Standar Pemeriksaan
I. DASAR HUKUM
A. UU Nomor 6 TAHUN 1983 (mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1984) stdtd UU Nomor 16 TAHUN 2009 (mulai berlaku
pada tanggal 25 Maret 2009) tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
B. PMK-184/PMK.03/2015 (berlaku sejak 30 September 2015) tentang perubahan PMK-17/PMK.03/2013 (mulai berlaku pada
tanggal 1 Februari 2013) tentang Tata Cara Pemeriksaan
PMK-184/PMK.03/2015 mengubah ketentuan Pasal 1, 4, 5, 11, 13, 15, 17, 22, 23, 41, 42, 43, 44, 47, 49, 70 atas
PMK-17/PMK.03/2013
PMK-17/PMK.03/2013 mencabut:
1. PMK-191/PMK.03/2007 (mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2008) tentang Penerbitan Surat
Ketetapan Pajak Atas Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Terhadap Wajib Pajak
Yang Sedang Dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan Tindak Pidana Di Bidang Perpajakan;
2. PMK-198/PMK.03/2007 (mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2008) tentang Tata Cara Penyegelan
Dalam Rangka Pemeriksaan di Bidang Perpajakan;
3. PMK-199/PMK.03/2007 (mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2008) tentang Tata Cara Pemeriksaan
Pajak;
4. PMK-82/PMK.03/2011 (mulai berlaku pada tanggal 3 Mei 2011) tentang Perubahan Atas
PMK-199/PMK.03/2007 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak
C. PER-23/PJ/2013 (mulai berlaku pada tanggal 11 Juni 2011) tentang Standar Pemeriksaan
1 of 4
yang diperiksa; atau
v. keadaan, kondisi, dan perbuatan tertentu lainnya yang menurut
pertimbangan Pemeriksa Pajak dapat mengganggu independensi.
Yang dilakukan Pemeriksa Pajak jika mengalami gangguan independensi:
Harus memberitahukan kepada Kepala UP2 tentang adanya gangguan
independensi tersebut. Selanjutnya, Kepala UP2 harus segera
mengambil tindakan yang dianggap perlu untuk mengatasinya. (Pasal 3
ayat (3) huruf c PER-23/PJ/2013)
4. taat terhadap berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
Dalam hal diperlukan, pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dapat dilaksanakan oleh tenaga ahli dari luar Direktorat Jenderal Pajak yang ditunjuk
oleh Direktur Jenderal Pajak. (Pasal 7 ayat (3) PMK-17/PMK.03/2013)
b. menyusun rencana Pemeriksaan (audit plan), dan menyusun program Pemeriksaan (audit program),
serta mendapat pengawasan yang seksama;
Rencana Pemeriksaan (Audit Plan) adalah rencana Program Pemeriksaan (Audit Program) adalah
kerja Pemeriksaan yang disusun oleh Supervisor pernyataan pilihan Metode Pemeriksaan,
dan harus ditelaah serta mendapat persetujuan dari Teknik Pemeriksaan, dan Prosedur
Kepala UP2 yang berisi identitas WP, identitas tim Pemeriksaan yang akan dilaksanakan oleh
Pemeriksa Pajak, dan uraian rencana. (Pasal 1 Pemeriksa Pajak dalam melakukan
angka 7 PER-23/PJ/2013) Pemeriksaan sesuai dengan Rencana
Pemeriksaan. (Pasal 1 angka 8 PER-23/PJ
/2013)
Rincian Kegiatan Rincian Kegiatan
2. Pemeriksaan dilaksanakan dengan melakukan pengujian berdasarkan metode dan teknik Pemeriksaan sesuai
dengan program Pemeriksaan (audit program) yang telah disusun;
3. temuan hasil Pemeriksaan harus didasarkan pada bukti kompeten yang cukup dan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan;
Bukti kompeten adalah bukti yang valid dan relevan dengan tetap mempertimbangkan prinsip
kewajaran dan kelaziman usaha atas transaksi WP yang memiliki hubungan istimewa.
a. Valid berarti bukti dapat diandalkan untuk menyimpulkan suatu fakta. Tingkat
validitas bukti dipengaruhi oleh 3 (tiga) hal sebagai berikut:
i. Independensi dan kualifikasi sumber diperolehnya bukti
2 of 4
Bukti yang diperoleh dari pihak yang independen tingkat
validitasnya lebih tinggi dibandingkan bukti yang
diperoleh dari pihak yang tidak independen. Selain
independensi, perlu juga memperhatikan hubungan
pihak yang memberikan bukti dengan bukti yang
diberikan.
ii. Kondisi bukti diperoleh
Tingkat kesulitan mendapatkan bukti yang dipengaruhi
situasi dan/atau kondisi dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam menentukan tingkat validitas bukti.
iii. Cara bukti diperoleh
Bukti yang diperoleh secara langsung oleh Pemeriksa
Pajak (misalnya observasi) tingkat validitasnya lebih
tinggi dibandingkan bukti yang diperoleh secara tidak
langsung (misalnya bukti yang disediakan oleh Wajib
Pajak). Cara memperoleh bukti juga harus
memperhatikan legalitas cara perolehan bukti.
b. Relevan berarti bukti harus berkaitan dengan pos-pos yang akan diperiksa
sebagaimana tercantum dalam Program Pemeriksaan.
Bukti yang cukup adalah bukti yang memadai untuk mendukung temuan hasil Pemeriksaan.
Kecukupan terkait dengan pertimbangan profesional (professional judgement) Pemeriksa Pajak.
(Pasal 4 huruf c PER-23/PJ/2013)
4. Pemeriksaan dilakukan oleh suatu tim Pemeriksa Pajak yang terdiri dari seorang supervisor, seorang ketua tim, dan
seorang atau lebih anggota tim, dan dalam keadaan tertentu ketua tim dapat merangkap sebagai anggota tim;
Keadaan tertentu Ketua Tim dapat merangkap sebagai Anggota Tim adalah: (Pasal 4 huruf d PER-23/PJ
/2013)
a. terbatasnya jumlah Pemeriksa Pajak pada UP2; dan/atau
b. berdasarkan pertimbangan Kepala UP2.
5. tim Pemeriksa Pajak dapat dibantu oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian tertentu, baik yang berasal dari
DJP, maupun dari instansi di luar DJP yang telah ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak, sebagai tenaga ahli seperti
penerjemah bahasa, ahli di bidang teknologi informasi, dan pengacara;
6. apabila diperlukan, Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dapat dilakukan
secara bersama-sama dengan tim pemeriksa dari instansi lain;
7. Pemeriksaan dapat dilaksanakan di kantor Direktorat Jenderal Pajak, tempat tinggal atau tempat kedudukan WP,
tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas WP, dan/atau atau tempat lain yang dianggap perlu oleh Pemeriksa
Pajak;
8. Pemeriksaan dilaksanakan pada jam kerja dan apabila diperlukan dapat dilanjutkan di luar jam kerja; dan
9. pelaksanaan Pemeriksaan didokumentasikan dalam bentuk Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP).
Fungsi KKP
KKP wajib disusun oleh Pemeriksa Pajak dan berfungsi sebagai: (Pasal 9 huruf a
PMK-17/PMK.03/2013)
a. bukti bahwa Pemeriksaan telah dilaksanakan sesuai standar pelaksanaan Pemeriksaan;
b. bahan dalam melakukan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dengan WP mengenai
temuan hasil Pemeriksaan;
c. dasar pembuatan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP);
d. sumber data atau informasi bagi penyelesaian keberatan atau banding yang diajukan
oleh WP; dan
e. referensi untuk Pemeriksaan berikutnya.
Isi KKP
KKP harus:
a. memberikan gambaran mengenai: (Pasal 9 huruf b PMK-17/PMK.03/2013)
i. prosedur Pemeriksaan yang dilaksanakan;
ii. data, keterangan, dan/atau bukti yang diperoleh;
iii. pengujian yang telah dilakukan; dan
iv. simpulan dan hal-hal lain yang dianggap perlu yang berkaitan dengan
Pemeriksaan.
b. ditelaah Supervisor untuk meyakini bahwa: (Pasal 5 huruf c PER-23/PJ/2013)
i. Pemeriksaan telah dilakukan sesuai dengan Rencana Pemeriksaan dan
perubahannya,
ii. Pemilihan Metode Pemeriksaan, Teknik Pemeriksaan, Prosedur Pemeriksaan,
penghitungan matematis koreksi, dan dasar hukum koreksi telah dilakukan
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan.
c. diparaf oleh pembuat dan penelaah KKP (Pasal 5 huruf d PER-23/PJ/2013)
3 of 4
3. LHP disusun dan ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak (Pasal 6 huruf c PER-23/PJ/2013)
4. LHP ditandatangani oleh Kepala UP2 untuk mengetahui apakah:
a. Pos-pos yang diperiksa telah sesuai dengan Rencana Pemeriksaan dan perubahannya,
b. Dasar hukum koreksi telah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan. (Pasal 6 huruf d
PER-23/PJ/2013)
4 of 4