Anda di halaman 1dari 7

BAB III

TINJAUAN KASUS

Pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn.P yang mengalami Benign Prostatic


Hyperplasia (BPH). Asuhan keperwatan dilaksanakan selama 2 hari mulai tanggal
10-11 Maret 2021 yang disusun berdasarkan tahapan proses keperawatan meliputi :
pengkajian keperawatan, perumusan diagnosis keperawatan, perencanaan
keperawatan, pelakasanaa keperawatan dan evaluasi keperawatan.

A. Pengkajian Keperawatan

1. Anamnesa
Klien bernama Tn.P, usia 69 tahun, beragama islam status perkawinan duda
cerai, suku bangsa Indonesia, pendidikan terakhir D3, tidak bekerja (dahulunya
seorang karyawan), dan tinggal dirumah sendiri di Jl.Teratai VI Blok.A2/14,
RT 008/006. Sumber biaya perawatan klien yaitu JKN-BPJS. Sumber
informasi ini didapat melalui rekam medik klien, perawat ruangan dan keluarga
klien.

Kejadian: Pada tanggal 10 maret 2021 klien dibawa ke RSUD Tarakan dengan
keluhan nyeri tidak dapat BAK pada jam 04.00 pagi. Klien masuk di zona
kuning di IGD RSUD Tarakan. Dengan diagnose medis BPH. Saat ini kondisi
klien compos mentis, terpasang DC dengan output urine sebanyak 1000cc.
klien memiliki riwayat DM, HT, Jantung, dan GGK. ayah klien mepunyai
riwayat HT dan ibu klien mempunyai riwayat penyakit asma. Obat yang
dikonsumsi yang dikonsumsi oleh klien sehari-hari amlodipin 10 mg/hari

2. Pengkajian Fisik
Berdasarkan pengkajian fisik yang dilakukan penulis pada tanggal 10 Maret
2021 dengan hasil yaitu, keadaan umum compos mentis, GCS: 15 (E4 M6 V5),
Tanda-tanda vital klien: TD: 225/131 mmHg, N: 78x/menit, RR: 20x/menit, S:
36.4oC, memiliki estimasi BB ±55.8 Kg, TB ±170 cm, LILA: 21 cm, estimasi
IMT =19.30 Kg/m2, dan estimasi BBI = 63–77 Kg.

Sistem penglihatan: pergerakkan bola mata normal, konjugtiva ananemis,


refleks cahaya ada, tidak ada bercak darah, bentuk simetris. Sistem
pendengaran: bentuk simetris, klien dapat mendengar dengan baik. Sistem
wicara: klien dapat menjawab pertanyaan dengan baik dan tepat. Sistem
pernafasan: tidak ada sesak yang dirasakan oleh klien. Sistem
kardiovaskuler: CRT < 2 detik, warna kulit putih langsat, tidak pucat. Sistem
saraf pusat: klien merasa ada keluhan sedikit pusing. Sistem pencernaan:
nafsu makan klien menurun dan distensi pada kuadran bagian bawah perut,
tidak ada asites, adanya nyeri bgian perut bagian bawah. Sistem endokrin:
terkaji normal. Sistem urogenital: I: ±1352cc, O: ±1000cc dan klien terpasang
DC. Sistem integument: suhu 36.4°C dan kulit putih langsat. Ekstremitas :
ekstremitas atas bentuk simetris, tidak fraktur, tidak ada hematoma, jari tangan
sebelah kanan dapat melawan tahanan mnimal. Ekstremitas bawah bentuk
simetris, adanya pembengkakan pada kaki kanan, kaki kanan tidak dapat
menjadi tumpu, klien berjalan menggunakan tripod. Sistem musculoskeletal :
kekuatan otot pada ekstremitas atas dan bawah yaitu :

Data penunjang

hasil perekaman EKG (10 maret 2021) HR 70x/mnt, axis normal, av blok pada
lead II, tidak ada infark, tidak ada injury, tidak ada iskemik (hasil terlampir).
pemeriksaan darah lengkap ( 10 maret 2021 ) kesan : hemoglobin 10,2 (14,0-
16,0). hematokrit 21,1 (40,0-48,0). eritrosit 2,24 (4,60-6,20). leukosit 14,7
(5,00-10,00). trombosit 302 (150-400). MCV 45,5 (27,0-31,0) MCHV 48,3
(43,0-48,0) SGOT 8 (<45) SGPT 10 (<41) ureum 102 (19-44) kreatinin 3,7
(0,6-1,3) GDS 185 (<140) Natrium 134 (135-150) kalium 5,4 (3,6-5,5) klorida
105 (94-111). hasil kesan USG yang didapat, makroskopik : diterima 2
kantong dengan keterangan berisi: I. Jaringan prostat kanan; lima keping
jaringan seerti benang halus panjang dari 1-1,5 cm diameter; 0,1cm putih
bercak coklat kenyal. II. Jaringan prostat kiri. Lima keping jaringan seperti
benang halus panjang dari 1,2 – 1,8 cm diameter, 0,1cm putih bercak coklat
kenyal. Mikroskopik : I dan II. Sediaan dengan keterangan jaringan prostat
kanan kiri memberikan gambaran yan kurang serupa terdiri dari keping-keping
jaringan fibromuskular dan asinus yang menunjukkan ciri-ciri hiperplasia.
Ainus dilapisi oleh elapis epitel torak selapis dibagian dalam dan epitel
gepepng/kuboid dibagian luar. Epitel membentuk lipatan papiler ke dalam
lumen asinus berdilatasi, berisi sekret dan/atau korpora amilasea, stroma
bersebutkan sedang- padar radang kronik. Kesimpulan : hiperplasia prostat.

Penatalaksanaan medis: diberikan ceftriaxone 1x2gr yang diberikan melalui


IV line yang sudah di drip. Diberikan obat non parental B12 3x1, CaCO3 3x1,
asam folat 3x1, bicnat 3x1, keterolac 1 ampul.

B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian keperawatan Berdasarkan hasil pengkajian
keperawatan, penulis merumuskan 3 diagnosis keperawatan berdasarkan data
yang didapatkan dari perawat ruangan, keluarga dan rekam medik. Diagnosis
keperawatan yang dirumuskan yaitu gangguan eleminasi urin, nyeri akut, dan
intoleransi aktifitas.
Gangguan eleminasi urin berhubungan dengan efek diagnostic BPH
(dibuktikan dengan hasil USG) ditandai dengan klien mengatakan tidak dapat
BAK sejak 04.00 pagi, dan hasil kesan USG yang didapat, makroskopik :
diterima 2 kantong dengan keterangan berisi: I. Jaringan prostat kanan; lima
keping jaringan seerti benang halus panjang dari 1-1,5 cm diameter; 0,1cm
putih bercak coklat kenyal. II. Jaringan prostat kiri. Lima keping jaringan
seperti benang halus panjang dari 1,2 – 1,8 cm diameter, 0,1cm putih bercak
coklat kenyal. Mikroskopik : I dan II. Sediaan dengan keterangan jaringan
prostat kanan kiri memberikan gambaran yan kurang serupa terdiri dari keping-
keping jaringan fibromuskular dan asinus yang menunjukkan ciri-ciri
hiperplasia. Ainus dilapisi oleh elapis epitel torak selapis dibagian dalam dan
epitel gepepng/kuboid dibagian luar. Epitel membentuk lipatan papiler ke
dalam lumen asinus berdilatasi, berisi sekret dan/atau korpora amilasea, stroma
bersebutkan sedang- padar radang kronik. Kesimpulan : hiperplasia prostat.
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan
klien mengatakan nyeri seperti sakit dibagian perut bagian bawah dirasakan
saat merasa ingin BAK dan saat ejakulasi, dan meringis karena tidak bisa BAK
sejak pagi hari, skala nyeri 4, klien tampak meringis, tampak gelisah, posisi
waspada tangan klien tampak memegang perut bagian bawah.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas ditandai dengan klien
mengatakan beraktifitas menggunakan bantuan tripod dan pernah mengalami
stroke dibagian jari tangan sebelah kanan, klien tampak lesu, kaki kanan klien
edema derajat 1, TD 225/131mmHg, HR 78x/mnt, RR 22x/menit, SPO2 99%,
suhu 36,4°C.

C. Perencanaan Keperawatan
Berdasarkan diagnosis yang telah dirumuskan, penulis membuat rencana
keperawatan berdasarkan prioritas masalah keperawatan yang terdapat pada
Tn.P pada tanggal 10 maret 2021 berdasarkan PPNI (2018), yaitu:
Diagnosis keperawatan gangguan eleminasi urin. Tujuan dan kriteria hasil
yaitu Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam maka
eleminasi urin membaik dengan kriteria hasil: sensasi berkemih membaik,
desakan berkemih (urgensi) membaik,berkemih tidak tuntas membaik, urine
menetes membaik, dengan rencana keperawatan Dukungan perwatan diri :
BAB/BAK . Observasi : identifikasi kebiasaan BAB/BAK sesuai usia, monitor
integritas kulit pasien. Terapeutik : buka pakaian yang dieprlukan untuk
memuahkan eliminasi , dukung penggunanaan toilet/commode/pispot/urinal
secara konsisten , Jaga privasi selama ėliminasi , Ganti pakaian pasien setelah
eliminasi, jika perlu , Bersihkan alat bantu BAK/BAK setelah digunakan, Latih
BAK/BAB sesuai jadwal, jika perlu, Sediakan alat bantu (mis. kateter
eksternal, urinal), jika perlu. Edukasi : Anjurkan BAK/BAB secara rutin,
Anjurkan ke kamar mandi/toilet, jika perlu

Diagnosis keperawatan nyeri akut. Tujuan dan kriteria hasil yaitu Setelah
dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam maka tingkat nyeri
membaik dengan kriteria hasil: - keluhan nyeri menurun, kesulitan tidur
menurun, pola tidur membaik, frekuesi nadi menurun, fungsi berkemih
membaik dengan rencana keperawatan Manajeman nyeri : Observasi
Identifkasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intesitas nyeri,
Identifikasi skala nyeri, Identifikasi respons nyeri non verbal, Identifikasi
faktor yang memperberat dan memperingan nyeri. Terapeutik: Berikan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. Hipnosis, akupresur,
musik, biofeedback, pijat, aromaterapi, imajinasi bimbingan, kompres
hangat/dingin, bermain), Fasilitas istirahat dan tidur. Edukasi: Jelaskan
penyebab, periode, dan pemicu nyeri, Jelaskan strategi meredakan nyeri,
Anjurkan memonitor secara mandiri, Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat, Ajarkan teknik nonfarmakologisuntuk mengurangi rasa nyeri.

Diagnosis keperawatan intoleransi aktivitas. Tujuan dan kriteria hasil yaitu


Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam maka toleransi
aktivitas membaik dengan kriteria hasil: kemudahan melakukan aktivitas
sehari-hari meningkat, perasaan lemah menurun, tekanan darah menurun,
keluhan lelah menurun dengan rencana keperawatan Manajemen energi :
Observasi identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan,
monitor kelelahan fisik dan emosional, monitor pola jam dan tidur, monitor
lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas. Terapeutik :
sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus, lakukan Latihan rentang
gerak pasik atau aktif, berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan, fasilitasi
duduk di sisi tempat tidur jika tidak dapat berpindah atau berjalan. Edukasi :
anjurkan tirah baring, anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap, anjurkan
menghubungi perawat jika tanda dan gejala tidak berkurang. Kolaborasi :
kolaborasi dengan ahli gizi tetntanag cara meningkatkan asupan makanan.

D. Implementasi Keperawatan
Diagnosis keperawatan gangguan eleminasi urin. Melakukan pemeriksaan
tanda-tanda vital klien dan menanyakan keluhan yang dirasakan klien,
menyediakan alat bantu untuk urinasi yaitu dower cateter, menyediakan tirai
untuk menjaga privasi klien saat hendak memasang dower cateter, melakukan
pemasangan dower cateter kepada klien, melakukan pemasangan infus kepada
klien, melakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan laboratorium,
memberikan terapi cairan infus NaCl 500cc /12 jam, memberikan terapi obat
kepada klien B12 3x1, CaCO3 3x1, asam folat 3x1, bicnat 3x1, Melakukan
skin test untuk antibiotik ceftriaxone kepada klien, Memberikan antibiotik
ceftriaxon 2gr, mengukur output urin klien.

Diagnosis keperawatan nyeri akut. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,


durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, Mengidentifikasi skala nyeri yang
dirasakan klien, Mengidentifikasi respon nyeri non verbal, Mengidentifikasi
faktor yang memperberat dan memperingan nyeri, memberikan keterolac 1
ampul via bolus, Memonitor nyeri yang dirasakan klien.

Diagnosis keperawatan intoleransi aktivitas. Melakukan pemeriksaan tanda-


tanda vital klien dan menanyakan keluhan yang dirasakan klien, Menganjurkan
tirah baring kepada klien, Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan, Memonitor pola istirahat dan tidur klien, Melakukan
latihan rentang gerak aktif kepada klien, Mengidentifikasi lokasi dan rasa
ketidaknyamanan selama klien melakukan aktivitas.

E. Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan implementasi mulai dari tanggal 10 maret 2021 sampai
dengan tanggal 11 maret 2021 didapatkan respon klien dengan evaluasi
keperawatan terakhir yang dilakukan pada hari kamis 11 maret 2021 dengan
hasil:
Diagnosis keperawatan gangguan eleminasi urin. Subyektif: Klien
mengatakan belum bisa melakukan BAK secara mandiri, sensasi berkemih
belum membaik. Objektif: Klien terpasang dower cateter ukuran 16 sejak
tanggal 10 Maret 2021, TD: 137/97 mmHg, N: 98x/menit, R: 20x/menit, S:
37oc, SpO2: 99%, Produksi urin klien sebanyak 1200 cc, warna kuning
kecoklatan, tidak ada endapan, tidak ada darah, Integritas kulit klien baik.
Asessment: Masalah Gangguan Eliminasi Urin belum teratasi. Planning:
Intervensi dilanjutkan Latih BAK/BAB, Monitor integritas kulit pasien,
Anjurkan BAK/BAB secara rutin, Anjurkan ke kamar mandi/toilet.

Diagnosis keperawatan nyeri akut. Subyektif : Klien mengatakan nyeri


berkurang, skala nyeri saat ini 3 (0-10), pola tidur normal. Objektif: TD:
137/97 mmHg, N: 98x/menit, R: 20x/menit, S: 37oc, SpO2: 99%, Klien
terpasang dower cateter ukuran 16, Klien tidak tampak meringis, Klien tampak
tenang. Asessment : masalah nyeri akut teratasi. Planning : intervensi
dihentikan.

Diagnosis keperawatan intoleransi aktivitas. Subyektif : Klien mengatakan


sudah mulai berlatih melakukan mobilisasi ditempat tidur, merasa masih
sedikit lelah setelah beraktifitas, dan sudah dapat tidur dengan waktu yang
lama. Objektif : Klien tidak tampak telah setelah beraktifitas, Warna kulit
tidak pucat, TD = 133/76 mmHg, HR = 89x/menit, RR = 20x/menit, Suhu =
36,8, SPO2 = 99%. Asessment : Masalah Intoleransi Aktivitas Teratasi
sebagian. Planning : Intervensi dilanjutkan monitor pola dan jam tidur,
monitor kelelahan fisik, anjurkan tirah baring, anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap.

Anda mungkin juga menyukai