Anda di halaman 1dari 10

Volume 3 Issue 1 (2019) Pages 127 – 136

Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini


DOI: 10.31004/obsesi.v3i1.159

Literasi Awal pada Anak Usia Dini Suku Anak Dalam Dharmasraya
Dian Arsa 
Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Sastra,
Universitas Negeri Padang

Abstract

This study aims to see how the introduction of early stage literacy for early childhood in one of
the Suku Anak Dalam groups in Dharmasraya. The introduction was carried out by a small
community called Sahabat Belajar. This research is classified as qualitative research, with
analysis of Miles and Huberman. After the results found in this study, the literacy in early
childhood Suku Anak Dalam was in accordance with what was expected by the Friends of
Learning. Various things can be explored from these children through literacy activities telling,
about how they spend their days in the forest as children, how they obtain basic knowledge and
learn from the people around them, and how they contact with the environment / nature around
them.

Keywords: Early Literacy, early childhood, Suku Anak Dalam.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengenalan literasi tahap awal untuk anak
usia dini di salah satu kelompok Suku Anak Dalam di Dharmasraya. Pengenalan tersebut
dilakukan oleh komunitas kecil bernama Sahabat Belajar. Penelitian ini tergolong penelitian
kualitatif, dengan analisis Miles dan Huberman. Setelah Hasil yang ditemukan dalam
penelitian ini yaitu, literasi awal pada anak usia dini Suku Anak Dalam telah sesuai dengan
apa yang diharapkan oleh Sahabat Belajar. Berbagai hal dapat digali dari anak-anak ini
melalui kegiatan literasi bercerita, tentang bagaimana mereka menghabiskan harinya di hutan
sebagai anak-anak, bagaimana mereka memperoleh pengetahuan dasar dan belajar dari orang-
orang di sekitarnya, dan bagaiamana kontaknya dengan lingkungan/ alam sekitar mereka.

Kata Kunci: Literasi Awal; Anak Usia Dini; Suku Anak Dalam

@Jurnal Obsesi Prodi PG-PAUD FIP UPTT 2019


Corresponding author :
Address : Padang, Sumatera Barat ISSN 2356-1327 (Media Cetak)
Email : dyanarsya70@gmail.com ISSN 2549-8959 (Media Online)
128 | Literasi Awal pada Anak Usia Dini Suku Anak Dalam Dharmasraya

PENDAHULUAN literasi tentunya harus mencakup unsur


Literasi menjadi isu penting dalam yang melingkup bahasa itu sendiri, yakni
dekade ini di Indonesia. Setelah Program situasi sosial budayanya.
for International Students Assessment Berikutnya, menurut (Badan
(PISA) mengeluarkan hasil temuannya Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
pada tahun 2010 (Kemendikbud, 2015), 2016), literasi adalah kemampuan menulis
Indonesia berada pada posisi 57 dari 65 dan membaca, atau pengetahuan/
negara yang diteliti PISA, sebab itu pula keterampilan dalam bidang atau aktivitas
muncul Gerakan Literasi Sekolah. tertentu. Lebih lanjut, literasi adalah
Sekolah-sekolah bergiat agar siswa- penggunaan praktik-praktik situasi sosial,
siswanya rajin menyerap informasi, historis, dan kultural dalam menciptakan
melalui kegiatan-kegiatan yang juga sudah dan menginterpretasikan makna melalui
disediakan panduannya oleh pemerintah teks. Literasi memerlukan setidaknya
melalui panduan menjalankan Gerakan sebuah kepekaan yang tak terucap tentang
Literasi Sekolah. hubungan antara konvensi-konvensi
Begitu juga pada tingkat paling dasar tekstual dan konteks penggunaannya serta
dalam jenjang pendidikan, yaitu idealnya kemampuan untuk berefleksi
Pendidikan Anak Usia Dini. Rohde secara kritis tentang hubungan-hubungan
(Fajriyah, 2018), menyatakan sangat itu. Kepekaan yang bermuatan maksud/
penting untuk memastikan anak-anak tujuan, literasi itu bersifat dinamis/ tidak
memperoleh keterampilan dan kesadaran statis, dan dapat bervariasi dalam kultur
dini yang mereka butuhkan untuk menjadi sebuah wacana.
pembaca dan penulis yang sukses. Literasi memerlukan serangkai
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa kemampuan kognitif, pengetahuan bahasa
pembelajaran literasi penting dan sangat tulis dan lisan, pengetahuan tentang genre,
tepat jika diajarkan pada anak usia dini. dan pengetahuan kultural, dalam artian
Perkembangan literasi pada anak dibutuhkan kemampuan yang kompleks
prasekolah berada pada tahap literasi dalam literasi.
paling dasar. Lebih spesifik, menurut Astuti
Merujuk pada definisi dari (Fajriyah, 2018), literasi berarti
Kemendikbud (2015), secara etimologi, kemampuan membaca dan menulis serta
literasi yang diserap dari bahasa Inggris menggunakan bahasa lisan.
literacy berasal dari bahasa Latin, littera, Dapat disimpulkan bahwa literasi
yang artinya huruf. Dalam artian luas yaitu merupakan penyerapan informasi
kegiatan yang melibatkan pengasaan berbentuk ilmu pengetahuan dari teks
sistem-sistem tulisan dan konvensi- ataupun lisan, untuk
konvensi yang menyertainya. Namun menumbuhkembangkan kemampuan
demikian, literasi utamanya berhubungan kognisi, melalui membaca dan menulis
dengan bahasa dan bagaimana bahasa itu (secara spesifiknya).
digunakan. Adapun sistem bahasa tulis itu Namun definisi tersebut terlalu
sifatnya sekunder. Manakala berbicara komplek jika diterapkan dalam penelitian
mengenai bahasa, tentunya tidak lepas dari ini. Penelitian ini berfokus pada subjek
pembicaraan mengenai budaya, karena yang berumur di bawah 6 tahun atau dalam
bahasa itu sendiri merupakan bagian dari istilahnya Anak Usia Dini (AUD).
budaya. Sehingga pendefinisian istilah Pengertian literasi di atas, dapat
disederhanakan untuk tingkat anak usia
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(1), 2019 | 129

dini, yaitu penyerapan informasi melalui kemampuan yang merupakan prasyarat


apa yang dirasakan lewat pancaindera penting untuk mengembangkan membaca
anak, untuk kemudian dijadikan konvensional.
pengetahuan awal bagi mereka. Jadi dapat disimpulkan bahawa
Nutbrown & Claugh (Wartomo, dalam tingkatan Anak Usia Dini (AUD)
2017) mengemukakan bahwa pengenalan literasi itu tidak mesti dilalui dengan
literasi bagi anak anak usia dini (AUD) formal yang dalam hal ini anak-anak tidak
mulai dikembangkan. Sebagai contoh di harus memperolehnya lewat penyekolahan.
Inggris sejak tahun 1980-an karena para Literasi sederhana berkaitan dengan apa
guru dan peneliti melihat jika pentingnya yang didapatkan anak pada lingkungannya.
mengenalkan atau membelajarkan literasi Proses mereka berbicara, berinteraksi, dan
membaca dan menulis bagi anak usia dini. mengamati aktivitas orang-orang di
Sependapat dengan itu Menurut sekitarnya sudah termasuk dalam literasi
Subiyantoro (Wartomo, 2017) pengenalan sederhana pada AUD.
budaya literasi anak pada dasarnya ia akan Berkaitan dengan penjabaran itu,
menginternalisasikan sistem kaidah yang penelitian ini mengulas tentang bagaimana
berhubungan dengan bunyi dan makna literasi awal pada salah satu kelompok
secara khusus dan anak memperoleh Suku Anak Dalam di Dharmasraya dan
kemampuan literasi dengan cara yang bagaimana pengembangan yang dilakukan
sangat menakjubkan. pegiat sosial Sahabat Belajar (laman
Selanjutnya, Morrison (Wartomo, Belajar Bersama Sahabat) pada literasi
2017) mengemukakan bahwa, penguasaan awal untuk Anak Usia Dini Suku Anak
bahasa adalah pembawaan lahir pada Dalam.
semua anak usia dini tanpa memandang Penelitian mendalam tentang Suku
budaya dan agamnya. Artinya bahwa sejak Anak Dalam belum banyak dilakukan.
lahir sampai dengan usia 6 tahun anak usia Salah satu yang ditemui penulis adalah
dini sudah mempunyai kemampuan dalam disertasi Steven Sager pada tahun 2008
literasi, meskipun tidak belajar secara (Sager, 2008) yang memuat secara
khusus tetapi anak belajar bahasa melalui menyeluruh tentang Suku Anak Dalam
interaksi dengan lingkungan di mana anak atau dinamai juga dengan Suku Kubu.
tinggal. Fokus kajian Sager lebih pada adat dan
Justice, L.M. (Wartomo, 2017) religi Suku Anak Dalam (SAD) yang ada
menyatakan bahwa periode literasi anak di Bukit Duabelas.
mulai dari lahir sampai dengan usia enam Menurut Sager (Sager, 2008), Suku
tahun. Pada periode tersebut anak-anak Kubu atau juga dikenal dengan Suku Anak
usia dini memperoleh pengetahuan tentang Dalam atau Orang Rimba adalah salah satu
membaca dan menulis tidak melalui suku minoritas yang hidup di Pulau
pengajaran, tetapi melalui perilaku yang Sumatra, tepatnya di Provinsi Jambi dan
sederhana dengan mengamati dan Sumatera Selatan. Secara garis besar di
berpartisipasi pada aktivitas yang berkaitan Jambi Suku Anak Dalam hidup di 3
dengan literasi. Pengajaran formal tidak wilayah ekologis yang berbeda, yaitu
selalu diperlukan untuk mengembangkan Orang Kubu yang di utara Provinsi Jambi
literasi sederhana. Dengan mengamati (sekitaran Taman Nasional Bukit 30),
orang yang melakukan aktivitas literasi dan Taman Nasional Bukit 12, dan wilayah
berpartisipasi dengan aktivitas tersebut selatan Provinsi Jambi (sepanjang jalan
maka anak usia dini akan memperoleh lintas Sumatra). Mereka hidup secara
130 | Literasi Awal pada Anak Usia Dini Suku Anak Dalam Dharmasraya

nomaden dan yang bergantung pada Dharmasraya yang mendirikan genah-


berburu dan meramu. genah di perkebunan warga dan
Menurut tradisi lisan suku Anak perusahaan swasta. Beberapa konflik pun
Dalam merupakan orang Maalau Sesat, telah banyak terjadi akibat ini. Berita-
yang lari ke hutan rimba di sekitar Air beritanyapun mudah diketahui di berbagia
Hitam, Taman Nasional Bukit Duabelas. media Nasional. Namun upaya pemerintah
Mereka kemudian dinamakan Moyang dalam pemecahan persoalan tersebut juga
Segayo. Tradisi lain menyebutkan mereka telah lama dilakukan. Upaya itu, menurut
berasal dari wilayah Pagaruyung, yang Menteri Sosial, Khofifah (Henschke, 2017)
mengungsi ke Jambi. Ini diperkuat misalnya dengan membangun rumah untuk
kenyataan adat suku Anak Dalam punya Suku Anak Dalam, menyediakan sekolah
kesamaan bahasa dan adat dengan suku (meskipun tidak terkhusus), dan berbagai
Minangkabau, seperti sistem kekeluargaan fasilitas lainnya seperti sanitasi untuk
matrilineal. mandi dan kebutuhan air bersih, yang
Secara garis besar di Jambi mereka semua itu ditujukan untuk menjadikan
hidup di 3 wilayah ekologis yang berbeda, Suku Anak Dalam sama dengan
yaitu Orang Kubu yang di utara Provinsi masyarakat Indonesia lainnya, bukan „suku
Jambi (sekitaran Taman Nasional Bukit terisolasi‟ sebagaimana yang dikatakan
30), Taman Nasional Bukit 12, dan Sager.
wilayah selatan Provinsi Jambi (sepanjang Banyak perdebatan dari berbagai
jalan lintas Sumatra). Mereka hidup secara kalangan tentang upaya pemerintah
nomaden dan mendasarkan hidupnya pada tersebut. Berdasarkan reportase (Henschke,
berburu dan meramu, walaupun banyak 2017), secara umum dari berbagai sisi,
dari mereka sekarang telah memiliki lahan kehidupan Suku Anak Dalam dapat
karet dan pertanian lainnya. disimpulkan sangat memprihatinkan.
Sager menyimpulkan kehidupan Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah
Suku Anak Dalam ketika ia melakukan itu tidak berhasil. Meskipun sebagian
penelitian, sangat mengenaskan seiring kecilnya telah memilih untuk menetap dan
dengan hilangnya sumber daya hutan yang memiliki agama, namun sebagian besarnya
ada di Jambi dan Sumatera Selatan. belum mampu untuk tinggal menetap
Berdasarkan yang ditinjau di lapangan karena memang tidak sejalan dengan
hutan-hutan yang dulunya „milik‟ mereka tradisi Suku Anak Dalam. Keinginan
(dalam artian tempat mereka membangun mereka adalah ketersediaan hutan untuk
genah (nama tempat tinggal mereka) dan kehidupan mereka, yang semakin lama
tempat mereka berpindah-pindah, hutan-hutan itu semakin menipis.
sekarang telah menjadi lahan sawit. Kata Di sisi lain, Suku Anak Dalam juga
„sekarang‟ ini dimulai dari transmigrasi telah banyak berinteraksi dengan
besar-besaran dari zaman Presiden masyarakat lainnya di sekitar mereka.
Soeharto dulu. Namun, semakin lama Mereka telah berkebun dan menjual hasil
lahan-lahan karet dan sawit memang jauh kebunnya, membeli peralatan-peralatan
meluas dari sebelumnya, yang dan bahkan motor, namun mereka tetap
menyebabkan hutan-hutan di wilayah hidup semi-nomaden di hutan dan
tenpat tinggal Suku Anak Dalam berganti perkebunan.
menjadi perkebunan. Mereka yang sudah mulai keluar dan
Sekarang ini pun, banyak kelompok- berinteraksi dengan masyarakat, sangat
kelompok Suku Anak Dalam di membutuhkan pengetahuan dasar seperti
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(1), 2019 | 131

kemampuan berhitung dan membaca. HASIL DAN PEMBAHASAN


Untuk itulah, dalam skala permasalahan Suku Anak Dalam yang ada di
yang besar pada Suku Anak Dalam, Dharmasraya secara kultural sedikit-
penelitian ini membatasi dengan banyaknya telah keluar dari isolasi mereka
mengangkat persoalan pada bagaimana di hutan karena mau tidak mau hutan
literasi awal pada anak-anak usia dini Suku mereka juga telah berganti dengan
Anak Dalam di salah satu kelompok Suku perkebunan sawit dan karet. Secara tidak
Anak Dalam yang ada di Dharmasraya. langsung mereka bertemu dengan
masyarakat sekitar lainnya. Andri, sebagai
METODOLOGI pemuda Dharmasraya mengatakan bahwa
Penelitian ini tergolong peneltian Suku Anak Dalam sekarang beberapa
kualitatif. Subjek yang digunakan dalam kelompoknya ada yang membangun genah
penelitian ini adalah anak-anak Suku Anak di perkebunan-perkebunan karet. Kadang
Dalam dalam rentang Anak Usia Dini (usia muncul berbagai masalah dengan pihak
6 tahun ke bawah). Dalam penelitian ini, perkebunan yang umumnya dimiliki
wilayah yang dilihat adalah wilayah Suku swasta. Masalah-masalah itu seperti ketika
Anak Dalam yang ada di Dharmasraya, Suku Anak Dalam ini selesai berburu babi,
Provinsi Sumatera Barat yang berbatasan sisa-sisa bagian organ babi yang tidak
langsung dengan Provinsi Jambi di bagian mereka makan mereka buang di sekitaran
selatan. kebun, yang setelah beberapa hari
Suku Anak Dalam di Dharmasraya mengeluarkan bau tidak sedap. Pengelola
tersebar dalam beberapa kelompok. Salah kebun di lapangan tentu risih dengan
satu kelompok yang besar adalah keadaan ini. Namun jika dilihat di sisi lain,
kelompok Marni. Marni dapat dikatakan Suku Anak Dalam sudah jauh sebelum
tetua kelompok yang sekarang perkebunan ini ada yang sebelumnya hutan
kelompoknya tersebar dalam kelompok- rendah, telah mereka diami. Keterangan ini
kelompok kecil, 10-15 orang, di sekitar sesuai dengan reportase yang dilakukan
hutan dan perkebunan sawit di wilayah (Henschke, 2017)
Dharmasraya. Hasil buruan dan hasil hutan seperti
Teknik pengumpulan data jerenang, yang Suku Anak Dalam
menggunakan wawancara dan observasi dapatkan, selain untuk mereka gunakan,
partisipasi aktif, di mana peneliti datang ke juga mereka jual pengepul yang mereka
tempat kegiatan orang yang diamati dan sudah ketahui. Di beberapa kelompok telah
terlibat dalam beberapa kegiatan tersebut. memiliki perkebunan sendiri di pinggir-
Proses analisis data menggunakan model pinggir hutan, seperti karet. Kelompok itu
Miles dan Huberman, yaitu mengumpulkan telah bisa menyadap dan menjual hasil
data, mereduksi, menyajikan, dan menarik kebun mereka. Namun kehidupan mereka
kesimpulan berdasarkan data tersebut. tetap semi-nomaden. Anak-anak Suku
Wawancara dilakukan dengan Anak Dalam di Banai ini dapat dikatakan
anggota Sahabat Belajar, terutama Eko tidak ada yang di sekolah formal. Di
sebagai orang yang telah lama bersama bagian Bukit Duabelas Jambi pernah dulu
Suku Anak Dalam tersebut. dikelola pendidikan nonformal bernama
„Sokola Rimba oleh Butet Manurung.
132 | Literasi Awal pada Anak Usia Dini Suku Anak Dalam Dharmasraya

Di salah satu kelompok Marni ini, Anak Dalam. Kegiatan awal, dilakukan
tepatnya di Batang Bakur, Nagari Banai, dengan membiasakan Suku Anak Dalam
Dharmasraya, Eko tinggal bersama Suku dengan keberadaan peneliti dan anggota
Anak Dalam selama kurang lebih 2 tahun. Sahabat Belajar.
Kelompok ini memanggilnya Dokter Eko
karena Eko hampir selalu mengecek Interaksi awal dimulai dari orang tua
kesehatan dan kebersihan Suku Anak terlebih dahulu. Setelah itu baru
Dalam. Memberikan bantuan pada melakukan beberapa interaksi kecil dengan
persoalan pengurusan ke pelayanan anak-anak yang kemudian akan dijadikan
kesehatan bagi Suku Anak Dalam. subjek dalam penelitian ini. Pada awalnya,
Kelompok Suku Anak Dalam yang tentu anak-anak tersebut tidak terlalu mau
Eko masuki, berjumlah sekitar 16 orang, diajak berinteraksi. Pola pendekatan yang
“Terkadang mereka silih berganti masuk, dilakukan adalah dengan ikut serta melihat
sebelum pindah bersama-sama dalam mereka bermain ataupun berkegiatan
tradisi Malangun.” Secara geografis, hutan sehari-harinya.
Banai masih asri, meskipun beberapa Berdasarkan hasil observasi, kegiatan
sudah ditanami pohon karet, namun bukan yang biasa dilakukan anak-anak Suku
perkebunan permanen. Di area inilah salah Anak Dalam (dalam rentang usia 4-6
satu kelompok Suku Anak Dalam ini tahun), mereka bermain di tepian anak
bermukim. sungai yang tidak jauh dari genah
Eko sebagai orang dari luar Suku (pemukiman mereka). Mereka terkadang
Anak Dalam memberikan perhatian pada menangkap ikan ataupun binatang lainnya
Suku Anak Dalam. Dia yang kemudian seperti kura-kura dan labi-labi dengan
mengajak beberapa mahasiswa ataupun menggunakan alat seadaanya atau dengan
eks-mahasiswa Unand di Padang, untuk tangan kosong. Bagi anak laki-laki di
ikut serta memberikan kontribusi bagi bawah 6 tahun, biasanya mereka ikut
Suku Anak Dalam. Selama beberapa kali, dengan saudara-saudara mereka yang lebih
kelompok yang kemudian dinamai Sahabat tua berkeliling hutan, mencari kodok besar
Belajar ini mengunjungi Suku Anak ataupun tanaman-tanaman tertentu.
Dalam. Mereka memberikan perhatian Anak laki-laki Suku Anak Dalam
terutama pada persoalan literasi anak-anak yang berusia di atas 13 tahun biasanya
Suku Anak Dalam. telah ikut berburu dengan ayah mereka.
Meskipun tidak didasarkan pada Sedangkan fase sebelum itu mereka bebas
sistem kurikulum pengajaran yang bermain di hutan. untuk yang perempuan
sistematis, namun dalam hal ini, anggota mereka lebih sering dimintai bantuan oleh
Sahabat Belajar mencoba menggali ibu mereka dibanding anak laki-laki.
pengetahuan sehari-hari anak-anak Suku Anak-anak yang tergolong Anak
Anak Dalam, tentang apa kegiatan mereka, Usia Dini rentang usia 3-6 tahun dalam
kegiatan orang-orang di sekitar mereka. kelompok ini, sebanyak 8 orang, dan ada 2
Mengasah kemampuan mereka untuk orang lagi di bawah rentang usia tersebut.
bercerita tentang apa saja yang mereka Anak-anak di umur 2 tahun itu terkadang
lakukan di hutan. diasuh saudara perempuan mereka yang
Fase awal, peneliti dan anggota lebih tua. Berikut tabel kegiatan yang biasa
Sahabat Belajar dapat bergabung dengan mereka lakukan.
Suku Anak Dalam melalui Eko, yang
sebelumnya sudah lama bersama Suku
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(1), 2019 | 133

Tabel 1. Kegiatan anak-anak Suku Anak Jenis


Rentang
Dalam berdasarkan rentang usia. No Usia Kegiatan
Kelamin
(± tahun)
Rentang
Jenis layaknya mainan,
No Usia Kegiatan
Kelamin binatang-binatang
(± tahun)
seperti kodok besar,
1 Laki-laki > 13  Ikut berburu ringan
kura-kura, dan
di siang hari dengan
sebagainya, seperti
laki-laki dewasa.
anak laki-laki di
 Ikut mencari
rentang usia tersebut.
tumbuh-tumbuhan
 Sebagian sudah ikut
dan buah-buahan
membantu ibu
untuk dimakan
memasak dan
ataupun diramu.
merawat adik
 Ikut memasang jerat
6 Perempuan 3-6  Bermain
ikan di malam hari.
 Mencari binatang-
2 Laki-laki 7-13  Bermain
binatang yang bisa
 Berjalan-jalan di
dijadikan peliharaan
hutan di sekitaran
layaknya mainan,
genah
binatang-binatang
 Belajar menangkap
seperti kodok besar,
ikan di anak sungai
kura-kura, dan
di dalam hutan
sebagainya.
tersebut.
3 Laki-laki 3-6  Bermain
 Mencari binatang- Kegiatan anak-anak tersebut menjadi
binatang yang bisa poin-poin penting dalam menggali literasi
dijadikan peliharaan mereka melalui bercerita.
layaknya mainan, Beberapa hari bersama anak-anak
binatang-binatang
Suku Anak Dalam dan mengikuti kegiatan
seperti kodok besar,
kura-kura, dan mereka, memberi kedekatan sosial antara
sebagainya. peneliti dan anggota Sahabat Belajar
 Ikut dengan teman- dengan anak-anak Suku Anak Dalam.
teman yang lebih tua, Peluang ini dapat dimanfaatkan dengan
menangkap ikan di
memberikan dan menggali bagaimana
anak sungai di dalam
hutan tersebut.
literasi awal pada anak-anak Suku Anak
 Rata-rata anak-anak Dalam.
Suku Anak Dalam di Anggota Sahabat Belajar mengajak
usia ini sudah punya anak usia dini Suku Anak Dalam untuk
peliharaan seperti menggambar. Kertas, pensil, dan pewarna
kodok besar atau
anak monyet.
diberikan kepada anak-anak tersebut. Pada
4 Perempuan >13  Membantu ibu tahap awal mereka diberikan kebebasan
memasak dan menggambar apa saja karena secara
merawat adik prinsipnya, menurut Fajriyah (Fajriyah,
 Terkadang ikut ibu 2018), literasi awal dapat berupa
mencari tumbuhan
penyediakan media seperti menggambar
untuk diramu
yang dapat meningkatkan literasi anak.
5 Perempuan 7-13  Bermain
 Mencari binatang- Semua anak-anak menggambar di
binatang yang bisa hari pertama literasi itu. Anak-anak
dijadikan peliharaan tersebut sangat antusias dan serius
134 | Literasi Awal pada Anak Usia Dini Suku Anak Dalam Dharmasraya

menggambar. Malah mereka tidak yang bernama Bujang Padek, yang


menertawakan hasil gambar teman- menceritakan tentang gambar-gambarnya.
temannya. Mereka sibuk mencoret- Dua pertemuan berikutnya banyak
coretkan pensil dan pewarna. Mereka dihabiskan dengan bercerita karena kondisi
diberi kebebasan juga dalam cara cuaca yang sering hujan, maka kurang
memegang pensil dan mereka tidak kondusif melakukan aktifitas di luar.
diajarkan keseragaman dalam memegang Pola bercerita ini sesuai dengan teori
pensil sebagaimana di sekolah pada literasi awal pada anak usia dini, yaitu
umumnya. Menurut Eko, hal ini dapat dengan menggali pengetahuan anak lewat
memberi pengalaman bagi mereka. Mereka menceritakan pengalaman keseharian yang
akan menemukan sendiri cara yang telah dilakukannnya (Fajriyah, 2018).
terefektif untuk persoalan memegang Misalnya, pada salah satu subjek penelitian
pensil ini. bernama Bujang Cilalek, yang bercerita
Pola pembelajaran yang diberikan kodok peliharaannya. Ia dimintak bercerita
anggota Sahabat Belajar pada awal ini tentang kodoknya tersebut, di mana ia
lebih kepada kebebasan berimajinasi dan mendapatkannya, makanannya, dan
menemukan pemecahan permasalahan sebagainya. Pada percakapan-percakapan
sendiri (pembelajaran berbasis pemecahan dengan subjek penelitian tersebut,
masalah) seperti yang dilakukan pada disisipkan beberapa pengetahuan dasar
tahapan di atas. kepada mereka, misalnya kodok itu
Hasil gambar tahap pertama ini, ada bertelur, dan kodok yang masih bayi
dari mereka menggambar wajah, namanya kecebong. Kecebong lebih
menggambar pohon, dan menggambar terlihat seperti ikan daripada kodok.
rumah (genah), sebagian yang lain masih Cerita-cerita lainnya digali
dalam coret-coretan warna-warni. Pada berdasarkan keseharian yang telah mereka
pertemuan berikutnya, anak-anak tersebut lakukan, sesuai dengan tabel kegiatan
diminta menggambar dari sesuatu yang anak-anak Suku Anak Dalam tersebut.
telah tersedia, seperti menggambar daun, Bagaimana mereka mendapat pengetahuan
dengan cara menjiplak. Caranya, dengan dari alam dan lingkungan sekitar mereka.
mengambil sehelai daun yang Mengetahui cara-cara yang teman-teman
pinggirannya menarik/bergerigi, lalu daun dan orang-orang yang lebih tua lakukan.
itu diletakkan di atas kertas kosong, dan Seperti menangkap ikan dan berburu.
anak-anak mengikuti garis tepinya itu Tahap ini menjadi literasi awal yang sangat
sampai terbentuk daun sempurna. berpengaruh bagi mereka.
Kemudian mereka diminta mewarnainya. Tahap selanjutnya, barulah mereka
Setelah itu, anak-anak tersebut diperkenalkan dengan huruf dan angka.
dengan sendirinya mencoba melakukan hal Pada penerapannya, anak-anak tidak
yang sama namun dengan objek yang dibebankan pada proses mengingat bentuk-
berbeda. Mereka mencoba menjiplak bentuk huruf dan angka, namun mereka
tangan mereka sendiri, bahkan kodok terlebih dahulu diajarkan berhitung dengan
besar; peliharaan mereka sendiri, mereka penjumlahan beberapa benda.
tempelkan pada kertas tersebut, untuk Terakhir, baru mereka diajarkan
mereka jiplak. bentuk huruf dan angka, cara
Pertemuan ketiga, mereka diminta pengucapannya, dan mulai menuliskannya.
menceritakan apa yang telah mereka Namun semua itu seharusnya dilakukan
gambar. Seperti pada subjek penelitian dengan berkesinambungan. Peneliti hanya
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(1), 2019 | 135

mengikuti sampai tahap pengenalan huruf


tersebut, sedangkan anggota Sahabat
Belajar terus melanjutkan, meskipun
dengan jarak waktu yang lama. Itulah
beberapa fase atau tahapan yang telah
dilalui anak usia dini Suku Anak Dalam
menunjukkan bagaimana proses literasi
awal pada anak usia dini Suku Anak
Dalam.
Berikut beberapa foto penelitian
yang diambil oleh Sahabat Belajar Gambar 3. Bujang Padek diminta menceritakan
(Sahabat Belajar, 2013). hasil gambarnya kepada teman-teman dan
anggota Sahabat Belajar.

Gambar 4. Kodok besar menjadi mainan bagi


Gambar 1. Anak-anak Suku Anak Dalam anak-anak Suku Anak Dalam.
sedang menggambar dan belajar menuliskan
huruf.

Gambar 5. Bujang menunjukkan jernang, hasil


hutan biasa dicari Suku Anak Dalam,
sebagiannya untuk mereka jual.
Gambar 2. Anak-anak Suku Anak Dalam
membantu orangtua mereka, seperti
membersihkan tong (ransel) berburu.
136 | Literasi Awal pada Anak Usia Dini Suku Anak Dalam Dharmasraya

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


Anak-anak usia dini Suku Anak Badan Pengembangan dan Pembinaan
Dalam telah melalui proses literasi awal. Bahasa. (2016). Kamus Besar Bahasa
Meskipun belum sampai pada tahap Indonesia V (Daring). In Jakarta:
membaca, namun mereka telah melatih Balai Pustaka.
kemampuan berpikir mereka, pada hal-hal Fajriyah, L. (2018). Pengembangan
yang ada di sekitar mereka, melalui Literasi Emergen pada Anak Usia
menggambar, menceritakan pengalaman, Dini. Proceedings of The ICECRS,
menghitung, dan membaca sebagaimana 1(3).
hal yang telah dibahas di pada bagian Henschke, R. (2017). Orang Rimba yang
pembahasan. Bertahan di Tengah Hutan yang
Tantangan bagi Suku Anak Dalam Semakin Habis. BBC Indonesia, BBC.
kedepannya sangat berat. (Rosana, 2015), Kemendikbud. (2015). Peringkat Capaian
memberitakan rentetan peristiwa konflik PISA Indonesia Mengalamai
yang terjadi antara Suku Anak Dalam dan Pengingkatan.
warga lainnya. Intinya konflik-konflik itu Rosana, F. C. (2015). Konflik Suku Anak
terjadi akibat ketimpangan dalam berbagai Dalam Vs Warga Jambi Punya
hal. Upaya pengenalan literasi awal pada Riwayat Panjang. Koran Tempo.
anak-anak Suku Anak Dalam setidaknya Sager, S. (2008). The Sky is our Roof, the
merupakan gerakan awal dalam Earth our Floor: Orang Rimba
pemecahan masalah konflik ini ke Customs and Religion in the Bukit
depannya, meskipun di Dharmasraya Duabelas region of Jambi, Sumatra.
konflik belum terjadi sejauh itu. Sahabat Belajar. (2013). Mari Sahabat
Selanjutnya, penelitian pada anak- Mari Belajar.
anak Suku Anak Dalam sangat perlu Wartomo. (2017). Membangun Budaya
dilakukan, mengingat penting dan Literasi sebagai Upaya Optimalisasi
mendesaknya kebutuhan mereka akan Perkembangan Bahasa Anak Usia
pendidikan dan pengetahuan. Namun Dini. Universitas PGRI Yogyakarta.,
1(2).
bukan pengetahuan yang memusnahkan
tradisi mereka, dan juga dibutuhkan upaya-
upaya dari generasi muda yang bersedia
melakukan gerakan-gerakan seperti yang
dilakukan Sahabat Belajar, yang mau
melakukan pendekatan dan membangun
literasi bagi anak-anak Suku Anak Dalam.

UCAPAN TERIMA KASIH


Terima kasih kepada Eko Jibril
sebagai orang yang memberikan data
lapangan dan pendekatan dengan Suku
Anak Dalam. Kemudian kepada Sahabat
Belajar atas upaya literasi pada Suku Anak
Dalam.

Anda mungkin juga menyukai