Anda di halaman 1dari 21

BAB III

RADIOAKTIVITAS

Pengetahuan mengenai ini dimulai ketika pada tahun 1896 Becquerel


menemukan fenomena radiaoaktivitas. Pada tahun 1902, Rutherford dan Saddy
mengemukakan bahwa fenomena radioaktivitas disebabkan oleh desintegrasi
spontan inti.

Hukum Radioaktivitas
Dari eksperimen terbukti bahwa peluruhan radioaktivitas memenuhi
hukum eksponential. Hal ini diterangkan apabila dianggap bahwa peluruhan
adalah peristiwa statistik.
Sifat statistik ini menyatakan bahwa tak mungkin diramalkan atau mana
yang akan meluruh pada detik berikutnya.
Dalam waktu dt, kebolehjadian meluruh setiap atom ialah
 dt
 ialah suatu konstanta yang dinamakan konstanta disintegrasi.
Apabila N adalah atom yang tidak meluruh dalam waktu dt dan dN adalah
jumlah atom yang meluruh, maka dapat dituliskan :
dN
dN = -  dt N   dt  N(t) = No e-t
N
Beberapa besaran radioaktivitas
a) Aktivitas, didefinisikan sebagai jumlah disintegrasi per detik
dN
Aktivitas  N 0e t  N
dt
b) Waktu paruh (t 1/2) adalah interval waktu, selama mana aktivitas berkurang
dengan separuhnya
N0 No Ln2
N ; t  t1   N 0e  t1 / 2  t½ = 0
2 2 2 2

c) Umur rata-rata ()

20
Umur atom tertentu yang berdisintegrasi adalah antara nol dan tak tentu
karena tidak diketahui atom mana yang akan berdisintegrasi dalam waktu
berikutnya. Karena itu perlu didefinisikan umur rata-rata sebagai berikut:

 o tdN  0 0 tdN
N N
  0 N0 
 0 dN N0

karena dN = - N dt dan untuk t = 0, N = No, t = , N = 0


0 tN 0e t dt
maka    1
 N0 

Disintegrasi Berurutan
Misalkan N1 buah inti meluruh dengan konstanta peluruhan , menjadi N2 inti
baru, dan inti inipun meluruh dengan konstanta peluruhan 2, menjadi N3 inti baru
yang stabil.

1 2
N1 N2 N3 3 = 0

Induk anak cucu


(parent) (daughter) (grand daughter)

Pada waktu t = 0 ; N1 = N10


(mula-mula) N2 = N20 = 0
N3 = N30 = 0
Maka
dN1
 1 N1 (1)
dt
dN 2
 1 N1  2 N 2 (2)
dt
dN3
 21N 21 (3)
dt
dari pers. (1) didapat : N1= N10 e-1t
dNe
sedang dari pers. (2) diperoleh :  1 N10e 2 N 2  2 N 2
dt

21
dN 2
jadi  2 N 2  1 N10e 1t (X dengan e 2t), maka
dt
dN 2
e 2 t  2 N 2e2 t  1 N10e 1t e2 t
dt

sehingga :
d
dt
 
N 2e2 t  1 N10e2  1 t , integral ke t memberikan

1
N 2e 2 t  N10e2  1 t  C
2  1
contanta C dapat ditentukan dari syarat batas
N2 =N20 = 0 pada t = 0
 1
Sehingga : C  N maka akhirnya didapat :
2  1  10
1
N2 
2  1 

N10 e 1t  e 2 t  (4)

dengan jalan yang sama diturunkan pula :


 1 2 
N3  N10 1  e2t  e 1t  (5)
 2  1  2  1  

Jumlah
atom N3
relatif N1,
N2, N3

N2
N1

Gambar 4.
Gambar menunjukkan N1, N2, dan N3 pada peluruhan berurutan.
- -
105 105 105
Misalnya pada : 44 Ru T1/2 = 4,5 jam 45 Rh Rd
102
T1/2 = 3,5 jam

22
Keseimbangan Radioaktif
1) Keseimbangan Transien (Transient Equilibrium)
Persamaan 4 memberikan hubungan antara N2 dengan N10 :
1
N2 
2  1 

N10 e 1t  e 2 t 
N2 akan mencapai harga maksimum pada t = t m, tm dapat ditentukan dari
1
dN 2
dt
o
2  1 

N10  1e 1tm   2 e 2tm 
1 
sehingga tm  ln 2
2  1  1
Setelah harga maksimum N2 tercapai, maka laju disintegrasi N2 yakni
tergantung pada 1 dan 2.
dN 2
dt

Ada 2 kemungkinan :
a) 1 > 2 . Ini berarti bahwa 1 > 2, jadi e-2t mencapai nol lebih cepat
daripada e-1t, sehingga e-2t  0
1 1
jadi N 2 
 21
N10e  t  
1

2  1
N1

N2 1
atau  = tetap, dikatakan bahwa N1 dan N2 berubah seketika
N1 2  1

N1
N2 N1

e  1t
N2

tm
t

Gambar 5. (1 < 2)

Terlihat pada gambar 2 di atas perbandingan aktivitas antara N1 dan N2


adalah :

23
dN 2 / dt 2 N 2 2
 
dN1 / dt 1 N1 2  1

b) 2 < 1. dapat dibuktikan bahwa untuk ini


1
N2  N10e 2 t
2  1
ini berarti, setelah suatu waktu tertentu, N2 meluruh dengan laju
peluruhannya sendiri, N1 akan habis dan N 2 meluruh dengan 2, seperti
terlihat pada gambar 6 di bawah.

N1
N2 N1

N 2  e 2t

tm
t

Gambar 6.

2) Keseimbangan sekuler (Secular Equilibrium)


1
Dari persamaan 4 : N 2 
2  1

N10 e 1t  e 2 t 
apabila 1 << 2, maka
1
N2  N10 1  e  t 
2

2
Jika t besar sekali dibandingkan dengan 2, maka e-et dapat diabaikan,
dibanding dengan 1 sehingga :
1
N 2  N10  tetap
2
N2 diketahui dalam keseimbangan sekuler dengan N1.
Aktivitas Aktivitas

140Ba 140Ba
Aktivitas total Aktivitas total

24 140 La

140Ba 140La
t
t 12 =12,8 hari t 12 = 40 jam
140 La

140Ba 140La
t
t 12 =12,8 hari t 12 = 40 jam

Keseimbangan sekuler antara 140Ba dengan 140La Keseimbangan sekuler antara 137Cs dgn 137Ba

2
Karena t½ dari N1 sangat besar, maka N 2  N1 dari Pers. (4)
1
N1  2  1
Atau 2N2 = 1N1, sehingga  
N 2 1  2

Radioaktivitas buatan (Artificial Radioactivity)


Dengan penembakan inti oleh partikel nuklir dapat dihasilkan radioisotop
23
sebagai contoh diberikan penembakan Na dengan deuteron yang dipercepat
dalam siklatron : 23
Na 2H 1H  24Na29Mg   

contoh lain : 107


Ag  n t 108 Ag *  108Ag  
 4m'

Dalam kedua hal, target dapat diumpamakan sebagai induk dengan aktivitas
N1. Jadi dapat dinyatakan :
N1 
1
N 2 
2
N3

walau 1 kecil sekali, tapi karena N01 sangat besar, maka N011 terbatas.
Biasanya fraksi inti induk yang bereaksi kecil sekali, sehingga dapat dianggap:
N1  N10e 1t N 0

Laju produksi aktivitas pada suatu penembakan disebut yield Y. Jadi yield
adalah laju produksi aktivitas baru.
 d N 2  2 
Y  
 dt  t 0
Telah dibuktikan bahwa =
1
N2 
 2  1

N 10 e 1t  e 2t dan

25
  2  1t
N 2  2  1 N   e  e 2t
  1 
 
10  2

d ( N 2 2 ) 2
maka
dt

 2 1

1 N10  1e 1t  2 e 2t 
 d N 2  2  2
sehingga : Y    = 1 N10 2  1   2 1 N10
 dt  t 0  2 1
Y
atau N101   Y 2
2
Aktivitas yang dihasilkan dalam waktu t ialah:
 2  1t
N 2 2  Y 2  
 e  e 2t 
 2  1 
untuk 1  2 maka N 22  Y 2 1  e 2t  
Jadi aktivitas yang dapat dicapai ialah Y 2 = yakni untuk t   . Untuk
jelasnya diberikan contoh sebagai berikut:
24
Na diproduksi dengan Y = 11.1 mc/jam
aktivitas
sedang umur rata-rata   1,44t 1 dengan
2

1,44 t 1 = 2 t 1 = 14,8 jam   = 21,3 jam dan


1,00 2
2

0,75 Y  11,1 mc/jam x 21.3 jam


= 236 mC.
0,5
Gambar samping menunjukkan garis
0,25 aktivitas tersebut. Biasanya tak pernah
ditunggu penembakan sampai t =  ,
tapi cukup 2 atau 3 x t½
2t1 2½ t1 4t1 6t1
2 2 2 2

Grafik aktivitas sebagai fungsi waktu untuk 24Na

26
BAB IV
PELURUHAN ALFA, BETA DAN GAMMA

IV.1. PELURUHAN ALFA


Inti-inti yang tidak stabil kadang-kadang memancarkan partikel alfa (pada
peristiwa peluruhan spontan) dari hasil eksperimen diketahui bahwa partikel
 adalah inti Helium 24 He .
1. Syarat terjadinya peluruhan alfa
Misalnya sebuah inti X dengan nomor massa A dan nomor atom Z,
meluruh dengan memancarkan partikel . Maka dapat dituliskan:
A
Z X  ZA42Y  24He
Sifat kimia inti induk berbeda dengan inti anak.
A 4
Massa inti A
Z X  Mp (induk); Massa inti Y = Md(anak) dan massa
Z 2

partikel  adalah Ma.


Berdasarkan hukum kekebalan energi
MpC2 = MdC2 + MC2 + K + Kd.
A 4
Kd dan K berturut-turut energi kinetik inti Y (inti anak) dan
Z 2

energi kinetik partikel .


Energi disintegrasi dapat dituliskan sebagai
Q = Kd + K = (Mp – Md - M) C2
Syarat terjadinya peluruhan spontan Jika Q > 0 sehingga:
MpC2 > MdC2 + MC2 atau Mp > Md + M
Maka harga inti-inti dengan A  200 memenuhi syarat ini.

Fraksi Energi Peluruhan


Md M
K  Q Kd  Q
M  Md M  Md

27
Contoh sumber pemancar :
210
Po (E = 5,3 MeV)
214
Po (E = 7,7 MeV)
238
U (E = 4,13 MeV dan 4,18 MeV)
212
Bi memiliki 6 macam E
Range gerak partikel  diudara (3,8 cm – 7,0 cm)

2. Spektrum Energi Partikel 

cacah
4,18 238
4,13 MeV
U
92
MeV
 Spektrum partikel diskrit
(terdiri grup energi yang diskrit)
E
Gambar Spektrum  dari 238
U
92

Skema peluruhan
A A
Z X Z X

1 Apabila pemancaran  diikuti


 A 4
Z 2Y* pemancaran sinar , maka
A
transisi terjadi dari dasar Z X
A 4
Y
Z 2 A 4 ketingkat eksitasi dari inti
Z 2Y
A 4
Z 2Y
A 4
E partikel  diskrit dari tingkat dasar inti A
Z X ke tingkat dasar inti Z 2 Y

Teori Peluruhan  secara kuantum


(Efek Terobosan)
Kebolehjadian partikel menembus potensial barrier:
2
T
P 2
P = Transparency
I
T = Amplitudo gelombang yang diteruskan,
I = Amplitudo gelombang datang
Apabila potensial barrier berbentuk seperti pada gambar:

28
Secara kuantum :
V(Cr)
P ~ exp (-2)
b
Dengan    2m(V ( x)  E )dx
a
Partikel
datang E

a b

P ~ exp (-2 kl) L = lebar barrier = (a – b)

2m(V  K )
k
h2

Menurut Gamow
V(r)
geraknya dibatasi oleh potensial E =
V(r) Energi  (E total) = (K) = E gerak

E Misal alfa () telah di bentuk dalam


inti dari 2 proton dan 2 netron
0
R b r barrier.
-Vo

Gb. Bentuk barrier


Kebolehjadian partikel  menembus barrier
per detik = jumlah tumbukan antara  dan barrier perdetik x p (transparency)
Konstanta peluruhan:
2 b
1 Vin V
 
C 2R
e 
R
2m(V  E ) dr

V in = kecepatan partikel  dalam inti


R = jari-jari inti; m = massa 
R – b = lebar barrier
Menghitung P  e 2

1
b
ln P   2  2m(V (r )  E ) dr
2 2

h RR

29
V(r) = Energi potensial Coulumb sebuah 
Pada jarak (r) dari pusat inti dengan Q  - Ze
Ze = muatan inti anak (intiinduk – alfa)
2e Ze 2 Ze 2
V (r )  
4 o r 4 o r
1 1

 2m  2  2 Ze 2
b 2
ln P  2 2     K  dr
 h  R  4 o r 
2 Ze 2
ketika r = b, V = K = ………….(*)
4 o b
1
 2m  2  2 Ze 2 Ze 2 
b 2
ln P  2 2      dr
 h  R  4 o r 4 o b 
1 1
 2mK  2  b  2
b
 2 2     1 dr
 h  R r 
1
 1 1 1

 2 mK   
R   
R R 2
 2 2  b cos 1      1   
2 2 2

 h   b b  b 
 
karena b >> R,
1 1
 R 2   R 2
Cos      
1

b 2 b
1
 R 2
1    1
 b
1
 1

 2mK  2    R  2 
sehingga ln P  2 2  b    
 h  2 b 
 
2 Ze 2
dari Pers (*) b =
4 o K

30
1 1 1
Jadi ln P  2,97 Z 2 R 2  3,95 ZK 2
K = energi kinetik  (MeV)
R = jari-jari inti fm
Z = nomor atom inti anak (Z induk - Z)
Konstanta peluruhan dapat dicari dengan hubungan:
Vin
 .P
2R
Kelemahan Teori Gamow
Beberapa kelemahan teori Gamow adalah:
a) kebolehjadian pembentukan partikel  didalam inti tak
diperhitungkan setelah diperhitungkan, ternyata bahwa:
Vin
 1015
2R
b) Kemungkinan pemancaran partikel  dengan 0 tidak
diperhitungkan. Untuk   0 , disamping potensial Coulumb harus
ditambahkan potensial sentrifugal sebesar :
(  1)
Vs 
r2
Perbandingan antara kedua potensial barrier ini ialah:
Sentrifuga l Barrier
 0,002 (  1)
Coulumb Barrier
Dengan koreksi-koreksi tersebut, maka hasil perhitungan teoritis 
lebih mendekati  eksperimen.

31
IV.2. PELURUHAN BETA
Dalam tahun 1934 Fermi telah mengajukan teori peluruhan beta
berdasarkan hipotesisi Pauli bahwa selain e- (elektron) dipancarkan v (anti
neutrino) pada peluruhan   . Kemudian suatu teori yang lebih modern
telah diajukan oleh Lee dan Yang pada tahun 1956.
Berikut ini akan dibahas teori dari Fermi saja:
Asumsi-asumsi yang dikemukakan dalam teori Fermi:
1. Karena elektron/positron dan neutrino tidak ada di dalam inti, maka
mereka harus dibentuk dulu pada waktu disintegrasi:
n  p v

Menurut Fermi terdapat interaksi antara nukleon dengan   dan v yang


menyebabkan transformasi dari neutron ke proton. Jadi ada interaksi
antara medan elektron-nutrino dengan nukleon hal ini analog dengan
transisi gamma, dimana medan elektromagnetik berinteraksi dengan
nukleon.
2. Interaksi berjangkau pendek
Kebolehjadian pemancaran partikel beta per satuan waktu, dengan
momentum antara p dan p + dp di hutung dengan Mekanika Kuantum
(tidak dibahas pada bab ini) adalah
1
 N ( p)  2
 2 
 C ( E max  E ) ……………………….(2.1)
 F dp 
cacah rata-rata
gM
dengan C 
2 
1
3
C 3h7 2

F : Faktor Fermi
P : momentum linier
G : konstanta Coupling antar e-, v-
M = elemen matriks

Kurie Plot:

32
Suatu metode untuk menentukan energi  .Transisi yang diperbolehkan
berlaku: Pers (2.1)

1
 N ( p)  2
 2 
F  p 

3
1 H

10 20 KeV
E (KeV)
Kinetik

PELURUHAN BETA ()


Pada reaktor :
1
0 n 26 Fe 56 11H  25 Mn 56 *

25 Mn 56 T  26 Fe 56     v
 26 jam

3 Fenomena Peluruhan 
1. Pemancaran elektron (-)
20
F
A
Z X
 Z 1Y  1 e
A 0

5,41 MeV -
1,63

20
0
Ne
2. Pemancaran Positron (+) 14
O
A
Z X
Z 1Y  1 e
A 0
1,84 MeV+
>99% 
2,30 + 4,1 MeV
0,6%

0 14
N

33
3. Tangkapan elektron (electron capture)
64
Cu
Z X A  1 e 0 
Z 1Y A
EC (0,5%)

1,34 + 0,66 MeV


19%

EC (~42%)
0 64
Ni

Syarat Terjadinya Peluruhan Beta


1. Pemancaran Elektron
A
Z X
 Z 1Y A  1 e 0
mp md me
Kd Ke
Hk. Kekekalan Energi
mpC2 = mdC2 + meC2 + Kd + Ke
= mdC2 + meC2 + Q = Energi peluruhan (MeV)
Maka Q  = (mp – md – me) C2

Z X A  Parent  M (Z ) = Massa sebuah atom dengan no atom Z

(Massa atom) dengan energi ikat elektron


diabaikan
= mp + Z me , sehingga
mp = m (z) – z me

Z 1 Y A  daughter  M (Z  1)
= md + (Z+1) me , sehingga
md = m (z+1) – (z+1) me
Maka Q  = {m (z) – z me - m (z+1) + (z+1) me –me} C2

Syarat terjadi peluruhan spontasn Q >0


Q  = {m(z) –m (z+1)} C2 > 0

m(z) > m(Z+1) dengan A tetap

34
2. Pemancaran Positron (+)
m( z )  m( z  1)  2me  Q  = m( z )  m( z  1)  2me C 2

3. Tangkapan Elektron
n
Z X  1 e Z 1Y A
A 0
-
mp me md
+ kd = QEC
QEC = (mp + me – md) C2 P
P  M(z) = mp + zme
D  M(z-1) = md + (z-1)me, maka
QEC  m( z)  zme  me  m( z  1)  ( z  1)me C 2

Q>0 m( z)  m( z  1)C 2  0


Elektron auger m( z )  m( z  1)

xray
E xray  Energi Sinar x (hf) = EK - EL
L
Energi elektron Auger
K
Ke = Exray – EL
= EK – EL – E
Ke = EK – 2EL
EK & EL, energi elektron pada kulir K, L
Spektrum Beta
Berdasarkan alat spektrometer beta  kontinu
Sinar X
0  besar
KeV  MeV
e

35
Jml elektron Jml positron
relatif tiap relatif tiap
satuan energi satuan energi

211
Ba
Bi

1,17 MeV 1,24 MeV

0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2 0,5 1


Ke (MeV) K Positron MeV

Pemancaran - Pemancaran +

Bila ditinjau keadaan inti sebelum dan sesudahnya


 Energi peluruhan tertentu  Qtertentu pula
 Spektrum Diskrit
A
z X


Q

YA
z 1

Menurut Pauli pada reaksi ini terjadi perubahan


decay 01n 
11 p 1  0    v

1 decay 01n 
11 p 1  0    v

EC 11 p 1 e0 n1    v
 Hukum Kekekalan * Tenaga
* Momentum
* Muatan
sehingga :
Q  E   Ev  Emax

QB jika E   0  Ev  max  kontinu

E   0  Ev  0  kontinu

36
IV.3. PELURUHAN GAMMA
Pada tahun 1990 Villard menyelidiki/mendeteksi adanya radiasi dari
sumber radioaktif, radiasi tersebut mempunyai daya tembus jauh lebih bsar
dari pada sinar  dan . Radiasi tersebut tidak dibelokkan oleh medan
magnet maupun medan listrik. Radiasi tersebut tidak bermuatan dan berupa
o
gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang (0,005 – 0,5) A .
Radiasi ini dinamakan radiasi Gamma disebut pula Sinar Gamma.
Di alam hampir semua sumber radioaktif murni memancarkan sinar
 dan atau  serta selalu disertai sinar .
Bagaimana cara mengukur energi sinar Gamma!
Ada tiga interaksi yang berperan penting terjadi pada interaksi antara
sinar Gamma dengan materi:
1. Efek Fotolistrik (E < 250 KeV)
2. Hamburan Compton (500 KeV < E < 1,02 MeV)
3. Produksi Pasangan (E > 1,02 MeV)

a. Efek Fotolistrik
Interaksi Sinar Gamma dengan elektron yang terikat. Ei << E.
Semua energi Gamma diserahkan pada elektron terikat tersebut.
Energi Elektron Ee = E - Ei
= E - Eikat
Ee  E
Setiap proses efek fotolistrik jika, sinar Gamma telah menyerahkan
semua energinya, pada elektron lenyaplah sinar Gammanya.

b. Efek Compton
Interaksi terjadi antara Sinar Gamma dengan elektron bebas. Pada
peristiwa ini tidak semua energi gamma diserahkan pada elektron
tersebut. Jadi ada sisa energi gamma yang dikatakan sebagai sinar
gamma terhambur (frekuensi sinar gamma terhambur lebih kecil dari
sinar gamma).

37
Hubungan frekuensi gelombang terhambur dengan frekuensi gelombang
dari sinar gamma dinyatakan sebagai berikut:
C C h
  (1  Cos )
f f ' me
 = sudut hambur
Berdasarkan hukum kekekalan energi, energi elektron pental dapat
dituliskan sebagai
E
E  E  E ' dengan E ' 
1  2 E (1  Cos )
E = Energi sinar gamma datang (MeV)
E ' = Energi sinar gamma terhambur (MeV)
Jika sudut hambur  = 180o , terjadi Tepi Compton.
2(hf ) 2 / m  C 2
E
1  2hf / m  C 2

c. Produksi Pasangan
Interaksi ini terjadi apabila sinar gamma berada dalam medan inti yang
kuat. Dalam waktu singkat sinar gamma akan lenyap sebagai gantinya
terbentuk pasangan elektron dan positron.
Berdasarkan hukum kekekalan energi.
hf  Ee  Ee  2m  C 2

Syarat terjadi produksi pasangan Jika E > 1,02 MeV.


Bila positron (+e) bertemu dengan elektron yang lain akan terjadi proses
anihilasi (penghancuran) dan menghasilkan 2 sinar gamma yang saling
berlawanan (arah rambatnya).

38
ABSORBSI SINAR GAMMA
dx
Lap dx menyerap radiasi  dengna
Io
I(x) intensitas I(x), yang masuk dI ~ I(x)

DI = -  I(x) dx
x

dlp = Absorbsi oleh lap dx sebanding dengan banyaknya photon gamma


yang datang (atau intensitas I) dan sebanding lurus pula dengan
banyak atom-atom absorbsi setebal dx tersebut persatuan luas (n dx)
dimana n banyaknya atom absorbber per cm2.
Tiap foton  hanya dapat berinteraksi dengan 1 atom saja.
Jadi pengurangan Intensitas sinar  karena lap dx adalah
dI   In ph   c   pp dx
 = tampang lintang (cross section)
  In  t dx   I dx

n  t    baca “ myu “ Koefisien absorbsi linier (material homogen)

dI
 I
    dx  I  Io e -x

 t merupakan fungsi E datang dan materi maka demikian pula harga 


 Absorbsi sinar  dalam materi t
 Pengukuran tenaga 

Bila dx    dx   m dm =

 = rapat massa absorber (gr/cm)

  m : koefisien absorbsi massa

dm = massa absorbsi seluas 1 cm dan setebal dx
dengan jalan yang sama, dapat dicari Intensitas Sinar Gamma sebagai
fungsi m, sebagai berikut:
  m m 1
1
I (m)  I o  e 2
 Io
2
0,693
jadi m 1 
2
m

39
Cara mencari  m ?

I I
ln    m  m dibuat persamaan linier antara ln fungsi m .
Io Io

40

Anda mungkin juga menyukai