Anda di halaman 1dari 8

elasa, 12 Februari 2013

TEKNIK PERAWATAN LUKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang
Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama
dalam dua dekade terakhir ini. Teknologi dalam bidang kesehatan juga memberikan
kontribusi yang sangat untuk menunjang praktek perawatan luka ini. Disamping itu pula, isu
terkini yang berkait dengan manajemen perawatan luka ini berkaitan dengan perubahan profil
pasien, dimana pasien dengan kondisi penyakit degeneratif dan kelainan metabolic semakin
banyak ditemukan. Kondisi tersebut biasanya sering menyertai kekompleksan suatu luka
dimana perawatan yang tepat diperlukan agar proses penyembuhan bisa tercapai dengan
optimal.
Dengan demikian, perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan
yang adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari pengkajian yang
komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat, implementasi tindakan, evaluasi hasil yang
ditemukan selama perawatan serta dokumentasi hasil yang sistematis. Isu yang lain yang
harus dipahami oleh perawat adalah berkaitan dengan cost effectiveness. Manajemen
perawatan luka modern sangat mengedepankan isu tersebut. Hal ini ditunjang dengan
semakin banyaknya inovasi terbaru dalam perkembangan produk-produk yang bisa dipakai
dalam merawat luka

1.2.Tujuan
1.2.1.      Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang Perawatan Luka: Luka Bersih, Luka Basah. Untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Integumen
1.2.2.      Tujuan Khusus
1. Pengertian Luka
2. Penyembuhan luka
3. Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka
4. Perawatan luka
BAB II
PERAWATAN LUKA

2.1. Pengertian Luka


Secara definisi suatu luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena
adanya cedera atau pembedahan. Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur
anatomis, sifat, proses penyembuhan dan lama penyembuhan. Luka adalah rusaknya
kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak
atau hilang. Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel
Sedangkan klasifikasi berdasarkan struktur lapisan kulit meliputi: superfisial, yang
melibatkan lapisan epidermis; partial thickness, yang melibatkan lapisan epidermis dan
dermis; dan full thickness yang melibatkan epidermis, dermis, lapisan lemak, fascia dan
bahkan sampai ke tulang. Berdasarkan proses penyembuhan, dapat dikategorikan menjadi
tiga, yaitu:
a.        Healing by primary intention
Tepi luka bisa menyatu kembali, permukan bersih, biasanya terjadi karena suatu insisi,
tidak ada jaringan yang hilang. Penyembuhan luka berlangsung dari bagian internal ke
ekseternal.
b.        Healing by secondary intention
Terdapat sebagian jaringan yang hilang, proses penyembuhan akan berlangsung mulai
dari pembentukan jaringan granulasi pada dasar luka dan sekitarnya. 
c.        Delayed primary healing (tertiary healing)
Penyembuhan luka berlangsung lambat, biasanya sering disertai dengan infeksi,
diperlukan penutupan luka secara manual.
Berdasarkan klasifikasi berdasarkan lama penyembuhan bisa dibedakan menjadi dua
yaitu: akut dan kronis. Luka dikatakan akut jika penyembuhan yang terjadi dalam jangka
waktu 2-3 minggu. Sedangkan luka kronis adalah segala jenis luka yang tidak tanda-tanda
untuk sembuh dalam jangka lebih dari 4-6 minggu. Luka insisi bisa dikategorikan luka akut
jika proses penyembuhan berlangsung sesuai dengan kaidah penyembuhan normal tetapi bisa
juga dikatakan luka kronis jika mengalami keterlambatan penyembuhan (delayed healing)
atau jika menunjukkan tanda-tanda infeksi.

2.2. Mekanisme Terjadinya Luka


1.      Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misal yang
terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura seterah seluruh
pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi)
2.      Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan
dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
3.      Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang
biasanya dengan benda yang tidak tajam.
4.      Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang
masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
5.      Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh
kawat.
6.      Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada
bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan
melebar.
7.      Luka Bakar (Combustio)

2.3. Menurut tingkat Kontaminasi terhadap luka :


1.      Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah tak terinfeksi yang mana tidak terjadi proses
peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari
tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan
dimasukkan drainase tertutup (misal; Jackson – Pratt). Kemungkinan terjadinya infeksi luka
sekitar 1% - 5%.
2.      Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka pembedahan
dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol,
kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% - 11%.

2.4. Proses Penyembuhan Luka


1.      Luka akan sembuh sesuai dengan tahapan yang spesifik dimana bisa terjadi tumpang tindih
(overlap)
2.      Proses penyembuhan luka tergantung pada jenis jaringan yang rusak serta penyebab luka
tersebut
3.      Fase penyembuhan luka :
a.       Fase inflamasi :
  Hari ke 0-5
  Respon segera setelah terjadi injuri
  Pembekuan darah
  Untuk mencegah kehilangan darah
  Karakteristik : tumor, rubor, dolor, color, functio laesa
  Fase awal terjadi haemostasis
  Fase akhir terjadi fagositosis
  Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi
b.      Fase proliferasi or epitelisasi
  Hari 3 – 14
  Disebut juga dengan fase granulasi adanya pembentukan jaringan granulasi
pada luka
  Luka nampak merah segar, mengkilat
  Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi : Fibroblasts, sel inflamasi, pembuluh
darah yang baru, fibronectin and hyularonic acid
  Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai dengan penebalan lapisan
epidermis pada tepian luka
  Epitelisasi terjadi pada 48 jam pertama pada luka insisi
c.       Fase maturasi atau remodelling
  Berlangsung dari beberapa minggu sampai dengan 2 tahun
  Terbentuknya kolagen yang baru yang mengubah bentuk luka serta
peningkatan kekuatan jaringan (tensile strength)
  Terbentuk jaringan parut (scar tissue)
  50-80% sama kuatnya dengan jaringan sebelumnya
  Terdapat pengurangan secara bertahap pada aktivitas selular and vaskularisasi
jaringan yang mengalami perbaikan.
2.5. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Penyembuhan Luka
1.    Status Imunologi
2.    Kadar gula darah (impaired white cell function)
3.    Hidrasi (slows metabolism)
4.    Nutriisi
5.    Kadar albumin darah (‘building blocks’ for repair, colloid osmotic pressure –
oedema)
6.    Suplai oksigen dan vaskularisasi
7.    Nyeri (causes vasoconstriction)
8.    Corticosteroids (depress immune function)

2.6.  Pemilihan Balutan Luka


Balutan luka (wound dressings) secara khusus telah mengalami perkembangan yang
sangat pesat selama hampir dua dekade ini. Revolusi dalam perawatan luka ini dimulai
dengan adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh Professor G.D Winter pada tahun 1962
yang dipublikasikan dalam jurnal Nature tentang keadaan lingkungan yang optimal untuk
penyembuhan luka. Menurut Gitarja (2002), adapun alasan dari teori perawatan luka dengan
suasana lembab ini antara lain:
1.        Mempercepat fibrinolisis
Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih cepat oleh netrofil dan
sel endotel dalam suasana lembab.
2.        Mempercepat angiogenesis
Dalam keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan merangsang lebih
pembentukan pembuluh darah dengan lebih cepat.     
3.        Menurunkan resiko infeksi
Kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan perawatan
kering.
4.        Mempercepat pembentukan Growth factor
Growth factor berperan pada proses penyembuhan luka untuk membentuk stratum
corneum dan angiogenesis, dimana produksi komponen tersebut lebih cepat terbentuk
dalam lingkungan yang lembab.
5.        Mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif.
Pada keadaan lembab, invasi netrofil yang diikuti oleh makrofag, monosit dan limfosit
ke daerah luka berfungsi lebih dini.

2.7. Perawatan Luka Bersih


Perawatan luka bertujuan untuk meningkatkan proses penyembuhan jaringan juga untuk
mencegah infeksi. Luka yang sering ditemui oleh bidan di klinik atau rumah sakit biasanya
luka yang bersih tanpa kontaminasi misal luka secsio caesaria, dan atau luka operasi lainnya.
Perawatan luka harus memperhatikan teknik steril, karena luka menjadi port de entre nya
mikroorganisme yang dapat menginfeksi luka.

A.      PERSIAPAN
1.    Mencuci tangan
2.    Menyiapkan alat-alat dalam baki/trolley
Alat Steril dalam bak instrumen ukuran sedang tertutup:
  Pinset anatomis (2 buah)
  Pinset chirurgis (2 buah)
  Handscoon steril
  Kom steril (2 buah)
  Kassa dan kapas steril secukupnya
  Gunting jaringan/ Gunting Up Hecting (jika diperlukan)
Alat Lain:
  Gunting Verband/plester
  Plester
  Nierbekken (Bengkok)
  Lidi kapas
  Was bensin
  Alas / Perlak
  Selimut Mandi
  Kapas Alkohol dalam tempatnya
  Betadine dalam tempatnya
  Larutan dalam botolnya (NaCL 0,9%)
  Lembar catatan klien
3.    Setelah lengkap bawa peralatan ke dekat klien

B. MELAKUKAN PERAWATAN LUKA


1.            Mencuci tangan
2.            Lakukan inform consent lisan pada klien/keluarga dan intruksikan klien untuk tidak
menyentuh area luka atau peralatan steril.
3.            Menjaga privacy dan kenyamanan klien dan mengatur kenyamanan klien
4.            Atur posisi yang nyaman bagi klien dan tutupi bagian tubuh selain bagian luka
dengan selimut mandi.
5.            Siapkan plester untuk fiksasi (bila perlu)
6.            Pasang alas/perlak
7.            Dekatkan nierbekken
8.            Paket steril dibuka dengan benar
9.            Kenakan sarung tangan sekali pakai
10.        Membuka balutan lama
      Basahi plester yang melekat dengan was bensin dengan lidi kapas.
      Lepaskan plester menggunakan pinset anatomis ke 1 dengan melepaskan
ujungnya dan menarik secara perlahan, sejajar dengan kulit ke arah balutan.
      Kemudian buang balutan ke nierbekken.
      Simpan pinset on steril ke nierbekken yang sudah terisi larutan chlorin 0,5%
11.        Kaji Luka:
Jenis, tipe luka, luas/kedalaman luka, grade luka, warna dasar luka, fase proses
penyembuhan, tanda-tanda infeksi perhatikan kondisinya, letak drain, kondisi
jahitan, bila perlu palpasi luka denga tangan
non dominan untuk mengkaji ada tidaknya puss.
12.        Membersihkan luka:
      Larutan NaCl/normal salin (NS) di tuang ke kom kecil ke 1
      Ambil pinset, tangan kanan memegang pinset chirurgis dan tangan kiri
memegang pinset anatomis ke-2
      Membuat kassa lembab secukupnya untuk membersihkan luka (dengan cara
memasukkan kapas/kassa ke dalam kom berisi NaCL 0,9% dan memerasnya
dengan menggunakan pinset)
      Lalu mengambil kapas basah dengan pinset anatomis dan dipindahkan ke pinset
chirurgis
      Luka dibersihkan menggunakan kasa lembab dengan kassa terpisah untuk sekali
usapan. Gunakan teknik dari area kurang terkontaminasi ke area terkontaminasi.

13.        Menutup Luka


      Bila sudah bersih, luka dikeringkan dengan kassa steril kering yang diambil
dengan pinset anatomis kemudian dipindahkan ke pinset chirurgis di tangan
kanan.
      Beri topikal therapy bila diperlukan/sesuai indikasi
      Kompres dengan kasa lembab (bila kondisi luka basah) atau langsung ditutup
dengan kassa kering (kurang lebih 2 lapis)
      Kemudian pasang bantalan kasa yang lebih tebal
      Luka diberi plester secukupnya atau dibalut dengan pembalut dengan balutan
yang tidak terlalu ketat.
14.        Alat-alat dibereskan
15.        Lepaskan sarung tangan dan buang ke tong sampah
16.        Bantu klien untuk berada dalam posisi yang nyaman
17.        Buang seluruh perlengkapan dan cuci tangan

C.  DOKUMENTASI
1.      Hasil observasi luka
2.      Balutan dan atau drainase
3.      Waktu melakukan penggantian balutan
4.      Respon klien

2.8. Perawatan Luka Basah

Anda mungkin juga menyukai