Anda di halaman 1dari 6

Dongeng Anak Nusantara:

Sangkuriang dan Asal Mula


Tangkuban Perahu

1. Hiduplah seorang Mama bersama anaknya di


sebuah desa
Diceritakan pada zaman dahulu, hiduplah seorang Mama bernama Dayang
Sumbi yang tinggal bersama anaknya bernama Sangkuriang.
Keduanya tinggal di sebuah desa bersama dengan seekor anjing kesayangan
mereka yaitu Tumang.
Sebelum hidup berdua bersama anaknya, Dayang Sumbi menikah dengan
titisan dewa yang telah dikutuk menjadi hewan dan dibuang ke bumi.
Tanpa mereka sadari, sebenarnya mereka hidup bertiga bersama suami
Dayang Sumbi dan papa dari Sangkuriang yang berubah menjadi anjing
kutukan tadi.
Setelah melewati masa bersama anaknya, Sangkuriang pun tumbuh menjadi
pemuda dengan paras memesona serta tubuh yang gagah dan kuat.
Sangkuriang tumbuh menjadi anak pemberani yang senang berburu, ia pun
selalu ditemani si Tumang yang merupakan titisan anjing dari papa
kandungnya sendiri.

2. Murka Dayang Sumbi karena ulah Sangkuriang


Pada suatu hari, Dayang Sumbi meminta Sangkuriang untuk mencarikannya
kijang karena sang Mama menghendaki memakan hati kijang saat itu.
Sangkuriang dengan ditemani si Tumang berburu ke hutan untuk
mendapatkan kijang sesuai keinginan Dayang Sumbi.
Saat di hutan, Sangkuriang melihat seekor kijang tengah merumput dibalik
semak belukar. Sangkuriang pun memerintahkan Tumang untuk mengejar
kijang tersebut. Namun ada hal aneh yang terjadi pada anjing piarannya itu, si
Tumang yang biasanya penurut kini menolak perintah Sangkuriang untuk
mengejar kijang tadi.
Sangkuriang pun marah dan mengatakan, "Jika engkau tetap tidak menuruti
perintahku, niscaya aku akan mebunuhmu.”
Ancaman tersebut tidak dipedulikan si Tumang yang membuat Sangkuriang
semakin kesal dan marah.
Sangkuriang pun akhirnya membunuh Tumang dan mengambil hati anjing itu
untuk diberikan kepada Dayang Sumbi sebagai pengganti anjing kijang yang
tak berhasil ia dapatkan.
Tanpa disadari Dayang Sumbi, ternyata hati yang diberikan anaknya adalah
hati suaminya yang telah dibunuh oleh anak mereka sendiri. Dayang Sumbi
baru mengetahui setelah memasak dan memakan hati itu. 
Betapa murkanya Dayang Sumbi ketika mengatahui bahwa hati si Tumang
lah yang diberikan Sangkuriang padanya.
Dayang Sumbi kemudian meraih gayung yang terbuat dari tempurung kelapa
dan memukul kepala Sangkuriang sambil mengatakan yang seusungguhnya,
"Tumang itu papamu, Sangkuriang!"
Mendapat perlakuan dari Dayang Sumbi seperti itu, Sangkuriang pun marah
dan sakit hati. Ia tak rela mamanya begitu padanya. 
Sangkuriang berpikir bahwa Dayang Sumbi lebih menyayangi si Tumang
dibandingkan dirinya. Maka tanpa berpamitan, Sangkuriang pun pergi
mengembara ke arah timur.

3. Sangkuriang tumbuh menjadi lelaki dewasa yang


ingin menikahi Dayang Sumbi
Setelah kepergian Sangkuriang, Dayang Sumbi mengaku menyesal atas
perbuatannya kepada anaknya sendiri. Ia pun memohon ampun kepada para
dewa atas kesalahannya tersebut. Mendengar permohonan Dayang Sumbi,
mereka menerima permintaan maaf itu dan mengaruniakan kecantikan abadi
kepada Dayang Sumbi.
Dilain sisi, Sangkuriang yang terus mengembara tanpa tujuan pasti, kini
tumbuh menjadi lelaki dewasa yang memiliki paras dan tubuh yang dapat
memikat banyak perempuan. Tanpa sadar, setelah bertahun lamanya
mengembara ia kembali ke tempat dimana dulu dilahirkan.
Sangkuriang berhenti ke salah satu pondok guna meminta air minum kepada
pemilik pondok tersebut. Tanpa disadari, ia terpesona dengan kecantikan
Dayang Sumbi yang abadi.
Ia tak mengetahui bahwa perempuan berparas menawan yang ia temui itu
adalah mama kandungnya sendiri.
Begitu pun yang terjadi pada Dayang Sumbi, melihat sosok lelaki gagah nan
sakti dihadapannya, ia tak menyadari bahwa lelaki tersebut adalah
Sangkuriang anaknya sendiri.
Dari situlah tumbuh rasa simpat dan cinta, sampai akhirnya mereka
merencanakan pernikahan.

Dayang Sumbi terkejut mengetahui lelaki yang akan


menikahinya adalah anaknya sendiri
Sebelum melangsungkan pernikahan, Sangkuriang yang mengganti namanya
dengan Jaka ini berniat untuk berburu ke hutan. Dayang Sumbi pun
membantu Jaka calon suaminya itu untuk mengenakan penutup kepala.
Betapa terkejutnya Dayang Sumbi saat melihat luka di kepala calon suaminya
itu.
Luka tersebut mengingaatkannya pada anak laki-lakinya yang telah
meninggalkannya dulu.
Ia sangat yakin bahwa lelaki gagah yang akan menikahinya ini adalah
Sangkuriang anaknya.
Melihat bekas luka tadi, Dayang Sumbi kemudian menceritakan pada lelaki
tersebut bahwa dirinya adalah Dayang Sumbi, orangtua kandung dari
Sangkuriang yang telah bertahun-tahun lamanya menghilang.
Namun, Sangkuriang yang telah dibutakan oleh hawa nafsu tidak
memperdulikan penjelasan Dayang Sumbi dan tetap bersikukuh menikahinya.
Dayang Sumbi mengajukan permintaan ketika dilamar
Sangkuriang, ini adalah syarat
Apa itu syarat? Syarat adalah janji. Menurut KBBI Syarat diajukan sebagai
tuntutan atau permintaan yang harus dipenuhi. Begitu pula syarat yang
diberikan kepada Sangkuriang, harus ditepati terlebih dulu baru kemudia
Dayang Sumbi bersedia mengabulkan keinginannya.
Sangkuriang yang bertekad tetap ingin menikahi Dayang Sumbi, kemudian
melamar perempuan itu untuk dinikahinya.
Untuk menghentikan pernikahan itu, Dayang Sumbi pun memberikan sebuah
permintaan sebagai syarat untuk menerima lamaran dari Sangkuriang.
Dayang Sumbi mengajukan permintaan yang sangat berat yaitu meminta
Sangkuriang membuat bendungan pada sungai Citarum dan di dalam danau
tersebut terdapat perahu besar.
Namun, yang membuat permintaan itu berat adalah karena perkataan Dayang
Sumbi, "Sebelum fajar terbit, kedua permintaanku itu harus telah selesai
engkau kerjakan.”
Tanpa ragu, Sangkuriang menyanggupi permintaan dari Dayang Sumbi,
"Baiklah, aku akan memenuhi permintaanmu.”
Sangkuriang pun memulai aksinya untuk membuat perahu dengan menebang
pohon besar. Sementara cabang dan ranting pohon yang dibutuhkan
ditumpuk sampai suatu hari menjemla menjadi gunung Burangrang. 
Perahu besar pun berhasil dibuat Sangkuriang. Setelahnya, lelaki gagah nan
sakti itu memanggil para makhluk halus untuk membantunya membendung
alirang sungai Citarum yang deras untuk dibuat sebuah danau sesuai
permintaan Dayang Sumbi.

Sangkuriang marah besar hingga membalik perahu


buatannya sendiri
Semua yang dilakukan Sangkuriang kemudian membuat Dayang Sumbi
merasa cemas karena pekerjaannya sebentar lagi selesai sebelum berganti
hari.
Dayang Sumbi pun mencari cara untuk menggagalkan rencana pernikahan
dengan anak kandungnya sendiri dengan memohon pertolongan para dewa.
Setelah berdoa, Dayang Sumbi mendapat petunjuk untuk menebarkan boeh
rarang (kain putih hasil tenunan).
Setelah itu Dayang Sumbi berkeliling dan memaksa ayam jantan berkokok
disaat waktu masih malam. 
Mendengar suara ayam sudah bersuara, para jin yang membantu pekerjaan
Sangkuriang pun sangat ketakutan ketika mengetahui bahwa fajar telah tiba.
Mereka kemudian menghilang kesegala penjuru dan meninggalkan
Sangkuriang dengan pekerjaannya yang belum selesai.

7. Sangkuriang murka merasa dicurangi


Tentu saja hal ini membuat Sangkuriang marah besar karena merasa
dicurangi oleh calon istrinya sendiri.
Sangkuriang meyakini bahwa fajar sesungguhnya belum tiba dan masih ada
waku untuk ia menyelesaikan danau tersebut.
Sangkuriang lantas murka dengan menjebol bendungan di Sanghyang Tikoro,
kemudian aliran sungai Citarum dilemparkannya ke arah timur hingga
menjelma menjadi gunung Manglayang. Air yang semula memenuhi danau
tersebut pun surut.
Sangkuriang kemudian dengan kekuatan saktinya menendang perahu yang
tadi ia buat hingga jauh dan jatuh terlungkup sampai menjelma menjadi
sebuah gunung yang kemudian disebut gunung Tangkuban Perahu.
Masih dalam hawa amarah yang besar, Sangkuriang yang mengetahui ini
semua adalah siasat Dayang Sumbi untuk menggagalkan pernikahan
dengannya. Kemarahan yang terus meluap itu kemudian membuat
Sangkuriang mengejar Dayang Sumbi yang merasa ketakutan hingga
menghilang di sebuah bukit.
Selain perahu yang menjelma menjadi gunung Tangkuban Perahu, bukit yang
menjadi tempat menghilangnya Dayang Sumbi pun ikut menjelma menjadi
gunung Putri.
Sedangkan Sangkuriang yang tidak berhasil menemukan Dayang Sumbi
akhirnya ikut menghilang ke alam gaib.
8. Pelajaran yang bisa diambil dari cerita Sangkuriang
dan gunung Tangkuban Perahu
Dari cerita Sangkuriang dan legenda Gunung Tangkuban Perahu yang
disampaikan, terdapat pesan moral yang bisa dipelajari dari legenda asal
muasal gunung Tangkuban Perahu ini.
Cerita ini mengajarkan bahwa sikap kejujuran akan membawa kebaikan dan
kebahagiaan di kemudian hari. Sementara perbuatan curang justru akan
merugikan diri sendiri dan mendatangkan musibah bagi diri sendiri ataupun
orang lain.
Tak hanya itu, cerita ini juga mengajarkan kepada anak sejak dini tentang
norma sosial yang ada di masyarakat untuk tidak jatuh cinta dan menikah
dengan orangtua kandung. 
Itulah cerita rakyat atau dongeng anak Sangkuriang dan legenda Gunung
Tangkuban Perahu yang bisa Mama ceritakan pada si Kecil. Semoga bisa jadi
pembelajaran untuk diceritakan ke anak-anak ya, Ma.

Anda mungkin juga menyukai