi., M. Winugroho., D. D. Siswansyah dan S. N. Ahmad.


2001. Pengaruh Pemberian Bioplus Terhadap Kinerja Sapi Madura Di
Kalimantan Tengah. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 6 (2) : 70-75.

Pitono. A. C., H. Nugroho., Kuswati dan T. Susilawati2. 2014. Performan Sapi Brahman
Cross Steer Warna Merah Dan Putih Pada Fase Finisher. Jurnal Ilmu-Ilmu
Peternakan. -. – (-) : 1-9.

Sarassati. T dan K. K. Agustina. 2015. Kualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi
Bali yang Disimpan pada Suhu - 19o c. Indonesia Medicus Veterinus. 4 (3) :
178-185

Suryadi. U. 2006. Pengaruh Bobot Potong Terhadap Kualitas Dan Hasil Karkas Sapi
Brahman Cross. J.Indon.Trop.Anim.Agric. 31 (1) : 21-27.

Suryani. A. J., R. Adiwinarti dan E. Purbowati. 2012. Potongan Komersial Karkas


Dan Edible Portion Pada Sapi Peranakan Ongole (Po) Yang Diberi Pakan
Jerami Urinasi Dan Konsentrat Dengan Level Yang Berbeda. Animal
Agricultural Journal. 1 (1) : 123-132.

Susanto. M. R. A., R. K. Dewi dan M. Dahlan. 2017. Kesesuaian Rumus Schrool dan
Pita Ukur Terhadap Bobot Badan Sapi Brahman Cross Di Kelompok Ternak
Sumber Jaya Dusun Pilanggot Desa Wonokromo Kecamatan Tikung
Kabupaten Lamongan. Jurnal Peternakan. – (-) : 1-7.

Socheh. M., S.W. Purbojo Dan L.R. Hakim. 2018. Pengaruh Bangsa Sapi Potong
Terhadap Bobot Potong, Bobot Karkas, Dan Persentase Karkas. Prosiding
Seminar Teknologi Dan Agribisnis Peternakan VI. – (-) : 243-248.

31
Wirogo. S., H. Nugroho dan B. Soejosopoetro. 2012. Performan Dan Persentase
Karkas Steer Sapi Brahman Cross Dengan Penambahan Premix Konsentrat
Yang Berbeda. -. – (-) : 1-7.

Wiyatna. M. F. 2007. Perbandingan Indek Perdagingan Sapi-sapi Indonesia (Sapi


Bali, Madura,PO) dengan Sapi Australian Commercial Cross (ACC). Jurnal
Ilmu Ternak. 1 (7) : 22-25.

Yosita. M., U. Santosa dan E. Y. Setyowati. 2012. Persentase Karkas, Tebal Lemak
Punggung Dan Indeks Perdagingan Sapi Bali, Peranakan Ongole Dan
Australian Commercial Cross. -. – (-) : 1-5.
Zajulie. M. I., M. Nasich., T. Susilawati dan Kuswati. 2015. Distribusi komponen
karkas sapi Brahman Cross (BX) hasil penggemukan pada umur pemotongan
yang berbeda. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan. 25 (1): 24 – 34.

Zurahmah. N. 2015. Penggunaan Ukuran Statistik Vital Untuk Menduga Bobot


Karkas Sapi Bali Jantan. - .- (-) : 1-9.

32
LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Panjang Karkas

Jenis Kelamin
No
Steer Heifer Bull
1 140,00 126,00 143,00
2 116,00 131,00 167,00
3 140,00 136,00 130,00
4 144,00 131,00 139,00
5 142,00 134,00 130,00
6 136,00 137,00 122,00
7 138,00 136,00 132,00
8 142,00 131,00 130,00
9 138,00 127,00 129,00
10 137,00 131,00 141,00
11 133,00 132,00 140,00
12 116,00 137,00 141,00
13 121,00 136,00 140,00
14 123,00 130,00 145,00
15 123,00 128,00 139,00
16 134,00 130,00 138,00
17 138,00 128,00 130,00
18 140,00   142,00
19 133,00   131,00
20 135,00   140,00
21 133,00   148,00
22 139,00   137,00
23 123,00   135,00
24 131,00   135,00
25 133,00   143,00
26 131,00   127,00
27 124,00   138,00
28 129,00   136,00
29 128,00   135,00
30 131,00   121,00
31 127,00   135,00
32 126,00    
33 130,00    
Total 4354,00 2241,00 4239,00

33
Lampiran 2. Data Bobot Lemak

Jenis Kelamin
No
Steer Heifer Bull
1 10,80 6,70 9,30
2 14,10 6,80 9,50
3 10,60 10,00 9,20
4 18,30 6,30 7,00
5 13,20 9,10 7,70
6 9,40 7,00 5,70
7 9,20 8,20 8,90
8 13,40 11,40 9,00
9 9,00 7,70 14,20
10 11,70 27,50 9,80
11 11,00 8,60 7,50
12 1,70 11,20 9,20
13 2,00 5,70 9,80
14 9,90 5,00 10,80
15 9,10 7,70 7,20
16 9,50 8,20 9,00
17 6,20 8,00 6,20
18 6,30   5,60
19 8,50   8,00
20 8,40   6,80
21 7,00   8,10
22 8,70   8,50
23 7,00   8,30
24 6,50   8,30
25 11,70   10,50
26 6,50   7,40
27 7,80   8,00
28 7,40   7,20
29 7,50   10,00
30 9,00   6,60
31 5,00   7,00
32 8,00    
33 6,50    
Total 290,90 155,10 260,30

34
Lampiran 3. Bobot Potong

Jenis Kelamin
No
Steer Heifer Bull
1 634,00 354,00 613,00
2 566,00 422,00 615,00
3 513,00 434,00 568,00
4 600,00 381,00 579,00
5 509,00 373,00 604,00
6 475,00 409,00 434,00
7 570,00 426,00 613,00
8 627,00 550,00 615,00
9 592,00 398,00 470,00
10 574,00 436,00 596,00
11 618,00 433,00 529,00
12 322,00 441,00 584,00
13 365,00 405,00 589,00
14 538,00 354,00 619,00
15 589,00 435,00 510,00
16 575,00 359,00 580,00
17 459,00 443,00 564,00
18 415,00   486,00
19 460,00   500,00
20 557,00   486,00
21 404,00   622,00
22 514,00   572,00
23 433,00   545,00
24 550,00   596,00
25 570,00   635,00
26 472,00   482,00
27 473,00   554,00
28 485,00   560,00
29 431,00   593,00
30 510,00   469,00
31 415,00   582,00
32 491,00    
33 482,00    
Total 16788,00 7053,00 17364,00

35
Lampiran 4. Data Bobot Bakalan (Bobot Awal)

Jenis Kelamin
No
Steer Heifer Bull
1 366,00 234,00 440,82
2 440,63 326,00 411,84
3 374,96 314,01 395,29
4 457,58 283,65 420,00
5 376,02 252,25 444,70
6 414,15 303,54 293,17
7 390,85 287,00 436,00
8 427,00 315,05 463,58
9 420,51 254,34 412,19
10 473,92 333,89 411,14
11 459,00 307,73 344,00
12 163,00 320,00 433,17
13 206,00 289,93 438,00
14 396,15 273,18 447,85
15 414,15 339,13 367,00
16 418,00 310,87 437,36
17 310,28 299,35 333,53
18 376,12   337,00
19 298,23   356,00
20 361,77   351,36
21 303,25   430,02
22 326,35   415,34
23 287,18   395,29
24 422,24   439,46
25 411,99   454,14
26 301,24   372,33
27 353,46   438,41
28 324,34   411,14
29 299,00   435,00
30 345,42   339,82
31 283,17   459,39
32 296,22    
33 353,00    
Total 11851,18 5043,92 12564,34

36
Lampiran 5. Data Pertambahan Bobot Badan (ADG)

Jenis Kelamin
No
Steer Heifer Bull
1 2,71 1,21 1,67
2 1,27 0,96 1,97
3 1,38 1,32 1,66
4 1,42 1,07 1,53
5 1,33 1,31 1,52
6 0,60 1,15 1,03
7 1,77 1,35 1,69
8 1,98 2,47 1,43
9 1,70 1,48 0,55
10 0,98 1,05 1,64
11 1,54 1,29 1,85
12 1,53 1,25 1,32
13 1,51 1,17 1,32
14 1,35 0,81 1,50
15 1,63 0,96 1,24
16 1,47 0,48 1,24
17 1,42 1,44 2,00
18 0,35   1,30
19 1,46   1,22
20 1,74   1,14
21 0,90   1,63
22 1,68   1,33
23 1,30   1,27
24 1,14   1,25
25 1,41   1,45
26 1,51   0,88
27 1,05   0,92
28 1,40   1,17
29 1,13   1,24
30 1,42   1,02
31 1,13   0,97
32 1,66    
33 1,10    
Total 45,98 20,77 41,94

37
Lampiran 6. Analisis Annova Panjang Karkas

F tabel
SK db JK KT F hit Sig
(5%)
Perlakuan 2 448,777 224,388 4,209 3,114 0,018
Galat 78 4158,285 53,311      
Total 80 4607,062        
Fhitung >F 0,05

Kesimpulan : Jenis kelamin memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap panjang


karkas sapi Brahman Cross.

Hasil yang didapatkan, kemudian dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
pada taraf 5%.
Uji BNT
t tabel 1,99

SE 2,05
BNT 4,09

Lampiran 7. Analisis Annova Bobot Lemak

SK db JK KT F hit F tabel Sig

Perlakuan 2 6,306 3,153 0,293 3,114 0,747

Galat 78 839,743 10,766      

Total 80 846,048        
Fhitung <F 0,05

Kesimpulan : Jenis kelamin memberikan pengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap


Bobot Lemak Brahman Cross.

38
Lampiran 8. Analisis Annova Bobot Potong
SK db JK KT F hit F tabel Sig
231623,09 115811,54
Perlakuan 2 28,336 3,114 0,000
5 7
318789,79
Galat 78 4087,049      
4
550412,88
Total 80        
9
Fhitung >F 0,05

Kesimpulan : Jenis kelamin memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap Bobot


Potong sapi Brahman Cross.

Hasil yang didapatkan, kemudian dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
pada taraf 5%.
Uji BNT

t tabel 1,99

SE 17,97

BNT 35,77

Lampiran 9. Analisis Annova Bobot Bakalan (Bobot Awal)


SK db JK KT F hit F tabel Sig
65325,50
Perlakuan 2 130651,001 21,497 3,114 0,000
1
Galat 78 237027,873 3038,819      

Total 80 367678,875        
Fhitung >F 0,05

Kesimpulan : Jenis kelamin memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap Bobot


Bakalan (Bobot Awal) sapi Brahman Cross.

39
Hasil yang didapatkan, kemudian dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
pada taraf 5%.

Uji BNT
t tabel 1,99
SE 15,49
BNT 30,85

Lampiran 10. Analisis Annova Pertambahan Bobot Badan (ADG)


SK db JK KT F hit F tabel Sig

Perlakuan 2 0,335 0,168 1,176 3,114 0,314

Galat 78 11,121 0,143      

Total 80 11,456        
Fhitung <F 0,05

Kesimpulan : Jenis kelamin memberikan pengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap


Pertambahan Bobot Badan (ADG) Brahman Cross.

40

Anda mungkin juga menyukai