Paramita: Historical
Historical StudiesStudies Journal,
Journal, 26(2),
26 (2), 2016217-229
2016:
ISSN: 0854-0039, E-ISSN: 2407-5825
DOI: http://dx.doi.org/10.15294/paramita.v26i2.4972
ABSTRACT ABSTRAK
The dynamics life of Orang Rimba at Bukit Dinamika kehidupan Orang Rimba di Bukit
Dua Belas National Park is inseparable from Dua Belas tidak terlepas dari hutan, karena
the forest, because the forest become the foun- hutan menjadi tumpuan keberlangsungan
dation of the survival of the Orang Rimba and hidup Orang Rimba dan menjadi identitas
to be identifies the various wisdom traditions berbagai kearifan, tradisi dan budaya Orang
and culture of Orang Rimba. Problems then Rimba. Persoalan muncul saat hutan
arise when the forest as a living space of Orang sebagai ruang kehidupan mereka terus
Rimba being massively exploited. This article menerus tereksploitasi secara massif. Artikel
describes the a portrait of the life and history ini mendeskripsikan potret kehidupan
of the Orang Rimba and marginalization of Orang Rimba dan sejarah marginalisasi
Orang Rimba at Bukit Duabelas. Results of terhadap Orang Rimba Bukit Dua Belas di
the study explained that the changes of cultur- Era Orde Baru. Hasil penelitian
al identity and lifestyle Orang Rimba is insepa- menjelaskan bahwa perubahan identitas
rable from the landscape change in Bukit Dua budaya dan pola hidup Orang Rimba tidak
Belas continue to be degraded. The degrada- terlepas dari perubahan bentang alam di
tion as a result of state policy by granting per- B ukit Dua B el a s terus terdeg ra da si.
mission HPH, HTI and oil palm plantations Degradasi akibat kebijakan negara melalui
and transmigration program was a major fac- pemberian izin HPH, HTI dan perkebunan
tor in the marginalization of Orang Rimba. kelapa sawit serta program transmigrasi
menjadi faktor utama marginalisasi Orang
Key word: Marginalization, Orang Rimba, Rimba.
Bukit Dua Belas National Park
Key word: Marginalisasi, Orang Rimba,
Taman Nasional Bukit Dua Belas
Author correspondence
Email: fuadm@unja.ac.id 217
Available online at http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/paramita
Paramita: Historical Studies Journal, 26(2), 2016
218
Paramita: Historical Studies Journal, 26(2), 2016
tik serta tidak menghargai kearifan lokal Secara umum data yang diperoleh
dan peran serta masyarakat adat. Se- melalui kajian ini adalah data kualitatif
baliknya, justru memunculkan dan dianalisis secara kualitatif. Analisis
penggusuran terhadap hak-hak masyara- data kualitatif adalah upaya yang ber-
kat adat, kerusakan lingkungan serta lanjut, berulang dan terus menerus. Ana-
bencana ekologi. Beberapa kawasan yang lisis data dalam penelitian ini berlangsung
selama ini menjadi ruang hidup dan ruang bersamaan dengan proses pengumpulan
jelajah mereka tergerus oleh deforestasi data. Di antaranya meliputi tiga jalur, yai-
yang tidak ramah dengan mereka. Kondisi tu reduksi data, penyajian data dan
ini semakin mempersempit ruang gerak penarikan kesimpulan (Miles & Huber-
Orang Rimba dan menjadikan mereka man, 1994).
hidup sangat marginal dan paling miskin
dari semua aspek kehidupan.
Berdasarkan uraian di atas, maka HASIL DAN PEMBAHASAN
artikel ini berfokus pada tujuan untuk
mendeskripsikan bagaimana asal usul dan Asal Usul dan Dinamika Orang Rimba
perkembangan Orang Rimba Bukit Dua Sejak ratusan tahun yang lalu, kawasan
Belas masa lalu dan saat ini; bagaimana Bukit Delas telah menjadi ruang hidup
tonggak-tonggak sejarah marginalisasi bagi sebagian besar Orang Rimba di Jam-
terhadap Orang Rimba Bukit Dua Belas di bi. Kawasan ini terletak di antara tiga ka-
era Orde Baru; serta refleksi kritis dari bupaten yaitu Kabupaten Sarolangun di
praktek marginalisasi terhadap Orang bagian selatan, Tebo di bagian barat dan
Rimba di Bukit Dua Belas. Batang Hari di bagian utara. Tiga kabupa-
ten tersebut saling berbatasan di punggung
perbukitan Bukit Dua Belas. Selain itu,
METODE PENELITIAN kawasan ini pun terletak di antara bebera-
pa jalur perhubungan yaitu lintas tengah
Penelitian ini berupaya melihat realitas Sumatera, lintas tengah penghubung anta-
sebagai sesuatu yang kontradiktif. Oleh ra kota Bangko, Muara Bungo dan Jambi
karena itu, realitas dipandang bukan se- serta jalan lintas timur Sumatera. Dengan
bagai suatu yang alamiah (nature) akan letak yang demikian, maka dapat
tetapi tercipta oleh manusia dalam segala dikatakan kawasan ini sangat strategis
interaksinya. Secara keseluruhan realitas karena berada di jantung Provinsi Jambi.
juga dipandang sebagai sesuatu yang pada Daerah utama sebaran Orang Rimba di
dasarnya berada dalam tekanan dan eks- Bukit Dua Belas meliputi tiga anak
ploitasi kelompok dominan. Merujuk pa- sungai, yaitu Air Hitam, Makekal dan Ke-
da pandangan tersebut maka penelitian ini jasung. Daerah ini dianggap sebagai asal
secara metodologis dipahami sebagai komunitas Orang Rimba yang kemudian
penelitian kualitatif berparadigma kritis menyebar ke sejumlah daerah lainnya.
dengan pendekatan utama menggunakan Van Dongen (1850) dalam Winster (2003)
metode sejarah. Penelitian ini berupaya menyebutnya dengan istilah kubu, bahwa
mengungkap realitas sejarah adanya prak- mereka keturunan dari pasangan saudara
tek marginalisasi terhadap Orang Rimba dan saudari kapal bajak, yang dilepaskan
di TNBD tanpa melepaskan realitas dari oleh nahkoda waktu perempuan itu hamil
historitas Orang Rimba masa lalu dan muda di kapal. Mereka diturunkan di pan-
dinamikanya saat ini. Untuk memperoleh tai hulu sungai di Sumatera lalu beranak
data, peneliti menekankan interaksi di- pinak dan menetap. Menurut pendapat
alektis antara peneliti dengan sumber, van Dongen Kubu atau ngubu artinya hu-
terutama melalui pendekatan sejarah lisan tan.
untuk mengkonfirmasi dari bacaan Penyebutan Orang Rimba pertama
berbagai literatur yang relevan dengan kali dipublikasikan oleh Muntholib Soe-
topik penelitian. tomo tahun 1995 dalam desertasinya yang
219
Paramita: Historical Studies Journal, 26(2), 2016
220
Paramita: Historical Studies Journal, 26(2), 2016
waktu dan tingkat kekosmopolitan Orang dah banyak pihak luar yang dapat ber-
Rimba yang mulai terbuka, secara perla- interaksi secara langsung dengan mereka.
han, beberapa anggota komunitas Orang Sebagai makhluk sosial, Orang
Rimba terutama yang telah mengenyam Rimba memiliki nilai kesetiakawanan
pendidikan dan atau intens berkomunikasi yang tinggi, serta sifat kegotong royongan
dengan pihak luar (mereka menyebutnya dan diikat melalui adat yang dianut dalam
orang terang) terjadi perubahan pola adap- tatanan hidup dan kehidupan di dalam
tasi yang cenderung menyesuaikan rimba. Mereka hidup secara berkelompok,
dengan kehidupan orang terang baik dari tetapi tidak dibatasi oleh wilayah geografis
bahasa, pakaian hingga adat istiadat. atau tempat tinggal tertentu. Hal ini juga
Untuk mengatur tata sosial, hukum dipengaruhi oleh pola hidup mereka yang
dan adat di komunitas Orang Rimba ter- berpindah-pindah (nomaden). Pola hidup
dapat organisasi sosial di komunitas nomaden ini sangat dipengaruhi karena
Orang Rimba. Struktur organisasi sosial faktor menipisnya ketersediaan sumber
pada Orang Rimba terdiri dari : (1) Tu- pangan di wilayah asal. Jika di wilayah
menggung, merupakan Kepala adat atau dimana area bediom menipis sumber
pemimpin tertinggi di komunitas Orang pangan, baik berburu maupun meramu
Rimba (disebut sebagai rajo). Mereka ber- maka rombong Orang Rimba akan mencari
peran sebagai penegak hukum yang l ok a s i be di o m b ar u ya n g d i an gg a p
memutuskan perkara, pemimpin upacara mencukupi sumber pangannya. Faktor
ritual dan umumnya memiliki kemampu- berikutnya adalah adanya budaya me-
an dan kesaktian. (2) Depati, merupakan langun, yaitu budaya berpindah ke suatu
pengawas terhadap kepemimpinan tu- tempat dikarenakan adanya kerabat atau
menggung. (3) Mangku, adalah mereka anggota kelompok yang meninggal dunia.
yang memberikan aturan dan penimbang Rombong mereka yang berada disekitar itu
keputusan dalam sidang adat . (4) Menti, akan pergi karena menganggap bahwa
berperan sebagai hakim dalam menyidang tempat terjadinya orang meninggal adalah
Orang Rimba secara adat. (5) Anak Da- sial, disamping mereka ingin melupakan
lam adalah orang kepercayaan Mangku kesedihan. Seiring berjalannya waktu ter-
dan mengkaji jika terjadi kesalahan jadi perubahan dalam budaya melangun
r akyat . (6) D ebalan g Bat in adalah ini. Pada zaman dahulu mereka mening-
Pengawal Tumenggung. (7) Tengganas/ galkan tempat tersebut dalam waktu yang
Tengganai, adalah pemegang keputusan cukup lama, bahkan hingga mencapai 10-
tertinggi dalam sidang adat yang dapat 12 tahun. Namun saat ini, karena semakin
membatalkan keputusan, dan (8). Jenang, menyempitnya wilayah jelajah, maka ma-
adalah penghubung Orang Rimba dengan sa melangun menjadi semakin singkat yai-
orang terang yang diangkat/ditunjuk oleh tu sekitar 4 (empat) bulan sampai satu ta-
orang rimba, dan jabatan ini dilakukan hun dan wilayah melangun mereka juga
secara turun temurun (BTNBD, 2012). semakin dekat, bahkan dalam beberapa
Namun demikian, hasil studi menjelaskan kasus juga ditemui komunitas ini bediom
bahwa struktur organisasi sosial tersebut di areal perkebunan kelapa sawit, milik
saat ini tidak lagi semuanya digunakan. warga desa maupun areal kebun peru-
Semakin terbukanya akses dan interaksi sahaan di sekitar TNBD.
dengan masyarakat luar merupakan salah Perubahan lain yang terjadi saat ini
satu alasan dari semakin lunturnya adalah, pada beberapa rombong apabila
susunan tersebut. Salah satu susunan or- terjadi kematian disuatu daerah, tidak se-
ganisasi yang sudah jarang digunakan luruh anggota Orang Rimba pergi me-
adalah Jenang, yang menjadi penghubung langun tetapi hanya anggota keluarga men-
antara Orang Rimba dengan masyarakat diang saja yang pergi melangun. Selain
luar. Beberapa rombong sudah tidak itu, melangun juga mereka lakukan sebagai
menggunakan Jenang sebagai penghu- strategi menghindar dari konflik dengan
bung dengan orang luar, dan saat ini su- lingkungan sekitar. Jika muncul persoalan
221
Paramita: Historical Studies Journal, 26(2), 2016
dengan orang terang, maka kecender- kan kawasan hutan yang dikuasai oleh
ungannya mereka akan menghindar dan pemegang konsesi HPH. Padahal hutan
mencari lokasi bediom baru yang relatif wilayah tersebut merupakan wilayah
jauh dari lokasi potensi konflik. hidup dan wilayah jelajah Orang Rimba
yang selama ini menguasai hutan secara
Tonggak-Tonggak Sejarah Marginalisasi turun temurun. Hutan tersebut diklaim
Orang Rimba sebagai hutan negara yang kemudian
Sejarah marginalisasi Orang Rimba be- diberikan penguasaanya oleh negara kepa-
rawal dari perubahan landscape di kawa- da swasta untuk dieksploitasi. Penguasaan
san Orang Rimba dan tergantikan oleh swasta terbentuk melalui berbagai produk
tata ruang yang didesain oleh negara kebijakan izin usaha seperti HPH, HTI,
dengan penguasaan dan pemanfaatan atau HGU.
s u m ber da ya a gr ar ia d al am r an gk a Tahun 1970 merupakan tahun yang
mengeksploitasi sumber daya hutan dan dikenal dengan tahun pembabatan hutan,
berdampak pada kerusakan sumber daya terutama di luar Jawa ketika penebangan
alam. Terjadinya kerusakan sumberdaya hutan mulai diserahkan kepada pemegang
alam sangat terkait dengan sejarah kelam HPH (Wiranto et al 2004) dalam Raisita
ekonomi politik pemanfaatan SDA yang (2014). Upaya eksplotasi sumberdaya
akarnya bisa dirunut mulai dari zaman alam digerakkan oleh adanya dukungan
kolonial hingga saat ini. Pada masa ko- peningkatan penanaman modal asing
lonial negara senantiasa memaksa untuk (PMA) melalui UU No. 1 Tahun 1967
menempatkan dirinya sebagai puncak dari maupun penanaman modal dalam negeri
hukum, hak dan aturan serta memonopoli (PMDN) melalui melalui UU No. 6 Ta-
semua kewenangan, kekuasaan dan hun 1968 (Nurjayana, 2005). Sementara
penyelenggaraan negara. Kondisi ini terus itu di bidang pengusahaan sumber daya
berlanjut dan mencapai klimak pada masa hutan dibentuk instrumen hukum yang
Orde Baru yang memaknai secara sepihak dimulai dengan pembentukan UU No. 5
berbagai aturan pengelolaan SDA sehing- Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan
ga memudahkan proses pengambilalihan Pokok Kehutanan. Kemudian, untuk
hak-hak kepemilikan masyarakat tradi- melaksanakan ketentuan mengenai pengu-
sional atas tanah untuk pemanfaatan yang sahaan hutan yang mendasari kebijakan
lebih produktif dan modern. Cara-cara pemberian konsesi eksploitasi sumber
seperti ini yang berlangsung lama dapat daya hutan, maka dikeluarkan PP No. 21
melemahkan komunitas masyarakat lokal. Tahun 1970 yunto PP No. 18 Tahun 1975
Pertama, ekonomi pasar yang telah men- tentang Hak Pengusahaan Hutan dan Hak
gubah pola dan orientasi ekonomi rakyat Pemungutan Hasil Hutan (HPH dan
menjadi ekonomi yang pro-pasar. Hal ini HPHH).
dapat dilihat dari munculnya dominasi Segera setelah peraturan pemerintah
pasar atau semacam internasionalisasi ini dikeluarkan, kegiatan eksploitasi sum-
ekonomi. Kedua, intervensi negara yang ber daya hutan secara besar-besaran dil-
makin kuat sehingga menghancurkan akukan pemerintah, terutama di Su-
tatanan sosial-kultural dan memarjinalkan matera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku,
komunitas Orang Rimba dari kearifan dan Irian Jaya (Papua), melalui pem-
yang dimilikinya. berian konsesi HPH dan HPHH kepada
pemilik modal asing maupun modal da-
lam negeri dalam bentuk Badan Usaha
Periode Pertam a (1970-1980): Er a Milik Swasta (BUMS) maupun kepada
Penguasaan Hutan Negara oleh Swasta Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Dekade tahun 1970-an terjadi penguasaan (Nurjayana, 2005). Hal ini juga terjadi di
hutan negara oleh swasta (private property). Provinsi Jambi. Ada sekitar 28 peru-
Sejak saat itu, hampir seluruh wilayah di sahaan HPH dengan total luas konsesi +
sekitar kawasan bukit dua belas merupa- 2.592.095 Ha. Berdasarkan data dari Di-
222
Paramita: Historical Studies Journal, 26(2), 2016
223
Paramita: Historical Studies Journal, 26(2), 2016
Air Hitam, disebelah selatan dan dengan Orang Rimba. Pohon-pohon besar
Kuamang Kuning, disebelah Barat dan bernilai ekonomi tinggi termasuk juga
Utara Bukit Duabelas. Jumlah Lokasi ini pohon sialang dan kebun jernang milik
sebagian besar berada di sekitar jalan-jalan Orang Rimba lenyap seketika. Pemerintah
poros provinsi lintas Sumatera yang da- dengan menggunakan pendekatan
hulunya merupakan kawasan hutan data- kekuasaan saat itu abai dan tidak memper-
ran rendah. timbangkan adanya sekelompok masyara-
Sebagai bagian dari komunitas adat, kat adat yang sangat terganggu dan teran-
Orang Rimba justru semakin tersisih dari cam keberadaan dan masa depannya kare-
program transmigrasi di wilayahnya. na ruang hidup dan sumber
Mereka menjadi pihak yang dirugikan penghidupanya tergerus. Keberadaan
oleh semua resiko dari dampak yang transmigrasi masa itu turut menyumbang
ditimbulkan oleh program transmigrasi. potensi gesekan atau konflik yang dam-
Dampak negatif yang nyata dari program paknya baru terasa akhir-akhir ini.
transmigrasi adalah hilangnya common Kecemburuan sosial karena ketidakadilan
property sebagai sumber penghidupan pemerintah dalam memberi perlakuan
Orang Rimba yang kemudian berubah pendatang (tamu) dengan Orang Rimba
kepemilikan lahan menjadi private property (penduduk asli) semakin memarginalkan
kepada warga transmigrasi. Orang Rimba yang berada di sekitar wila-
Dari penuturan Orang Rimba (TR), yah transmigrasi tersebut. Hal ini juga di-
proses pembukaan hutan untuk dijadikan pengaruhi oleh budaya Orang Rimba yang
lokasi transmigrasi saat itu dilakukan oleh tergolong defensive dan tidak terbiasa
pemerintah tanpa mempertimbangkan melakukan perlawanan untuk memper-
adanya komunitas adat Orang Rimba dan tahankan haknya. Apabila pihak luar ma-
cenderung memaksakan kehendak suk ke wilayah mereka dengan membawa
Itukan lahan Orang Rimbo galo. Yang surat bahwa mereka mendapat izin dari
mengambil itu dak katek urusan. pemerintah, mereka cenderung diam saja.
Pemerintah ngambik tapi orang rimbo dak Hal tersebut karena saat itu mereka belum
dihubungi. Kami nak nuntut disuruh mengenal baca tulis dan yang terpenting
menemui presiden. 30 tahun kami nak ning- adanya budaya mereka yang menyebut-
ok presiden entah ketemu entah idak. Kami
kan halom sekato rajo atau alam di atur
dikurung disano kareno nak nuntut yang
bongkar lahan kami. Sekitar 50 orang kami oleh pemerintah.
dikurungnyo di poliklinik. Anak-anak awak
ado yang dikurung 2 hari 2 malam di kan- Periode Ketiga (1990 - 2000): Era Pem-
tor polisi. bangunan Kebun Kelapa Sawit dan HTI
Dalam rangka mengontrol sumber daya di
Itu adalah lahan Orang Rimba semua. kawasan pedalaman (hutan), kawasan
Yang mengambil lahan itu tidak punya dikelola berdasarkan kawasan marga-
perasaan. Pemerintah mengambil tetapi marga yang diidentifikasi berdasarkan
tidak menghubungi Orang Rimba. Ka-
DAS tertentu. Penduduk yang tinggal di
mi berencana menuntut, tetapi disuruh
menemui Presiden, 30 tahun kami mau kawasan itu memiliki hak bersama ter-
ketemu presidenpun rasanya tidak hadap sumber daya di kawasan tertentu.
mungkin (karena jauh dan mereka tidak Dalam komunitas Orang Rimba,
tahu dimana Presiden). Kami sempat seseorang dari desa terdekat akan berpo-
ditahan di Poliklinik. Bahkan ada anak- sisi s ebagai jen an g y an g m ewakili
anak kami yang ditahan 2 hari 2 mal- kesultanan untuk mengurus Orang Rim-
am di Kantor Polisi. (Wawancara, 16 ba. Jenang juga sekaligus menjadi peran-
Januari 2016). tara hasil hutan yang mewakili sultan, se-
baliknya sebagai imbalan dari hasil hutan
Dominasi kekuasaan atas nama pem- ini, jenang akan memberikan barang-
bangunan membuat tertutupnya ruang barang.
komunikasi antara aparatur negara Dalam rangka mengontrol sumber
224
Paramita: Historical Studies Journal, 26(2), 2016
daya di kawasan pedalaman (hutan), ka- (1991), dan disebelah utara PT. Sawit De-
wasan dikelola berdasarkan kawasan mar- sa Makmur (1989). Praktek deforestasi me-
ga-marga yang diidentifikasi berdasarkan lalui pemberian izin HPH, HTI dan perke-
DAS tertentu. Penduduka yang tinggal di bunan kelapa sawit merubah wajah hutan
kawasan itu memiliki hak bersama ter- di kawasan ini. Tutupan lahan atau
hadap sumber daya di kawasan tertentu. jumlah vegetasi hutan yang selama ini
Dalam komunitas Orang Rimba, menjadi tumpuan penghidupan Orang
seseorang dari desa terdekat akan berpo- Rimba terus mengalami penurunan dari
sisi s ebagai jen an g y an g m ewakili waktu ke waktu. Tercatat, selama kurun
kesultanan untuk mengurus Orang Rim- waktu 1989 hingga 2008 terjadi perubahan
ba. Jenang juga sekaligus menjadi peran- tutupan lahan di Bukit Dua Belas dari
tara hasil hutan yang mewakili sultan, se- 130.308 Ha menjadi 60.483 Ha seperti
baliknya sebagai imbalan dari hasil hutan Tabel di bawah.
ini, jenang akan memberikan barang-
barang . Tabel 1. Perubahan Tutupan Hutan di Bukit
Selain eksploitasi hutan melalui izin Duabelas
konsesi HPH, pemerintah juga memberi No Tahun Luas Hutan (Ha)
izin pembangunan perkebunan terutama 1. 1989 130.308
kelapa sawit dan HTI secara besar- 2. 1993 95.637
besaran. Pembangunan perkebunan khu- 3. 1998 86.768
susnya sawit lebih dirangsang oleh ting- 4. 2000 80.678
ginya permintaan pasar ekspor, sedangkan 5. 2002 76.914
pembangunan HTI dilatarbelakangi oleh 6. 2007 64.465
timbulnya areal hutan produksi yang tidak 7. 2008 60.483
efektif (termasuk HPH) dalam jumlah
yang luas dan adanya insentif yang
menarik bagi perusahaan swasta. Pem- Sumber: KKI-Warsi (2010)
bangunan HTI dimaksudkan untuk mere-
habilitasi lahan eks HPH yang porak- Secara visual perubahan tutupan lahan di
poranda sebagai akibat dari pemanfaatan Bukit Dua Belas selama rentang Tahun
lahan secara tidak terkontrol, sedangkan 1989-2008 tersebut dapat dilihat pada
perkebunan dikembangkan pada lahan Gambar 1.
budidaya yang tidak produktif dalam Kebijakan-kebijakan negara yang
rencana tata ruang nasional. Dalam terjadi di ruang hidup Orang Rimba di
perkembangannya saat areal perkebunan atas menjelaskan bahwa pendekatan
dan HTI banyak dimonopoli oleh swasta kapitalistik dan antroposentris yang ber-
dan kaum pemodal, dengan berbagai pola pusat pada negara (state-based resource man-
yang dikembangkan diantaranya pola agement), dan semata-mata berorientasi
perkebunan transmigrasi dan pola HTI hanya pada pertumbuhan ekonomi, di-
transmigrasi maka pemanfaatan lahan mana kekayaan sumberdaya alam dan
hanya dikuasi hanya oleh segelintir pihak. lingkungan digunakan sebagai modal
Beberapa peru sah aan besar sepert i penting dalam penyelenggaraan pem-
PT.WKS, PT. Jebus Maju (Group Sinar- bangunan nasional, sehingga eksploitasi
mas) dan PT. Wana Perintis lebih men- sumberdaya alam dilakukan secara masif-
dominasi kepemilikan lahan di wilayah ekstensif dan berlebihan dianggap sebagai
hutan dataran rendah yang merupakan sesuatu yang wajar tanpa menghiraukan
kawasan hidup Orang Rimba. Selain itu prinsip-prinsip keadilan, kesejahteraan,
juga tercatat perkebunan Kelapa Sawit demokratis, dan keberlanjutan fungsi sum-
PT. Sari Aditya Loka disebelah selatan berdaya alam. Kondisi ini sangat ironis
dan barat (sejak 1991), PT. Jambi Agro karena pertumbuhan ekonomi yang tinggi
Wijaya disebelah selatan (1991), PT. temyata tidak serta merta membawa peru-
Eramitra Agro Lestari disebelah timur bahan yang berarti. Perhitungan Green
225
Paramita: Historical Studies Journal, 26(2), 2016
Gambar 1. Perubahan tutupan lahan di Bukit Dua Belas selama rentang Tahun 1989-2008
Accounting oleh Repetto (1989) dalam Zai- hingga menghasilkan relasi asimetris anta-
nudin, et al (2010) telah menunjukkan ra negara (pemerintah) sebagai penguasa
bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan Orang Rimba sebagai pihak yang ter-
pada dekade 80-an temyata tidak seban- subordinatkan. Relasi kuasa yang domi-
ding dengan degradasi sumber daya alam nan dalam kasus ini hanya akan memberi
(hutan) yang sudah mengalami eksploitasi sedikit ruang terjadinya resistensi dari
berlebih. Hal ini juga sejalan dengan pen- Orang Rimba karena ruang kebebasan
dapat Amrifo (2014) yang menyatakan untuk bertindak sangat terbatas. Hal yang
bahwa adaptasi masyarakat adat tidak sama pernah dirisaukan oleh Gramsci
selalu bebas dari kekuatan eksternal saja (1999), lewat konsep hegemoninya, tokoh
tetapi juga sangat dipengaruhi oleh rezim yang berkebangsaan Italia ini mengkha-
penguasaan SDA atau negara dalam watirkan keterpinggiran masyarakat kare-
pengelolaan pembangunan. Implikasi dari na adanya hegemoni dari pihak penguasa
kebijakan ini adalah beralihnya fungsi dan beserta kelompok-kelompoknya yang ber-
hak-hak tanah adat kepada pemilik modal satu untuk mempertahankan eksistensi
yang menggusur secara sistimatis hak-hak mereka. Akibatnya Orang Rimba yang
komunal adat. Keadaan tersebut telah telah kehilangan kawasan hutan sebagai
meminggirkan kedudukan dan sumber penghidupannya menjadi semakin
melemahkan peran komunitas adat Orang marginal, dan saat ini mereka yang me-
Rimba. Impikasi selanjutnya adalah nanggung akibat dari perusakan ling-
degradasi lingkungan hidup secara kungan yang tidak mereka lakukan. Sum-
sistematis dan melanggengkan kemiskinan berdaya hutan yang semakin terkikis
akibat keterisolasian dan ketid- membuat mereka semakin tersisih dan
akberdayaan dalam memperoleh keadilan mencoba bertahan dengan jati diri mereka
dalam pembangunan. yang ada saat ini dengan berbagai cara.
Uraian di atas mengukuhkan keri- Dari realitas yang terlihat saat ini, bebera-
sauan Foucault (2002) tentang pengaruh pa diantaranya mencoba merubah pola
kekuasaan terhadap pengetahuan. Lewat kehidupan tradisional dan beradaptasi
dominasi kekuasaan dan pengetahuan dengan kehidupan orang terang. Sebagian
yang dimiliki pihak pemerintah bisa men- besar mereka yang tidak mampu beralih
jalankan program dan kebijakannya ke budaya dan kebiasaan orang terang se-
dengan memanfaatkan ketidaktahuan makin tersingkir dan tidak jelas masa de-
pihak masyarakat. Di dalam sistem domi- pannya akibat hilangnya sumber
nasi tersebut, kuasa terkonsolidasikan se- penghidupan mereka. Beberapa rombong
226
Paramita: Historical Studies Journal, 26(2), 2016
kerap kita temui bahkan menjadi pengem- oleh pihak tertentu. Dalam hukum adat
is di pasar atau di pinggir jalan lintas, mereka yang disebut Undang nan Delapan,
memanen buah sawit (brondolan) dan yang dibagi ke dalam dua kelompok yaitu
tanaman milik perusahaan atau warga empat di bawah dan empat diatay (atas),
transmigrasi di sekitar kawasan TNBD. jelas mengatur bahwa Orang Rimba tidak
Keberadaan kawasan hutan dipandang boleh menimbulkan kerusuhan. Undang
hanya dari segi ekonomi tanpa melihat sisi empat dibawah jelas memberi pantangan
ekologi dan sosial budaya bagi kehidupan sebagai berikut (1). Emar geram (dilarang
masyarakat. Hilangnya kawasan hutan membunuh orang); (2) Sio baka (tidak
menjadikan Orang Rimba tidak dapat lagi boleh membakar pondok orang); (3) Tan-
memanfaatkan hasil hutan, dan untuk ber- tang pahamu (tidak boleh menantang
tahan hidup mereka harus berkompetisi berkelahi); (4) Tabung racun (tidak boleh
dengan orang-orang Melayu dan orang meracun orang). Jika terjadi pelanggaran
trans dengan bekerja sebagai buruh terhadap undang nan di bawah ini, akan
upahan sadap karet orang desa. Beberapa dikenakan denda yang disebut hukum
di antaranya hanya terpaksa berburu labi- bangun 60-180 keping kain. Sekarang
labi, kulit biawak, hingga menjadi hukum bangun sudah meningkat menjadi
pengumpul buah sawit di kebun milik pe- 500 lembar kain. Hal ini juga yang me-
rusahaan dan orang desa. Perbuatan ini nyebabkan mereka terus berupaya menja-
berpotensi melahirkan konflik sosial ga hubungan baik dengan sesama. Orang
dengan masyarakat desa maupun perus- Rimba juga sangat percaya dengan mitos-
ahaan mitos yang mungkin saja sengaja dihem-
buskan untuk menakuti Orang Rimba.
Refleksi Kritis Termasuk kalau disebutkan rajo godong
Kehilangan hutan bagi Orang Rimba be- yang menyuruh pergi, mereka akan pergi
rarti petaka, karena hutan tempat mereka mencari tempat atau kawasan baru. Kon-
menggantungkan hidup sudah musnah. disi ini hanya akan bisa dilakukan saat
Harapan ini terlontar oleh salah seorang hutan masih sangat luas untuk berpindah.
tokoh Orang Rimba Temenggung Tarib. Kala hutan semakin sempit, mereka tak
“Dulu tanoh kami ado, kini hobi. Kami mo- bisa lagi terus menghindar atau berpindah
hon pado Rajo, supayo rimbo goog nio diper- ke kawasan lain dan pilihan berikutnya
tahankan untuk penghidupan anak cucung adalah bertahan dengan sumber daya
kami” (dahulu tanah kami ada, sekarang yang dimiliki.
tidak ada lagi, kami mohon kepada Dalam pembangunan yang dil-
pemerintah agar hutan rimba ini diper- akukan ini, Orang Rimba cenderung dia-
tahankan untuk penghidupan anak cucu baikan dan tidak diperhitungkan, sehingga
kami). mereka hanya menjadi penerima dampak
Eksploitasi hutan dan sumber daya atas pembangunan yang berlangsung di
di dalamnya yang terjadi selama ini tidak sekitar mereka. Orang Rimbapun gagap
mampu dihalangi atau dicegah oleh mere- menyikapi perubahan yang berlangsung
ka yang jauh sebelumnya telah mendiami begitu drastis. Hutan yang menjadi tem-
kawasan tersebut. Dengan berbagai pat penghidupan lenyap dalam hitungan
keterbatasan yang melekat pada dirinya, tahun, sementara tidak ada persiapan
Orang Rimba tak kuasa melawan praktek- yang memadai untuk mereka beralih mata
praktek pembangunan yang selama ini pencaharian guna kelangsungan hidup
justru meminggirkan mereka dari ruang mereka.
hidup dan penghidupannya. Hal ini juga Ketika hutan semakin sempit dan
dipengaruhi oleh faktor adat dan budaya terbatas sementara populasi Orang Rimba
Orang rimba yang cenderung menghindar semakin meningkat, maka harus ada
dari perselisihan dan tidak suka ber- kesadaran dan keberpihakan semua pihak
perang. Ini juga yang menyebabkan mere- untuk memberdayakan mereka. Orang
ka mudah saja diusir dan dipindah paksa Rimba juga harus mengerti dan me-
mahami bahwa sebagai warga negara,
227
Paramita: Historical Studies Journal, 26(2), 2016
Antara Fiksi dan Sejarah … —Agus Sulthon
mereka juga punya hak untuk suatu wila- ketidakadilan yang terjadi secara nyata di
yah tertentu. Mereka adalah bagian dari kawasan ini menjadikan Orang Rimba
warga negara yang seharusnya juga terpinggirkan dan semakin marginal.
mendapat jaminan dari negara. Negara, Tehadap praktek marginalisasi yang telah
dengan demikian juga harus disadarkan terjadi tersebut negara harus bertanggung
bahwa ada warganya yang belum tersen- jawab dengan hadir untuk membela dan
tuh dan termarginalkan akibat pola pem- memberdayakan mereka.
bangunan tidak adil yang selama ini di-
lakukan. Negara harus hadir di tengah
marginalisasi yang dialami Orang Rimba. DAFTAR PUSTAKA
Jika Orang Rimba terus diabaikan dalam
proses pembangunan, maka artinya nega- Amrifo, Viktor dkk. 2014. “Sejarah Sosiologis
ra lalai terhadap hak-hak dasar kelompok Budaya Bernafkah Komunitas Adat
marginal, dan berperan dalam terjadinya Suku Duano.” Paramita: Historical Stud-
ies Journal, 24(2).
konfik sosial Orang Rimba. Untuk itu ha-
Aritonang, R, Firmansyah, R. 2008. Deforestasi
rus ada pemberdayaan yang mesti di- Hutan dan Hilangnya Sumberdaya Orang
lakukan secara terus menerus dan berke- Rimba. Jambi: LSM KKI-Warsi
lanjutan, bukan hanya yang bersifat Aritonang, R. dkk. 2014. Orang Rimba Menan-
“proyek” jangka pendek, sehingga Orang tang Zaman. Jambi: LSM KKI-Warsi
Rimba dapat hidup sejajar dengan ke- BPS. 2011. Profil Suku Anak Dalam (SAD) Hasil
lompok di sekelilingnya. Mengubah kon- Sensus Penduduk 2010. Jambi: BPS
disi kehidupan Orang Rimba saat ini agar Provinsi Jambi
menjadi lebih baik memerlukan arah rute Balai Taman Nasional Bukit Dua Belas. 2012.
jalan yang tepat. Kalau selama ini arus Buletin Sialang: Sumber Informasi Alam
besarnya yang mereka hadapi adalah dan Lingkungan, Volume 3. Jambi:
penyempitan life space dan wilayah jelajah BTNBD
Dongen, C.J. Van. 1910. Orang Kubu (Suku
Orang Rimba, maka pada masa menda-
Kubu). Jambi: Arsip Museum Provinsi
tang yang harus dibangun adalah arus Jambi
balik dengan melindungi dan memperbai- Foucault, Michel. 2002. Power/knowledge;
ki kawasan hutan yang tersisa serta me- Wacana Kuasa/Pengetahuan. Terjema-
nyediakan alternatif habitat ruang hidup han oleh Yudi Santosa. Bentang, Yog-
Orang Rimba. yakarta.
Gramsci A. 1999. Selected From Prison Note-
book, Lawrence & Wishart. London
SIMPULAN KKI-WARSI.2014. Orang Rimba dan Ke-
budayaannya. Jambi: KKI-Warsi
Mardikanto T. 2010. Konsep-konsep Pem-
Krisis lingkungan di dalam kawasan Bukit
berdayaan Masyarakat: Acuan Bagi Aparat
Dua Belas yang didalamnya bermukim Birokrasi, Akademisi, Praktisi dan Pemi-
komunitas adat Orang Rimba bukan han- nat/Pemerhati Pemberdayaan Masyarakat.
ya akibat gejala alam semata, akan tetapi Solo: UNS Press
lebih disebabkan oleh ulah manusia Miles MB, Huberman AM. 1994. Analisis Da-
(eksploitasi sumberdaya hutan secara ber- ta Kualitatif : Buku Sumber Tentang
lebihan). Faktor kebijakan negara dalam Metode-Metode Baru. Jakarta: Penerbit
bentuk pemberian izin HPH, HTI dan Universitas Indonesia (UI-Press).
perkebunan kelapa sawit sebagai jalan Muchlas, M. 1975. Sedikit Tentang Kehidupan
bagi negara untuk pencapaian target per- Suku Anak Dalam (Orang Kubu) di Provin-
tumbuhan ekonomi serta program trans- si Jambi. Jambi: Kanwil Depsos Provin-
si Jambi.
migrasi tanpa mempertimbangkan aspek
Muntholib S. 1995. Orang Rimbo: Kajian
keadilan lingkungan bagi komunitas adat Struktural – Fungsional Masyarakat Teras-
yang telah lama tinggal di kawasan ini ing di Makekal, Provinsi Jambi. Bandung:
menjadikan ruang hidup Orang Rimba Disertasi Universitas Padjadjaran Ban-
semakin sempit. Degradasi hutan dan dung
228
Paramita: Historical Studies Journal, 26(2), 2016
Nurjayana IN. 2005. “Sejarah Hukum Pengel- Thamrin. 2014. “Marginalisasi Tanah Adat
olaan Hutan di Indonesia.” Jurispu- dan Kearifan Lingkungan Orang Mela-
dence. 2(1): 35-55. yu.” Jurnal Sosial Budaya: Media Komu-
Rai Sita. 2014. “Pertarungan Kuasa Dan Le- nikasi Ilmu-ilmu Sosial dan Budaya, 11
gitimasi Klaim Atas Sumberdaya Hutan (1).
(Kasus Hutan Sekitar Restorasi Weintré J. 2003. Organisasi Sosial Dan Ke-
Ekosistem di Kabupaten Batang Hari, budayaan Kelompok Minoritas Indonesia:
Provinsi Jambi.” Tesis. Sekolah Pas- Studi Kasus Masyarakat Orang Rimba di
casarjana IPB Sumatra (Orang Kubu Nomaden). Yogya-
Shohibuddin M. 2012. “Sketsa Perkembangan karta: Pusat Studi Kebudayaan Univer-
Reforma Agraria dan Studi Agraria: sitas Gadjah Mada
Sebuah Pemetaan Awal.” Working Pa- Wiranto, dkk. 2004. Berkaca di Cermin Retak :
per Departemen Sains Komunikasi dan Refleksi Konservasi dan Implikasi bagi
Pengembangan Masyarakat IPB, 1 (1). Pengelolaan Taman Nasional. Jakarta:
Suprohardjo, Setyowati. 2008. Desentralisasi The Gibbon Foundation Indonesia,
Tata Kelola Hutan di Indonesia, Tan- Departemen Kehutanan, PILI NGO
tangan Menyiasati Politik Lokal. Bogor: Movement.
Pustaka Latin Zainuddin, dkk. 2010. “Kontestasi Kekuasaan
Dalam Pengelolaan SDA.” Jurnal Aca-
demica 2(2).
229