PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menggambarkan analisis asuhan keperawatan Tn.P yang
mengalami BPH (benign prostatic hyperplasia) di IGD RSUD Tarakan
2. Tujuan Khusus
Mampu menjelaskan aanalisis setiap tahap proses keperawatan yaitu :
a. Pengkajian pada Tn.P yang mengalami BPH (benign prostatic hyperplasia) di
IGD RSUD Tarakan
b. Penetapan diagnosis keperawatan pada Tn.P yang mengalami BPH (benign
prostatic hyperplasia) di IGD RSUD Tarakan
c. Perencanaan untuk memecahkan masalah yang ditemukan pada Tn.P yang
mengalami yang mengalami BPH (benign prostatic hyperplasia) di IGD RSUD
Tarakan
d. Implementasi keperawatan pada Tn.P yang mengalami yang mengalami BHP
(benign prostatic hyperplasia) di IGD RSUD Tarakan
e. Evaluasi keperawatan pada Tn.P yang mengalami yang mengalami BPH (benign
prostatic hyperplasia) di IGD RSUD Tarakan
C. Manfaat Penulisan
Penyusunan karya tulis ilmiah bagi pengembangan praktik keperawatan dan pemecahan
masalah khususnya dalam kompetensi lulusan. Manfaat ditujukan untuk :
1. Mahasiswa
Karya tulis ilmiah diharapkan dapat menambah wawasan dan keterampilan kepada
siswa dalam hal indicator BPH (benign prostatic hyperplasia) , dan menjadi suatu
kesempatan bagi siswa untuk dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diproleh selama
masa kuliah.
2. Institusi Pendidikan
Karya tulis ilmiah dapat memberikan penilaian terhadap kemampuan mahasiswa
yang mendapatkan pengetahuan dan kemampuan yang diberikan oleh dosen.
3. Rumah Sakit
Memberikan informasi tentang BPH (benign prostatic hyperplasia) pada klien
sehingga dapat meniadi baru dalam memberikan asuhan keperawatan dan
memberikan Pendidikan kesehatan untuk pasien BHP (benign prostatic hyperplasia)
BAB II
TINJAUAN TEORI
2. Etiologi
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui secara
pasti tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasia prostat erat kaitannya
dengan peningkatan kadar dihidrotestoteron (DHT) dan proses penuaan.
Selain faktor tersebut ada beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab
timbulnya hiperplasia prostat, yaitu sebagai berikut.
1. Dihydrotestoteron, peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen
menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi.
2. Adanya perubahan keseimbangan antara hormon testoteron dan estrogen pada
usia lanjut. Pada proses penuaan pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan
penurunan testoteron yang mengakibatkan hiperplasi stroma.
3. Peran faktor pertumbuhan sebagai pemicu pertumbuhan stroma kelenjar prostat.
4. Berkurangnya sel yang mati. Estrogen yang meningkat menyebabkan
peningkatan lama hidup stoma dan epitel dari kelenjar prostat.
5. Sel stem menerangkan bahwa terjadi proliferasi abnormal sel stem sehingga
menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi
berlebihan (Nursalam dkk, 2011).
3. MANEFESTASI KLINIS
Keluhan pada saluran kemih bagian bawah
1. Gejala obstruktif
2. Hesistansi (sulit memulai miksi).
3. Pancaran miksi lemah.
4. Intermiten (miksi berhenti dan memancar lagi.
5. Miksi tidak puas.
6. Menetes setelah miksi (Black, 2014).
7. Gejala iritasi
8. Frekuensi meningkat.
9. Nokturia (miksi di malam hari).
10. Urgensi (miksi yang mendesak)
11. Disuria (terasa panas dan nyeri saat miksi) (Black, 2014).
4. Patofisiologi
Sejalan dengan pertambahan umur, kelenjar prostat akan mengalami hiperplasia
(pembesaran). Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra
prostatika dan akan menghambat aliran urin. Keadaan ini menyebabkan tekanan
intrevesikel. Untuk dapat mengeluarkan urine, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat
guna melawan tahanan ini. Kontraksi secara terus-menerus menyebabkan perubahan
anatomik dari buli-buli berupa hipertrofi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya
selula, sakula, dan di ventrikel buli-buli (Black, 2014).
Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan oleh pasien sebagai keluhan pada
saluran kemih sebelah bawah atau lower urinary track symtom (LUTS) yang dulu
dikenal dengan gejala prostatismus (Muttaqin dkk, 2012).
Tekanan intravesikel yang tinggi akan diteruskan ke seluruh bagian buli-buli tidak
terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureterini akan
menimbulkan aliran balik urine dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluksvesiko-
ureter. Jika keadaan ini berlangsung terus, dapat mengakibatkan hidroureter,
hidronefrosis, dan gagal ginjal. (Muttaqin dkk, 2012).
Pemeriksaan lain
Pemeriksaan derajat obstruksi prostat dapat diperkirakan dengan mengukur :
1. Residual urine, yaitu jumlah sisa urine setelah miksi. Sisa urine ini dapat
dihitung dengan cara melakukan kateterisasi setelah miksi (Muttaqin, 2012).
2. Pancaran urine (flow rate) atau dengan alat urofometri yang menyajikan
gambaran grafik pancaran urine (Muttaqin, 2012).Pemeriksaan serum
3. Kreatinin dan BUN untuk mengevaluasi fungsi ginjal (Muttaqin, 2012)
4. Serum PSA untuk mengetahui adanya kanker tetapi mungkin terdapat
peningkatan pada BPH.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Airway
Adanya sumbatan atau obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat
kelemahan refleks batuk. Jika ada obstruksi maka lakukan :
a. Chin lift atau jaw trust
b. Suction atau hisap
c. Intubasi trakhea dengan leher ditahan (imobilisasi) pada posisi netral
2. Breathing
Inspeksi apakah klien batuk, produksi sputum, sesak napas, penggunaan otot bantu
apas, dan peningkatan frekuensi pernapasan yang sering didapatkan pada klien
meningitis disertai adanya gangguan pada sistem pernapasan. Palpasi thoraks hanya
dilakukan apabila terdapat deformitas pada tulang dada pada klien dengan efusi pleura
masif (jarang terjadi pada klien dengan meningitis). Auskultasi bunyi napas tambahan
seperti ronkhi pada klien dengan meningitis tuberkulosa dengan penyebaran primer di
paru.
3. Circulationtekanan darah dapat normal atau meningkat, hipotensi terjadi disritmia,
kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut.
4. Dissability
Menilai kesadaran dengan cepat,apakah sadar, hanya respon terhadap nyeri atau atau
sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur GCS.
5. Eksposure
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua cidera yang
mungkin ada, jika ada kecurigan cedera leher atau tulang belakang, maka imobilisasi
in line harus dikerjakan (Muttaqin, 2010).
A. Pengkajian Sekunder
1. Demografi
Kebanyakan menyerang pada pria berusia diatas 50 tahun. Ras kulit hitam memiliki
resiko lebih besar dibanding dengan ras kulit putih. Status social ekonomi memili
peranan penting dalam terbentuknya fasilitas kesehatan yang baik. Pekerjaan memiliki
pengaruh terserang penyakit ini, orang yang pekerjaanya mengangkat barang-barang
berat memiliki resiko lebih tinggi.
2. Riwayat penyakit sekarang
Pada pasien BPH keluhan keluhan yang ada adalah frekuensi , nokturia, urgensi,
disuria, pancaran melemah, rasa tidak puas sehabis miksi, hesistensi ( sulit memulai
miksi), intermiten (kencing terputus-putus), dan waktu miksi memanjang dan
akhirnya menjadi retensi urine.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Kaji adanya keturunan dari salah satu anggota keluarga yang menderita penyakit
BPH.
4. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
Keadaan penyakit, kesadaran, suara bicara, status/ habitus, pernafasan, tekanan
darah, suhu tubuh, nadi.
b. Kulit
Apakah tampak pucat, bagaimana permukaannya, adakah kelainan pigmentasi,
bagaimana keadaan rambut dan kuku klien ,
c. Kepala
Bentuk bagaimana, simetris atau tidak, adakah penonjolan, nyeri kepala atau
trauma pada kepala.
d. Muka
Bentuk simetris atau tidak adakah odema, otot rahang bagaimana keadaannya,
begitu pula bagaimana otot mukanya.
c. Mata
Bagainama keadaan alis mata, kelopak mata odema atau tidak. Pada konjungtiva
terdapat atau tidak hiperemi dan perdarahan. Sclera tampak ikterus atau tidak.
d. Telinga
Ada atau tidak keluar secret, serumen atau benda asing. Bagaimana bentuknya, apa
ada gangguan pendengaran.
e. Hidung
Bentuknya bagaimana, adakah pengeluaran secret, apa ada obstruksi atau polip,
apakah hidung berbau dan adakah pernafasan cuping hidung.
f. Mulut dan faring
caries gigi, bagaimana keadaan gusi apakah ada perdarahan atau ulkus. Lidah
tremor ,parese atau tidak. Adakah pembesaran tonsil.
g. Leher
Bentuknya bagaimana, adakah kaku kuduk, pembesaran kelenjar limphe.
h. Thoraks Betuknya bagaimana, adakah gynecomasti.
i. Paru
Bentuk bagaimana, apakah ada pencembungan atau penarikan. Pergerakan
bagaimana, suara nafasnya. Apakah ada suara nafas tambahan seperti ronchi ,
wheezing atau egofoni.
j. Jantung
Bagaimana pulsasi jantung (tampak atau tidak).Bagaimana dengan iktus atau
getarannya.
k. Abdomen
Bagaimana bentuk abdomen. Pada klien dengan keluhan retensi umumnya ada
penonjolan kandung kemih pada supra pubik. Apakah ada nyeri tekan, turgornya
bagaimana. Pada klien biasanya terdapat hernia atau hemoroid. Hepar, lien, ginjal
teraba atau tidak. Peristaklit usus menurun atau meningkat.
B. Diagnosa Keperawatan