Anda di halaman 1dari 3

Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan

kesehatan,keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun lokasi
proyek.Tujuan K3 adalah untuk memelihara kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja. K3
jugamelindungi rekan kerja, keluarga pekerja, konsumen, dan orang lain yang juga
mungkinterpengaruh kondisi lingkungan kerja.Kesehatan dan keselamatan kerja cukup penting
bagimoral, legalitas, dan finansial.Semua organisasi memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa
pekerja dan orang lain yangterlibat tetap berada dalam kondisi aman sepanjang waktu. Praktek K3
(keselamatan kesehatankerja) meliputi pencegahan, pemberian sanksi, dan kompensasi, juga
penyembuhan luka dan perawatan untuk pekerja dan menyediakan perawatan kesehatan dan cuti
sakit.K3 terkait dengan ilmu kesehatan kerja, teknik keselamatan, teknik industri,kimia, fisika
kesehatan, psikologi organisasi dan industri, ergonomika, dan psikologi kesehatan kerja.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja yang
diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. Dengan menerapkan teknologi pengendalian
Kesehatan dan Keselamatan Kerja, diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja
dan tingkat kesehatan yang tinggi. Unsur yang ada dalam Kesehatan dan Keselamatan Kerja tidak
hanya faktor fisik tetapi juga mental, emosional dan psikologi.
Burnout (pemadaman/penurunan kerja) adalah permasalahan yang berkembang di dunia
bisnis di berbagai tempat. Komplain akan kelelahan, kecemasan, dan tingkat kuantitas dari pekerja
sangat mempengaruhi performa pekerja. Penurunan kerja tidak memiliki definisi kedokteran atau
medis yang pasti namun diterima sebagai gejala umum seperti kelelahan, semangat yang rendah,
permasalahan kesehatan dan pemakaian obat-obatan. Meskipun ketentuan mengenai Kesehatan dan
Keselamatan Kerja telah diatur sedemikian rupa, tetapi dalam praktiknya tidak seperti yang
diharapkan. Begitu banyak faktor di lapangan yang mempengaruhi Kesehatan dan Keselamatan Kerja
seperti faktor manusia, lingkungan dan psikologis. Masih banyak perusahaan yang tidak memenuhi
standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Begitu banyak berita kecelakaan kerja yang dapat kita
lihat.
Faktor lingkungan dan kecelakaan cedera dalam dunia kerja
Usaha indistri dalam menekan bahaya dalam bekerja khususnya lingkungan kerja telah berkembang
seiring berjalannya waktu. Mayoritas dari industri ini memperhatikan usahanya dalam:
1. Alat dan perlengkapan kerja
2. Prosedur housekeeping/keadaan lingkungan kerja umum
3. Pelatihan/praktek kerja.
A. Alat dan Perlengkapan Kerja
banyak orang yang berpendapat bahwa dalam hampir seluruh lingkungan kerja, peralatan
berbasis elektrik (misalnya gulungan elektrik) telah menggantikan kawat penghubung. Dan mesin
akan padam secara otomatis bisa terjadi bahaya tertentu. Namun keselamatan kerja yang mendasar
tidak bisa dijamin hanya dengan begitu saja. OSHA menjadi pelopor dalam mengembangkan standart
dalam alat, mesin dan keperluan kerja lainnya. Misalnya ada standar berat/beban pada tangga, ataupun
pemakaian helm, kacamata goggle, dan pakaian khusus pekerjaan juga dikembangkan demi
kenyamanan dan standart alat kerja yang mumpuni. Namun standar yang diberikan OSHA tidak
terlalu diapresiasi oleh masyarakat walaupun bisa menjadi kuat karena peraturan Negara mengenai
keamanan.
Tidak ada oknum yang menunjukkan bahwa terjadinya kecelakaan kerja disebabkan karena
perlengkapan yang tidak aman atau tidak cocok. Pada saat kecelakaan terjadi, hal itu lebih disebabkan
pada lingkungan kerja yang mengalami kerusakan yang ekstrim (misalnya ledakan). Pada tahun 1995,
OSHA menemukan 17 perusahaan yang tidak peduli akan peraturan keselamatan pekerja dan
pengamanan alat-alat kerja. kegagalan dari beberapa organisasi untuk memenuhi standar keamanan
adalah pengecualian dari observasi bahwa ketiadaan atau ketidakefektifan peralatan kerja
kemungkinan menyebabkan sedikit kecelakaan daripada penyalahgunaan, kerusakan atau kegagalan
penggunaan alat tersebut. Faktanya, menurut OSHA, mayoritas dari kecelakaan di industri bukan
disebabkan oleh peralatan namun oleh pekerja itu sendiri. Namun walaupun begitu, tidak ada
pengurangan usaha untuk membuat pekerjaan dan lingkungan pekerjaan menjadi lebih aman.
Beberapa rekomendasi menyatakan untuk mengurangi kelelahan mata dan masalah otot (misalnya
leher tegang) adalah hal yang diperhatikan.
Ada beberapa penyakit dalam dunia kerja:
1. Repetitive Stress Injuries
(kecelakaan kerja akibat stress yang berulang-ulang) mempengaruhi bagaimana para pekerja
melakukan tugas secara manual. Namun dengan keberadaan computer hal ini diminimalisir.
2. Carpal Tunnel Syndrome
berkaitan dengan kelelahan tangan dan jari terutama tendon. Bisa menyebabkan 6 minggu
permberhentian kerja
3. Musculoskeletal Disorders.
Berkaitan dengan masalah otot dalam dunia kerja. terjadi pada misalnya operator yang
mengoperasikan computer. Diatasi dengan cara mengganti posisi tangan secara berulang-
ulang.
Para psikolog menekankan bahwa furniture ruang kerja dan peralatan dalah hal mendasar dalam
mencegah kelelahan dalam penggunaan computer. Dan pemakai computer juga dapat menurunkan
tangannya di atas paha apabila mengalami kelelahan. Hal ini juga menegaskan bahwa ergonomic
dalam dunia kerja membutuhkan standar demi kenyamanan bekerja.
B. Prosedur keadaan lingkungan kerja dan praktek kerja
Perusahaan, menurut OSHA harus bertanggung jawab dalam kebersihan dan terbebasnya
lingkungan kerja dari lingkungan berbahaya. Hal ini termasuk limbah, cairan, dan pintu keluar yang
diblokir. Permasalahan lain juga timbul seperti penggunaan jalan pintas dalam praktek kerja yang
tidak aman. Alasan para pekerja melakukan ini adalah memenuhi deadline atau mendapatkan bonus.
Penolakan pemakaian prosedur keamanan kerja adalah salah satu permasalahan umum dimana para
pekerja bergantung pada keamanan alat kerja mereka namun terkadang mereka tidak merasa nyaman
ketika memakainya. Misalnya dalam pemakaian sabuk dalam pengangkatan benda-benda yang berat.
Padahal penelitian menunjukkan bahwa pemakaian sabuk bisa mengurangi cedera punggung.
C. Edukasi dan Pelatihan Keamanan
Edukasi dan Pelatihan Keamanan adalah upaya untuk meningkatkan keamanan lingkungan
kerja yang berorientasi pada pengetahuan si pekerja. Melatih pekerja dalam penyelesaian masalah
(kemampuan untuk mengatasi masalah secara efektif) dan manajemen stress (pencegahan
kecerobohan kerja akibat stress dalam pemenuhan tuntutat karir) adalah hal yang ditonjolkan dalam
usaha ini. Namun fokus edukasi dan pelatihan ini lebih kepada penyampaian informasi metode kerja
yang aman dan praktek lapangan yang baik. Misalnya dalam media poster, slogan, ataupun
enrichment pada pekerjaan yang spesifik.
1. Safety Education and Training
Pendidikan dan pelatihan berarti memperketat keamanan dalam ruang lingkup tempat kerja
yang berfokus pada pengetahuan pegawai. Melatih pekerja dalam pelatihan dasar tentang kemampuan
pemecahan masalah dan management stress. Setiap perusahaan memiliki kendala-kendala yang harus
dihadapi, salah satunya adalah kesehatan dan keselamatan kerja karyawan. Perusahaan harus
bertanggung jawab atas kesehatan dan keselamatan kerja. Karena terjadi hubungan erat antara
keselamatan kerja karyawan terhadap produktifitas kerjanya. Dari hal itu perusahaan membuat
training atau pelatihan dan pendidikan yang sangat berguna untuk meningkatkan kemanan di tempat
kerja yang fokus kepada pengetahuan karyawan yang akan dipraktikan dilapangan. Dan juga berguna
untuk melatih karyawan dalam pemecahan masalah dan kemampuan dalam memanajemen tingkat
stress dalam perkerjaan mereka. Dalam kemampuan dalam manajemen stress, karyawan dapat
menghilangkan sebagian dampak dari stress tersebut seperti kecerobohan, lalai dan lain lain.
Dari training tersebut tentunya sangat banyak hasil positif yang bisa diraih, seperti
meningkatnya produktifitas kerja dan semakin nyaman karyawan dalam melaksanakan tugasnya. Dari
hal itu tentunya pemasukan dalam perusahaan bertambah, ditambah lagi dengan semakin semangat
karyawan bekerja. Oleh karena itu perusahaan harus memberikan reward kepada para karyawan demi
bertahannya prilaku tersebut.
2. Safety Incentive Program
Banyak kasus kecelakaan kerja yang terjadi karena faktor pemikiran karyawan yang terlalu
menganggap jika tidak perlu adanya kewaspadaan keselamatan dalam bekerja dan juga beberapa tidak
mempedulikan aturan-aturan yang dibuat untuk menjaga keselamatan mereka. Oleh karena itu cara
paling efektif untuk menangani masalah ini adalah dengan memberikan motivasi kepada karyawan
untuk mematuhi standar keselamatan kerja dan juga menaati peraturan keamanan dan praktik kerja
aman. Pendekatan ini , yang lebih difokuskan kepada motivasi daripada pengetahuan karyawan.
 Menurut Gary Dessler (1997), ada tiga alasan perlunya program-program Keselamatan Kerja:
a. Moral
Para manajer melakukan upaya pencegahan kecelakaan, dan atas dasar kemanusiaan. Mereka
melakukan hal ini untuk meringankan penderitaan karyawan yang mengalami kecelakaan dan
keluarganya.
b. Hukum
Terdapat berbagai peraturan perundang-undang yang mengatur tentang keselamatan kerja dan
hukuman terdapat pihak-pihak yang membangkan ditetapkan cukup berat. Berdasarkan peraturan
perundang-undangan itu, perusahaan dapat dikenakan denda dan para supervisor dapat ditahan apabila
ternyata bertanggungjawab atas kecelakaan fatal. Manajer yang terbukti bersalah dikenakan hukuman
penjara selama lima tahun dengan masa percobaan sepuluh tahun.
c. Ekonomi
Biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan akan cukup meskipun kecelakaan yang terjadi
sangat tinggi ataupun kecelakaan yang terjadi kecil. Asuransi kompensasi karyawan ditunjukkan
untuk memberi ganti rugi kepada pegawai yang mengalami kecelakaan. Asuransi ini tidak meliputi
biaya langsung dan tidak langsung lainnya yang dikaitkan dengan kecelakaan.
Refrensi
Gary Dessler. 1997. 2012. Human resource management 13th ed. Florida Internasional University.

Anda mungkin juga menyukai