Yelly Augusta B, Revisi
Yelly Augusta B, Revisi
USULAN PENELITIAN
Oleh:
i
PENGARUH JENIS KELAMIN SAPI BRAHMAN CROSS
TERHADAP KARAKTERISTIK KARKAS
USULAN PENELITIAN
Oleh:
Usulan Penelitian Ini Merupakan Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Peternakan Pada Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
ii
PENGARUH JENIS KELAMIN SAPI BRAHMAN CROSS
TERHADAP KARAKTERISTIK KARKAS
USULAN PENELITIAN
Oleh:
Mengetahui: Menyetujui:
Fakultas Peternakan Pembimbing Utama
Program Studi Peternakan
Ketua,
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kedapa Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga usulan penilitan yang berjudul “Pengaruh
Jenis Kelamin Sapi Brahman Cross Terhadap Karakteristik Karkas” dapat
terselesaikan dengan baik. Usulan penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk
mengajukan penelitian tugas akhir yaitu skripsi. Terlepas dari itu penulis
menyampaikan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
menyelesaikan penulisan usulan penelitian ini, terkhusu kepada :
1. Kedua orang tua, Bapak Bambang Ismanto dan Ibu sukinah terkasih yang telah
memberikan dukungan, doa dan semangat yang luar biasa.
2. Dr. Ir. Sucik Maylinda, Ms. Selaku bimbingan utama yang telah memberikan
bimbingan, arahan, masukan, serta saran terhadap penulisan usulan penelitian ini.
3. Prof. Dr. Sc. Agr. Ir. Suyadi, MS., IPU., ASEAN Eng, selaku Dekan Fakultas
Peternakan Universitas Brawijaya.
4. Dr. Khothibul Umam Al Awwaly, S.Pt., M.Si. selaku Ketua Jurusan Fakultas
Peternakan Universitas Brawijaya
5. Dr. Herly Evanuarini, S.Pt, MP selaku Ketua Program Studi Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya.
6. Ir. Nur Cholis, M.Si., IPM., ASEAN Eng. selaku Ketua Minat Produksi ternak
Fakutas Peternakan Universitas Brawijaya.
7. Teman satu tim penelitian atas dukungan, kerjasama dan kekompakan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penulisan usulan
penelitian ini, sehingga penulis mengharapkan kepada pembaca untuk memberikan
masukan, saran serta kritik, guna menyempurnakan usulan penelitian ini. Penulis juga
berharap agar usulan penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak.
iv
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Grobogan pada tanggal 23 Juli 1998 sebagai anak Tunggal.
Penulis merupakan putra Bapak Bambang Ismanto dan Sukinah, penulis memiliki
Riwayat pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah SD Negeri 1
Purwodadi (2005-2011), SMP Negeri 3 Purwodadi (2011-2014), SMA Negeri 1
Purwodadi (2014-2017) dan melanjutkan pendidian S-1 di Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya Malang pada tahun 2017. Selama di kampus penulis aktif di
beberapa kegiatan mahasiswa yang diikuti antara lain FAPET Sport Community
(FASCO), Panitia PKKMABA 2019 selaku anggota divisi transkoper, Panitia
pelaksana Qurban Nasional selaku anggota divisi transkoper. Penulis juga aktif
sebagai Asisten Praktikum mata kuliah Tingkah Laku Ternak pada tahun 2019-2020.
Selama menjalankan pendidikan di Universitas Brawijaya penulis
mendapatkan beasiswa PPA (Peningkatan Prestasi Akademik) dari Fakultas
Peternakan pada tahun 2019. Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapang (PKL)
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dengan Studi Literatur
dengan judul “Manajemen Pemeliharaan Sapi Bali Jantan di Provinsi Bali’’.
v
THE EFFECT OF GENDER DIFFERENCES ON BRAHMAN CROSS STEER
CHARACTERISTICS
Email : yellyaugusta11@student.ub.ac.id
ABSTRACT
vi
PENGARUH JENIS KELAMIN SAPI BRAHMAN CROSS TERHADAP
KARAKTERISTIK KARKAS
Email : yellyaugusta11@student.ub.ac.id
RINGKASAN
Populasi sapi potong di indonesia pada saat ini masih belum bisa mencukupi
kebutuhan daging nasional karena pertambahan populasi sapi potong tidak seimbang
dengan pertambahan penduduk indonesia,sehingga pemerintah harus melakukan
impor sapi dan daging dari luar negeri. Pada tahun 2018 populasi sapi potong di
indonesia berjumlah 16.432.945 ekor sedangkang pada tahun 2019 berjumlah
17.118.650 ekor, meskipun populasi sapi potong secara nasional meningkat namun
belum bisa mengimbangi permintaan akan kebutuhan daging nasional. Badan Pusat
Statistik. Indonesia merupakan salah satu negara pengimpor sapi dengan jumlah yang
cukup besar dengan tujuan untuk memenuhi pasokan daging dalam
negeri. Pada tahun 2017 Indonesia memasukkan sapi sebanyak 165.588.530 kg sapi
dan 118.646.837 kg daging sapi (Statistik Peternakan dan Kesehatan
Hewan, 2018). Salah satu jenis sapi yang banyak diimpor ke Indonesia berasal dari
bangsa Brahman Cross (BX) yang kemudian digemukkan pada usaha
penggemukanuntuk mencapai bobot potong yang tinggi dalam waktu yang relatif
singkat sekitar 90-120 hari. Sapi Brahman Cross (BX) sangat bagus dikembangkan di
lingkungan tropis karena memiliki pertumbuhanyang cepat, tahan parasit, toleran
pada pakan berserat kasar tinggi, pakan yang berkualitas jelek dan mudah beradaptasi
di Indonesia (Kuswati dan Susilawati., 2016). Keberhasilan produksi usaha
penggemukan sapi potong dapat dilihat dari kualitas karkas, presentase bobot karkas
yang di hasilkan serta nilai ekonomi dari karkas, dan mutu karkas. Komposisi karkas
sapi berbeda satu dengan yang lainya, faktor yang menyebabkan perbedaan itu antara
lainya adalah umur, jenis kelmain, bangsa ternak dan nutrisi.
Penelitian ini dilaksanakan di RPH PT. Alif Jaya Sentosa, Desa Karang
Endah, Kecamatan Bandar Jaya, KabupatenLampung Tengah, Lampung .
Pelaksanaan penelitian dimulai pada tanggal 2 November sampai 26 Desember 2020.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh jenis kelamin terhadap
karakteristik karkas dari sapi Brahman Cross. Manfaat penelitian ini diharapkan
mampu menjadi suatu kajian ilmiah serta refrensi bagi akademisi tentang pengaruh
jenis kelamin terhadap karakteristik karkas sapi Brahman Cross. Sapi Brahman Cross
vii
digunakan sebagai bahan informasi untuk penelitian selanjutnya dengan
membandingkan 3 jenis kelamin yaitu Steer, Heifer dan Bull. Materi yang di gunakan
adalah Sapi Brahman Cross ( BX) sebanyak 20 ekor, terbagi menjadi10 ekor steer
dan 10 ekor bheifer yang berasal dari PT KASA dan RPH PT. Alif Jaya Sentosa.
Variabel yang diamati adalah karakteristik karkas yang meliputi panjang karkas,
bobot lemak, bobot potong, bobot bakalan dan pertambahan bobot badan (ADG).
Data sapi Brahman Cross steer berdasarkan jenis kelamin yang diperoleh kemudian
dianalisis dengan Uji Annova searah (one way annova) untuk mengetahui pengaruh
jenis kelamin terhadap karakteristik karkas dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata
Terkecil (BNT).
Hasil penelitian menunjukkan jenis kelamin terhadap panjang karkas, bobot
potong, dan bobot bakalan Brahman Cross berpengaruh nyata (P<0,05),
sedangkan bobot lemak, dan pertambahan bobot badan (ADG) tidak berpengaruh
nyata (P>0,05) terhadap sapi Brahman Cross. Panjang karkas sapi Brahman Cross
pada kelompok Steer, Heifer dan Bull berturut-turut 131,94 ± 7,47 cm, 131,82 ± 3,59
cm dan 13,74 ± 8,50 cm. Bobot potong pada kelompok Steer, Heifer dan Bull
berturut-turut 508,73 ± 77,81 kg, 414,88 ± 46,97 kg dan 560,13 ± 54,69 kg. Bobot
bakalan pada kelompok Steer, Heifer dan Bull berturut-turut 359,13 ± 71,36 kg,
296,70 ± 29,75 kg dan 405,30 ± 44,69 kg. Bobot lemak Brahman Cross pada
kelompok Steer, Heifer dan Bull berturut-turut 8,82 ± 3,2kg , 9,12 ± 5,05 kg dan 8,40
± 1,73 k. Pertambahan bobot badan (ADG) sapi Brahman Cross pada kelompok
Steer, Heifer dan Bull berturut-turut 1,39 ± 0,41kg, 1,22 ± 0,41kg dan 1,35 ± 0,33kg.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin sapi
Brahman Cross berpengaruh terhadap panjang karkas, bobot potong, dan bobot
bakalan tetapi tidak berpengaruh terhadap Bobot lemak dan Pertambahan bobot
badan (ADG). Faktor lingkungan, genetik, pakan dan manajemen sebelum dan
sesudah pemotongan dapat menjadi pengaruh dalam hasil akhir karakteristik karkas
tersebut.
viii
DAFTAR ISI
Isi Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................................iv
RIWAYAT HIDUP......................................................................................................v
ABSTRACT..................................................................................................................vi
DAFTAR ISI...............................................................................................................ix
DAFTAR TABEL......................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................7
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................7
1. 2 Rumusan Masalah...............................................................................................8
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................................8
1. 4 Manfaat Penelitian..............................................................................................8
1.5 Kerangka Pikir.....................................................................................................9
1.6 Hipotesis............................................................................................................11
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................12
2.1 Sapi Brahman Cross..........................................................................................12
2.2 Pengertian Daging dan Karkas..........................................................................13
2.3 Jenis kelamin.....................................................................................................14
2.4 Bobot Awal (Hidup)..........................................................................................15
2.4 Pertambahan Bobot Badan................................................................................16
2.5 Bobot Akhir (Bobot Potong).............................................................................16
2.6 Panjang karkas...................................................................................................17
2.7 Presentase Lemak Karkas..................................................................................18
BAB III MATERI DAN METODE PENELITIAN................................................19
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................................19
3.2 Materi Penelitian................................................................................................19
3.2.1 Sapi Brahman Cross...................................................................................19
3.2.2 Peralatan.....................................................................................................19
3.3 Metode Penelitian..............................................................................................19
ix
3.4 Prosedur Penelitian............................................................................................19
3.5Variabel Penelitian.............................................................................................21
3.6 Analisis Data......................................................................................................21
3.7 Batasan Istilah....................................................................................................21
BAB IV PEMBAHASAN..........................................................................................22
4.1 Sapi Brahman Cross..........................................................................................22
4.2 Karakteristik Kuantitatif....................................................................................22
4.2.1 Panjang Karkas...............................................................................................23
4.2.2 Presentase Lemak...........................................................................................24
4.2.3 Bobot Potong..................................................................................................25
4.2.4 Bobot Bakalan (Bobot Awal).........................................................................26
4.2.5 Pertambahan Bobot Badan (ADG).................................................................27
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................29
5.1 Kesimpulan........................................................................................................29
5.2 Saran..................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................30
LAMPIRAN...............................................................................................................33
x
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Karakteristik Kuantitatif Sapi BX Steer, Heifer dan Bull Ditinjau dari Bobot
Hidup, Pertambahan Bobot Badan, Bobot Potong, Panjang Karkas, dan Bobot
Lemak.....................................................................................................................22
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Data Panjang Karkas ...............................................................................................33
2. Data Bobot Lemak...................................................................................................34
3. Data Bobot Potong...................................................................................................35
4. Data Bobot Bakalan (Bobot Awal)..........................................................................36
5. Data Pertambahan Bobot Badan (ADG)..................................................................37
6. Analisis Annova Panjang Karkas............................................................................38
7. Analisis Annova Bobot Lemak................................................................................38
8. Analisis Annova Bobot Potong...............................................................................39
9. Analisis Annova Bobot Bakalan (Bobot Awal).......................................................39
10. Analisis Annova Pertambahan Bobot Badan (ADG)............................................40
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
7
adalah faktor-faktor yang mempunyai hubungan erat antara satu dengan yang lain,
dan biasanya dapat secara sendiri atau Bersama mempengaruhi komposisi karkas.
1. 2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh jenis
kelamin terhadap karakteristik karkas sapi brahman cross.
1. 4 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menjadi suatu kajian ilmiah serta
refrensi bagi akademisi tentang pengaruh jenis kelamin terhadap karakteristik karkas
sapi brahman cross.
8
1.5 Kerangka Pikir
Sapi brahman Cross merupakan sapi yang telah mengalami persilangan
genetik antara sapi brahman dengan sapi lainnya yang memiliki produksi daging
tinggi. sapi brahman cross memiliki keunggulan tahan terhadap kondisi panas,
pertambahan bobot badan harian tinggi, tahan akan berbagai serangan penyakit,
mudah beradaptasi serta mempunyai fertilitas yang tinggi. beberapa keunggulan
tersebut menjadikan sapi brahman cross primadona di dunia penggemukan sapi
potong khususnya di indonesia. Suyadi (2006) berpendapat bahwa Penggemukan sapi
Brahman Cross memperlihatkan keuntungan yaitu tahan terhadap peningkatan panas
lingkungan sehingga mudah beradaptasi terhadap lingkungan tropis dan mempunyai
kemampuan pertumbuhan cepat serta fertilitas tinggi, sehingga memiliki potensi
produksi daging yang tinggi ditinjau dari gatra karkasnya.
Jenis kelamin sangat berpengaruh terhadap produksi dan karakteristik karkas
yang di hasilkan pada seekor ternak (Hafid dan priyanto., 2006). Pernyataan tersebut
di dukung oleh (Zajulie, dkk, 2015) Produksi karkas seekor ternak dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain jenis kelamin, umur dan nutrisi. Jenis kelamin (sex)
mempengaruhi pertumbuhan jaringan dan komposisi karkas.
Wiyatna (2017) menyatakan bahwa bobot karkas akan dipengaruhi oleh
faktor bangsa, umur, berat hidup, jenis kelamin dan pakan yang dikonsumsi. Dengan
demikian semakin tinggi nilai genetik ternak kemudian diberikan tatalaksana yang
baik, maka akan dihasilkan bobot karkas dan perdagingan yang baik. Berdasarkan
uraian tersebut maka perlu dilakukan dilakukan penelitian tentang pengaruh jenis
kelamin terhadap karakteristik karkas. Konsep kerangka pikir penelitian dapat dilihat
pada gambar 1.
9
Gambar 1. Kerangka pikir penelitian
Jantan Betina
Faktor yang
mempengaruhi
bobot badan adalah
jenis kelamin
10
1.6 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh jenis kelamin
terhadap karakteristik karkas sapi brahman cross yang berbeda antara jantan dan
betina.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
12
Gambar 2. Sapi Brahman Cross BX
2.2 Pengertian Daging dan Karkas
Daging merupakan salah satu bahan makanan yang sangat penting dalam
memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, karena di dalam daging mengandung nilai gizi
yang tinggi, seperti protein, lemak, karbohidrat, dan air. Nilai gizi yang tinggi yang
dimiliki daging merupakan media yang baik bagi aktivitas enzim dan pertumbuhan
mikroorganisme, sehingga daging merupakan bahan pangan yang cepat mengalami
kerusakan yang diakibatkan oleh aktivitas mikrobia dan proses enzimatis yang
berlanjut (Sarasati dan Agustina., 2015).
Daging tersusun dari jaringan ikat, epitelial, jaringan-jaringan syaraf,
pembuluh darah dan lemak. Jaringan ikat ini berhubungan dengan kealotan daging.
Banyaknya jaringan ikat yang terkandung di dalam daging akan menentukan tingkat
kealotan/kekerasan daging. Daging adalah sekumpulan otot yang melekat pada
kerangka. Istilah daging berbeda dengan karkas. Daging adalah bagian yang sudah
tidak mengandung tulang, sedangkan karkas berupa daging yang belum dipisahkan
dari tulang-tulangnya. Jadi daging adalah komponen utama karkas. Dan karkas sapi
tersusun dari lemak jaringan adipose, tulang, tulang rawan, jaringan ikat dan tendo.
( Hasnarti dan Rusnarti., 2011).
Faktor-faktor sebelum pemotongan yang dapat mempengaruhi kualitas
daging antara lain genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, umur, pakan
termasuk bahan aditif (hormon, antibiotik dan mineral) dan stres. Kondisi ternak
sebelum dipotong sangat berpengaruh terhadap kualitas daging yang dihasilkan
(Hidayat, Kuswati dan Susilawati., 2016).
Karkas merupakan produk akhir setelah ternak di sembelih dimana ternak
yang baik mampu menghasilkan presentase karkas dan daging yang dapat di
konsumsi dengan presentase yang tinggi. produksi karkas pada sapi di pengaruhi oleh
beberapa faktor yang antara lain umur, jenis kelamin dan nutrisi. Jenis kelamin
merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan jaringan otot
daging pada ternak. menurut pendapat Zajulie, Nasich, Susilawati dan Kuswati
13
(2015) bahwa Karkas Brahman Cross bervariasi antara 45% - 55% tergantung
kondisi sapi saat ditimbang hidup dan performan tiap individunya.
Karkas merupakan komponen penting dalam penilaian produksi usaha ternak
potong. Karkas merupakan bagian tubuh ternak setelah dipotong yang sudah
dipisahkan dari darah, kepala, kulit (pelt), dengkil (bagian bawah metacarpus dan
tarsus) serta jeroan (viscera). Karkas merupakan komponen utama dalam penilaian
suatu produksi usaha potong dan produk utama setelah ternak disembelih, karena
karkas merupakan produk yang memliki nilai tinggi, karena pada karkas diperoleh
daging yang merupakan bahan pangan yang bernutrisi tinggi (Socheh, Purbojo dan
Hakim., 2018).
Karkas yang didapat dari hasil pemotongan akan dipotong menjadi beberapa
bagian yang disebut dengan potongan komersial (commercial cut). Potongan
komersial pada sapi muda (veal) adalah shoulder, rib, loin, sirloin, round, breast, dan
shank sedangkan pada sapi dewasa adalah chuck, rib, short loin, sirloin, round, tip,
flank, short plate, brisket, dan foreshank. Hasil dari pemotongan ternak adalah karkas
dan non karkas ( Suryani, Adiwimarti dan Purbowati., 2012).
2.3 Jenis kelamin
Sapi terdiri atas tiga klasifikasi jenis kelamin (sex-class): cow, heifer dan
steer ( Hafid dan Priyanto., 2006) Faktor jenis kelamin juga dilaporkan berpengaruh
terhadap bobot badan, bobot karkas dan persentase karkas sapi Brahman Cross.
Zajulie dkk. (2015) melaporkan bahwa bobot potong, bobot karkas dan persentase
karkas dari sapi Brahman Cross jantan muda (steers) lebih tinggi dibandingkan yang
betina muda (heifer) (Zurahmah., 2015).
Sapi jantan biasanya mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dibanding
sapi betina, kerena pakan yang diberikan kepada sapi potong jantan lebih ditujukan
untuk produksi daging beda dengan sapi betina yang digunakan untuk reproduksi.
Pertumbuhan yang cepat karena adanya hormon Androgen yaitu suatu hormon
kelamin yang termasuk sebagai hormon pengatur atau stimulan pertumbuhan diantara
ternak jantan dan betina. Testosteron atau androgen merupakan suatu hormon steroid
yang dihasilkan oleh testis yang menyebabkan pertumbuhan ternak jantan lebih cepat
dibandingkan betina terutama setelah timbulnya pubertas ( Socheh, Purbojo dan
Hakim., 2018).
Fungsi fisiologis hormon kelamin ialah mempengaruhi metabolisme yang
berkaitan dengan pertumbuhan melalui stimulasi sintesis protein, meningkatkan
transpor asam amino ke dalam sel, mempengaruhi metabolisme karbohidrat,
meningkatkan glukogenesis dalam hati, merangsang mobilisasi lemak tubuh,
mempengaruhi metabolisme mineral dan memacu pertumbuhan tulang rawan, yang
pada gilirannya memacu pertumbuhan. Selain itu pertumbuhan urat daging ternak
jantan cenderung lebih besar daripada pertumbuhan urat daging ternak betina. Pada
bobot tubuh dan bobot karkas yang sama, ternak jantan mempunyai lebih banyak
daging dan tulang serta sedikit lemak dibandingkan ternak betina. Rata-rata bobot
14
daging tertinggi (206,5 ± 22,01 kg) terdapat pada sapi BX steer pada kelompok umur
pemotongan, sedangkan rata-rata bobot daging terendah (139,87 ± 27,47 kg) terdapat
pada steer ( Zajulie, dkk., 2015).
15
2.4 Pertambahan Bobot Badan
Bobot badan memiliki hubungan yang lebih baik terhadap tingkat
kegemukan ternak. Bila penyerapan kandungan nutrisi ternak tersebut berbeda, maka
akan mempengaruhi laju pertambahan bobot badan ternak ( Juandhi, dkk., 2019).
Peningkatan laju pertambahan bobot badan harian merupakan upaya utama
penggemukan untuk mencapai bobot potong tinggi dalam waktu relatif singkat
(Suryadi., 2006) Manajemen penggemukan yang digunakan adalah sistem feedlot
fatttening yang bertujuan menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi dengan
penggunaan pakan yang efisien sehingga menghasilkan karkas yang mempunyai
kualitas maupun kuantitas optimal ( Zajulie, dkk., 2015).
Pertambahan bobot badan harian sapi Brahman Cross jenis (BX) steer
sebesar 1,1 kg/hari, heifer 0,83 kg/hari dengan Average Daily Gain mencapai 1,0-1,8
kg/hari. Sapi jantan Brahman Cross (BX) memiliki bobot hidup 726,4 - 998,8 kg dan
betina 454-635,6 kg dengan produksi karkas yang dihasilkan sekitar 186,00-201,38
kg atau persentase karkas mencapai 48,58 - 52,87 %. Sapi yang memiliki nilai
ekonomis tinggi adalah sapi yang mampu menghasilkan karkas sebesar 59 % dari
bobot badan dan diharapkan 46,50 % dari karkas merupakan rencahan daging
konsumsi (Kuswati dan Susilawati, 2016).
Perbedaan pola pertumbuhan diantara bangsa sapi dapat mengakibatkan
perbedaan komposisi karkas dan hasil daging. Pola pertumbuhan otot, lemak dan
tulang serta distribusinya menentukan terjadinya perubahan komposisi dalam karkas
dan potongan komersial karkas (wholesale cuts). Pola pertumbuhan diawali dari distal
kaki mengarah ke badan (proksimal), pada bagian tungkai kaki (shin) depan menuju
ke pangkal lengan (blade), dada (brisket) dan pundak (chuck), sedangkan dari tungkai
kaki belakang (shank) menuju abdomen (flank), pangkal paha (rump) terus kearah
pinggang (loin). Pada bagian dorsal tubuh terlihat pola pertumbuhan diawali dari arah
leher dan punggung (chuck) menuju punggung (cuberoll) dan terhenti di pinggang
(loin). Hal ini berindikasi jika bagian tubuh yang paling lambat bertumbuh adalah
bagian pinggang (loin) sedang yang paling awal bertumbuh adalah tungkai kaki dan
kepala (cranium) (Hafid dan priyanto., 2006).
16
Bobot potong dan bobot karkas merupakan suatu indikator produktivitas
ternak yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainya
karena keduanya saling berhubungan, bobot potong semakin meningkat maka
produksi karkas pun meningkat. Meskipun memiliki pengaruh yang sangat penting
dalam menentukan produksi karkas, pemotongan ternak belum sepenuhnya
memperhatikan bobot potong (Neno., 2018).
Bobot karkas adalah bobot hidup setelah dikurangi bobot saluran
pencernaan, darah, kepala, kulit dan keempat kaki mulai dari persendihan carpus atau
tarsus kebawah. Seekor ternak sapi akan dianggap baik kualitasnya apabila dapat
menghasilkan karkas sebesar 59% dari bobot tubuh sapi tersebut. Sapi dengan bobot
potong yang tinggi berpengaruh terhadap bobot karkas, semakin tinggi bobot potong
semakin tinggi juga bobot karkas yang dihasilkan ( Hafid, dkk., 2019).
17
2.7 Presentase Lemak Karkas
Breed sapi mempunyai dampak pada besarnya proporsi lemak dibandingkan
proporsi daging dan tulang. Bila proporsi salah satu komponen karkas tinggi maka
proporsi komponen lainnya akan lebih rendah. Secara genetik, Bos Taurus
menghasilkan proporsi lemak yang lebih banyak pada daerah subkutan, sedikit lemak
intermuskuler dan lemak internal dibandingkan Bos Indicus . ( Yosita, dkk., 2012).
Pakan akan mempengaruhi proporsi kenaikan lemak karkas dan proporsi
daging, pakan yang mengandung energi tinggi akan dapat meningkatkan persentase
karkas dan depot-depot lemak. Selanjutnya dikatakan bahwa nutrisi adalah salah satu
faktor penting yang berpengaruh terhadap proporsi kadar lemak dimana akan
mempengaruhi proses kenaikan lemak pada karkas. Tebal lemak subkutan sebagai
indikator dalam menentukan kualitas karkas (persentase daging dan persentase
lemak) lebih dipengaruhi oleh variasi bangsa, nutrisi dan jenis kelamin. (Ninu.,
2008).
Heifer mempunyai nilai rataan bobot lemak yang lebih rendah dari pada steer.
Kemungkinan besar hal ini terjadi karena heifer pada kelompok umur PI1 dan PI2
mempunyai bobot komponen daging dan tulang yang lebih rendah daripada steer
pada umur yang sama. Peningkatan bobot karkas biasanya diikuti oleh pertambahan
persentase lemak serta penurunan persentase daging dan tulang. Ternak yang lebih
tua mempunyai bobot lemak yang lebih tinggi dibandingkan dengan ternak muda.
Setelah umur ternak dewasa terjadi penimbunan lemak pada beberapa bagian tubuh,
di bawah kulit dan di sekitar organ dalam perkembangan deposisi lemak tubuh antara
lain lemak intermuskuler, perineal, ginjal, subkutan dan omental. Perbedaan distribusi
komponen daging, tulang dan lemak menunjukkan adanya perbedaan pola
pertumbuhan dari masing-masing individu ternak. (Zajulie, dkk, 2015).
18
BAB III
MATERI DAN METODE PENELITIAN
a. Antemortem
- Sapi diistirahatkan di kandang peristirahatan selama 18 jam untuk
mengurangi stres akibat perjalanan atau proses pengangkutan ternak dan
menetralkan asam basa rumen.
- Dilakukan pemeriksaan antemortem meliputi identitas ternak (bangsa,
jenis kelamin, umur), bobot ternak dan status fisiologis ternak.
b. Proses Pemotongan
- Sapi yang akan disembelih digiring menuju restraining box melalui
gangway.
- Dilakukan proses stunning dengan menggunakan prinsip kerja tekanan
angin yang ditembakkan di kepala sapi dengan tekanan 8-10 bar. Posisi
penembakan tepat pada persilangan antara kedua tanduk dan mata sapi.
- Prosesstunning berhasil, sapi akan pingsan selama 10-15 detik, kemudian
dibuka pintu samping retraining box, sehingga ternak terguling ke bawah.
19
Dilakukan penyembelihan (bleeding) secara islami dengan membaca
basmallah, menghadapkan ke arah kiblat kemudian memotong 4 saluran
yaitu arteri carotis, vena jugularis, saluran pencernaan (oesophagus) dan
saluran pernafasan (trachea). Penyembelihan ini berpedoman pada
prinsip ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal).
- Darah harus dikeluarkan secara maksimal dari tubuh ternak dengan cara
menggantung di bagian kaki belakang pada sendi tendo achilles,
kemudian dikaitkan dengan katrol otomatis yang akan menarik ke atas
sehingga posisi leher berada dibawah.
- Dilakukan pemotongan kepala ternak pada sendi occipito atlantis atau
diantara tulang Atlas dan Axis, kemudian dilakukan pemotongan kaki
(legging) pada bagian kaki depan pada sendi carpal-metacarpal dan pada
kaki belakang pada sendi tarso-metatarsal.
- Skinning atau pemisahan kulit dari tubuh ternak sampai lemak subcutan
dengan menggunakan pisau khusus agar tidak banyak bagian kulit dan
daging yang rusak. Pengulitan dilakukan dengan membuat garis vertikal
pada bagian perut dan dada ke arah bagian kaki dan punggung. Pengulitan
harus dilakukan secara cepat agar tidak terjadi penggumpalan lemak.
- Eviserasi atau pengeluaran organ dalam dilakukan dengan membelah
bagian abdomen dengan pisau, dilanjutkan dengan pembelahan dada
dengan menggunakan brisket saw untuk mengeluarkan isi rongga perut
berupa red offal (jantung, paru-paru, ginjal dan hati) dan green offal
(oesophagus sampai anus).
c. Pengamatan Karkas
- Karkas dibelah secara simetris sepanjang tulang belakang dengan
menggunakan gergaji karkas (carcass saw) yang dialiri air untuk
menghilangkan serbuk tulang yang dapat mengkontaminasi karkas,
kemudian masing-masing sisi karkas diberi identitas karkas dengan
menggunakan sticky note dan ditimbang dengan menggunakan timbangan
digital otomatis (carcass scale). Hasil penimbangan paruh karkas
dijumlahkan untuk memperoleh bobot karkas segar.
- Dilakukan pemisahan medula spinalis, pembukaan tendon pada sepanjang
tulang belakang dan dilakukan proses penggantungan karkas pada
tenderstretch.
- Dilakukan pengukuran panjang karkas dari tulang pinggul terpotong
(Sacrum) sampai ujung tulang rusuk pertama dengan menggunakan mistar
ukur, dan melakukan pengamatan visual pada persebaran lemak sub
kutan.
20
3.5Variabel Penelitian
Variabel yang di ukur dalam penelitian ini antara lain :
1. Bobot awal.
2. Pertambahan Bobot Badan.
3. Bobot Akhir (Bobot Potong).
4. Panjang Karkas.
5. Presentase Lemak
21
BAB IV
PEMBAHASAN
22
Awal)
Pertambahan Bobot Badan
1,39±0,41a 1,22±0,41a 1,35±0,33a
(ADG)
23
Panjang Karkas
138
137
136.74
136
135
134
133
132
131.94 131.82
131
130
129
Steer Heifer Bull
24
Bobot Lemak
9.2
9.12
9
8.8
8.82
8.6
8.4
8.40
8.2
8
Steer Heifer Bull
25
sebab perlemakan tersebut merupakan bagian yang harus dibuang dan salah satu
faktor penentu klasifikasi kualitas daging. Sebaliknya bobot potong ringan akan
menghasilkan bobot karkas yang ringan sehingga produksinya tidak efisien.
Bobot Potong
600
560.13
500
508.73
400 414.88
300
200
100
0
Steer Heifer Bull
26
menjadi berbeda-beda seperti kondisi wilayah (lingkungan), manajemen
pemeliharaan, pakan dan kondisi ternak. Indonesia merupakan negara yang memiliki
kondisi wilayah yang beragam menyebabkan sistem pemeliharaan yang dilaksanakan
berbeda-beda tergantung potensi wilayah tersebut ternak. Hal ini didukung juga oleh
pernyataan Juandhi, dkk (2019) perbedaan penggunaan bangsa atau tipe ternak serta
pakan yang digunakan akan menyebabkan bobot badan yang dicapai juga berbeda-
beda meskipun ukuran kerangka realtif sama. Perbedaan sistem manajemen ,
penggunaan pakan dan bangsa ternak akan mengakibatkan adanya keragaman kondisi
ternak. Hal tersebut dapat memperlihatkan bahwa bobot badan dapat dioptimalkan
karena sapi yang dipotong umumnya berasal dari perusahaan yang memelihara sapi
tersebut dengan cara intensif. Ukuran kerangka dapat menjadi satu acuan dalam
memperlihatkan pertumbuhan ternak, Pertumbuhan ukuran tubuh meliputi jaringan
lemeak, otot dan tulang. Bobot Karkas Brahman Cross (BX) berkisaran antara
210.00-326.50 kg dengan rataan 282.19 ± 22.25 dan koefisein variasi 7.84.
Bobot Bakalan
450
400
405.30
350 359.13
300
296.70
250
200
150
100
50
0
Steer Heifer Bull
27
memiliki nilai ADG yang paling tinggi yaitu 1,39kg dibandingkan dengan Heifer dan
Bull yaitu dengan nilai 1,22kg dan 1,35kg. Hal ini sebanding dengan pendapat
Zajulie, dkk (2015) bahwa Average Daily Gain (ADG) sapi BX berkisar antara 1,0-
1,8 kg/hari, bahkan dalam kondisi tertentu bisa mencapai 2 kg/hari. Karkas Brahman
Cross bervariasi antara 45% - 55% tergantung kondisi sapi saat ditimbang hidup dan
performan tiap individunya. menyatakan bahwa heifer mencapai tingkat kedewasaan
yang lebih awal dan mempunyai masapenggemukan yang lebih cepat dari pada steer,
namun heifer mempunyai pertambahan bobot badan yang lebih rendah dan kurang
efisien dalam mengkonversi pakan. Pernyataan ini didukung juga oleh Kuswati dan
Susilawati, (2016) pertambahan bobot badan harian sapi Brahman Cross jenis (BX)
steer sebesar 1,1 kg/hari, heifer 0,83 kg/hari dengan Average Daily Gain mencapai
1,0-1,8 kg/hari. Sapi jantan Brahman Cross(BX) memiliki bobot hidup 726,4 - 998,8
kg dan betina 454-635,6 kg dengan produksi karkas yang dihasilkan sekitar 186,00-
201,38 kg atau persentase karkas mencapai 48,58 - 52,87 %. Sapi yang memiliki nilai
ekonomis tinggi adalah sapi yang mampu menghasilkan karkas sebesar 59 % dari
bobot badan dan diharapkan 46,50 % dari karkas merupakan rencahan daging
konsumsi.
ADG
1.45
1.4
1.39
1.35
1.35
1.3
1.25
1.22
1.2
1.15
1.1
Steer Heifer Bull
28
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin sapi
Brahman Cross berpengaruh terhadap panjang karkas, bobot potong, dan bobot
bakalan tetapi tidak berpengaruh terhadap Bobot lemak dan Pertambahan bobot
badan (ADG). Faktor lingkungan, genetik, pakan dan manajemen sebelum dan
sesudah pemotongan dapat menjadi pengaruh dalam hasil akhir karakteristik karkas
tersebut.
5.2 Saran
Disarankan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang korelasi jenis
kelamin dan umur sapi Brahman Cros terhadap karakteristik karkas sehingga dapat
mengetahui ternak pada umur berapa dan jenis kelamin apa yang mempunyai
produktivitas karkas tinggi.
29
DAFTAR PUSTAKA
Amri. U. 2009. Proporsi Potongan Utama Komersial Karkas (Primal Cut) Pada Sapi
Brahman Cross. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan. XII (4) : 165-170.
Fikar. S., D. Ruhayadi. 2010. Berternak dan Bisnis Sapi Potong. PT. Agromedia
Pustaka. Jakarta
Hafid. H., P. Patriani dan R. Aka. 2019. ndeks Perdagingan Sapi Bali Jantan dan
Betina dari Pemeliharaan Tradisional di Sulawesi Tenggara. Prosiding
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. – (-) : 86-94.
Hasnarti. E dan R. Rusnawati. 2011. Kajian Penggunaan Daging Ikan Mas (Cyprinus
Carpio Linn) Terhadap Tekstur Dan Cita Rasa Bakso Daging Sapi.
Agromedia. 29 (1) : 17-31.
Herviyanto. D., Kuswati., H. Nugroho., dan T. Susilawati. 2014. Bobot Dan Panjang
Karkas Sapi Brahman Cross Steer Pada Butt Shape Berbeda. -. – (-) : 1-9.
Hidayat. M. A., Kuswati dan T. Susilawati. 2016. Pengaruh lama istirahat terhadap
karakteristik karkas dan kualitas fisik daging sapi Brahman Cross Steer.
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (2): 71 – 79.
Juandhi. M. D., D. Kurnia dan P. Anwar. Pendugaan Body Condition Scoring (Bcs)
Terhadap Bobot Badan, Bobot Karkas Dan Persentase Karkas Sapi Brahman
Cross (Bx) Di Rph Kota Pekanbaru. Journal Of Animal Center. 1 (1) : 37-45.
30
Kuswati dan T. Susilawati. 2010. Industri sapi Potong. Ubpress. Malang.
Muslim. K. N., H. Nugroho dan T. Susilawati. 2013. Hubungan antara bobot badan
induk dan bobot lahir pedet sapi Brahman cross pada jenis kelamin yang
berbeda. J. Ilmu-Ilmu Peternakan 23 (1):18 – 24.
Neno. M. 2018. Korelasi Bobot Potong terhadap Produksi Karkas Ternak Sapi Bali di
RPH Kota Kefamenanu. Journal of Animal Science. 3 (4) : 60-62.
Pitono. A. C., H. Nugroho., Kuswati dan T. Susilawati2. 2014. Performan Sapi Brahman
Cross Steer Warna Merah Dan Putih Pada Fase Finisher. Jurnal Ilmu-Ilmu
Peternakan. -. – (-) : 1-9.
Sarassati. T dan K. K. Agustina. 2015. Kualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi
Bali yang Disimpan pada Suhu - 19o c. Indonesia Medicus Veterinus. 4 (3) :
178-185
Suryadi. U. 2006. Pengaruh Bobot Potong Terhadap Kualitas Dan Hasil Karkas Sapi
Brahman Cross. J.Indon.Trop.Anim.Agric. 31 (1) : 21-27.
Susanto. M. R. A., R. K. Dewi dan M. Dahlan. 2017. Kesesuaian Rumus Schrool dan
Pita Ukur Terhadap Bobot Badan Sapi Brahman Cross Di Kelompok Ternak
Sumber Jaya Dusun Pilanggot Desa Wonokromo Kecamatan Tikung
Kabupaten Lamongan. Jurnal Peternakan. – (-) : 1-7.
Socheh. M., S.W. Purbojo Dan L.R. Hakim. 2018. Pengaruh Bangsa Sapi Potong
Terhadap Bobot Potong, Bobot Karkas, Dan Persentase Karkas. Prosiding
Seminar Teknologi Dan Agribisnis Peternakan VI. – (-) : 243-248.
31
Wirogo. S., H. Nugroho dan B. Soejosopoetro. 2012. Performan Dan Persentase
Karkas Steer Sapi Brahman Cross Dengan Penambahan Premix Konsentrat
Yang Berbeda. -. – (-) : 1-7.
Yosita. M., U. Santosa dan E. Y. Setyowati. 2012. Persentase Karkas, Tebal Lemak
Punggung Dan Indeks Perdagingan Sapi Bali, Peranakan Ongole Dan
Australian Commercial Cross. -. – (-) : 1-5.
Zajulie. M. I., M. Nasich., T. Susilawati dan Kuswati. 2015. Distribusi komponen
karkas sapi Brahman Cross (BX) hasil penggemukan pada umur pemotongan
yang berbeda. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan. 25 (1): 24 – 34.
32
LAMPIRAN
Jenis Kelamin
No
Steer Heifer Bull
1 140,00 126,00 143,00
2 116,00 131,00 167,00
3 140,00 136,00 130,00
4 144,00 131,00 139,00
5 142,00 134,00 130,00
6 136,00 137,00 122,00
7 138,00 136,00 132,00
8 142,00 131,00 130,00
9 138,00 127,00 129,00
10 137,00 131,00 141,00
11 133,00 132,00 140,00
12 116,00 137,00 141,00
13 121,00 136,00 140,00
14 123,00 130,00 145,00
15 123,00 128,00 139,00
16 134,00 130,00 138,00
17 138,00 128,00 130,00
18 140,00 142,00
19 133,00 131,00
20 135,00 140,00
21 133,00 148,00
22 139,00 137,00
23 123,00 135,00
24 131,00 135,00
25 133,00 143,00
26 131,00 127,00
27 124,00 138,00
28 129,00 136,00
29 128,00 135,00
30 131,00 121,00
31 127,00 135,00
32 126,00
33 130,00
Total 4354,00 2241,00 4239,00
33
Lampiran 2. Data Bobot Lemak
Jenis Kelamin
No
Steer Heifer Bull
1 10,80 6,70 9,30
2 14,10 6,80 9,50
3 10,60 10,00 9,20
4 18,30 6,30 7,00
5 13,20 9,10 7,70
6 9,40 7,00 5,70
7 9,20 8,20 8,90
8 13,40 11,40 9,00
9 9,00 7,70 14,20
10 11,70 27,50 9,80
11 11,00 8,60 7,50
12 1,70 11,20 9,20
13 2,00 5,70 9,80
14 9,90 5,00 10,80
15 9,10 7,70 7,20
16 9,50 8,20 9,00
17 6,20 8,00 6,20
18 6,30 5,60
19 8,50 8,00
20 8,40 6,80
21 7,00 8,10
22 8,70 8,50
23 7,00 8,30
24 6,50 8,30
25 11,70 10,50
26 6,50 7,40
27 7,80 8,00
28 7,40 7,20
29 7,50 10,00
30 9,00 6,60
31 5,00 7,00
32 8,00
33 6,50
Total 290,90 155,10 260,30
34
Lampiran 3. Bobot Potong
Jenis Kelamin
No
Steer Heifer Bull
1 634,00 354,00 613,00
2 566,00 422,00 615,00
3 513,00 434,00 568,00
4 600,00 381,00 579,00
5 509,00 373,00 604,00
6 475,00 409,00 434,00
7 570,00 426,00 613,00
8 627,00 550,00 615,00
9 592,00 398,00 470,00
10 574,00 436,00 596,00
11 618,00 433,00 529,00
12 322,00 441,00 584,00
13 365,00 405,00 589,00
14 538,00 354,00 619,00
15 589,00 435,00 510,00
16 575,00 359,00 580,00
17 459,00 443,00 564,00
18 415,00 486,00
19 460,00 500,00
20 557,00 486,00
21 404,00 622,00
22 514,00 572,00
23 433,00 545,00
24 550,00 596,00
25 570,00 635,00
26 472,00 482,00
27 473,00 554,00
28 485,00 560,00
29 431,00 593,00
30 510,00 469,00
31 415,00 582,00
32 491,00
33 482,00
Total 16788,00 7053,00 17364,00
35
Lampiran 4. Data Bobot Bakalan (Bobot Awal)
Jenis Kelamin
No
Steer Heifer Bull
1 366,00 234,00 440,82
2 440,63 326,00 411,84
3 374,96 314,01 395,29
4 457,58 283,65 420,00
5 376,02 252,25 444,70
6 414,15 303,54 293,17
7 390,85 287,00 436,00
8 427,00 315,05 463,58
9 420,51 254,34 412,19
10 473,92 333,89 411,14
11 459,00 307,73 344,00
12 163,00 320,00 433,17
13 206,00 289,93 438,00
14 396,15 273,18 447,85
15 414,15 339,13 367,00
16 418,00 310,87 437,36
17 310,28 299,35 333,53
18 376,12 337,00
19 298,23 356,00
20 361,77 351,36
21 303,25 430,02
22 326,35 415,34
23 287,18 395,29
24 422,24 439,46
25 411,99 454,14
26 301,24 372,33
27 353,46 438,41
28 324,34 411,14
29 299,00 435,00
30 345,42 339,82
31 283,17 459,39
32 296,22
33 353,00
Total 11851,18 5043,92 12564,34
36
Lampiran 5. Data Pertambahan Bobot Badan (ADG)
Jenis Kelamin
No
Steer Heifer Bull
1 2,71 1,21 1,67
2 1,27 0,96 1,97
3 1,38 1,32 1,66
4 1,42 1,07 1,53
5 1,33 1,31 1,52
6 0,60 1,15 1,03
7 1,77 1,35 1,69
8 1,98 2,47 1,43
9 1,70 1,48 0,55
10 0,98 1,05 1,64
11 1,54 1,29 1,85
12 1,53 1,25 1,32
13 1,51 1,17 1,32
14 1,35 0,81 1,50
15 1,63 0,96 1,24
16 1,47 0,48 1,24
17 1,42 1,44 2,00
18 0,35 1,30
19 1,46 1,22
20 1,74 1,14
21 0,90 1,63
22 1,68 1,33
23 1,30 1,27
24 1,14 1,25
25 1,41 1,45
26 1,51 0,88
27 1,05 0,92
28 1,40 1,17
29 1,13 1,24
30 1,42 1,02
31 1,13 0,97
32 1,66
33 1,10
Total 45,98 20,77 41,94
37
Lampiran 6. Analisis Annova Panjang Karkas
F tabel
SK db JK KT F hit Sig
(5%)
Perlakuan 2 448,777 224,388 4,209 3,114 0,018
Galat 78 4158,285 53,311
Total 80 4607,062
Fhitung >F 0,05
Hasil yang didapatkan, kemudian dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
pada taraf 5%.
Uji BNT
t tabel 1,99
SE 2,05
BNT 4,09
Total 80 846,048
Fhitung <F 0,05
38
Lampiran 8. Analisis Annova Bobot Potong
SK db JK KT F hit F tabel Sig
231623,09 115811,54
Perlakuan 2 28,336 3,114 0,000
5 7
318789,79
Galat 78 4087,049
4
550412,88
Total 80
9
Fhitung >F 0,05
Hasil yang didapatkan, kemudian dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
pada taraf 5%.
Uji BNT
t tabel 1,99
SE 17,97
BNT 35,77
Total 80 367678,875
Fhitung >F 0,05
39
Hasil yang didapatkan, kemudian dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
pada taraf 5%.
Uji BNT
t tabel 1,99
SE 15,49
BNT 30,85
Total 80 11,456
Fhitung <F 0,05
40