Disusun Oleh :
Kelompok 1
Deulis Marliani I4B015024
Adinaesatama Galih A.P. I4B015025
Rizki Ayu Lestari I4B015026
Raras Anggun Atika C I4B015027
Wawan Setiawan I4B015029
Rifa Riviani I4B015030
Endah Atmawati I4B015039
A. Latar Belakang
Jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada
tahun 2013 jumlah penduduk lansia mencapai 20,04 juta jiwa atau sebesar
8,05% dari total jumlah penduduk. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan
tahun 2010 yang hanya 18,1 juta jiwa atau sebesar 9,6% dari total jumlah
penduduk (Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, 2010).
Peningkatan jumlah penduduk lansia diperkirakan akan terus terjadi hingga
tahun 2020 mencapai 28,8 juta jiwa atau sebesar 11,34% dari total jumlah
penduduk (Kementrian Sosial Republik Indonesia [Kemensos RI], 2007).
Jumlah penduduk lansia di Jawa Tengah pada tahun 2013 menempati urutan
ke dua untuk provinsi dengan proporsi lanjut usia tertinggi yakni sebesar
11,11% (BPS, 2013). Sementara di Kabupaten Banyumas sendiri, berdasarkan
data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dindukcapil) jumlah
penduduk lansia pada tahun 2015 mencapai 255.298 jiwa atau sebesar 12,81%
dari total jumlah penduduk.
Lansia merupakan tahap lanjut dari proses kehidupan yang ditandai
dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress
lingkungan (Pudjiastuti, dalam Efendi & Makhfudli, 2009). Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia
pasal 1 ayat (1), yang disebut dengan lansia adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 tahun ke atas baik pria maupun wanita (dalam Nugroho,
2008). World Health Organization (WHO), mengelompokan lansia dalam
empat tahapan berdasarkan usianya, yakni: usia pertengahan/ middle age (usia
45-59 tahun), lanjut usia/ elderly (usia 60-74 tahun), lanjut usia tua/ old (usia
75-90 tahun) dan usia sangat tua/ very old (usia >90 tahun) (dalam
Kushariyadi, 2010).
Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata Kabupaten Cilacap
merupakan salah satu panti sosial yang memfasilitasi pelayanan terhadap
lansia. Fasilitas yang diberikan meliputi penyediaan tempat tinggal (wisma),
kebutuhan dasar, hiburan, kegiatan sosial, dan kegiatan kesehatan. Dalam
bidang kesehatan, keperawatan pada usia lanjut merupakan bagian dari tugas
dan profesi keperawatan yang memerlukan berbagai keahlian dan
keterampilan dimana perawat bertugas memberikan asuhan keperawatan pada
semua lansia.
Di Panti ini, lansia dinamakan penerima manfaat (PM) yang berjumlah
± 85 orang lansia yang bertempat tinggal di 8 wisma. Wisma I (Ratih)
Dewanata merupakan wisma lansia yang berkapasitas untuk 10 orang lansia.
Saat ini terdiri dari 6 lansia laki-laki. Berdasarkan hasil pengkajian yang
dilakukan pada hari Senin pukul 10.30 WIB diketahui bahwa dari aspek status
fungsional dan status kognitif/afektif lansia yang tinggal di wisma I (Ratih)
dalam keadaan baik, namun berdasarkan hasil pemeriksaan fisik tekanan darah
diketahui bahwa 50% (3 lansia) mengalami hipertensi, 16,67 % (1 lansia)
mengalami diabetes mellitus, dan 33,3% (2 lansia) mengalami pegal linu.
(Sumber: Hasil pengkajian tgl 14 November 2016).
Peran perawat dalam meminimalkan atau mengantisipasi masalah
kesehatan pada lansia adalah dengan memberikan asuhan keperawatan pada
lansia baik dalam keadaan sehat maupun sakit pada tingkat individu maupun
kelompok. Fokus asuhan keperawatan lansia adalah melalui peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit dan mengotimalkan fungsi fisik dan mental.
Usia lanjut adalah proses alami yang dialami oleh setiap orang dan tidak dapat
dihindarkan. Sehingga sebagai perawat profesional diperlukan kemampuan
dalam merawat lansia secara kelompok dimulai dalam lingkungan Balai
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan pelayanan dan asuhan
keperawatan pada lansia di komunitas yaitu Balai Pelayanan Sosial
Lanjut Usia Dewanata Cilacap
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada lansia di Balai
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata
b. Mahasiswa mampu menganalisis keadaan dan perencanaan tindakan
untuk kelompok lansia di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Dewanata.
c. Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan
terutama terapi aktifitas kelompok (Penkes, ROP, Teka-Teki Sehat,
dan Terapi Reminience)
d. Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan
terapi modalitas pada kelompok lansia.
C. Waktu Pelaksanaan
Asuhan keperawatan gerontik dilaksanakan di Balai Pelayanan Sosial
Lanjut Usia Dewanata. Adapun pelaksanaannya adalah dengan ketentuan
sebagai berikut:
Hari : Rabu samai Jum’at
Tanggal : 16-18 November 2016
Waktu : pukul 09.00 s/d selesai WIB
D. Pengkajian
1. Profil Kelompok
Pengkajian dilaksanakan di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Dewanata Cilacap pada hari Senin tanggal 14 November 2016. Balai
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata Cilacap adalah instansi
pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang memiliki 8 wisma. Penerima
Manfaat (PM) adalah istilah yang digunakan untuk menyebut penghuni
lansia yang tinggal di panti ini. Wisma I (Ratih) yang berjumlah 6 orang
akan dikelola oleh kelompok 1.
2. Dimensi Biologis
a. Usia, Jenis Kelamin, Suku
Lansia yang tinggal di Wisma I (Ratih) berusia dalam rentang 60
sampai dengan 80 tahun dan berjenis kelamin laki-laki. Sebagian
besar PM berasal dari daerah Cilacap dan Banyumas, hanya stau PM
yang berasal dari luar daerah yaitu Cirebon. Semua PM di wisma ini
adalah suku Jawa.
b. Tingkat tumbuh kembang/ maturasi kelompok
Penghuni wisma I merupakan lansia yang secara fisiologis
mengalami perubahan fisik maupun psikologis. Dari segi fisik, lansia
mengalami perubahan dalam sistem panca indera (penurunan
kemampuan pendengaran dan penglihatan), sistem musculoskeletal
(penurunan masa otot maupun tulang), sistem pernafasan (sesak
nafas), sistem endokrin (diabetes mellitus), dan sistem persarafan
(merasakan kedutan pada wajah). Sedangkan dari segi psikologisnya,
PM merasa kehidupan terjamin dan bahagia, sehingga mereka
merasa betah berada di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Dewanata. Meskipun demikian, beberapa lansia merasa rindu atau
kesepian ketika tidak beraktivitas.
3. Dimensi Psikologis
a. Gambaran diri kelompok
Kelompok lansia di Wisma I (Ratih), sebagian besar dapat menerima
dan mensyukuri keadaan dirinya, walaupun terdapat satu PM yang
menyatakan kurang menerima dengan kondisinya, karena mengalami
disabilitas dan tidak menikah.
b. Keterampilan koping
Sebagian besar lansia memiliki mekanisme koping yang baik, salah
satu PM (Tn. S) mengatakan saat anggota kelompok mengalami
kesulitan biasanya lansia saling membantu satu sama lain, contohnya
ketika salah satu anggota sakit, anggota lainnya akan merawat secara
sederhana (kerokan). Tetapi terdapat salah satu PM (Tn. H) yang
terkadang marah hingga memukul jika temannya berbuat salah.
Sebagian besar, mekanisme koping yang digunakan yaitu tidur,
mengobrol dengan teman lain, dan ada pula lansia yang lebih
memilih menyelesaikan masalah sendiri.
c. Insiden dan prevalensi masalah psikologis
Berdasarkan hasil pengkajian, rata-rata skore depresi pada PM
wisma I adalah 2,2 yang berarti tidak mengalami depresi (<5).
d. Stressor psikologis di dalam masyarakat
Sebagian besar PM wisma I merasa tidak memiliki stressor
psikologis yang beraal dari masyarakat maupun keluarga. Mereka
merasa tidak ingin membebani saudaranya, sehingga mereka
memilih untuk tinggal di panti.
4. Dimensi Lingkungan Fisik
a. Lokasi atau tempat target group
Lokasi target group adalah di Wisma I (Ratih).
b. Kondisi lingkungan yang dapat membahayakan
Berdasarkan hasil observasi, tidak terdapat lingkungan dan barang
yang dapat membahayakan bagi PM. Lantai bersih dan tidak licin,
tata ruang tidak sempit, serta mobilisasi mudah.
c. Perumahan
Lingkungan wisma I adalah lingkungan yang bersih dan nyaman,
yang berdekatan dengan aula, kantor, dan jalan raya. Kondisi rumah
teratata rapi, pencahayaan terang saat siang hari, ventilasi baik, WC
bersih dan tidak licin.
d. Pelayanan kesehatan
Di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata terdapat satu
poliklinik, selain itu terdapat kegiatan rutin pemeriksaan kesehatan
satu bulan sekali yaitu pada hari kamis minggu ke tiga.
e. Transportasi
Alat transportasi yang digunakan untuk sekitar lingkungan panti
adalah berjalan, kaki tiga/kruk, atau dengan kursi roda
5. Dimensi Lingkungan Sosial
a. Sikap komunitas terhadap target group
Lingkungan panti memahami bahwa PM di wisma I merupakan PM
yang mandiri, sehingga hanya membutuhkan bantuan minimal dari
pengurus panti Dewanata.
b. Status sosial dan ekonomi target group
Sebagian besar PM di wisma I mempunyai status ekonomi rendah
karena PM sudah tidak memiliki pekerjaan.
c. Pendidikan
Tingkat pendidikan terendah di Wisma I yaitu tidak tamat SD,
sedangkan pendidikan tertinggi di Wisma I yaitu Strata 1.
d. Kegiatan rutin lingkungan
Setiap hari selalu ada kegiatan rutin yang diselenggarakan , seperti
pengajian, senam, bimbingan keterampilan, kerja bakti, dan nyanyi
bersama satu bulan sekali.
6. Dimensi Perilaku (Kesehatan dan Sosial)
a. Perilaku kesehatan secara umum
Kebutuhan nutrisi tercukupi setiap PM mendapatkan jatah makan 3
kali sehari dengan tambahan buah dan susu. Sebagian besar PM
masih ada yang merokok. Beberapa PM aktif mengikuti kegiatan
senam rutin. Seluruh PM mampu melakukan aktivitas perawatan diri
secara mandiri.
b. Interaksi dalam kelompok
Sebagian besar PM lebih sering berada di dalam kamarnya masing-
masing, sehingga jarang mengobrol. Terkadang akan berkumpul jika
menonton TV.
c. Interaksi antar kelompok
Tidak tampak persaingan antar wisma. Namun, interaksi antar
anggota kelompok sangat kurang. PM dapat aktif dalam
perkumpulan bersama anggota wisma lain. Termasuk dalam kegiatan
kerja bakti.
d. Aktivitas Rekreasi
Aktifitas yang dilakukan jika tidak ada kegiatan adalah tidur dan
menonton TV, terdapat aktivitas rekreasi yang diselenggarakan panti
yaitu setahun satu kali
E. Analisa Data
No Analisa Data Problem Etiologi
1. DS: Perilaku kesehatan Kurang
- 4 dari 6 PM mengatakan bahwa cenderung berisiko pemahaman
ia masih merokok.
- PM mengatakan tidak mengikuti
diet hipertensi karena hanya
mengikuti jatah makan yang
telah disediakan.
- 3 dari 4 PM mengatakan bahwa
ia belum mempraktekan senam
yang sudah diajarkan untuk
menurunkan tekanan darahnya.
- 4 dari 6 PM sudah mengetahui
penyakit hipertensi dan
penanganannya.
DO:
- 4 dari 6 PM memiliki penyakit
hipertensi.
TD:
Tn. A: 170/110 mmHg
Tn. S: 160/90 mmHg
Tn. H: 140/80 mmHg
Tn. H: 160/90 mmHg
2. DS : Kesiapan
- PM mengatakan ingin mengetahui meningkatkan
terapi untuk penanganan hipertensi manajemen
selain yang sudah diajarkan kesehatan
- PM mengatakan sudah mengetahui
beberapa terapi untuk mengatasi
hipertensi
DO
- 4 dari 6 PM memiliki riwayat
penyakit hipertensi.
TD:
Tn. A: 170/110 mmHg
Tn. S: 160/90 mmHg
Tn. H: 140/80 mmHg
Tn. H: 160/90 mmHg
G. Intervensi Keperawatan
No Tanggal Tujuan Intervensi
1. 14 Setelah dilakukan tindakan Modifikasi Perilaku
November keperawatan 2x 24 jam diharapkan 1. Identifikasi perlunya
2016 masalah perilaku kesehatan perubahan perilaku.
cenderung berisiko dapat berkurang, 2. Dukung PM untuk
dengan kriteria hasil: mengganti kebiasaan
Kepercayaan mengenai kesehatan: yang tidak diinginkan
Kontrol yang diterima dengan kebiasaan yang
Indikator awal Tujuan diinginkan.
Keyakinan bahwa 2 4 3. Dukung pembelajaran
keputusan sendiri mengenai perilaku yang
yang mengontrol diiginkan dengan teknik
hasil kesehatan modeling (TAK
Keyakinan bahwa 2 4
modifikasi).
tidakan sendiri
4. Dokumentasikan dan
yang mengontrol
komunikasikan proses
hasil kesehatan
modifikasi.
Keterangan: 5. Berikan reinforcement
1: Sangat lemah positif kepada PM.
2: Lemah
3: Sedang
4: Kuat
5: Sangat kuat
P:
- Motivasi PM untuk mengingat apa yang telah
diajarkan